Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI


SEDIAAN EMULSI

OLEH
KELOMPOK I :

PUTU AYUDIA SEPTIARINI (1948202002)


NI KOMANG AYU PARIDA (1948202003)
I MADE BAYU JAYA KUSUMA (1948202004)
NI KADEK DWI LALA WULANDARI (1948202005)
IGA PRAMI ELCYA MAHADIKA (1948202008)

SARJANA FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
I. PENDAHULUAN
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak saling
bercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini
bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah
(Anief, 2006).
II. TUJUAN/MANFAAT
1. Mengetahui formulasi sediaan emulsi
2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan emulsi
3. Dapat membuat sediaan emulsi.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa definisi emulsi diantaranya: menurut Farmakope Indonesia,
emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok.
Sedangkan menurut Formularium Nasional, emulsi adalah sediaan berupa
campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi fase cairan yang satu
terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
dimantapkan oleh zat pengemulsi.
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak saling
bercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini
bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah
(Anief, 2006) .
Emulsi adalah jenis khusus dari dispersi koloid, yang memiliki setidaknya satu
dimensi antara sekitar 1 dan 1000 nm. Fase terdispersi kadang-kadang disebut
sebagai fase internal, dan kontinu sebagai fase eksternal. Emulsi juga membentuk
jenis sistem koloid yang agak istimewa karena tetesan sering melebihi ukuran
terbatas 1000 nm (Schramm, 1992). Emulsi dapat sebagai produk akhir atau
selama pemrosesan produk dalam berbagai bidang termasuk industri makanan,
industri pertanian, farmasi, kosmetik, dan dalam bentuk makanan
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu di
antaranya didispersi sebagai bola-bola dalam fase cair lain (Martin,A. 2008:1143).
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi
minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagi emulsi "o/w". Sebaliknya
emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air
dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi "w/o". Karena fase luar dari suatu
emulsi bersifat kontinyu, suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau
ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air (Ansel 1989:376).
Adapun teori emulsifikasi dalam semua cairan terdapat tekanan yang
menyebabkan tetesan dari cairan yang mempunyai bentuk pada permukaan paling
bawah dengan hubungannya dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika
dua tetesan dalam kontak satu sama lain, mereka berkoalesen membentuk saru
tetesan yang lebih besar karena hasil ini dalam penurunan total permukaan
ditunjukkan oleh massa cairan yang dihadirkan kembali. (Wartel, Lund, 1994 :
365).
Dalam pertimbangan-pertimbangan ini, ketidakstabilan dari emulsi farmasi
dapat digolongkan sebagai berikut (Martin, A. 2008 : 1154):
a. Flokulasi dan creaming
b. Penggabungan dan pemecahan
c. Berbagai jenis perubahan kimia dan fisika
d. Inversi fase
Pada umumnya, setiap bahan pengemulsi memiliki bagian hidrofilik dan
lipofilik, dengan satu atau lain lebih atau kurang dominan. Sebuah metode yang
dirancang untuk pengemulsi atau bahan permukaan aktif dapat dikategorikan
berdasarkan pada penyusun kimia untuk keseimbangan hidrofil-lipofil, atau HLB
(Hidryophil-Lipophil Balance). Dimana umumnya, bahan permukaan aktif yang
memiliki nilai HLB 3 sampai 6 lebih lipofil dan menghasilkan emulsi m/a, dan
bahan dengan nilai HLB 8 sampai 18 menghasilkan emulsi m/a (Allen 2013 :
425).
Manfaat atau kegunaan HLB yaitu nilai HLB dari fase minyak suatu emulsi,
misalnya minyak, lilin dan lain-lain harus dipertimbangkan pertama adalah
penentuan HLB apa yang cocok dari emulgator atau campuran emulgator yang
dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi yang stabil (Lachman 2012 : 1055).
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat
membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling
tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola-bola kecil
bukan dalam bulk (Ansel 1989 :377).
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar
(contoh:air/w), sedangkan lainnya relatif nonpolar (contoh: minyak/o).
Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi dalam empat golongan, yaitu emulsi minyak
dalam air (o/w), emulsi air dalam minyak (w/o), emulsi minyak dalam air dalam
minyak (o/w/o) dan emulsi air dalam minyak dalam air (w/o/w) (Lachman 2012:
1030).
Adapun jenis jenis emulsi (Lachman, 2012 : 1030) :
a) Emulsi jenis minyak dalam air (o/w). Bila fase minyak didispersikan
sebagai bola-bolake seluruh fase kontinu air, sistem tersebut sebagai
suatu emulsi minyak dalam air (o/w)
b) Emulsi jenis air dalam minyak (w/o). Bila fase minyak bertindak sebagai
fase kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak
(w/o).
c) Emulsi jenis minyak dalam air dalam minyak (o/w/o). Emulsi minyak
dalam air dalam minyak (o/w/o), juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat
dibuat dengan mencampurkan suatu pengemulsi o/w dengan suatu fase air
dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase minyak untuk
membentuk suatu emulsi minyak dalam air.
d) Emulsi jenis air dalam minyak dalam air (w/o/w). Emulsi w/o/w juga
dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mancampurkan suatu
pengemulsi w/o dengan suatu fase minyak dalam suatu mixer dan
perlahan-lahan menambahkan fase air untuk membentuk suatu emulsi air
dalam minyak. Emulsi w/o tersebut kemudian didispersikan dalam suatu
larutan air dari suatu zat pengemulsi o/w, seperti polisorbat 80 (Tween
80), sehinggga membentuk emulsi air dalam minyak dalam air.
Pembuatan emulsi o/w ini untuk obat yang ditempatkan dalam tubuh serta
untuk memperpanjang kerja obat untuk makanan-makanan serta untuk
kosmetik
Jenis jenis emulgator antara lain (Winarno 1992 : 431) :
a) Emulgator alam.
Emulgator alam yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses
yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu
1) Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
Pada umumnya termasuk karbohidrat dan merupakan emulgator tipe
o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggim juga
dapat dirusak bakteri. Oleh sebab itu, pada pembuatan emulsi
dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet.
2) Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein/asam
amino) dan kolesterol yang keasamannya dapat berfungsi
sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w.
Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga
secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini
mempu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan
minyak menguap dua kali beratnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kolesterol merupakan emulgator
tipe wlo dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar.
Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak
untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap dua
kali beratnya.

