Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FARMASI STERIL

CARA STERILISASI PERALATAN DAN BAHAN

Disusun oleh:
KELAS B/ GOLONGAN B1/ KELOMPOK 3
1. Klarisa Yuzar Mahardika (I1C019026)
2. Nabilah (I1C019028)
3. Nahlannisa Hubbalillah (I1C019030)
4. Chandra Wati Puspa Negara (I1C019034)
5. Nur Azizah Apriliana Intansari (I1C019036)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FARMASI STERIL
PRAKTIKUM 1 CARA STERILISASI PERALATAN ALAT DAN BAHAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menguraikan dan melakukan pencucian dan sterilisasi peralatan dan bahan
yang akan digunakan untuk menangani produk steril
2. Mahasiswa mampu menguraikan cara-cara sterilisasi yang dilakukan terhadap alat dan bahan
berdasarkan karakteristik alat dan bahan tersebut.
II. ALAT BAHAN
A. Alat
1. Bak pencucian
2. Alat/wadah gelas
3. Nampan
4. Beaker glass
5. Alumunium
6. Alas lempeng gelas
7. Penutup karet
8. Oven
9. Autoklaf
10. Kertas perkamen
11. Alumunium foil
12. Passbox
13. Laminar air flow
14. Bunsen
15. Pinset
16. Spuit injeksi
17. Erlenmeyer
18. Filter holder
19. Alat gelas tidak berskala
20. Alat porselin
21. Alat logam
22. Alat karet
23. Kain
24. Alat gelas yang berskala
25. Ampul
B. Bahan
1. Tepol
2. Larutan Na karbonat 5%
3. Larutan Na karbonat 0,5%
4. Akuadest
5. Akuadest bebas pirogen
6. Spiritus dilutus atau alcohol 90%
7. HCl 2%
8. Desinfektan
9. Kasa steril

III. SKEMA PROSEDUR KERJA DAN EVALUASI


A. Prosedur kerja
1. Pencucian Alat / Wadah Gelas
Bak pencucian diisi dengan air

Tepol ditambahkan ke bak


pencucian

Alat/wadah direndam dalam larutan tepol

Alat/wadah disikat dengan sikat keras

Bagian dalam dan luar alat dibilas dengan air keran

Alat dibilas dengan akuades bebas pirogen tiga kali

Alat diletakkan di atas alas gelas dan dikeringkan


dalam oven

2. Pencucian alumunium

Beaker glass diisi dengan air

Ditambahkan larutan tepol

Dididihkan selama 10 menit

Bila perlu ditambahkan Na Karbonat 5% dan rendam selama 5 menit

Alumunium dibilas dengan air panas mengalir


Alumunium dididihkan dengan air keran selama 15 menit

Alumunium dibilas dengan air kran

Didihkan kembali alumunium menggunakan aquadest selama 15 menit

Alumunium dibilas dengan aquadest selama 3 kali

Alumunium diletakkan pada alat lempeng gelas

Alumunium diletakkan pada oven untuk pengeringan


3. Pencucian Karet

Karet direndam dalam larutan HCL 2 % selama 2 hari

Karet direndam dalam larutan tepol 1 % dan Na karbonat 0,5 % selama 1 hari

Karet didihkan dalam larutan tepol dan Na Karbonat selama 15 menit

Karet direndam dalam aquadest

Diautoklaf pada suhu 100’C selama 20 menit

Proses autoklaf diulangi sampai didapat air direndam jernih

Dibilas dengan alkohol 90%

Dimasukan kedalam oven


4. Prosedur Pembungkusan
a. Pembungkusan untuk alat yang disterilisasi panas uap (autoklaf)

Dimasukkan alat dalam pembungkus

Dilipat bagian atas pembungkus dan klip dengan klip kertas

Dibungkus lagi dengan pembungkus

Ditutup bagian atas dengan menggunakan klip kertas

b. Pembungkusan untuk alat yang disterilisasi panas kering (oven)

Dibungkus alat dengan alumunium foil

Dibungkus lagi dengan alumunium foil sehingga


rangkap dua
5. Teknis Aseptis

Disiapkan alat yang akan digunakan

Dibersihkan passbox dengan desinfektan sebelum alat masuk

Disemprot passbox dengan desinfektan pada seluruh dinding dan bersihkan dengan kasa
steril dari bagian bersih ke bagian yang lebih kotor

Disemprot peralatan dengan desinfektan dan dimasukkan ke dalam passbox

Diambil peralatan dari sisi lain dan tutup kembali passbox dan letakkan disamping
laminar air flow

Dibersihkan laminar air flow dengan desinfektan ke semua dinding dan dibersihkan dengan
kasa steril dari bagian bersih ke bagian yang lebih kotor

Diturunkan penutup laminar air flow hingga sebatas dada

Disemprot seluruh peralatan yang akan dimasukkan dengan desinfektan

Disusun seluruh peralatan dengan rapi di dalam laminar air flow dan pisahkan
bagian peralatan yang bersih dan bagian peralatan yang kotor

Disemprot tangan dengan desinfektan


Dinyalakan bunsen dan panaskan pinset diatas api

Dibuka kasa steril dengan pinset dan diletakkan dilantai laminar air flow sebagai
alas alat bersih
Dibuka peralatan yang terbungkus dengan alumunium foil menggunakan pinset

6. Sterilisasi Panas Basah

Ketinggian air dalam autoklaf diperiksa

Sumber api dinyalakan

Dimasukkan alat yang telah disiapkan

Pengunci autoklaf dirapatkan dengan arah diagonal

Suhu pemanasan diatur 100°C

Setelah keluar uap, klep autoklaf ditutup

Ditunggu sampai suhu naik (121°C)

Waktu sterilisasi (121°C selama 10 menit) ; waktu jaminan sterilitas (121°C selama 2 menit)

Buka klep untuk menurunkan tekanan dalam autoklaf

Setelah tekanan mencapai 1 atm, sumber api dimatikan

Setelah suhu turun, penutup autoklaf dibuka

Setelah mencapai suhu ruang, diambil penutup autoklaf dan alat-alat dikeluarkan

Alat dikeringkan menggunakan oven (100 °C)


7. Sterilisasi Panas Kering

Suhu oven diatur hinga 100°C

Alat dimasukan kedalam oven

Saat suhu mencapai 100°C, tunggu selama 2 menit

Setelah 2 menit,atur suhu sampai 180°C

Watu sterilisasi 180°C selama 30 menit

Setelah waktu jaminan sterilitas (180°C selama 1 menit), turunkan suhu sampai 71°C
dan buka sedikit pintu oven

Setelah suhu mencapai 40°C, keluarkan alat dari dalam oven

8. Sterilisasi Filtrasi

Kemasan spuit injeksi dibuka

Dikeluarkan & diletakkan di bagian bersih

Penutup jarum dibuka

Sediaan diambil dari erlenmeyer sesuai kebutuhan, lalu jarum ditutup

Pinset dipanaskan

Pembungkus filter holder dibuka dengan pinset

Filter holder dipasang diujung spuit injeksi tanpa memegang langsung filter holder
Dilakukan sterilisasi filtrasi dengan menekan spuit injeksi

Filter holder dilepas dan diletakan ke pembungkus

Wadah sediaan ditutup dengan rapat

Bunsen dimatikan
9. Bubble Point Test
Laminar air flow dibersihkan
Diisi spuit injeksi dengan 2 ml aquades steril

Seluruh peralatan diletakkan ke dalam pass box


Dilepas jarum pada ujung spuit dan pasang filter holder di ujung spuit

Ditekan penyemprot hingga membran penyaring dalam filter terbasahi

Dilepas filter holder dan isi spuit injeksi dengan udara sampai tanda 5 ml

Dipasang kembali filter holder pada ujung spuit dan letakkan sampai tercelup di bawah air pada gelas
piala 100 ml

Ditekan penyemprot dan catat kedududkannya pada saat gelembung udara pertama keluar
dari ujung filter holder

Volume udara yang tersisa dalam spuit harus lebih kecil dari 0,8

10. Preparasi Personil pembuatan media & uji sterilitas

Personil

Masuk ke ruang C dan mengambil pakaian di rak


Tangan dicuci mengikuti 5 gerakan dasar, lalu dikibaskan dan dikeringkan

Pakaian kerja digunakan, diantaranya masker, tutup kepala, dan handschoen


Tangan personil di disinfeksi sebelum memasuki ruang kerja

Membuka pintu dengan lengan

11. Preparasi alat pembuatan media & uji sterilitas

Peralatan kerja diambil yang bertanda bersih dan steril

Dibuka bungkus alat yang digunakan, dan diletakkan diatas tray

Passbox yang akan digunakan di disinfeksi

Disinfeksi peralatan yang akan dimasukkan ke dalam passbox ruang B

Diperiksa ulang alat yang diterima dengan list kebutuhan


12. Pembuatan media Thioglyclate

Ditimbang media thioglycolate 1,78 g dengan gelas arloji

Diambil WFI (Water For Injection) dan ditambahkan sampai 60 mL

Dimasukkan WFI ke dalam erlenmeyer

Dimasukkan media ke dalam erlenmeyer

Diaduk sampai larut dan homogen

Dipanaskan media diatas bunsen

Diamati perubahan warna yang terjadi (Biru-Pink-Kuning)

Pemanasan dihentikan bila telah terbentuk warna kuning, jika terjadi penurunan volume,
ditambahkan WFI sampai 60 ml

Disaring selagi panas

Diambil media sebanyak 15 ml dengan spuit injeksi dan dimasukkan ke tabung reaksi

Ditutup mulut tabung reaksi dengan Aluminium Foil, lalu diikat dengan tali
13. Pembuatan media Soybean Casein Digest

Ditimbang sediaan Soybean Casein Digest 1,8 g

Diambil WFI sebanyak 60 ml

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dan diaduk sampai larut

Dipanaskan dan didihkan diatas bunsen

Bila terjadi pengurangan volume, ditambahkan dengan WFI dan diangkat dari bunsen

Diambil media sebanyak 15 ml dengan spuit injeksi

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditutup mulut tabung reaksi dengan aluminium foil

Semua tabung diikat dengan tali

Tabung dimasukkan kedalam beaker glass dan diletakkan dalam passbox


Sterilisasi dengan autoklaf

14. Preparasi Laminar Air Flow

Dinyalakan LAF

Dibuka jendela LAF sebelum proses disinfeksi

LAF dibersihkan dengan disinfektan

Dilakukan disinfeksi terhadap semua alat dan bahan yang akan dimasukkan

Dinyalakan spiritus sebelum mulai bekerja

Jendela LAF diatur untuk bekerja secara aseptis

Dilakukan disinfeksi terhadap tangan personil


15. Uji Sterilisasi

Dibuka tali yang mengikat tabung media

Dibuka kemasan spuit injeksi

Ampul di disinfeksi sebelum dipatahkan lehernya

Diambil seluruh larutan dalam ampul

Dihilangkan gelembung dan dipastikan spuit bebas gelembung udara dan tepat volume

Dilakukan pemijaran pada tutup media

Dimasukkan ½ volume sediaan dalam media thioglycolate

Dimasukkan seluruh sisa sediaan ke dalam media Soybean Casein Digest

Dipijarkan aluminium foil sebelum digunakakan

Dilapisi aluminium foil sebelumnya dengan yang baru

Dihomogenkan media dengan tangan

Diikat dengan tali

Setelah bekerja, dilakukan teknis aseptis pada LAF

B. Evaluasi hasil proses


-
I. PERHITUNGAN BAHAN, ANALISIS DATA, DAN ETIKET
A. Perhitungan bahan
-
B. Analisis data
1. Pencucian Alat/Wadah Gelas

No. Perlakuan yang Krusial Keterangan

1. Alat/wadah direndam dengan Untuk menghilangkan pengotor dengan


tepol proses pembasahan, pengemulsian,
pendispersian, dan pelarutan oleh cleaning
agent

2. Alat/wadah dibilang dengan air Untuk menghilangkan endotoksin bakteri


bebas pirogen (pirogen) penyebab demam

3. Pengeringan dengan oven Pemanasan panas kering pada suhu 160°C


- 180°C untuk peralatan yang tahan panas

2. Pencucian Alumunium

No. Perlakuan Keterangan

1. Ditambahkan Tepol Untuk menghilangkan pengotor dengan proses


pembasahan, pengemulsian, pendispersian, dan
pelarutan oleh cleaning agent

2. Dididihkan selama 10 Untuk menghentikan pertumbuhan mikroba karena


menit salah satu faktor pertumbuhan mikroba adalah suhu

3. Penambahan Na karbonat Untuk menetralisir asam anorganik dan organik atau


dengan konsentrasi 5% garam asam dan untuk menjaga pH konstan dalam
proses di mana asam dibebaskan

4 Pengeringan dengan Pemanasan panas kering pada suhu 160°C - 180°C


oven untuk peralatan yang tahan panas

3. Pencucian Karet
No. Perlakuan Keterangan

1. Direndam dalam larutan Untuk mencuci dan menetralkan kotoran-kotoran


HCl 2% selama 2 hari dari karet yang bersifat basa serta membuka pori-
pori dari karet sehingga zat yang ada di dalam
pori-pori dapat terlarut dengan adanya asam

2. Direndam dalam tepol 1% Untuk menghilangkan pengotor dengan proses


dan Na Karbonat 0,5% pembasahan, pengemulsian, pendispersian, dan
pelarutan oleh cleaning agent, serta untuk
menetralisir asam anorganik dan organik atau
garam asam dan untuk menjaga pH konstan
dalam proses di mana asam dibebaskan

3. Didihkan karet dalam Untuk memastikan bahwa spora dan


larutan tepol dan Na mikroorganisme yang ada pada tutup karet
karbonat selama 15 menit benar-benar mati
dan diulangi

4 Dimasukkan dalam autoklaf Karet tahan terhadap uap jenuh


110oC selama 20 menit

5 Dimasukkan dalam oven Untuk melakukan proses pengeringan

4. Pembungkusan untuk alat yang disterilisasi panas uap (autoklaf) & panas kering (oven)

No. Perlakuan Keterangan

1. Pembungkusan rangkap 2 untuk mengantisipasi jika pembungkus


mengalami kerusakan dan mencegah kebocoran
pembungkus.

2. Pembungkusan dengan karena kertas perkamen memiliki sifat ketahan


kertas perkamen pada yang baik dalam keadaan basah walaupun dalam
sterilisasi panas uap air mendidih dan dapat tembus uap air.

3. Pembungkusan dengan karena panas akan dialirkan secara konduksi di


alumunium foil pada permukaan aluminium foil sehingga panas yang
sterilisasi panas kering memapar alat dilakukan secara merata.
5. Teknik Aseptis

No. Perlakuan yang Krusial Keterangan

1. Desinfeksi passbox, peralatan, Untuk mengurangi kontaminasi awal


dan LAF dengan mengeliminasi mikroorganisme

2. Dilakukan dalam LAF Untuk menjamin pekerja yang memerlukan


sterilitas tinggi dan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi

3. Pemanasan pinset di atas api Untuk menjaga pinset (peralatan) agar tetap
langsung steril sehingga mencegah kontaminasi

6. Sterilisasi Panas Basah

No. Perlakuan Keterangan

1. Alat direndam dalam ditujukan untuk membunuh endospora dan


autoklaf mikroorganisme

2. Setelah proses sterilisasi Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan


selesai, sumber panas mencapai 0 Psi
dimatikan dan tekanan
dibiarkan turun perlahan
hingga mencapai 0 Psi.

7. Sterilisasi Panas Kering

No. Perlakuan Keterangan

1. Menggunakan oven dengan Untuk mencapai efektivitas diperlukan


suhu 180°C. pemanasan mencapai temperatur antara 160°C-
180°C.

8. Sterilisasi Filtrasi

No. Perlakuan Keterangan

1. Pinset dipanaskan Untuk tindakan aseptis


2. Filter ukuran 0,22 - 0,45 semakin kecil diameter pori semakin menjamin
mikrometer (paling sering sterilitas). Filter ukuran 0,1 mikrometer
digunakan yang 0,22 digunakan filtrasi virus dan molekul protein
mikrometer karena semakin
kecil diameter pori semakin

3. Filter holder dipasang tanpa untuk menghindari kontaminasi mikrobakteri


menyentuhnya secara
langsung

9. Bubble Point Test

No. Perlakuan Keterangan

1. volume udara yang tersisa volume kurang dari 0,8 mL yang menunjukan
pada spuilt harus lebih kecil integritas membran filter baik.
dari 0,8 mL

2. Filter holder dipasang tanpa untuk menghindari kontaminasi mikrobakteri


menyentuhnya secara
langsung

10. Preparasi Personil pembuatan media & uji sterilitas

No. Perlakuan yang Krusial Keterangan

1. Cuci tangan Mengikuti 5 gerakan dasar, dikibaskan, dan


dikeringkan. Untuk meminimalisasi
kontaminasi awal.

2. Menggunakan pakaian kerja masker, penutup kepala, handschoen. Untuk


meminimalisasi kontaminasi.

3. Desinfeksi tangan yang Untuk meminimalisasi kontaminasi awal dan


sudah menggunakan sarung menjaga kondisi aseptis.
tangan

11. Preparasi alat pembuatan media & uji sterilitas


No. Perlakuan yang Krusial Keterangan

1. Passbox dan peralatan yang Untuk membunuh atau menurunkan jumlah


akan dimasukkan ke dalam mikroorganisme penyebab kontaminasi yang
passbox didesinfektan tidak diharapkan

12. Pembuatan media Thioglycolate

No. Perlakuan Keterangan

1. Perubahan warna Adanya perubahan warna tersebut sebagai indikasi


masuknya oksigen pada masa akhir inkubasi

2. Pembungkusan tabung Pembungkusan dengan aluminium foil tersebut


reaksi dengan alumunium bertujuan agar panas dapat dialirkan secara
konduksi di permukaan aluminium foil sehingga
panas yang memapar alat dilakukan secara merata

3. tabung reaksi diikat dengan Agar media tidak berpindah saat dilakukan
tali sterilisasi.

13. Pembuatan media Soybean Casein Digest

No. Perlakuan Keterangan

1. Pembungkusan dengan agar panas dapat dialirkan secara konduksi di


alumunium foil permukaan aluminium foil sehingga panas yang
memapar alat dilakukan secara merata

2. tabung diikat dengan tali agar media tidak berpindah saat dilakukan
sebelum dimasukkan ke sterilisasi.
beaker glass dan diletakkan
ke dalam passboox.

3. pemijaran pada tutup untuk menjaga kondisi aseptik


media dengan pemijaran
alat di atas api langsung
(bunsen maupun spiritus)

14. Preparasi Laminar Air Flow

No. Perlakuan Keterangan

1. LAF dibersihkan dengan Desinfeksi ini merupakan proses untuk merusak


desinfektan organisme yang bersifat patogen pada benda mati,
namun tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk
spora

2. Spiritus dinyalakan Untuk menjaga peralatan agar tetap steril sehingga


mencegah kontaminasi secara aseptis

15. Uji Sterilisasi

No. Perlakuan Keterangan

1. Bebas gelembung udara Agar larutan obat terlarut sempurna.


pada spuit injeksi

2. Dilakukan pemijaran pada Untuk menjaga kondisi aseptik


tutup media

3. Teknik aseptis yang Diperlukan untuk pekerja yang memerlukan


dilakukan dalam Laminar sterilitas tinggi
Air Flow

C. Etiket
-
II. PEMBAHASAN
Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme (protozoa,
fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda atau peralatan untuk menjaga peralatan di
laboratorium tetap bersih atau steril, serta mencegah terjadinya kontaminasi (Istini 2020).
Pada praktikum kali ini kita melakukan sterilisasi terhadap alat/wadah gelas, alat karet, dan
alat alumunium. Tahap-tahap pada praktikum kali ini yaitu dilakukan pencucian alat/wadah
gelas, alat karet, dan alat alumunium. Kemudian dilakukan pembungkusan untuk alat-alat
yang akan disterilisasi panas basah dan sterilisasi panas kering. Untuk praktikum ini
dilakukan beberapa percobaan yaitu teknik aseptis, sterilisasi panas basah, sterilisasi panas
kering, sterilisasi filtrasi, bubble point test, preparasi personil pembuatan media dan uji
sterilitas, preparasi alat pembuatan media dan uji sterilitas, pembuatan media thioglyclate,
pembuatan media soybean casein digest, preparasi laminar air flow, dan uji sterilisasi.
Pada pencucian alat/wadah gelas, alumunium, dan pencucian karet digunakan tepol.
Fungsi penambahan tepol/deterjen adalah menghilangkan pengotor dengan proses
pembasahan, pengemulsian, pendispersian, dan pelarutan oleh cleaning agent (Ramalisa
2019). Bahan-bahan penyusun deterjen adalah surfaktan, suids regulator, builders dan zat
aditif. Di dalam air detergen memiliki molekul yang disebut dengan micelles (Achsanul &
Rahadian 2019). Dimana pada bagian hidrokarbon pada molekul detergen bercampur
dengan micelles disebut hidrofobik (tidak suka air), sedangkan pada bagian polarnya yaitu
hidrofilik (suka air) yang berada di luar micelles.
Pada proses pencucian alat/wadah gelas terdapat proses pembilasan alat menggunakan
aquades bebas pirogen selama 3 kali. Endotoksin bakteri (pirogen) adalah polisakarida dari
membran bakteri. Mereka larut dalam air, stabil terhadap panas, dan dapat disaring. Jika
mereka hadir dalam persiapan dan diberikan kepada pasien, mereka dapat menyebabkan
demam dan leukopenia pada pasien yang mengalami penurunan kekebalan (Stringer 2005).
Oleh karena itu, diperlukan pembilasan dengan air bebas pirogen/pyrogen-free water.
Proses pengeringan alat/wadah gelas, alumunium, serta karet dilakukan dengan
menggunakan oven. Oven adalah alat yang menggunakan metode pemanasan panas kering.
Pemanasan secara kering kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai
efektifitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur 160°C sampai dengan 180°C. Pada
temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini
disebabkan terjadinya autoksidasi sehingga bakteri patogen dapat terbakar (Gabriel 1996).
Pada proses pencucian alumunium dan karet terdapat proses penambahan Na karbonat
dengan konsentrasi masing-masing 5% dan 0,5% pada saat pendidihan larutan. Natrium
karbonat merupakan salah satu bahan baku penting dalam industri kimia. Kandungan
natriumnya menghasilkan sifat peremajaan yang membuatnya penting dalam industri kaca
dan silikat. Natrium karbonat atau disebut juga soda abu biasanya digunakan untuk
menetralisir asam anorganik dan organik atau garam asam dan untuk menjaga pH konstan
dalam proses di mana asam dibebaskan. Ini juga digunakan dalam produksi garam natrium
(misalnya, tartrat, kromat, nitrat, sitrat, fosfat, garam asam lemak) (Dinata et al. 2018).
Pendidihan alumunium dengan aquades bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan
mikroba karena salah satu faktor pertumbuhan mikroba adalah suhu (Amaliyah 2017). Pada
proses pencucian karet, untuk pencucuian tutup karet diawali dengan merendam dalam
larutan HCl 2% selama 2 hari. Tujuan perendaman dengan HCL 2% ini untuk mencuci dan
menetralkan kotoran-kotoran dari karet yang bersifat basa serta membuka pori-pori dari
karet sehingga zat yang ada didalam pori-pori dapat terlarut dengan adanya asam. Setelah
itu dilakukan perebusan dengan tepol dan na karbonat. Tujuan utama dari proses ini adalah
untuk membuat spora jamur yang masih ada menjadi bentuk aktif (vegetatif) sehingga
bahan desinfektan dapat membunuh spora jamur tersebut. Perebusan pada karet dilakukan
secara duplo untuk memastikan bahwa spora dan mikroorganisme yang ada pada tutup
benar-benar mati. Setelah dilakukan perebusan, karet disterilisasi dengan autoklaf dalam
keadaan terendam dalam campuran etanol dan aquadest. Tutup karet distrerilisasi dengan
autoklaf karena tutup karet tahan terhadap uap jenuh.
Sterilisasi menggunakan panas uap (autoklaf) ataupun menggunakan panas kering
(oven) diperlukan pembungkusan alat. Pembungkusan ini bertujuan untuk mencegah
paparan panas secara langsung pada alat yang dapat menyebabkan kerusakan alat yang di
akibatkan oleh pemuaian yang tidak merata (Lukas 2006). Pada proses pembungkusan
dilakukan 2 kali pembungkusan dikarenakan untuk mengantisipasi jika pembungkus
mengalami kerusakan dan mencegah kebocoran pembungkus. Prosedur pembungkusan
panas uap (autoklaf) menggunakan pembungkus kertas perkamen, menggunakan kertas
perkamen karena kertas perkamen dibuat dengan proses sulfriv acid serta proses
pengelantangan (bleaching) sehingga kertas ini memiliki sifat ketahan yang baik dalam
keadaan basah walaupun dalam air mendidih dan dapat tembus uap air (Iskandar &
Suhartono 2017), sehingga dapat menyebabkan denaturasi protein , termasuk enzim-enzim
didalam sel (Istini 2020) dan dapat membenuh endopsora (Djais & Theodorea 2019).
Pembungkusan alat pada sterilisasi panas kering (oven) mengunakan alumunium foil.
Pengunaan alumunium foil maka panas akan dialirkan secara konduksi di permukaan
aluminium foil sehingga panas yang memapar alat dilakukan secara merata (Lukas 2006),
Sehingga dapat membunuh mikroorganisme karena prinsip kerja Sterilisasi dengan panas
kering adalah melalui mekanisme konduksi, panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar
dari peralatan yang akan disterilkan, lalu merambat kebagian yang lebih dalam dari
peralatan (Santoso et al. 2017).
Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisasi kontaminasi
mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas. Kondisi aseptik
menghindari adanya kontaminasi oleh mikroorganisme, pirogen, maupun partikel baik pada
alat, kemasan, maupun bentuk sediaan selama proses pencampuran. Dengan kata lain,
teknik aseptis ini dilakukan untuk menghindari adanya sterilisasi akhir terutama untuk
alat/bahan yang tidak tahan panas (Oetari 2018). Dalam teknik aseptis, baik pada passbox,
peralatan maupun Laminar Air Flow diperlakukan penyemprotan desinfektan dan
dibersihkan dengan kasa steril dari bagian bersih ke bagian yang kotor. Desinfeksi ini
merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen pada benda mati, namun
tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk spora (Tille 2017). Teknik aseptis ini dilakukan
dalam Laminar Air Flow karena diperlukan untuk pekerja yang memerlukan sterilitas tinggi
dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi (Maftuchah et al. 2014). Untuk menjaga
kondisi aseptik juga diperlukan sterilisasi fisik alat yang digunakan yaitu dengan pemijaran
alat seperti pinset di atas api langsung (bunsen maupun spiritus) (Fardin & Wulan 2016).
Sterilisasi panas basah merupakan sterilisasi uap panas dalam wadah tertutup pada suhu
121°C selama kurang lebih 15 menit. Sterilisasi panas basah menggunakan alat yang disebut
dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Autoklaf
memiliki ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Pada saat sumber panas
dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk
mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan
uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan
tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf tidak boleh dibuka
sebelum tekanan mencapai 0 Psi (Syah 2016). Autoklaf ditujukan untuk membunuh
endospora, karena sel ini dapat dibunuh pada suhu 100oC yang merupakan titik didih air
pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121°C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5
menit (Djais & Theodorea 2019). Sterilisasi menggunakan cara pemanasan basah dapat juga
dapat membunuh mikroorganisme karena pemanasan basah dapat menyebabkan denaturasi
protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Istini 2020). Alat-alat yang disterilisasi dengan
panas basah adalah alat-alat yang yang terbuat dari kaca yang mudah mengembang, alat-alat
berbahan karet, serta alat-alat yang memiliki skala (gelas ukur, beker glass, dan lain-lain)
karena jika disterilisasi dengan metode panas kering secara terus menerus maka skala yang
ada pada alat akan memudar dan hilang (Efrianto 2008).
Sterilisasi panas kering merupakan sterilisasi menggunakan oven. Sterilisasi ini
dilakukan dengan proses konduksi panas. Panas diabsorbsi oleh permukaan luar dari sebuah
instrumen dan kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya, pada akhirnya keseluruhan objek
mencapai suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi (Sariyem et al. 2013). Pemanasan kering
ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan
pemanasan mencapai temperatur antara 160°C-180°C. Pada temperatur ini akan
menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya auto
oksidasi sehingga patogen dapat terbakar. Pada tempetratur 160°C memerlukan waktu 1
jam, sedangkan pada temperatur 180°C memerlukan waktu 30 menit. Pada metode
pemanasan kering ini dipergunakan untuk mensterilisasikan alat-alat pipet, tabung reaksi,
stick swab, jarum operasi, jarum suntik, dan syringe (Gabriel 1996).
Sterilisasi filtrasi merupakan sterilisasi secara mekanik dengan melewatkan bahan yang
umumnya berupa cairan atau gas melalui alat yang menyerupai saringan dengan pori-pori
yang sangat kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme. Sterilisasi filtrasi diperlukan
untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan panas. Cairan antibiotik, serum, medium
pertumbuhan, enzim, vaksin distetrilisasi dengan metode filtrasi. Dalam sterilisasi filtrasi
terdapat empat komponen utama yaitu filter, cartridge filter, tekanan dari atas, dan pompa
vakum dari bawah (Lazuardi 2019). Pada sterilisasi filtrasi digunakan filter holder yang
terdapat membran filter dengan diameter pori kecil. Filter ukuran 0,22 - 0,45 mikrometer
(paling sering digunakan yang 0,22 mikrometer karena semakin kecil diameter pori semakin
menjamin sterilitas). Filter ukuran 0,1 mikrometer digunakan filtrasi virus dan molekul
protein (Murwani 2015). Sterilisasi filtrasi ini dilakukan di dalam Laminar Air Flow dengan
pemijaran api untuk sterilisasi alat yang digunakan seperti pinset dan wadah sediaan
sehingga menjamin mencegah kontaminasi mikroorganisme dan didapatkan sterilitas yang
tinggi (Maftuchah et al. 2014).
Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya sterilisasi filtrasi yaitu integritas filter dengan
holder harus benar-benar menyatu, filter dan holder harus steril, dipastikan tidak ada
kecacatan pori-pori terkait tindakan filtrasi, serta tempat penampungan filtrat harus benar-
benar steril (Lazuardi 2019). Untuk mengukur integritas membran filter dapat dilakukan
Bubble Point Test (Muchtaridi 2019). Metode ini dapat menentukan ukuran pori maksimum
dalam suatu membran, sesuai dengan tekanan minimum yang diperlukan untuk
menimbulkan gelembung gas pertama. Sebelum dilakukan pengukuran, membran filter
dibasahi dahulu. Uji titik gelembung (Bubble Point Test) yang benar menggunakan
pengukur untuk memverifikasi bahwa gelembung pertama tidak terbentuk di bawah nilai
tekanan yang ditentukan ketika lubang dari peralatan kedap udara penahan membran filter
yang dibasahi dengan direndam dalam air, dan aliran udara ke arah sebaliknya. Gelembung
gas pada tekanan yang ditentukan menunjukkan keutuhan pori nominal atau ukuran kapiler
membran filter. Gelembung yang dihasilkan pada tekanan yang lebih rendah dari yang
ditentukan dengan ditunjukan oleh besarnya volume yang tersisa menunjukkan membran
yang terlepas, pecah, atau tertusuk (Newton 2008). Pada praktikum Bubble Point Test,
setelah spuit injeksi ditekan hingga muncul gelembung pertama di dalam air, didapatkan
volume kurang dari 0,8 mL yang menunjukan integritas membran filter baik.
Pada preparasi personil pembuatan media dan uji sterilitas, personil terlebih dahulu
mencuci tangan. Cuci tangan dilakukan dengan cara mengikuti 5 gerakan dasar, lalu
dikibaskan, dan dikeringkan. Cuci tangan tersebut bertujuan untuk meminimalisasi
kontaminasi awal. Selanjutnya digunakan pakaian kerja oleh personil. Pakaian kerja tersebut
berupa masker, penutup kepala, dan handschoen. Digunakannya pakaian kerja ditujukan
untuk meminimalasi kontaminasi. Kemudian, dilakukan disinfeksi tangan yang sudah
menggunakan sarung tangan. Hal tersebut untuk meminimalisasi kontaminasi awal dan
menjaga kondisi aspetis. Desinfektan sendiri merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab kontaminasi yang tidak
diharapkan, misalnya bakteri, jamur, dan virus (Rismana 2002).
Pada preparasi alat pembuatan media dan uji sterilitas, alat yang digunakan perlu
dimasukan ke dalam passbox. Selain itu, dilakukan pula disinfeksi pada passbox dan
peralatan yang digunakan. Hal tersebut bertujuan untuk membunuh atau menurunkan
jumlah mikroorganisme penyebab kontaminasi yang tidak diharapkan. Karena, desinfektan
sendiri merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme penyebab kontaminasi yang tidak diharapkan, misalnya bakteri, jamur, dan
virus (Rismana 2002).
Pada pembuatan media Thioglycolate, dilakukan pemanasan di atas bunsen dan diamati
perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna yang terjadi dapat berupa biru-pink-kuning,
adanya perubahan warna tersebut sebagai indikasi masuknya oksigen pada masa akhir
inkubasi (Depkes RI 1995). Selanjutnya setelah media dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
tutup mulut tabung reaksi dengan aluminium foil. Pembungkusan dengan aluminium foil
tersebut bertujuan agar panas dapat dialirkan secara konduksi di permukaan aluminium foil
sehingga panas yang memapar alat dilakukan secara merata (Lukas 2006). Pembungkusan
dengan aluminium tersebut berlaku juga pada pembuatan media Soybean Casein Digest.
Setelah mulut tabung ditutup, tabung diikat dengan tali sebelum dimasukkan ke beaker glass
dan diletakkan ke dalam passboox, agar media tidak berpindah saat dilakukan sterilisasi.
Selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
Sterilisasi autoklaf merupakan sterilisasi menggunakan uap panas dalam wadah tertutup
(Mardiyantoro et al. 2019).
Pada preparasi Laminar Air Flow (LAF), LAF dibersihkan dengan desinfektan.
Disinfeksi ini sendiri merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen
pada benda mati, namun tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk spora. Setelah itu, saat
peralatan dimasukkan kedalam LAF, spiritus dinyalakan. Spiritus disana bertujuan untuk
menjaga peralatan agar tetap steril sehingga mencegah kontaminasi dengan teknik aseptik.
Spiritus diperlukan untuk sterilisasi fisik alat yang digunakan dengan cara pemijaran alat
seperti pinset di atas api langsung (bunsen maupun spiritus) sehingga diperoleh kondisi
aseptik (Fardin & Wulan 2016). Teknik aseptis ini dilakukan untuk menghindari adanya
sterilisasi akhir terutama untuk alat/bahan yang tidak tahan panas (Oetari 2018).
Uji sterilisasi merupakan uji yang dilakukan terhadap produk dan bahan yang
sebelumnya telah dilakukan proses pensterilan yang telah diberlakukan (Lachman et al.
2008). Manfaat dari uji sterilitas ini yaitu untuk diketahui validitas proses sterilisasi yang
telah dilakukan sebelumnnya dan dilakukan kontrol kualitas terhadap sediaan steril. Pada uji
sterilisasi dibutuhkan media yang berfungsi untuk menumbuhan mikroba, isolasi, serta
menguji sifat fisiologi, dimana dalam proses pembuatan media tersebut harus disterilisasi
dan dilakukan tenik aspetis untuk menghindari kontaminasi terhadap media. Jika media
menunjukkan respon pertumbuhan yang tidak memadai, maka uji sterilitas tidak absah.
Selain itu, jika media disimpan dalam wadah tertutup kedap dengan ketentuan fertilitas
media uji setiap 3 bulan dan indikator warna memenuhi syarat, maka media dapat
digunakan selama tidak lebih dari 1 tahun (Depkes RI 1995). Pada uji sterilisasi larutan
dalam ampul diambil dan perlu dipastikan spuit injeksi bebas gelembung udara dan tepat
volume. Bebas gelembung udara pada spuit injeksi agar larutan obat terlarut sempurna.
Selanjutnya dilakukan pemijaran pada tutup media untuk menjaga kondisi aseptik sehingga
dilakukan sterilisasi fisik pada alat yang digunakan yaitu dengan pemijaran alat di atas api
langsung (bunsen maupun spiritus) (Fardin & Wulan 2016). Kemudian dimasukkan ½
volume sediaan ke dalam media tioglikolat dan dimasukkan seluruh sisa sediaan ke dalam
media Soybean Casein Digest. Setelah selesai uji sterilitas, dilakukan kembali teknik aseptis
pada Laminar Air Flow. Teknik aseptis yang dilakukan dalam Laminar Air Flow tersebut,
diperlukan untuk pekerja yang memerlukan sterilitas tinggi (Maftuchah et al. 2014).

VI. DAFTAR PUSTAKA


Achsanul, H &Rahadian, Z. 2019, Asam Arsenat (H3AsO4): Analisis Molekular dan
Karakteristik Senyawa, Universitas Negeri Padang, Padang.
Amaliyah, N. 2017, Penyehatan Makanan Dan Minuman-A, Deepublish, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995, Farmakope Indonesia, 4th edn, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dinata, A.A., Rosyadi, A.M., Hamid, S. & Zainul, R. 2018, ‘A Review CHEMICAL VAPOR
DEPOSITION : PROCESS AND APPLICATION’, ACS Publication, vol. 118, no. 13, pp.
6091-6133.
Djais, A.A. & Theodorea, C.F. 2019, ‘The Effect of Presto Cooker as an Alternative Sterilizer
Device for Dental Equipment’, Journal of Indonesian Dental Association, vol. 2, no. 1, pp.
7-13.
Efrianto, E. 2008, Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid 2. Direktorat Pembinaan
Sekolah Mengengah Kejuruan, Jakarta.
Fardin & Wulan, C. 2016, ‘Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Jamur Rayap
(Termitomyces Albuminosus (Berk.) Heim.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Bacillus subtilis’, The National Jounal Of Pharmacy, vol. 13, no. 2, pp. 46-54.
Gabriel, J.F. 1996, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta.
Iskandar, R. & Suhartono 2017, ‘Pengaruh Pengunaan Berbagai Jenis Kemasan Kertas Terhadap
Daya Simpan Kubis (Brasisca oleracea)’, Jurnal Siliwangi, vol. 3, no. 2, pp. 222 -229.
Istini 2020, ‘Pemanfaatan Plastik Polipropilen Standing Pouch Sebagai Salah Satu Kemasan
Sterilisasi Peralatan Laboratorium’, Indonesian Journalof Laboratory, vol. 2, no. 3, pp. 41-
46.
Lachman L., Herbert, A.L. & Joseph, L.K. 2008, Teori dan Praktek Industri Farmasi, 3rd edn,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Lazuardi, M. 2019, Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner, 1st edn, Erlangga University Press,
Surabaya.
Lukas, S. 2006, Formulasi Steril, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Maftuchah., Winaya, A., & Zainudin, A. 2014, Teknik Dasar Analisis Biologi Molekuler,
Deepublish, Yogyakarta.
Mardiyantoro, F., Palupi, D.N., Hidayat, L.H., Septina, F., Hartami, E., Fuadiyah, D., &
Swastirani, A. 2019, Dasar-Dasar Keselamatan Pasien Pada Praktik Dokter Gigi , UB
Press, Malang.
Muchtaridi 2019, Dasar-dasar Radiofarmasi: Pengembangan Untuk Diagnosis dan Terapi,
Deepublish, Yogyakarta.
Murwani, S. 2015, Dasar-dasar Mikrobiologi Veteriner, UB Press, Malang.
Newton, D.W. 2008, ‘Membrane Filter Bubble Point Test’, Am J Health-Syst Pharm, vol. 65, no.
23, pp. 2210-2212.
Oetari, R.A. 2018, Teknik Aseptis, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ramalisa, Y., Febriyanti, A. & Multahadah, C. 2019, ‘Analysis of NonHierarchical Bomb for
Collection of Community Health Degrees in Jambiand Muaro Jambi City’, EKSAKTA:
Berkala Ilmiah Bidang MIPA, vol. 20, no. 1, pp. 25-34.
Rismana 2002. Sanitasi dan Desinfektan, Langkah Awal yang Efektif Mencegah Penyakit.
Infomedia, Jakarta
Santoso, I., Zubaidah, T. & Raudah 2017,’ Efektivitas Streilisasi Metode Panas Kering pada Akat
Medis Ruang Perawatan Luka Rumah Sakit Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas’,
Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol. 14, no. 1, pp. 426 - 430.
Sariyem, Sadimin, & Prasko 2013, ‘Efektivitas Sterilisasi Infra Merah dan Dry Heat Sterilisasi
Terhadap Sterilisasi Alat-Alat Kedokteran Gigi’, LINK, vol. 9, no. 1, pp. 466-473.
Stringer, R. E. 2005. Radiochemical Methods Pharmaceutical Applications. Encyclopedia of
Analytical Science, Elsevier, USA.
Syah, I.S.K. 2016,’Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf Dengan Indikator
Biologi Spore Strip’, Farmaka, vol. 14, no. 1, pp. 59-69.
Tille, P.M. 2017, Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical Microbiology, 14th
edn, Elsevier, St. Louis Missouri.

Anda mungkin juga menyukai