Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

“PEMBUATAN SEDIAAN GEL”

OLEH
KELOMPOK I :

PUTU AYUDIA SEPTIARINI (1948202002)


NI KOMANG AYU PARIDA (1948202003)
I MADE BAYU JAYA KUSUMA (1948202004)
NI KADEK DWI LALA WULANDARI (1948202005)
IGA PRAMI ELCYA MAHADIKA (1948202008)

SARJANA FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gel merupakan sediaan semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel kadang - kadang
disebut jelly. Jika massa gel terdiri dari jaringan kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai
sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam system dua fase, jika ukuran
partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma
(misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk
semi padat jika dibiarkan dan akan menjadi cair pada pengocokan, gel fase tunggal dapat dibuat
dari makro molekul sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan).
Sediaan tragakan disebut juga mucilago. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara
topikal atau dimasukan ke dalam lubang tubuh.
Ada 2 macam basis gel yaitu gel hidrofobik dan gel hidrofilik :
1. Gel hidrofobik (oleogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengadung paraffin cair
dengan polietilen atau minyak lemak membentuk gel dan silika koloidal atau aluminium atau
sabung seng.
2. Gel hidrofilik (hidrogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengandung air, gliserol
atau propilen glikol membentuk gel dengan gelling agent (pembentuk gel) yang sesuai seperti
tragakan, pati, derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan magnesium- aluminium silikat.
Sifat / Karakteristik Gel (Lachman, 496 - 499):
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan
tidak bereaksi dengan komponen lain. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan
bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama
penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan.
Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat
menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan). Gel dapat terbentuk melalui
penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan
membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk
gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan
(Departemen Kesehatan RI, 1995). Gel pada umumnya memiliki karakteristik yaitu strukturnya
yang kaku. Gel dapat berupa sediaan yang jernih atau buram, polar, atau non polar, dan
hidroalkoholik tergantung konstituennya. Gel biasanya terdiri dari gom alami (tragacanth, guar,
atau xanthan), bahan semisintetis (misal : methylcellulose, carboxymethylcellulose, atau
hydroxyethylcellulose), bahan sintetis (misal : carbomer), atau clay (misal : silikat). Viskositas
gel pada umumnya sebanding dengan jumlah dan berat molekul bahan pengental yang
ditambahkan.
Gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic gels. Lipophilic
gels(oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari parafin cair, polietilen atau minyak
lemak yang ditambah dengan silika koloid atau sabun-sabun aluminium atau seng. Sedangkan
hydrophylic gels, basisnya terbuat dari air, gliserol atau propilen glikol, yang ditambah gelling
agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium- aluminum silikat (Gaur et al,
2008).
Berdasarkan sifat pelarut terdiri dari hidrogel, organogel, dan xerogel. Hydrogel (sering
disebut juga aquagel)merupakan bentuk jaringan tiga dimensi dari rantai polimer hidrofilik yang
tidak larut dalam air tapi dapat mengembang di dalam air. Karena sifat hidrofil dari rantai
polimer, hidrogel dapat menahan air dalam jumlah banyak di dalam struktur gelnya
(superabsorbent) organogel merupakan bahan padatan non kristalin dan thermoplastic yang
terdapat dalam fase cairan organic yang tertahan dalam jaringan cross-linked tiga dimensi.
Cairan dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau minyak sayur.
Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara penyusutan. Xerogel biasanya
mempertahankan porositas yang tinggi (25%),luas permukaan yang besar (150- 900 m/g), dan
ukuran porinya kecil (1-10 nm). Saat pelarutnya dihilangkan di bawah kondisi superkritikal,
jaringannya tidak menyusut dan porous, dan terbentuk aerogel. Gelling agent bersifat hidrofilik
dan larut dalam air. Gom alam dan polimer berfungsi dengan membentuk lapisan tipis pada
permukaan partikel. Pada saat dikempa, partikel cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut
seperti gula, mengikat partikel bersama dengan membentuk jembatan kristal. Pengikat untuk
proses granulasi basah biasanya dilarutkan dalam air atau suatu pelarut biasanya berupa alkohol
dan larutan pengikat digunakan untuk membentuk masa basah/granul. Dalam pengikatan partikel
bersama yang berperan adalah ikatan van der walls dan ikatan hidrogen. Contoh : mikrokristalin
selulosa, gom arab.
Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan viskositas dari
gel meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan sulit dikeluarkan dari wadahnya.
Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan konsistensi dari basis
berubah, misalnya pada hydrogel yang sebagian besar solvennya berupa air maka temperature
yang tinggi akan mengakibatkan sebagian dari solvennya akan menguap sehingga akan
mengakibatkan perubahan pada struktur gel.Basis gel sebagian besar berupa polimer - polimer.
Gel merupakan crosslinked system dimana aliran tidak akan terjadi apabila berada dalam
keadaan steady state. Sebagian besar bahan merupakn liquid tetapi gel memiliki sifat seperti
padatan karena adanya ikatan 3 dimensi didalam larutan. Ikatan ini mengakibatkan adanya sifat
swelling dan elastic. Untuk melihat kerusakan dari struktur gel dapat dilihat dari
kekakuan/rigidness dari gel tersebut. Temperature tinggi dapat mengakibatkan kekakuan dari gel
meningkat oleh karena itu proses penyimpanan dari sediaan bentuk gel harus diperhatikan.