b) Emulgator alam dari tanah mineral


1. Magnesium Aluminium SilikatVeegum
Merupakan senyaw anorganik yang terdiri dari garam-garam megnesium dam
aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w,
sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1%. Emulsi ini khusus untuk
pemakaian luar.
2. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan
sejumlah besar air sehingga membentuk massa seperti gel sebagai emulgator dipakai
sebanyak 5%.
c) Emulgator buatan
Disamping emulsifier alami telah dilakukan sintesis buatan seperti ester dari
polioksietilena sorbitan dengan asam lemak yang dikenal sebagai tween yang dapat
membentuk emulsi m/a. Sabun juga merupakan emulsifier buatan yang terdiri dari
garam natrium dengan asam lemak. Sabun juga dapat menurunkan tegangan
permukaan air dan meningkatkan daya pembersih air.
IV. BAHAN DAN ALAT
A. ALAT
1. Timbangan
2. Mortir
3. Stamper
4. Cawan porselin
5. Batang pengaduk
6. Spatula
7. Bunsen/ spiritus
8. Kaki tiga
9. pH universal
10. Pipet tetes
11. Botol 100 ml
B. BAHAN
1. Oleum Iecoris Aselli
2. Glycerol
3. Gummi Arabicum
4. Oleum Cinnamomi
5. Aquades

V. FORMULASI

R/ Tiap 215 g mengandung :


Oleum iecoris Aselli 100 g
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamomi gtt IV
Aquadest ad 100 ml
 Aquadest untuk PGA/ gom arab = 1,5
 Dibuat sebanyak 100 ml
VI. MONOGRAFI BAHAN
Monografi Oleum Iecoris Aselli
Sinonim cod liver oil, minyak ikan
Khasiat Sumber vitamin A dan Vitamin D
Pemerian Cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak tengik,
rasa khas
Kelarutan Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P.
Ph Bilangan asam tidak lebih dari 1,2
Bobot jenis Antara 0,98 dan 0,927
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh dan terlindung dari
penyimpanan cahaya
Titik didih 23 derajat F
Konsentrasi Konsentrasi umum yang sering digunakan 3 gram/15 mL.

Monografi Glycerolum

Rumus Struktur C3H8O3


Sinonim Glycerolum
Struktur Molekul

Pemerian Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


manis diikuti rasa hangat dan higroskopik
Kelarutan Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%), praktis
tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam minyak
lemak
Titik didih 290 0C
Titik leleh -17,9 0C
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI IV,hal 650)
penyimpanan

Khasiat Pelarut
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis,gliserin murni tidak
mengalami oksidasi oleh udara pada penyimpanan normal 
Inkompatibilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan agen
pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida; potassium
klorat.

Monografi Gummi Arabicum (Gom Arab)

Sinonim Acacia

Bobot jenis 1,35 – 1,49


Pemerian Acacia adalah serbuk putih atau kuning putih, tidak berbau
dan mempunyai rasa lemah
Kelarutan Larut dalam 20 bagian gliserin, dalam 20 bagian
propilenglikol, dalam 2,7 bagian air dan praktis tidak larut
dalam etanol 95%
Ph 4,5 - 5
Khasiat Emulsifying agent
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI IV,hal 650)
penyimpanan
Stabilitas Aqueous solution adalah subjek bagi degradasi baktrerial
atau enzimatik namun dapat dicegah dengan pemanasan
jangka pendek untuk menonaktifkan beberapa enzim.
Inkompatibilitas Acasia inkompatibel dengan amidopyrine, apomorphine,
cresol, ethanol 95%, ferric salts, morphine phenol,
physostigimine, tannins, tymol dan vanilin.
Konsentrasi Konsentrasi umum yang sering digunakan : emulsifying
agent 10-20%

Monografi Oleum Cinnamomi

Rumus Struktur C9H8O


Sinonim Minyak kayu manis
Pemerian Cairan suling segar berwarna kuning, bau khas dan rasa
khas
Kelarutan Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%)
Ph 5-6
Khasiat Zat tambahan
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan

Monografi Aquadest

Rumus Struktur H2O BM: 18 g/mol


Sinonim Air Suling, Air Murni
Struktur Molekul

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; tidak


mempunyai rasa
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
Ph 7
Kegunaan Pelarut
Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentan akan hidrolisi (terjadi dekomposisi jika terdapat air
atau kelembapan pada peningkatan temperature.
Stabilitas Stabil di semua keadaan fisik (padat, cair, gas)
Titik didih 100 C

VII. PENIMBANGAN BAHAN

1. Oleum Iecoris Asselli

100
x 100 gram = 46,52 gram
215

Penambahan bobot 10%

10
46,51 gram + (46,51 x ) = 51,16 gram
100

2. Glycerolum
100
x 10 gram = 4, 65 gram
215

Penambahan bobot 10%

10
4,65 gram + (4,65 x ) = 5, 11 gram
100

3. Gom Arab

100
x 30 gram = 14 gram
215

Penambahan bobot 10%

10
14 gram + (14 x ) = 15,4 gram
100

4. Aquadest ad 100 ml

5. Aquadest untuk gom arab 1,5 x 15,4 gram = 23,1 ml

6. Oleum Cinnamomi

100
x 4 gtt = 1, 86
215

2 gtt +10% = 2,2 gtt

VIII. TABEL PENIMBANGAN

No Nama Bahan Penimbangan Paraf


1. Gom Arab 15,4 gram

2. Oleum Iecoris Aselli 51,16 gram

3. Glycerolum 5,11 gram


4. Aquadest ad 100 ml

5. Aquadest untuk gom 23,1 ml


arab
6. Oleum Cinnamomi 2,2 gram

IX. PROSEDUR KERJA

Prosedur Kerja Pembuatan Sediaan Emulsi:

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Disetarakan timbangan.

3. Ditimbang semua bahan yang digunakan.

4. Ditara/dikalibrasi botol 100 ml, beri tanda.

5. Dipanaskan 23,1 ml aquadest untuk melarutkan Gom arab (PGA).

6. Setelah aquadest panas, masukan aquadest tersebut ke dalam mortir


bersamaan dengan Gomarab (PGA). Gerus hingga terbentuk mucilago
yang kental.

7. Ditambahkan Minyak ikan sedikit demi sedikit, hingga terbentuk corpus


emulsi.

8. Ditambahkan Glycerolum, gerus homogeny

9. Ditambahkan Oleum Cinnamomi, gerus homogen.

10. Dimasukan ke dalam botol.

11. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Kocok homogen.

12. Diberi etikat dan dikemas


X. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan Ya Tidak Keterangan


Warna  Putih Susu

Rasa  Manis

Bau  Khas minyak ikan


dan oleum
cinnamomi wangi

XI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan sediaan liquid emulsi
yaitu membuat emulsi oleum iecoris aselli atau emulsi minyak ikan. Keuntungan
sediaan emulsi ini dapat menutupi rasa obat yang tidak enak atau pahit yang
sering kita jumpai dalam bentuk sediaan obat tablet, dan obat dalam bentuk
sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet atau kapsul dikarenakan
luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.

Beberapa keuntungan sediaan emulsi yaitu : Banyak bahan obat yang


mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih
enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi. Emulsi memiliki
derajat elagansi tertentu dan mudah dicuci bila diinginkan.

Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila diinginkan.
Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness)
dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal. Emulsi telah digunakan untuk
pemberian makanan berlemak secara intravena akan lebih mudah jika dibuat
dalam bentuk emulsi. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang
lebih besar daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain. Emulsi juga memiliki
keuntungan biaya yang penting daripada preparat fase tunggal, sebagian
besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang dimaksudkan untuk pemakaian
ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya, akibatnya pengenceran dengan
suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air sangat diinginkan dari segi
ekonomis selama kemanjuran dan penampilan tidak dirusak. Namun tidak semua
suspensi yang dikerjakan oleh anggota lain dapat berhasil, banyak yang gagal
dikarenakan tidak tepat takaran antara minyak dan airnya jadi corpus yang
dihasilkan tidak bagus. Pada proses pengerjaan sediaan emulsi yang kami buat
yaitu berbahan aktif minyak ikan atau olem iecoris aselli yang dapat
meningkatkan nafsu makan, menambah vitamin A dan vitamin D. Emulsi oleum
iecoris aselli merupakan emulsi tipe O/W (oil in water) dimana fase
terdispers/fase internalnya adalah zat aktif itu sendiri yaitu minyak ikan (oleum
iecoris aselli).

Selain itu, pada percobaan ini masih ada beberapa permasalahan, yaitu :

1. Zat aktif praktis tidak larut dalam air.

2. Zat aktif tidak stabil pendispersinya.

3. Zat aktif memiliki bau khas yang tidak elegan.

4. Sediaan tidak tercampur merata dan tetapi terlihat lembut, adanya


pemisahan antara fase air dan fase minyak, dan tidak terbentuk granul.
Terjadinya pemisahan antara fase air dan fase minyak dikarenakan
pada saat menghomogenkan zat aktif dengan zat tambahan tidak
digerus dengan maksimal .

5. Sediaan terlalu encer dikarenakan aquadest yang digunakan untuk


emulgator Gom arab terlalu banyak yaitu 100 ml seharusnya
digunakan 23,1 ml. Hingga pada saat penggerusan tidak terbentuk
mucilago yang bagus.

Pengujian organoleptis yaitu uji bau dimana bau yang terasa itu
khas dari bau minyak ikan yang amis namun karna penambahan ol.
Cinnamomi jadi bau minyak ikan bisa tertutupi. Selanjutnya uji warna
dimana warna yang dapat putih susu sebagai syarat pembuatan emulsi
yaitu putih susu. Uji organoleptis yang terakhir adalah uji rasa dimana
emulsi yang dibuat berasa manis karna adanya glyserol yang
digunakan sebagai antimikroba dan agen pemanis.
XII. KESIMPULAN

Formula yang diusulkan untuk sediaan Emulsi Cair Oleum Iecoris Aselli 100 ML
R/ Tiap 215 g mengandung :
Oleum iecoris Aselli 100 g
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamomi gtt IV
Aquadest ad 100 ml
 Aquadest untuk PGA/ gom arab = 1,5
 Dibuat sebanyak 100 ml
Data hasil pengamatan secara organoleptik pada sediaan emulsi oleum iecoris
adalah sebagai berikut :
Warna : Putih susu
Bau : Wangi khas minyak ikan dan ol. cinnamomi
Rasa : Manis.
Lain-lain :
Sediaan tidak tercampur merata dan tetapi terlihat lembut, adanya pemisahan
antara fase air dan fase minyak, dan tidak terbentuk granul. Terjadinya pemisahan
antara fase air dan fase minyak dikarenakan pada saat menghomogenkan zat aktif
dengan zat tambahan tidak digerus dengan maksimal .
Sediaan terlalu encer dikarenakan aquadest yang digunakan untuk emulgator
Gom arab terlalu banyak yaitu 100 ml seharusnya digunakan 23,1 ml. Hingga pada
saat penggerusan tidak terbentuk mucilago yang bagus. Pada saat dituang ke dalam
botol, agak encer.
Dari hasil percobaan formula ini, kami simpulkan formulasi yang kami buat
tidak baik atau tidak berhasil karena terdapat kesalahan pada proses pembuatan untuk
sediaan emulsi Oleum Iecoris Aseli 100 ml tipe o/w dengan formulasi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Mila,A.I. 2013. Laporan Emulsifikasi.

https://www.academia.edu/36525277/LAPORAN_EMULSIFIKASI_docx.

Diakses pada 5 juli 2021

Refi Pangest. 2018. “LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR


DAN SEDIAAN SEMI SOLID EMULSI MINYAK IKAN (Oleum Iecoris
Aselli)” PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS MOHAMMAD
NATSIR : BUKITTINGGI.

Yasarah Hisprastin, dkk. 2018 .” REVIEW: PERBEDAAN EMULSI DAN MIKROEMULSI


PADA MINYAK NABATI” . Farmaka Suplemen Volume 16 Nomor 1.
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran: Jl.Raya Bandung Sumedang km 21
Jatinangor 45363.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai