Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASETIKA I

JUDUL PRAKTIKUM : MENGERJAKAN PEMBUATAN RESEP


SEDIAAN SIRUP

DI SUSUN OLEH:

JUVIAR (191148201092)

DOSEN PEMBIMBING :

HABEL ROY SULO, M.Si.,Apt.

LABORATORIUM FARMASI DASAR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Mengerjakan Pembuatan Resep Sediaan
Sirup

Kelompok/Kelas : I-A

Program Studi/Jurusan : S-1 FARMASI

Fakultas : STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

Telah disahkan dan disetujui pada,

Hari : Rabu

Tanggal : 15 Januari 2020

Disusun Oleh :

Nama : JUVIAR

NIM : 191148201092

Menyetujui

Mahasiswa I. Dosen Pembimbing

Juviar Habel Roy Sulo,M.Si., Apt

I. Judul
Mengerjakan Pembuatan Resep Sediaan Sirup

II. Tinjauan Pustaka

A. Sediaan Sirup
Sirup adalah cairan yang kental dan juga mempunyai atau
memiliki kadar gula terlarut yang lebih tinggi, namun hampir tidak
memiliki kecenderungan atau kepekatan untuk mengendapkan
menjadi kristal. Viskositas (kekentalan) sirup disebabkan oleh adanya
atau banyaknya suatu ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (OH)
pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang melarutkannya.
Secara teknik maupun dalam dunia ilmiah, istilah sirup juga sering
digunakan untuk menyebut cairan kental, umumnya residu, yang
mengandung zat terlarut selain gula. Untuk meningkatkan kadar gula
terlarut, biasanya sirup dipanaskan. Larutan sirup menjadi super-
jenuh. Sirup juga sering digunakan pada dunia obat-
obatan, kuliner serta minuman.
Dalam Farmakope Indonesia edisi III,Sirup adalah sediaan
cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan
lain,kadar sakarosa,C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih
dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan
zat obat (Ansel, 1989)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang
hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-
66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirop adalah larutan
pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan
obat atau zat wewangi, merupakan larutan jerni berasa manis. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam
jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi
pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat
(Anonim, 1978).
 Komponen sirup
            Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-
komponen berikut didamping air murni dan semua zat-zat obat
yang ada:
Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk
memberi rasa manis dan kental.
 Pengawet anti mikroba.
Diantara pengawet-penagawet yang umum
digunakan sediaan sirup dengan konsentrasi lazim yang
efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat
(0,1-0,2 %) dan berbagi campuran metil-,profil,dan butil
paraben (total ± 0,1 %). Sering kali alkohol digunakan
dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-
bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara normal
alkohol tidak ada dalm produk akhir dalm jumlah yang
dianggap cukup sebagai pengawet (15-20 %). 

 Pembau dan Pewarna.
Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya
digunakan zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi
rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa permen,
coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang
digunakan umum larut dalam air, tidak bereaksi dengan
komponen lain dari sirup, dan warna stabil pada kisaran
pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut
mungkin menjadi enounter selama masa penyimpanan.
 Perasa.
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi
rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam
seperti minyak-minyak menguap (contoh : minyak jeruk),
vanili dan lain-lainnya. Untuk membuat sirup jamin yang
sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan air, pemberi
rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecill alkohol
ditambahkan kesirup untuk menjamin kelangsungan
kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air
buruk. 
Biasanya  untuk untuk sirup yang dibuat dalam
perdagangan,mengandung pelarut-pelarut
khusus,pembantu kelarutan,kental,dan stabilisator.

 Jenis – Jenis Sirup


Ada 3 macam sirup, yaitu :
1.   Sirup simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan
nipagin 0,25% b/v.
2.   Sirup obat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan dan
digunakan untuk pengobatan.
3.   Sirup pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung
zat pewangi atau zat penyedap lain.
Tujuan  pengembangan sirup ini
adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang
tidak enak.
                                                                                      
 Keuntungan
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia
lanjut, parkinson, anak -  anak).
2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada
anak - anak karena rasanya lebih enak dan warna lebih
menarik.
3. Sesuai untuk yang bersifat sangat
higroskopis dan deliquescent.

 Kerugian
1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada
umumnya campuran/kombinasi beberapa zat berkhasiat
yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh
pasien. Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat
resep puyer racikan individu untuk pasien.
3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak
misalnya sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya
asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air
(biasanya dibuat suspense atau eliksir). Eliksir kurang
disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol,
suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi
dan suspending egent yang digunakan.
5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk
minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi yang mana
stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi
serta emulsifying agent yang digunakan).
6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah
dilarutkan (biasanya dibuat sirup kering yang
memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul,
stabilitas setelah dilarutkan haInya beberapa hari).
7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus
dan kemasan yang khusus pula.
 Inkompabilitas dan Pengetasannya
Inkompabilitas merupakan interaksi yang terjadi secara
fisik atau kimia suatu bahan obat yang tidak dapat bercampur dengan
obat lainnya, umumnya terjadi di luar tubuh. Definisi lain
menyebutkan interaksi ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat
diberikan) antara bahan obat yang tidak dapat dicampur
(inkompatibel). Pencampuran obat yang inkompatibel menyebabkan
terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya
mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna
atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya mengakibatkan
inaktivasi obat.

 Stabilitas Sediaan Sirup


Stabilitas Kimia

Stabilitas kimia adalah kemampuan suatu produk untuk


bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan
dan penggunaan, sifat kimia dan karakteristiknya sarna dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas kimia pada sediaan sirup
dilakukan untuk mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensiasi
yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan dalam
spesifikasi.

Uji stabilitas kimia sediaan sirup :

1. Identifikasi

2. Penetapan Kadar

Stabilitas Fisika

Stabilitas fisika adalah tidak terjadinya perubahan sifat fisik


dari suatu produk selama waktu  penyimpanan. Stabilitas fisika pada
sediaan sirup dilakukan untuk mempertahankan keutuhan fisik
meliputi perubahan warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan
tekstur atau penampilan.

Uji stabilitas fisika sediaan sirup :

1. Organoleptik seperti bau, rasa, warna

2. pH                  

3. Berat jenis      

4. Viskositas       

5. Kejernihan larutan          

6. Volume terpindahkan       

7. Kemasan, meliputi etiket, brosur, wadah, peralatan pelengkap


seperti sendok, no. batch dan leaflet.

 Stabilitas Mikrobiologi

Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana


sediaan bebas dari mikroorganisme atau tetap memenuhi syarat batas
mikroorganisme hingga batas waktu tertentu. Stabilitas mikrobiologi
pada sediaan sirup untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan
menekan pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan
sirup hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan. Uji stabilitas
mikrobiologi sediaan sirup :

1. Jumlah cemaran mikroba ( uji batas mikroba ), untuk sediaan oral


(sirup, tablet,
granul, sirup kering, granul) dan rektal :
 Total bakteri aerob : Tidak lebih dari 10.000 CFU /
gram atau ml.
 Total jamur/fungi : Tidak lebih dari 100 CFU / gram
atau ml         Escherichia coli, staphyloccocus : negatif
2.      Uji efektivitas pengawet

3.      Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan Antibiotik secara


Mikrobiologi

Stabilitas Farmakologi

Stabilitas farmakologi pada sediaan sirup dilakukan untuk


menjamin identitas, kekuatan, kemurnian,dan parameter kualitas
lainnya dalam kurun waktu tertentu sehingga efek terapi tidak berubah
selarna usia guna sediaan sirup.

Uji stabilitas farmakologi sediaan sirup :

1. Pemerian : warna, bau, rasa

2. Identifikasi

3. Penetapan Kadar

Stabilitas Toksikologi

Stabilitas toksikologi sediaan sirup dilakukan untuk menguji


kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan
karakteristiknya sarna dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
sehigga tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas selama
usia guna.

Uji stabilitas farmakologi sediaan sirup :

1. Pemerian : warna, bau, rasa

2. Identifikasi

3. Penetapan Kadar
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Sediaan Sirup

1. Faktor Internal

· Formulasi

· Kemasan atau wadah primer

2. Faktor Eksternal

· Suhu

· pH

· Pelarut

· Kelembaban

· Intensitas Cahaya

Ketidakstabilan dan Cara Menstabilkan Pada Sediaan Sirup

1. Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan


media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme
sehingga harus ditambahkan pengawet. Pengawet yang dapat
digunakan antara lain nipagin dan nipasol dengan perbandingan
0,18 : 0,02 (nipagin bersifat fungistatik dan nipasol bersifat
bakteriostatik) kombinasi ini efektif untuk pencegahan terjadinya
pertumbuhan bakteri dan jamur.
2. Zat aktif stabil pada pH tertentu oleh karena itu diperlukan dapar
untuk mempertahankan pH sediaan sirup. Dapar yang biasa
digunakan antara lain : dapar sitrat, dapar fosfat, dapar asetat.
3. Dalam sediaan sirup ada senyawa yang peka terhadap cahaya,
maka digunakan botol berwarna coklat.
4. Rasa sirup yang kurang menyenangkan dapat diberi pemanis dan
perasa agar penggunaannya lebih nyaman.
5. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi dalam sediaan sirup
ditambahkan antioksidan. Contohnya : asam askorbat, asam sitrat.
6. Untuk mencegah caplocking karena sirupus simplek maka
ditambahkan sorbitol/gliserin/propilenglikol 10% (sebagai
pengental).
7. Sediaan cair biasanya bersifat voluminous pada saat disimpan
sehingga perlu dikemas pada wadah yang sesuai.

B. Monografi
1. Isoniazid (INH)
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk halus
putih, tidak berbau, perlahan-lahan
dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol, sukar larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Isoniazid ( Laniazid , Nydrazid ), juga dikenal
sebagai isonicotinylhydrazine ( INH ), merupakan senyawa
organik yang merupakan lini pertama antituberkulosis obat dalam
pencegahan dan pengobatan. Ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1912, dan kemudian pada tahun 1951 itu ditemukan efektif
terhadap TBC dengan yang menghambat asam mycolic (lilin
mantel). Isoniazid tidak pernah digunakan sendiri untuk mengobati
TB aktif karena resistensi cepat berkembang. Isoniazid juga
memiliki antidepresan efek, dan itu adalah salah satu antidepresan
yang pertama kali ditemukan. Isoniazid juga dapat digunakan
dalam pengobatan dari BCG-oma .
Senyawa ini pertama kali disintesis di awal abad 20,  tetapi
aktivitas terhadap tuberculosis pertama kali dilaporkan pada awal
1950-an dan tiga perusahaan farmasi mencoba dengan kegagalan
untuk secara bersamaan paten obat  (yang paling menonjol yang
Roche, yang diluncurkan mereka versi, Rimifon , di 1952). Dengan
diperkenalkannya isoniazid, obat untuk TBC pertama kali dianggap
wajar.
Isoniazid tersedia dalam tablet, sirup, dan bentuk injeksi
(diberikan intramuskular atau intravena). Isoniazid tersedia di
seluruh dunia, tidak mahal dan umumnya ditoleransi dengan
baik. Hal ini dibuat dari asam isonikotinat , yang diproduksi dari 4-
methylpyridine.
 Mekanisme kerja
Isoniazid merupakan prodrug dan harus diaktifkan oleh enzim
katalase peroksidase-bakteri yang dalam M. TBC disebut
katG.  katG pasangan yang asil isonikotinat dengan NADH untuk
membentuk isonikotinat asil-NADH kompleks. Kompleks ini
mengikat erat pada reduktase enoyl-protein pembawa asil dikenal
sebagai InhA, sehingga menghalangi substrat enoyl-ACPM alam
dan aksi sintase asam lemak . Proses ini menghambat sintesis asam
mycolic , diperlukan untuk mikobakteri dinding sel. Berbagai
radikal diproduksi oleh aktivasi katG dari Isoniazid,
termasuk oksida nitrat, yang juga telah terbukti penting dalam aksi
lain prodrug antimycobacterial PA-824.
Isoniazid adalah bakterisida untuk cepat-
membagi mikobakteri tetapi bakteriostatik jika mycobacterium
lambat tumbuh Isoniazid menghambat sistem P450.
 Metabolisme
Isoniazid mencapai konsentrasi terapeutik dalam
serum, cairan serebrospinal (CSF), dan dalam granuloma
caseous. Isoniazid dimetabolisme di hati melalui asetilasi . Ada dua
bentuk dari enzim yang bertanggung jawab untuk asetilasi,
sehingga beberapa pasien memetabolisme obat lebih cepat dari
yang lain. Oleh karena itu, paruh adalah bimodal dengan puncak
pada 1 jam dan 3 jam pada populasi AS. Metabolit akan
dikeluarkan melalui urin. Dosis biasanya tidak harus disesuaikan
jika terjadi gagal ginjal .
 Dosis
Dosis standar isoniazid pada orang dewasa adalah 5 mg / kg
/ hari (maks 300 mg setiap hari). Ketika diresepkan sebentar-
sebentar (dua kali atau tiga kali seminggu) dosisnya adalah 15 mg /
kg (maks 900 mg setiap hari). Pasien dengan bersihan obat yang
perlahan (melalui asetilasi seperti dijelaskan di atas) mungkin
memerlukan dosis yang dikurangi untuk
menghindari toksisitas . Dosis yang dianjurkan untuk anak-anak
adalah 8 sampai 12 mg / kg / hari.
 Efek samping
Efek samping termasuk ruam , abnormal tes fungsi
hati , hepatitis , anemia sideroblastic , anion gap asidosis metabolik
tinggi , neuropati perifer , ringansistem saraf pusat (SSP)
efek, interaksi obat mengakibatkan peningkatan fenitoin (Dilantin)
atau disulfiram (Antabuse) tingkat dan keras kejang ( status
epileptikus ).
Neuropati perifer dan SSP efek berkaitan dengan
penggunaan isoniazid dan disebabkan piridoksin (vitamin B 6 )
penipisan, tetapi jarang terjadi pada dosis 5 mg/kg. Orang dengan
kondisi neuropati yang umum
(misalnya, diabetes , uremia , alkoholisme , malnutrisi , HIV -
infeksi), serta hamil wanita dan orang yang kejang gangguan, dapat
diberikanpyridoxine (vitamin B 6 ) (10-50 mg / hari) dengan
isoniazid.
Hepatotoksisitas dari INH adalah dengan kelompok
nitrogen dalam struktur kimianya, seperti yang dimetabolisme di
hati dan akan dikonversi ke sebuah molekul amonium, yang
menyebabkan hepatitis.
Hepatotoksisitas dapat dihindari dengan pemantauan klinis
dekat pasien, untuk lebih spesifik, mual, muntah, sakit perut, dan
nafsu makan. Isoniazid dimetabolisme oleh hati terutama
oleh asetilasidan dehydrazination. N-acetylhydrazine metabolit
diyakini bertanggung jawab atas efek hepatotoksik terlihat pada
pasien yang diobati dengan isoniazid. Tingkat asetilasi secara
genetik ditentukan.Sekitar 50% dari kulit hitam dan Kaukasia
inactivators lambat; mayoritas Inuit dan orang Asia inactivators
cepat. Waktu paruh dalam asetilator cepat adalah 1 sampai 2 jam,
sedangkan pada asetilator lambat itu adalah 2 sampai 5
jam. Penghapusan adalah umumnya tidak tergantung dari fungsi
ginjal, namun paruh mungkin berkepanjangan dalam penyakit hati.
Tingkat asetilasi belum terbukti secara signifikan
mengubah efektivitas isoniazid. Namun, asetilasi lambat dapat
menyebabkan konsentrasi darah lebih tinggi dengan administrasi
kronis obat, dengan peningkatan risiko toksisitas. Asetilasi cepat
mengarah ke tingkat darah lebih tinggi dari acetylisoniazid
metabolit toksik dan dengan demikian untuk peningkatan reaksi
toksik - hepatitis yang 250 kali lebih umum dari pada asetilator
lambat.Isoniazid dan metabolitnya diekskresikan dalam urin
dengan 75 sampai 95% dari dosis diekskresikan dalam 24
jam. Sejumlah kecil juga diekskresikan dalam air liur, dahak, dan
feses. Isoniazid dihilangkan dengan hemodialisis dan dialisis
peritoneal.

