Disusun oleh:
KELAS B/ GOLONGAN B1/ KELOMPOK 3
1. Klarisa Yuzar Mahardika (I1C019026)
2. Nabilah (I1C019028)
3. Nahlannisa Hubbalillah (I1C019030)
4. Chandra Wati Puspa Negara (I1C019034)
5. Nur Azizah Apriliana Intansari (I1C019036)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menguraikan dan melakukan pencucian dan sterilisasi peralatan dan bahan
yang akan digunakan untuk menangani produk steril
2. Mahasiswa mampu menguraikan cara-cara sterilisasi yang dilakukan terhadap alat dan bahan
berdasarkan karakteristik alat dan bahan tersebut.
II. ALAT BAHAN
A. Alat
1. Bak pencucian
2. Alat/wadah gelas
3. Nampan
4. Beaker glass
5. Alumunium
6. Alas lempeng gelas
7. Penutup karet
8. Oven
9. Autoklaf
10. Kertas perkamen
11. Alumunium foil
12. Passbox
13. Laminar air flow
14. Bunsen
15. Pinset
16. Spuit injeksi
17. Erlenmeyer
18. Filter holder
19. Alat gelas tidak berskala
20. Alat porselin
21. Alat logam
22. Alat karet
23. Kain
24. Alat gelas yang berskala
25. Ampul
B. Bahan
1. Tepol
2. Larutan Na karbonat 5%
3. Larutan Na karbonat 0,5%
4. Akuadest
5. Akuadest bebas pirogen
6. Spiritus dilutus atau alcohol 90%
7. HCl 2%
8. Desinfektan
9. Kasa steril
2. Pencucian alumunium
Karet direndam dalam larutan tepol 1 % dan Na karbonat 0,5 % selama 1 hari
Disemprot passbox dengan desinfektan pada seluruh dinding dan bersihkan dengan kasa
steril dari bagian bersih ke bagian yang lebih kotor
Diambil peralatan dari sisi lain dan tutup kembali passbox dan letakkan disamping
laminar air flow
Dibersihkan laminar air flow dengan desinfektan ke semua dinding dan dibersihkan dengan
kasa steril dari bagian bersih ke bagian yang lebih kotor
Disusun seluruh peralatan dengan rapi di dalam laminar air flow dan pisahkan
bagian peralatan yang bersih dan bagian peralatan yang kotor
Dibuka kasa steril dengan pinset dan diletakkan dilantai laminar air flow sebagai
alas alat bersih
Dibuka peralatan yang terbungkus dengan alumunium foil menggunakan pinset
Waktu sterilisasi (121°C selama 10 menit) ; waktu jaminan sterilitas (121°C selama 2 menit)
Setelah mencapai suhu ruang, diambil penutup autoklaf dan alat-alat dikeluarkan
Setelah waktu jaminan sterilitas (180°C selama 1 menit), turunkan suhu sampai 71°C
dan buka sedikit pintu oven
8. Sterilisasi Filtrasi
Pinset dipanaskan
Filter holder dipasang diujung spuit injeksi tanpa memegang langsung filter holder
Dilakukan sterilisasi filtrasi dengan menekan spuit injeksi
Bunsen dimatikan
9. Bubble Point Test
Laminar air flow dibersihkan
Diisi spuit injeksi dengan 2 ml aquades steril
Dilepas filter holder dan isi spuit injeksi dengan udara sampai tanda 5 ml
Dipasang kembali filter holder pada ujung spuit dan letakkan sampai tercelup di bawah air pada gelas
piala 100 ml
Ditekan penyemprot dan catat kedududkannya pada saat gelembung udara pertama keluar
dari ujung filter holder
Volume udara yang tersisa dalam spuit harus lebih kecil dari 0,8
Personil
Pemanasan dihentikan bila telah terbentuk warna kuning, jika terjadi penurunan volume,
ditambahkan WFI sampai 60 ml
Diambil media sebanyak 15 ml dengan spuit injeksi dan dimasukkan ke tabung reaksi
Ditutup mulut tabung reaksi dengan Aluminium Foil, lalu diikat dengan tali
13. Pembuatan media Soybean Casein Digest
Bila terjadi pengurangan volume, ditambahkan dengan WFI dan diangkat dari bunsen
Dinyalakan LAF
Dilakukan disinfeksi terhadap semua alat dan bahan yang akan dimasukkan
Dihilangkan gelembung dan dipastikan spuit bebas gelembung udara dan tepat volume
2. Pencucian Alumunium
3. Pencucian Karet
No. Perlakuan Keterangan
4. Pembungkusan untuk alat yang disterilisasi panas uap (autoklaf) & panas kering (oven)
3. Pemanasan pinset di atas api Untuk menjaga pinset (peralatan) agar tetap
langsung steril sehingga mencegah kontaminasi
8. Sterilisasi Filtrasi
1. volume udara yang tersisa volume kurang dari 0,8 mL yang menunjukan
pada spuilt harus lebih kecil integritas membran filter baik.