III. TUJUAN

1. Mengetahui formulasi sediaan gel

2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan gel

3. Dapat membuat sediaan gel

IV. ALAT DAN BAHAN

ALAT

1. Timbangan analitik

2. Gelas beaker 100 ml

3. Batang pengaduk
4. Spatula

5. Bunsen/ spiritus

6. Kaki tiga

7. pH universal

BAHAN

1. Mentol

2. CMC Na

3. Na EDTA

4. Alkohol 70%

5. Propilen glikol

6. Aquades

V. A. FORMULASI
R/ Mentol 1%
CMC Na 2%
Alkohol 20 %
Propilen glikol 20%
Aquades ad 100%  20 gram
Na EDTA q.s
 Dibuat sebanyak 30 gram

B. MONOGRAFI BAHAN
1. Menthol (Handbook of pharmaceutical Excipient Edisi 6, hal 433)
Nama lain : Mentholum
Nama kimia : 5-Metil-2-(1-Metil etil)-sikloheksanal
Rumus molekul : C10H20O

Struktur kimia :
Pemerian ; Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk
jarum, atau massa yang melebur, mempunyai bau yang enak seperti minyak permen
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam kloroform, dalam eter dan
mudah larut dalam asam stearate
Berat molekul : 152,67
Titik lebur : 41 C – 44 C
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bentonite, magnesium trisilikat, talk, tracagant, sodium
alginate, minyak esensial
Stabilitas : Pada pH 3-6 larutan nipagin cari dapat disterilkan dengan autoclave pada suhu
120 C selama 20 menit, stabil pada pH 3-6 pada suhu ruangan

2. Propilen glikol
Nama lain : Propilen glycolum, metil-glikol
Nama kimia : 1,2-propanediol
Rumus molekul : C3H8O2

Struktur kimia :
Pemerian : Carian kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap
air pada udara lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform. Larut dalam
beberapa minyal esensial dan dalam eter, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
Titik didih : 188 C
Stabilitas : Pada suhu tinggu akan teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat, asam
pruvat dan asam asetat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti potassium permanganat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. CMC-Na
Nama resmi : Natrii Carboxymethylcellosum
Nama sinonim : Natrium karboksimetil selulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading tidak berbau atau hampir
tidak berbau, hidroskopik
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense koloidal, tidak larut dalam
etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organic lain
Khasiat : Zat tambahan
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadar tertutup rapat

4. Aquadest
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquadest, air suling
Rumus molekul : H2O

Struktur molekul :
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut, media distribusi

VI. PENIMBANGAN BAHAN


NO NAMA BAHAN HASIL PENIMBANGAN
1. Mentol 1% 1
X 30 g=0,3 gr
100
2. CMCNa 2% 2 6
X 30 g= =0,6 gr
100 10
3. Alkohol 20% 20 60
X 30 g= =6 ml
100 10
4. Propilenglikol 20% 20
X 30 g=6 ml
100
5. Aquadest 20gr 20 gr
6. Na EDTA q.s q.s (secukupnya)

PENIMBANGAN BAHAN :
CMC Na 0,60108
EDTA 0,1040
Methanol 0,3510

VII. PROSEDUR KERJA

a. Pembuatan massa 1 (M1)

1. 0,6 gram CMC Na dimasukkan kedalam gelas beaker dan ditambahkan dengan 1⁄2 V air
panas

2. Diaduk hingga terbentuk massa gel

3. Terbentuk massa gel

b. Pembuatan M2

1. 0,314 gram mentol dilarutkan dengan 6 ml alkohol, aduk hingga homogen

2. Larutan mentol

c. Pembuatan M3

1. Secukupnya gram Na EDTA dilarutkan aquades, diaduk hingga homogen

2. Ditambahkan 6 ml propilenglikol dan diaduk hingga homogen

3. M3
d. Pencampuran m1, m2, dan m3

1. M2 dan M3 dimasukkan Kedalam M1 didalam gelas beaker, diaduk hingga homogen

2. Ditambahkan sisa V aquades, diaduk hingga homogen

3. Dimasukkan kedalam tube, kemudian dikemas

4. Sediaan gel 30 gram

VIII. HASIL PENGAMATAN


NO PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN
1. Homogenitas  Homogen

2. Warna  Putih Bening

3. Rasa  Dingin Lengket

4. Viskositas  Kental

5. Bau  Menyengat

6. PH  Ph 5

7. Penimbangan PH  0,5519

IX. PEMBAHASAN
Gel adalah semisolid transparan atau tembus cahaya yang terdiri dari larutan atau
disperse dari satu atau lebih zat aktif dalam basis hidrofilik atau hidrofobik yang sesuai, selain itu
gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspense yang dibuat dari zarah kecil senyawa
organic atau makromolekul senyawa organic, masing-masing terbungkus dan saling terserap
cairan. (Formularium Nasional, hal 315).
Berikut uraian mengenai evalasi gel yaitu :
1. Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui merata atau tidaknya zat aktif dalam sediaan tersebut,
dengan cara meneteskan atau mengoleskan gel pada kaca objektif. Kemudian kaca
tersebut diarahkan pada cahaya. Dan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu
gel tersebut homogen.
2. Warna
Uji ini dilakukan untuk mengetahui warna dari gel yang telah dibuat, dengan cara melihat
gel nya. Dan dari hasil pengamatan dikatakan bahwa gel berwarna putih bening.
3. Rasa
Uji ini dilakukan untuk mengetahui rasa dari gel yang dibuat, dengan cara gel yang sudah
dibuat dioleskan di kulit. Dan dari hasil pengamatan yang dilakukan yaitu kulit terasa
dingin dan sedikit lengket.

4. Viskositas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui viskositas gel yang dibuat, dan dari hasil pengamatan
yang sudah dilakukan dapat dikatakan bahwa viskositas dari gel tersebut yaitu kental.
5. Bau
Uji ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bau dari gel yang dibuat, dan dari hasil
pengamatan yang dilakukan dapat dikatakan bahwa gel tersebut berbau sedikit
menyengat karena ada bahan mentolnya.
6. PH
Penetapan pH yang diuji ini, dilakukan agar mengetahui nilai pH pada masing-masing
sediaan gel. Dengan syarat nilai pH harus sama sama pada masing-masing pot yang di uji
sehingga pH merata dan sama juga dapat mempertahankan keseragamannya.

X. KESIMPULAN
Kesimpulan setelah dilakukan pratikum pembuatan gel dapat disimpulkan bahwa gel
merupakan system semi padat yang terdiri dari suspense yang dibuat dari beberapa bahan.
Uji yang dilakukan adalah uji Homogenitas, Warna, Rasa, Viskositas, Bau, dan PH.
Pada uji organoleptis(bau, rasa dan warna) didapatkan hasil sesuai dengan spesifikasinya yang
diinginkan. Hasil dari uji viskositasnya diperoleh hasil dan tipe kental.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Hergiani, N, dkk. 2015. Laporan Semsol Sediaan Gel.
https://www.academia.edu/23022285/Laporan_Semsol_Sediaan_Gel. Diakses pada 2
juli 2021
Sri Arista. 2013. Fenomena Distribusi.
https://www.academia.edu/9027656/arista_FENOMENA_DISTRIBUSI. Diakses pada
2 juli 2021
Nunung, P, dkk. 2018. Laporan Kelompok 1.
https://www.scribd.com/document/379872634/LAPORAN-KELOMPOK-1.
Diaksess pada 2 juli 2021
Nutrisia Aquariushinta Sayati, dkk. 2015. Jurnal Kefarmasian Indonesia, Formulasi dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Gel. Diakses pada tanggal 15 Juli
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai