Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID

(PEMBUATAN SEDIAAN SIRUP PARACETAMOL 120mg/5ml)

Nama/NIM : Iska Murtiningtias (31116123)


Lelih Nurilah (31116124)
Maulidya Robiatul (31116125)
Moch.Aldry Andika (31116126)
Muhamad Zulfan F (31116127)
Nadia Apriliani (31116128)
Nisa Arosa (31116129)
Novi Nurbaety (31116130)
Nurzaman (31116131)
Kelas/kelompok : 2C/III
Tanggal praktikum : 06 September 2017
Asisten Laboratorium:

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang maha pengasih lagi maha
penyanyang ,Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah
melimpahkan Rahmat,Hidayah dan Inayah-Nya sehingga bisa menyelesaikan
Hasil laporan praktikum ini Yang Berjudul ‘’PEMBUATAN SEDIAAN SIRUP
PARAETAMOL 120mg/5mL’’dengan baik .
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing,Beserta
asisten yang telah membimbing dalam setiap prakttikum,tidak lupa teman-teman
yang senantiasa saya banggakan semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt
serta dapat berjuang dijalan Allah.Laporan ini bertujuan untuk menyelesaikan
mata kuliah praktikum “TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIKUID DAN
SEMISOLID” menyadari tentunya hasil laporan ini jauh dari sempurna, maka dari
itu mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila hasil praktikum kami masih
terdapat sesuatu yang kurang ,Semoga dapat dipahami dan di maklumi.

Tasikmalaya,06 September 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................
C. Rumusan Masalah .....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
BAB III METODOLOGI....................................................................................
BAB IV HASIL PENGAMATAN.......................................................................
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................
BAB VI PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sirup didefinisikan sebagai sediian cair yang mengandung sakarosa
kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%. Sirup paracetamol.
Pengertian Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti
gula dengan atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup
merupakan alat yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari
suatu obat yang rasanya tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk
anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan
pada anak-anak untuk meminum obat (Ansel, 1989).
Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi dimaksudkan sebagai
pembawa yang memberikan rasa enak pada obat yang ditambahkan kemudian,
baik dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan formula
standar untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau
bahan obat. Sirup obat dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu
dengan menggabungkan masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti
sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan pewarna, bahan terapeutik dan
bahan-bahan lain yang diperlukan dan diinginkan (Anief, 1994).
Jenis obat yang diberikan dalam bentuk sirup-sirup obat yang sering
ditemukan adalah antitusif dan antihistamin. Ini tidak berarti bahwa jenis obat-
obat lainnya tidak ada yang diformula menjadi sirup, tentu saja banyak macam
zat-zat obat dapat ditemukan dalam bentuk sirup dalam compendia resmi dan
diantara produk-produk dagang yang banyak salah satunya adalah
antipiretikum dan analgetikum.
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini dipakai
untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan
demam. Paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara menurunkan produksi
zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang
dilepaskan tubuh sebagai reaksi terhadap kerusakan jaringan atau infeksi, yang
memicu terjadinya peradangan, demam, dan rasa nyeri. Paracetamol
menghalangi produksi prostaglandin, sehingga rasa sakit dan demam
berkurang.

B. Tujuan
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui rancangan formula dalam pembuatan sirup paracetamol.
2. Memahami proses pembuatan sirup paracetamol.
3. Mengetahui evaluasi pada sediaan sirup paracetamol.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rancangan formula dalam pembuatan sirup paracetamol ?
2. Bagaimana proses pembuatan sirup paracetamol.?
3. Bagaimana evaluasi pada sediaan sirup paracetamol?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI
Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan yang mengandung sukrosa
C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (Depkes RI 1979).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
tinggi (Depkes1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang
ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertiaan mengenai sirup. Sirup adalah
sediaan cairan kental unutuk pemakaian dalam yang minimal mengandung 90%
sakarosa (Voigt, 1984).
Sirup ( Sirupi ) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol, polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan
maksud untuk meningkatkan larutan obat dan menghalangi pembentukan hablur
sukrosa dalam sirup adalah 64 – 66% kecuali dinyatakan lain. Larutan gula encer,
merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi dan bakteri. Ada 3 macam sirup
adalah :
1. Sirup simplex : mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v
2. Sirup obat, mengandung 1 atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi
atau penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi
rasa tidak enak dan bau obatnya (Anief,1986)

B. KOMPONEN SIRUP
1. Bahan berkhasiat / zat aktif
Merupakan bahan obat yang akan dibuat menjadi sediaan farmasi untuk
tujuan pengobatan
2. Bahan pembantu/ eksifien
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa sediaan yang baik, stabil,
efektif dan aman
a. Pelarut
Pelarut atau pembawa yang digunakan adalah air aromatic, sirup, atau
campuran pelarut
b. Pemanis
Pemanis berffungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan dilihat dari
kalori yang dihasilkan menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis
berkalori rendah
c. Pengawet Antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpangan agar
dapat bertahan lebih lama dan tidak di tumbuhi mikroba / jamur di
antara pengawet-pengawet yang umum digunakan sebagai pengawet
sirup dengan konsentrasi lazim efektif adalah asam benzoat ( 0,1-
0,2%)
d. Perasa dan pengaroma
Sediaan sirup dapat disedapkan dengan pemberi radsa buatan atau
bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup, mempunyai rassa
yang enak karna sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus
mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
e. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran
pH selama penyimpanan.
f. Antioksidan
Antioksidan dalam di dalam sediaan larutan berfungsi sebagai zat
yang mencegah reaksi oksidasi dari senyawa yang mudah teroksidasi
oleh oksigen.
g. Pengatur pH (larutan dapar atau buffer)
Zat yang range pH stabilitasnya kecil maka harus dilakukan dengan
dapar yang sesuai. Buffer atau dapar adalah suatu material, yang
ketika di larutkan dalam suatu pelarut, senyawa ini mampu
mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa ditambahkan.
h. Anti Caplocking
Untuk mencegah kristalisasi gula (sukrosa) pada daerah leher botol
(caplocking) maka umumnya digunakan alkohol polihidrik seperti
sorbitol, gliseril.

C. PEMBUATAN SIRUP
Proses pembuatan sediaan sirup dilakukan dengan beberapa metode
1. Metode parutan dengan pemanasan.
Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila dibutuhkan pembuatan sirup
secepat mungkin, komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh
pemanasan
2. Metode pengadukan tanpa pemanasan
Metode ini dilakukan untuk menghindari panas yang merangsang
invirsi sukrosa.
3. Metode penambahan bahan aktif kedalam sirup sederhana ( sirup
simplex atau Flavoring sirup)
Penmabahan bahan padat kedalam sirup yang paling baik adalah
dengan melarutkannya dalam jumlah air murni dan kemudiaan larutan
tersebut digabungkan kedalam sirup.
4. Metode perkolasi
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut
perkolaktor, yang simplisianya terendam dalam cairan penyaring dimna
zat-zat nya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan
keluar sampai memenuhi syart yang telah di tetapkan.
D. PREFORMULASI ZAT AKTIF
Zat Aktif Acetaminopherum,Paracetamol (C8 Hg
No2)
Nama Kimia N-Asetil -4-aminofenol
Berat Molekul 151,16 g/mol
Titik Lebur 169o sampai 172o ( FI.III Hal.37)
Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih,tidak
berbau rasa pahit.
Kandungan Acetaminophen mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,9% C8H9No2. Dihitung terhadap zat
yang telah di keringkan
Kelarutan Larut dalam 70 bagian air,dalam 7 bagian
etanol (95%) P , dalam 13 bagian aseton
P ,dalam 40 bagian gliserol P , dan dalam
9 bagian propilenglikol P ; Larut dalam
larutan alkali hidroksida
Inkompatibilitas Tidak bercampul dengan senyawa yang
memiliki ikatan hidrogen dan beberapa
antasida
Stabilitas Peningkatan suhu dapat mempercepat
degradasi obat
Polimorfisme Tiga bentuk metastalal dari
asetaminophen yaitu orthorombik
acetamol untuk pembuatan tablet dan
monoklinik acetaminophen dengan
ukuran lebih kecil dan termodinamik
yang stabil
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ,terlindung
dari cahaya ( FI III.Hal.37)

E. PREFORMULASI ZAT-ZAT EKSIPIEN


a. Propilenglikol (propylenglycolum)
Pemerian Cairan kental,Jernih,tidak berwarna ; tidak
berbau ; rada agak manis ; higroskopik
Kelarutan Dapat dicampur dengan air , dengan etanol
(95%) P dan dengan kloroform P ; Larut dalam
6 bagian eter P ; tidak dapat dicampur dengan
eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak
Titik Lebur -59oc (hanbook of pharmaceutical
excipient.Hal 592)
PH 3-6 (Allen,2002)
Stabilitas Stabil ketika dicampur dengan etanol
(95%)P ,gliserin,air atau larutan berair yang
dapat disterilisasi dengan autoklaf
Inkompatibilitas Dengan reagen pengoksida seperti kalium
pemanganat
Polimorfisme -

b. Gliserin (glycerolum)
Pemerian Cairan seperti sirup;jernih.tidak berwarna;tidak
berbau;manis diikuti rasa hangat,higroskopik .
Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yg tidak melebur hingga suhu
mencapai lebih kurang 20%
Kelarutan Dapat dicampur dengan air , dan dengan etanol
(95%)P ; Praktis tidak larut dalam kloroform
P , Dalam eter P dan dalam minyak lemak
Titik lebur 17,8oc (handbook of pharmaceutical excipients
hal 285)
PH 2-7
Stabilitas Gliserin dicampur dengan air,etanol (95%)P
dan propilenglikol
Inkompatibilitas Dengan kromium trioksida , kalium
pemanganat . kalium klorat
Polimorfisme -

c. Sakarin (saccharinum)
Pemerian Serbuk atau hablur , putih ; tidak berbau atau
berbau aromatic : Lemak
Kelarutan Agak sukar larut dalam air ; dalam kloroform
dan dalam eter ; Larut dalam air mendidih ;
sukar larut dalam etanol
Titik lebur 226o – 230oc (handbook of pharmaceutical
excipients.606)
PH 4,5 – 6,0
Stabilitas Sangat baik jika disimpan di wadah tertutup
baik
Inkompatibilitas Dapat bereaksi dengan molekul besar ,
sehingga terjadi endapan
Polimorfisme -

d. Sorbitol (Sorbitolum)
Pemerian Serbuk , granul atau lempengan ; higroskopik ;
warna putih , rasa manis
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air , sukar larut
dalam etanol , dalam metanol dan dalam asam
asetat
Titik Lebur Formula anhidra 110-112oc , Formula
metastabil 98oC dan gamma polimorp 97,7oC
PH 4,5-7,0 (handbook of pharmaceutical
excipients hal 679)
Stabilitas Relatif inerf dan kompatibel , stabil di udara
dan tidak adanya katalisator
Inkompatibilitas Akan membentuk helat air yang larut dengan
banyak divalen dan ion logam trivalen
Polimorfisme -

e. Sukrosa (Sucrosum)
Pemerian Hablur putih atau tidak bewarna , massa hablur
atau berbentuk kubus , atau serbuk hablur putih
; tidak berbau ; rasa manis , stabil diudara
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air ; lebih mudah
larud dalam air mendidih ; sukar larut dalam
etanol ; tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter.
Titik Lebur 160-186oC (handbook of pharmaceutical
excipients hal 708)
PH 8-13
Stabilitas Baik pada suhu kamar dan kelembaban Relatif
Inkompatibilitas Serbuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan
logam yang dpt menyebabkan ketidak cocokan
dengan bahan aktif
Polimorfisme -

f. Nipagin (methylis Parabenum)


Pemerian Hablur kecil , Tidak berwarna atau serbuk
hablur , putih ; tidak berbau atau berbau khas
lemah ; mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan Sukar larut dalam air dalam benzena dan
dalam karbon tetraklorida , mudah larut dalam
etanol dan dalam eter
Titik lebur 125o-128oC (handbook of pharmaceutical
excipient hal 441)
PH 3-8
Stabilitas Larutan encer metilparabel pada pH 3-6 dapat
disterilkan autoclaving pada 128oC selama 20
menit tanpa dekomposisi
Inkompatibilitas Dengan bentonit , magnesium trisilikat , talk ,
tragakan , minyak esensial , sorbitol , atropin
Polimorfisme -

g. Nipasol (Propylis Parabenum)


Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil : tidak berwarna
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air ; mudah larut
dalam etanol , dan dalam eter , sukar larut
dalam air mendidih
Titik Lebur 96,0O – 99,0OC (hanbook of pharmaceutical
excipients hal 596)
pH 4-8
Stabilitas Larutan propilparaben berair pada pH 3-6
dapat disterilkan otoklaf tanpa dekomposisi
Inkompatibilitas Dengan magnesium alumunium silikat ,
magnesium trisilikat , oksidasi besi kuning
dapat mengurangi keawetan
Polimorfisme -

h. Aquadestilata (air suling)


Pemerian Cairan , Jernih ; tidak berbau ; tidak berwarna ;
tidak mempunyai warna
Titik Lebur 0oC
Stabilitas Harus terlindungi dari kontaminasi partikel
partikel ion . Secara kimia , air stabil dalam
semua bentuk fisik ( es , cair , dan uap ) . Air
untuk tujuan khusus harus disimpan dalam
wadah yang sesuai . Air untuk injeksi disimpan
dalam wadah tertutup rapat bersegel . Air steril
untuk injeksi disimpan dalam wadah dosis
tunggal (HOPE ed. 5 hal 802
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat atau eksipien
lain yang dapat terhidrolisis . Air dapat
bereaksi dengan logam ogam alkali dan secara
cepat dengan logam logam alkali tanah dan
oksidasinya . Seperti kalium oksida , dan
magnesium oksida . Air juga bereaksi dengan
garam garam anhidrat untuk mmembentuk
hidran dengan berbagai komposisi , dengan
material organik tertentu . (HOPE ed.5.Hal 804
)
Polimorfisme -
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum pembuatan sediaan sirup paracetamol ini berlangsung pada hari
Rabu tanggal 13 September 2017 di Laboratorium STIKes BTH Tasikmalaya.
B. Alat dan Bahan
1) Alat yang digunakan
No Alat Fungsi
1. Botol 100 ml Wadah untuk sediaan
2. Spirtus dan Kaki Tiga Untuk memanaskan/ mendidihkan suatu bahan
larutan
3. Gelas Kimia 250 dan Wadah untuk menyimpan serta membuat larutan
500 mL
4. Gelas Ukur 50 dan Untuk mengukur volume cairan yang tidak
100 mL memerlukan ketelitian yang tinggi
5. Batang Pengaduk Untuk mengaduk dan mencampurkan larutan
agar tetap homogen
6. Corong Kaca Untuk memindahkan cairan dari wadah satu ke
wadah yang lain
7. Pipet Tetes Untuk memindahkan bahan larutan dengan
jumlah yang sedikit
8. Piknometer Untuk mengetahui bobot jenis suatu sediaan
9. Viskometer Untuk menguji viskositas dari sediaan
Brookfield
10. Kertas Indikator Untuk mengetahui nilai pH suatu sediaan
Universal

2) Bahan yang digunakan


Bahan yang digunakan adalah paracetamol, propilen glikol, gliserin,
sakarin, sukrosa, nipagin, nipasol dan aquadest.
C. Formulasi
Formulasi sirup paracetamol 120mg/ 5mL dibuat 500 mL
No Bahan Jumlah Fungsi Syarat Keter
(konsentrasi) angan
1. Paracetamol 120 mg/ Analgetik, - -
5 mL Antipiretik
2. Propilen Glikol 12 mL Zat tambahan, 10-25% √
pelarut,
pengawet,
humektan
3. Gliserin 3 mL Zat tambahan, - -
pencahar,
pemanis
4. Sakarin 120 mg Pemanis 0,02- 0,5% √
5. Sorbitol - Humektan, 20- 35% √
pemanis
6. Sukrosa 15,84 g Pemanis 50- 67% √
7. Nipagin 0,108 g Antimikroba, 0,015- 0,2% √
pengawet
8. Nipasol 0,012 g Antimikroba 0,01- 0,02% √
9. Perisa qs - - -
10. Pewarna qs - - -
11. Aquadest Ad 60 Pelarut - -
mL

D. Perhitungan Penimbangan
a. Paracetamol 500 mL
= x 120 mg=12000 mg=12 gram
5 mL
b. Propilen Glikol 500 mL
= x 12 mL=100 mL
60 mL
c. Gliserin 500 mL
= x 3 mL=25 mL
60 mL
d. Sakarin 500 mL
= x 120 mg=1000 mg=1 gram
60 mL
e. Sukrosa 500 mL
= x 15, 84 g=132 gram
60 mL
f. Nipagin 500 mL
= x 0,108 g=0,9 gram
60 mL
g. Nipasol 500 mL
= x 0,012 g=0,1 gram
60 mL
h. Perisa qs
i. Pewarna qs
j. Aquadest Ad 500 mL

E. Penimbangan Bahan
No. Bahan Jumlah Pelaksana Paraf
1. Paracetamol 12 gram M. Zulfan
2. Propilen glikol 100 mL Lelih N.
3. Gliserin 25 mL Novi N.
4. Sakarin 1 gram Iska M.
5. Sukrosa 132 gram Nadia A.
6. Nipagin 0,9 gram Nisa A.
7. Nipasol 0,1 gram Maulidya R.
8. Perisa Secukupnya -
9. Pewarna Secukupnya -
10. Aquadest Ad 500 mL Nurzaman

F. Prosedur Pembuatan
No Tahapan Kerja Pelaksana Paraf
.
1. Kalibrasi Botol 5 bh @100 mL Novi N.
2. Panaskan sebagian aquadest kemudian Nisa A.
larutkan nipagin dan sukrosa (massa 1)
3. Larutkan sakarin dalam sedikit air Iska M.
(massa 2)
4. Panaskan propilen glikol ±70° C, Maulidya R.
kemudian larutkan nipasol dan
parasetamol (massa 3)
5. Masukkan massa 1 ke dalam massa 3 Nadia A.
6. Masukkan gliserin ke dalam massa 3 Novi N.
aduk hingga homogeny
7. Masukkan massa 1 kedalam massa 3, Nisa A.
aduk hingga homogen
8. Tambahkan aquadest ad 500 mL Nisa A.
9. Kemas dan lakukan evaluasi.
- Evaluasi Organoleptik M. Zulfan
- Bobot Jenis Iska
- Viskositas
- pH Lelih N.
Nurzaman &
- Volume Terpindahkan
Novi
M. Aldry &
Maulidya R.

G. Prosedur Evaluasi Sediaan


1. Evaluasi Organoleptik

Warna

Bau

Rasa

2. Bobot Jenis

Timbang piknometer kosong Isi dengan aquadest sampai air meluap keatas

Buang air dalam piknometer, lalu isi


dengan sediaan yang telah dibuat Timbang kembali piknometer yang telah diisi
sampai sediaan meluap keatas. air
Timbang kembali piknometer yang telah Hitung Bobot Jenisnya dengan rumus
diisi sediaan C− A
ρ= x ρair
B−A

3. Viskositas

Masukkan sediaan kedalam gelas Celupkan spindle No. 2


kimia

Lakukan Uji sampel dengan menggunakan


viscometer Brookfield
4. pH

Celupkan kertas indikator ke dalam Cocokkan dengan warna yang terdapat


sediaan paracetamol yang sudah dibuat pada indikator universal

5. Volume Terpindahkan

Masukkan sediaan kedalam gelas ukur


100 mL

Masukkan kedalam botol sirup

Keluarkan lagi kedalam gelas ukur 100


mL

Lihat perubahan volume yang terjadi

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Data Pengamatan
No Parameter Uji Syarat Hasil Tanggal/Waktu/P
. araf
1. pH 6 13-09-17
2. Berat Jenis ρ=1,13126 13-09-17
3. Viskositas RPM CP %
100 30,4 7,6% 13-09-17
60 12,4 0,9% 13-09-17
30 24,4 3,6% 13-09-17
4. Volume Botol 1= 100% 13-09-17
terpindahkan Botol 2= 100%
Botol 3= 100%
5. Organoleptis 13-09-17
a. Warna Kuning bening
b. Rasa
Manis, agak pahit
c. Bau
Tidak berbau,agak
d. Kejernihan
menyengat
Jernih

Hasil Uji Organoleptik selama 5 hari dalam suhu 5 ℃ dan 28 ℃


Suh Hari Bau Warna Rasa Kejernihan
u ke-
1 Tidak Kuning, Manis agak pahit Jernih
berbau,agak bening
5 menyengat

2 Tidak Kuning, Manis agak pahit Jernih
berbau,agak bening
menyengat

3 Tidak Kuning, Manis agak pahit Terjadi Caplocking,


berbau,agak bening terdapat kristalisasi di
menyengat dinding botol dan
tutupnya
4 Tidak Kuning, Manis agak pahit Terjadi Caplocking,
berbau,agak bening terdapat kristalisasi di
menyengat dinding botol dan
tutupnya
5 Bau Kuning, Pahit diawal,lalu Terjadi Caplocking,
menyengat bening terasa manis terdapat kristalisasi di
dinding botol dan
tutupnya
1 Tidak Kuning, Manis agak pahit Jernih
berbau,agak bening
28 menyengat

2 Kuning, Pahit + manis Jernih
Harum bening
manis,agak
menyengat
3 Harum Kuning, Pahit + manis Jernih
manis,agak bening
menyengat

4 Harum Kuning, Pahit + manis Terdapat kristal pada


manis,agak bening leher botol
menyengat

5 Tidak Kuning, Pahit + manis Terdapat kristal pada


terlalu bening leher botol
menyengat

B. Data Perhitungan
1. Bobot Jenis (ρ)
Diketahui :
- Bobot piknometer kosong (A) = 12,30 gram
- Bobot Piknometer + air (B) = 22,28 gram
- Bobot Piknometer + Sediaan (C) = 23,59 gram
- Ρair = 1 g/cm3
C− A 23,59−12,30 11,29
ρ= x ρair = x 1= =1,13126 g/cm3
B−A 22,28−12,30 9,98
2. Viskositas
Sediaan sebanyak 500 mL diuji dengan menggunakan Viscometer
Brookfield.
Rpm Cp %
30 12,0 0,9
60 24,0 3,6
100 30,4 7,6

Lalu dibuat kurva :


120
100
80
60 Rpm
40 Cp
20
0
1 2 3

3. Volume Terpindahkan
- Botol ke-1 : Vo = 100 mL, V1 = 100 mL , maka 100/100 x 100% =
100%
- Botol ke-2 : Vo = 100 mL, V1 = 100 mL , maka 100/100 x 100% =
100%
- Botol ke-3 : Vo = 100 mL, V1 = 100 mL , maka 100/100 x 100% =
100%
4. Pemeriksaan pH
Indikator universal dimasukkan ke dalam sirup kemudian diukur nilai pH-
nya. pH yang diperoleh adalah 6 yang berarti sirup paracetamol bersifat
asam.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan sirup paracetamol