dari 0,8 mL
3. tabung reaksi diikat dengan Agar media tidak berpindah saat dilakukan
tali sterilisasi.
2. tabung diikat dengan tali agar media tidak berpindah saat dilakukan
sebelum dimasukkan ke sterilisasi.
beaker glass dan diletakkan
ke dalam passboox.
C. Etiket
-
II. PEMBAHASAN
Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme (protozoa,
fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda atau peralatan untuk menjaga peralatan di
laboratorium tetap bersih atau steril, serta mencegah terjadinya kontaminasi (Istini 2020).
Pada praktikum kali ini kita melakukan sterilisasi terhadap alat/wadah gelas, alat karet, dan
alat alumunium. Tahap-tahap pada praktikum kali ini yaitu dilakukan pencucian alat/wadah
gelas, alat karet, dan alat alumunium. Kemudian dilakukan pembungkusan untuk alat-alat
yang akan disterilisasi panas basah dan sterilisasi panas kering. Untuk praktikum ini
dilakukan beberapa percobaan yaitu teknik aseptis, sterilisasi panas basah, sterilisasi panas
kering, sterilisasi filtrasi, bubble point test, preparasi personil pembuatan media dan uji
sterilitas, preparasi alat pembuatan media dan uji sterilitas, pembuatan media thioglyclate,
pembuatan media soybean casein digest, preparasi laminar air flow, dan uji sterilisasi.
Pada pencucian alat/wadah gelas, alumunium, dan pencucian karet digunakan tepol.
Fungsi penambahan tepol/deterjen adalah menghilangkan pengotor dengan proses
pembasahan, pengemulsian, pendispersian, dan pelarutan oleh cleaning agent (Ramalisa
2019). Bahan-bahan penyusun deterjen adalah surfaktan, suids regulator, builders dan zat
aditif. Di dalam air detergen memiliki molekul yang disebut dengan micelles (Achsanul &
Rahadian 2019). Dimana pada bagian hidrokarbon pada molekul detergen bercampur
dengan micelles disebut hidrofobik (tidak suka air), sedangkan pada bagian polarnya yaitu
hidrofilik (suka air) yang berada di luar micelles.
Pada proses pencucian alat/wadah gelas terdapat proses pembilasan alat menggunakan
aquades bebas pirogen selama 3 kali. Endotoksin bakteri (pirogen) adalah polisakarida dari
membran bakteri. Mereka larut dalam air, stabil terhadap panas, dan dapat disaring. Jika
mereka hadir dalam persiapan dan diberikan kepada pasien, mereka dapat menyebabkan
demam dan leukopenia pada pasien yang mengalami penurunan kekebalan (Stringer 2005).
Oleh karena itu, diperlukan pembilasan dengan air bebas pirogen/pyrogen-free water.
Proses pengeringan alat/wadah gelas, alumunium, serta karet dilakukan dengan
menggunakan oven. Oven adalah alat yang menggunakan metode pemanasan panas kering.
Pemanasan secara kering kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai
efektifitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur 160°C sampai dengan 180°C. Pada
temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini
disebabkan terjadinya autoksidasi sehingga bakteri patogen dapat terbakar (Gabriel 1996).
Pada proses pencucian alumunium dan karet terdapat proses penambahan Na karbonat
dengan konsentrasi masing-masing 5% dan 0,5% pada saat pendidihan larutan. Natrium
karbonat merupakan salah satu bahan baku penting dalam industri kimia. Kandungan
natriumnya menghasilkan sifat peremajaan yang membuatnya penting dalam industri kaca
dan silikat. Natrium karbonat atau disebut juga soda abu biasanya digunakan untuk
menetralisir asam anorganik dan organik atau garam asam dan untuk menjaga pH konstan
dalam proses di mana asam dibebaskan. Ini juga digunakan dalam produksi garam natrium
(misalnya, tartrat, kromat, nitrat, sitrat, fosfat, garam asam lemak) (Dinata et al. 2018).
Pendidihan alumunium dengan aquades bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan
mikroba karena salah satu faktor pertumbuhan mikroba adalah suhu (Amaliyah 2017). Pada
proses pencucian karet, untuk pencucuian tutup karet diawali dengan merendam dalam
larutan HCl 2% selama 2 hari. Tujuan perendaman dengan HCL 2% ini untuk mencuci dan
menetralkan kotoran-kotoran dari karet yang bersifat basa serta membuka pori-pori dari
karet sehingga zat yang ada didalam pori-pori dapat terlarut dengan adanya asam. Setelah
itu dilakukan perebusan dengan tepol dan na karbonat. Tujuan utama dari proses ini adalah
untuk membuat spora jamur yang masih ada menjadi bentuk aktif (vegetatif) sehingga
bahan desinfektan dapat membunuh spora jamur tersebut. Perebusan pada karet dilakukan
secara duplo untuk memastikan bahwa spora dan mikroorganisme yang ada pada tutup
benar-benar mati. Setelah dilakukan perebusan, karet disterilisasi dengan autoklaf dalam
keadaan terendam dalam campuran etanol dan aquadest. Tutup karet distrerilisasi dengan
autoklaf karena tutup karet tahan terhadap uap jenuh.
Sterilisasi menggunakan panas uap (autoklaf) ataupun menggunakan panas kering
(oven) diperlukan pembungkusan alat. Pembungkusan ini bertujuan untuk mencegah
paparan panas secara langsung pada alat yang dapat menyebabkan kerusakan alat yang di
akibatkan oleh pemuaian yang tidak merata (Lukas 2006). Pada proses pembungkusan
dilakukan 2 kali pembungkusan dikarenakan untuk mengantisipasi jika pembungkus
mengalami kerusakan dan mencegah kebocoran pembungkus. Prosedur pembungkusan
panas uap (autoklaf) menggunakan pembungkus kertas perkamen, menggunakan kertas
perkamen karena kertas perkamen dibuat dengan proses sulfriv acid serta proses
pengelantangan (bleaching) sehingga kertas ini memiliki sifat ketahan yang baik dalam
keadaan basah walaupun dalam air mendidih dan dapat tembus uap air (Iskandar &
Suhartono 2017), sehingga dapat menyebabkan denaturasi protein , termasuk enzim-enzim
didalam sel (Istini 2020) dan dapat membenuh endopsora (Djais & Theodorea 2019).
Pembungkusan alat pada sterilisasi panas kering (oven) mengunakan alumunium foil.
Pengunaan alumunium foil maka panas akan dialirkan secara konduksi di permukaan
aluminium foil sehingga panas yang memapar alat dilakukan secara merata (Lukas 2006),
Sehingga dapat membunuh mikroorganisme karena prinsip kerja Sterilisasi dengan panas
kering adalah melalui mekanisme konduksi, panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar
dari peralatan yang akan disterilkan, lalu merambat kebagian yang lebih dalam dari
peralatan (Santoso et al. 2017).
Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisasi kontaminasi
mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas. Kondisi aseptik
menghindari adanya kontaminasi oleh mikroorganisme, pirogen, maupun partikel baik pada
alat, kemasan, maupun bentuk sediaan selama proses pencampuran. Dengan kata lain,
teknik aseptis ini dilakukan untuk menghindari adanya sterilisasi akhir terutama untuk
alat/bahan yang tidak tahan panas (Oetari 2018). Dalam teknik aseptis, baik pada passbox,
peralatan maupun Laminar Air Flow diperlakukan penyemprotan desinfektan dan
dibersihkan dengan kasa steril dari bagian bersih ke bagian yang kotor. Desinfeksi ini
merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen pada benda mati, namun
tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk spora (Tille 2017). Teknik aseptis ini dilakukan
dalam Laminar Air Flow karena diperlukan untuk pekerja yang memerlukan sterilitas tinggi
dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi (Maftuchah et al. 2014). Untuk menjaga
kondisi aseptik juga diperlukan sterilisasi fisik alat yang digunakan yaitu dengan pemijaran
alat seperti pinset di atas api langsung (bunsen maupun spiritus) (Fardin & Wulan 2016).
Sterilisasi panas basah merupakan sterilisasi uap panas dalam wadah tertutup pada suhu
121°C selama kurang lebih 15 menit. Sterilisasi panas basah menggunakan alat yang disebut
dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Autoklaf
memiliki ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Pada saat sumber panas
dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk
mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan
uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan
tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf tidak boleh dibuka
sebelum tekanan mencapai 0 Psi (Syah 2016). Autoklaf ditujukan untuk membunuh
endospora, karena sel ini dapat dibunuh pada suhu 100oC yang merupakan titik didih air
pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121°C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5
menit (Djais & Theodorea 2019). Sterilisasi menggunakan cara pemanasan basah dapat juga
dapat membunuh mikroorganisme karena pemanasan basah dapat menyebabkan denaturasi
protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Istini 2020). Alat-alat yang disterilisasi dengan
panas basah adalah alat-alat yang yang terbuat dari kaca yang mudah mengembang, alat-alat
berbahan karet, serta alat-alat yang memiliki skala (gelas ukur, beker glass, dan lain-lain)
karena jika disterilisasi dengan metode panas kering secara terus menerus maka skala yang
ada pada alat akan memudar dan hilang (Efrianto 2008).
Sterilisasi panas kering merupakan sterilisasi menggunakan oven. Sterilisasi ini
dilakukan dengan proses konduksi panas. Panas diabsorbsi oleh permukaan luar dari sebuah
instrumen dan kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya, pada akhirnya keseluruhan objek
mencapai suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi (Sariyem et al. 2013). Pemanasan kering
ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan
pemanasan mencapai temperatur antara 160°C-180°C. Pada temperatur ini akan
menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya auto
oksidasi sehingga patogen dapat terbakar. Pada tempetratur 160°C memerlukan waktu 1
jam, sedangkan pada temperatur 180°C memerlukan waktu 30 menit. Pada metode
pemanasan kering ini dipergunakan untuk mensterilisasikan alat-alat pipet, tabung reaksi,
stick swab, jarum operasi, jarum suntik, dan syringe (Gabriel 1996).
Sterilisasi filtrasi merupakan sterilisasi secara mekanik dengan melewatkan bahan yang
umumnya berupa cairan atau gas melalui alat yang menyerupai saringan dengan pori-pori
yang sangat kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme. Sterilisasi filtrasi diperlukan
untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan panas. Cairan antibiotik, serum, medium
pertumbuhan, enzim, vaksin distetrilisasi dengan metode filtrasi. Dalam sterilisasi filtrasi
terdapat empat komponen utama yaitu filter, cartridge filter, tekanan dari atas, dan pompa
vakum dari bawah (Lazuardi 2019). Pada sterilisasi filtrasi digunakan filter holder yang
terdapat membran filter dengan diameter pori kecil. Filter ukuran 0,22 - 0,45 mikrometer
(paling sering digunakan yang 0,22 mikrometer karena semakin kecil diameter pori semakin
menjamin sterilitas). Filter ukuran 0,1 mikrometer digunakan filtrasi virus dan molekul
protein (Murwani 2015). Sterilisasi filtrasi ini dilakukan di dalam Laminar Air Flow dengan
pemijaran api untuk sterilisasi alat yang digunakan seperti pinset dan wadah sediaan
sehingga menjamin mencegah kontaminasi mikroorganisme dan didapatkan sterilitas yang
tinggi (Maftuchah et al. 2014).
Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya sterilisasi filtrasi yaitu integritas filter dengan
holder harus benar-benar menyatu, filter dan holder harus steril, dipastikan tidak ada
kecacatan pori-pori terkait tindakan filtrasi, serta tempat penampungan filtrat harus benar-
benar steril (Lazuardi 2019). Untuk mengukur integritas membran filter dapat dilakukan
Bubble Point Test (Muchtaridi 2019). Metode ini dapat menentukan ukuran pori maksimum
dalam suatu membran, sesuai dengan tekanan minimum yang diperlukan untuk
menimbulkan gelembung gas pertama. Sebelum dilakukan pengukuran, membran filter
dibasahi dahulu. Uji titik gelembung (Bubble Point Test) yang benar menggunakan
pengukur untuk memverifikasi bahwa gelembung pertama tidak terbentuk di bawah nilai
tekanan yang ditentukan ketika lubang dari peralatan kedap udara penahan membran filter
yang dibasahi dengan direndam dalam air, dan aliran udara ke arah sebaliknya. Gelembung
gas pada tekanan yang ditentukan menunjukkan keutuhan pori nominal atau ukuran kapiler
membran filter. Gelembung yang dihasilkan pada tekanan yang lebih rendah dari yang
ditentukan dengan ditunjukan oleh besarnya volume yang tersisa menunjukkan membran
yang terlepas, pecah, atau tertusuk (Newton 2008). Pada praktikum Bubble Point Test,
setelah spuit injeksi ditekan hingga muncul gelembung pertama di dalam air, didapatkan
volume kurang dari 0,8 mL yang menunjukan integritas membran filter baik.
Pada preparasi personil pembuatan media dan uji sterilitas, personil terlebih dahulu
mencuci tangan. Cuci tangan dilakukan dengan cara mengikuti 5 gerakan dasar, lalu
dikibaskan, dan dikeringkan. Cuci tangan tersebut bertujuan untuk meminimalisasi
kontaminasi awal. Selanjutnya digunakan pakaian kerja oleh personil. Pakaian kerja tersebut
berupa masker, penutup kepala, dan handschoen. Digunakannya pakaian kerja ditujukan
untuk meminimalasi kontaminasi. Kemudian, dilakukan disinfeksi tangan yang sudah
menggunakan sarung tangan. Hal tersebut untuk meminimalisasi kontaminasi awal dan
menjaga kondisi aspetis. Desinfektan sendiri merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab kontaminasi yang tidak
diharapkan, misalnya bakteri, jamur, dan virus (Rismana 2002).
Pada preparasi alat pembuatan media dan uji sterilitas, alat yang digunakan perlu
dimasukan ke dalam passbox. Selain itu, dilakukan pula disinfeksi pada passbox dan
peralatan yang digunakan. Hal tersebut bertujuan untuk membunuh atau menurunkan
jumlah mikroorganisme penyebab kontaminasi yang tidak diharapkan. Karena, desinfektan
sendiri merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme penyebab kontaminasi yang tidak diharapkan, misalnya bakteri, jamur, dan
virus (Rismana 2002).
Pada pembuatan media Thioglycolate, dilakukan pemanasan di atas bunsen dan diamati
perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna yang terjadi dapat berupa biru-pink-kuning,
adanya perubahan warna tersebut sebagai indikasi masuknya oksigen pada masa akhir
inkubasi (Depkes RI 1995). Selanjutnya setelah media dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
tutup mulut tabung reaksi dengan aluminium foil. Pembungkusan dengan aluminium foil
tersebut bertujuan agar panas dapat dialirkan secara konduksi di permukaan aluminium foil
sehingga panas yang memapar alat dilakukan secara merata (Lukas 2006). Pembungkusan
dengan aluminium tersebut berlaku juga pada pembuatan media Soybean Casein Digest.
Setelah mulut tabung ditutup, tabung diikat dengan tali sebelum dimasukkan ke beaker glass
dan diletakkan ke dalam passboox, agar media tidak berpindah saat dilakukan sterilisasi.
Selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
Sterilisasi autoklaf merupakan sterilisasi menggunakan uap panas dalam wadah tertutup
(Mardiyantoro et al. 2019).
Pada preparasi Laminar Air Flow (LAF), LAF dibersihkan dengan desinfektan.
Disinfeksi ini sendiri merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen
pada benda mati, namun tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk spora. Setelah itu, saat
peralatan dimasukkan kedalam LAF, spiritus dinyalakan. Spiritus disana bertujuan untuk
menjaga peralatan agar tetap steril sehingga mencegah kontaminasi dengan teknik aseptik.
Spiritus diperlukan untuk sterilisasi fisik alat yang digunakan dengan cara pemijaran alat
seperti pinset di atas api langsung (bunsen maupun spiritus) sehingga diperoleh kondisi
aseptik (Fardin & Wulan 2016). Teknik aseptis ini dilakukan untuk menghindari adanya
sterilisasi akhir terutama untuk alat/bahan yang tidak tahan panas (Oetari 2018).
Uji sterilisasi merupakan uji yang dilakukan terhadap produk dan bahan yang
sebelumnya telah dilakukan proses pensterilan yang telah diberlakukan (Lachman et al.
2008). Manfaat dari uji sterilitas ini yaitu untuk diketahui validitas proses sterilisasi yang
telah dilakukan sebelumnnya dan dilakukan kontrol kualitas terhadap sediaan steril. Pada uji
sterilisasi dibutuhkan media yang berfungsi untuk menumbuhan mikroba, isolasi, serta
menguji sifat fisiologi, dimana dalam proses pembuatan media tersebut harus disterilisasi
dan dilakukan tenik aspetis untuk menghindari kontaminasi terhadap media. Jika media
menunjukkan respon pertumbuhan yang tidak memadai, maka uji sterilitas tidak absah.
Selain itu, jika media disimpan dalam wadah tertutup kedap dengan ketentuan fertilitas
media uji setiap 3 bulan dan indikator warna memenuhi syarat, maka media dapat
digunakan selama tidak lebih dari 1 tahun (Depkes RI 1995). Pada uji sterilisasi larutan
dalam ampul diambil dan perlu dipastikan spuit injeksi bebas gelembung udara dan tepat
volume. Bebas gelembung udara pada spuit injeksi agar larutan obat terlarut sempurna.
Selanjutnya dilakukan pemijaran pada tutup media untuk menjaga kondisi aseptik sehingga
dilakukan sterilisasi fisik pada alat yang digunakan yaitu dengan pemijaran alat di atas api
langsung (bunsen maupun spiritus) (Fardin & Wulan 2016). Kemudian dimasukkan ½
volume sediaan ke dalam media tioglikolat dan dimasukkan seluruh sisa sediaan ke dalam
media Soybean Casein Digest. Setelah selesai uji sterilitas, dilakukan kembali teknik aseptis
pada Laminar Air Flow. Teknik aseptis yang dilakukan dalam Laminar Air Flow tersebut,
diperlukan untuk pekerja yang memerlukan sterilitas tinggi (Maftuchah et al. 2014).