120 mg/ 5 ml. Sirup adalah sediian cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa. Kadar sakarosa adalah tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari
66,9% kecuali dinyatakan lain. (Moh. Anief, 2010).
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan sediaan sirup ini
adalah acetaminophenum dan bahan tambahan (excipiens) yang digunakan adalah
propilenglikol, gliserin, sakarin, sukrosa, nipagin, nipasol, aquadest.
Khasiat dari parasetamol yaitu untuk analgetik atau anti nyeri dan
antipiretik atau penurun panas dan atau untuk menurunkan suhu tubuh dari
demam.Obat parasetamol ini tergolong obat bebas dan dapat diperoleh tanpa resep
dokter, tetapi pemakaian obat ini tidak dianjurkn dalam jangka lama karena dapat
menimbulkan nefropati yaitu kerusakan atau penyakit pada ginjal.
Kelarutan parasetamol (acetaminophenum) larut dalam 70 bagian air
dalam 7 bagian etanol (95%) p, dalam 13 bagian aseton p, dalam 40 bagian
gliserol p, dan dalam 9 bagian propilenglikol p; larut dalam larutan alkali
hidroksida (Farmakope III.1979 hal 37), dengan berarti zat aktif ini memiliki
kelarutan yang cukup rendah terhadap air dengan begitu diperlukan zat tambahan
(excipient) untuk melarutkan zat tersebut.
Zat excipient yang diformulasikan dengan parasetamol yaitu
propilenglikol dan aqua destilata sebagai pelarut, dalam pembuatan suspensi kali
ini propilenglikol digunakan untuk melarutkan nipasol dan paracetamol dalam
keadaan panas sekisaran ±70˚C , zat excipent lainnya yaitu gliserin sediaan
larutan jernih dan tidak berwarna digunakan untuk membantu melarutkan zat yang
tidak larut dalam air juga sebagai wetting agent dan anti cap-locking yaitu untuk
mencegah kristalisasi gula pada daerah leher botol.Propilenglikol dan gliserin juga
sebagai penambahan bahan higroskopis dengan tujuan untuk mencegah
kehilangan air dengan konsentrasi 10-20%. (Herdis,dkk. 2017)
Zat tambahan lainnya yaitu sakarin, sukrosa dan perisa dengan bentuk
sediaan padat yaitu kristal putih atau serbuk hablur, tidak berbau digunakan
sebagai pemanis atau membantu memperbaiki rasa, tetapi perisa tidak digunakan
karena bahannya tidak tersedia. Zat excipeient lainnya yaitu nipagin dan nipasol
dalam bentuk sediaan serbuk hablur, putih tidak berbau dan tidak berwarna
digunakan untuk bahan pengawet pada sediaan suspensi. Bahan pewarna tidak
digunakan karena tidak tersedia bahannya. Pada formulasi sediaan suspensi kami
tidak menggunakan bahan sorbitol.
Pemberian zat tambahan pemanis karena zat aktif yaitu parasetamol
memiliki rasa pahit maka diperlukan zat excipient untuk memperbaiki rasa.
Pemanis tersebut untuk peningkatan viskositas. Sediaan larutan suspensi ini
merupakan multiple dose (dosis ganda) sehingga rentan terhadap kontaminasi
mikroba tetapi untuk menghindarinya dapat kita berikan penambahan pengawet
yaitu metylparaben (nipagin) dan propilparaben (nipasol) untuk menjaga
pertumbuhan mikroba atau terhadap sediaan suspensi tersebut.
Pembuatan sirup parasetamol menghasilkan warna kuning jernih hal
tersebut dari warna sukrosa dengan tanpa zat tambahan warna yang menarik.
Sediaan dibuat dan dilakukan evaluasi yaitu dilakukan evaluasi organoleptik
dengan mengamati warna, bau, rasa dan kejernihan dengan hasilnya memiliki
warna khas dari bahan tersebut yaitu kuning jernih dengan rasa manit agak pahit
aroma tidak bau sedikit menyengat dan sediaan jernih. Uji organoleptis dilakukan
selama 5 hari dengan suhu yang berbeda yaitu pada suhu kamar 35˚C dan suhu
dingin ±5˚C (lemari Es) dengan hasil pengamatan antara suhu kamar dan suhu
dingin tidak mengalami perbedaan jauh pengamatan sesuai dengan yang pada
aslinya hanya saja bau atau aroma pada suhu dingin tidak terlalu menyengat dan
pada suhu dingin terjadi pengkristalan diatas leher tutup botol bagian dalam. Hal
ini dikarenakan zat excipiens yang ditambahkan untuk anti cap-loking hanya
dengan sedikit gliserin tidak diberikan zat sorbitol sedangkan kandungan gula atau
pemanis yang terkandung didalamnya cukup tinggi (banyak). Perubahan akan
terjadi sedikit demi sedikit pada setiap harinya karena dengan kondisi dan tempat
penyimpanan juga keadaan udara dan atau kelembaban dalam suatu tempat.
Uji evaluasi lainnya yaitu viskositas dengan menggunakan viskometer
brookfield, spindel yang digunakan no 2 dan Rpm 100, 30, dan 60 dengan hasil
terlampir (data hasil pengamatan), pengujian viskositas dilakukan untuk
mengukur viskositas atau kekentalan dalam suatu larutan. Semakin banyak
pemanis yang terkandung didalam sirup tersebut maka semakin tinggi pula
viskositas yang diperoleh. Kemudian dilakukan Pengujian pH untuk mengetahui
keasaman pada sirup tersebut, pH yang digunakan dengan indikator universal,
dengan diperoleh pH 6 dengan berarti asam (lemah). Pengujian bobot jenis (BJ)
dilakukan untuk mengetahui suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara
masa (g) dan volume (ml) jadi satuan bobot jenis g/ml dengan diperoleh rho =
1,13126 g/ml (dari hasil pengamatan) yaitu dengan bobot jenis lebih besar dari
1,00 lebih berat dari pada air. Yang terakhir yaitu dilakukan uji evaluasi volume
terpisahkan dengan pengujian tersebutagar mengetahui perubahan volume yang
terjadi ketika dilakukan pemindahan wadah dengan volume awal 100ml dengan
dilakukan pengocokan dalam botol dan mengetahui volume konstan atau
tidaknya. Tidak terjadi pengurangan volume tetap konstan dengan volume awal.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan pada praktikum kali ini adalah :
1. Sediaan yang dibuat dalam bentuk sirup parasetamol 500ml/5ml dengan
bahan aktif acetaminophenum (parasetamol) dengan bahan tambahan
(excipients) lainnya yaitu propilenglikol, gliserin, sakarin, sukrosa,
nipagin, nipasol, aquadest.
2. Zat tambahan (excipients) sebagai pelarut yaitu aquadest, propilenglikol,
gliserin juga sebagai bahan higroskopis untuk mencegah kehilangan air.
Sakarin dan sukrosa digunakan sebagai zat tambahan untuk memperbaiki
rasa (corigen saporis). Nipagin dan nipasol digunakan sebagai bahan
pengawet.
3. Dilakukan uji evaluasi diantaranya uji organoleptis, bobot jenis (BJ),
viskositas (kekentalan), pH, dan Volume terpisahkan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui keadaan sediaan yang dibuat

B. Saran
Sebaiknya diberikan zat sorbitol sebagai anti cap-loking untuk mencegah
terjadinya pengkristalan pada tutup botol.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Dep.Kes.RI


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Dep.Kes.RI
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Dep.Kes.RI
Mandbook of pharmaceutical Exipients (HOPE) edisi 5
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Kiswa, Herdis, dkk. 2017. Teknologi Formulasi Sediaan Likuid dan Semisolid.
Tasikmalaya: Stikes Bakti Tunas Husada.
Moh Anief. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
LAMPIRAN

Pada saat uji evaluasi viskositas dengan viskometer brookfield,


spindel 2.

Pada saat proses pembuatan

Anda mungkin juga menyukai