Sakit kepala, kurang konsentrasi, penurunan berat badan,


memori miskin, dan depresi semuanya telah dikaitkan dengan
penggunaan isoniazid. Semua pasien dan pekerja kesehatan harus
menyadari efek samping yang serius, terutama jika berpikir bunuh
diri atau perilaku yang diduga.
INH diketahui mengurangi sitokrom P450 dan dalam teori
mempromosikan kemanjuran Kontrasepsi. Terapi sering
dikombinasikan dengan Rifampisin . Rifampisin meningkatkan
enzim P450 dan dapat mengurangi efektivitas kontrasepsi. Cara
alternatif pengendalian kelahiran harus digunakan saat mengambil
obat ini.
Sebagai p450 diperlukan untuk sintesis porfirin defisiensi
yang mengarah pada pembentukan heme miskin di sel darah merah
awal mengarah ke anemia sideroblastic.

2. Propilen glikol
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform, larut dalam eter
dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Propylene glycol juga disebut 1,2-
propanadiol atau propana-1 ,2-diol , adalah senyawa
organik (suatu diol atau double alkohol ) dengan rumus
C3H8O2 atau HO-CH 2 -CHOH-CH3 . Ini adalah tidak berwarna,
tidak berbau hampir, jelas, cairan kental dengan rasa sedikit
manis, higroskopis dan larutdengan air , aseton , dan kloroform.
Senyawa ini kadang-kadang disebut α-propilen glikol untuk
membedakannya dari isomer yang propana-1 ,3-diol HO-
(CH 2 ) 3 -OH, juga disebut β-propilen glikol.
Toksisitas akut lisan dari propilen glikol sangat rendah, dan
jumlah besar dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan
kesehatan pada manusia jelas; propilen glikol dimetabolisme
dalam tubuh manusia menjadi asam piruvat (bagian normal dari
proses metabolisme glukosa, mudah diubah menjadi
energi ), asam asetat (ditangani oleh etanol-metabolisme), asam
laktat (asam yang normal umumnya berlimpah selama
pencernaan), dan propionaldehida (zat yang sangat beracun).
toksisitas Serius umumnya hanya terjadi pada konsentrasi plasma
lebih dari 1 g / L, yang membutuhkan asupan yang sangat tinggi
selama waktu yang relatif singkat. Ini akan hampir mustahil untuk
mencapai tingkat beracun dengan mengkonsumsi makanan atau
suplemen, yang mengandung paling banyak 1 g / kg PG .
Kasus keracunan propilen glikol biasanya berhubungan
dengan baik pemberian intravena tidak tepat atau konsumsi
disengaja dalam jumlah besar oleh anak-anak. Potensi jangka
panjang Toksisitas oral juga rendah. Dalam satu studi, tikus diberi
pakan yang mengandung sebanyak 5 PG% dalam pakan selama
104 minggu dan mereka tidak menunjukkan efek sakit jelas.
Karena toksisitas rendah lisan kronis, propilen glikol telah
diklasifikasikan oleh AS Food and Drug Administration sebagai
" umumnya diakui sebagai aman "(GRAS) untuk digunakan
sebagai aditif makanan langsung.
Kontak dengan propilen glikol pada dasarnya tidak
menyebabkan iritasi pada kulit. propilen glikol ternyata dapat
minimal mengiritasi mata, dan dapat menghasilkan konjungtivitis
sementara sedikit (mata pulih setelah terkena akan
dihapus). Paparan kabut dapat menyebabkan iritasi mata, serta
iritasi saluran pernafasan atas. Menghirup uap propilen glikol
muncul untuk menyajikan tidak ada bahaya yang signifikan dalam
aplikasi biasa. Namun, pengalaman manusia yang terbatas
menunjukkan bahwa menghirup kabut propilen glikol dapat
menyebabkan iritasi pada beberapa individu.
Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa propilen
glikol tidak digunakan dalam aplikasi dimana inhalasi paparan
atau kontak mata manusia dengan kabut semprotan materi-materi
ini mungkin , seperti kabut untuk produksi teater atau solusi
antibeku untuk stasiun mencuci darurat mata.
Propilen glikol tidak menyebabkan sensitisasi dan
menunjukkan tidak ada bukti menjadi karsinogen atau menjadi
genotoksik. Tanggapan negatif terhadap pemberian intravena obat
yang menggunakan PG sebagai eksipien telah terlihat di sejumlah
orang, terutama dengan dosis besar daripadanya. Responses
mungkin termasuk "hipotensi, bradikardia. QRS dan T kelainan
pada EKG, aritmia, henti jantung, hyperosmolality serum,
asidosis laktat, dan hemolisis". Persentase yang tinggi (12%
menjadi 42%) dari disuntikkan langsung- propilen glikol
dihilangkan / dikeluarkan dalam urin berubah tergantung pada
dosis, dengan sisanya muncul di glukuronat form-nya. Kecepatan
filtrasi ginjal menurun dengan meningkatnya dosis, yang mungkin
karena propilen glikol yang bius ringan / SSP-depresan-sifat
sebagai sebuah alkohol. Dalam satu kasus, pemberian melalui IV
dari nitrogliserin PG-ditangguhkan ke tua pria mungkin
disebabkan koma dan asidosis.
Menurut sebuah studi 2010 oleh Universitas Karlstad ,
konsentrasi PGEs, propilen glikol dan eter glikol di udara dalam
ruangan, udara terutama kamar tidur, telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko pernapasan banyak dan gangguan kekebalan
tubuh pada anak-anak, termasuk asma , demam , eksim , dan
alergi, dengan peningkatan risiko mulai dari 50% sampai
180%. Konsentrasi ini telah dikaitkan dengan penggunaan cat
berbasis air dan berbasis air pembersih.

3. Na-CMC
Karboksimetil selulosa (CMC) atau gusi selulosa
adalah selulosa turunan
dengan kelompok karboksimetil (-CH 2 -COOH) terikat untuk
beberapa 
hidroksil kelompok dari glukopiranosa monomer yang
membentuk selulosa 
tulang punggung . Hal ini sering digunakan sebagai
natrium garam , natrium karboksimetil selulosa.
CMC digunakan dalam ilmu
makanan sebagai viskositas pengubah atau pengental , dan
untuk menstabilkan emulsi dalam berbagai produk termasuk es
krim . Sebagai tambahan makanan, ia memiliki sejumlah
E E466. Ini juga merupakan konstituen dari banyak non-produk
makanan, seperti KY Jelly , pasta gigi , obat
pencahar , diet pil, air berbasis cat , deterjen , tekstil ukuran dan
berbagai kertas produk. Hal ini digunakan terutama karena
memiliki tinggi viskositas , tidak beracun, dan hypoallergenic.
Dalam deterjen digunakan sebagai polimer suspensi tanah
dirancang untuk deposit ke kapas dan kain selulosa lainnya
menciptakan penghalang bermuatan negatif ke tanah dalam
larutan pencuci. CMC digunakan
sebagai pelumas non- volatil tetes mata ( air mata
buatan ). Kadang-kadang metil selulosa (MC) yang digunakan,
tetapi non-polar metilkelompok (-CH 3 ) tidak menambahkan
kelarutan atau reaktivitas kimia pada selulosa dasar.
Setelah reaksi awal campuran yang dihasilkan
menghasilkan sekitar 60% CMC ditambah garam 40% ( natrium
klorida dan natrium glikolat ).Produk ini adalah CMC disebut
Teknis yang digunakan dalam deterjen. Proses pemurnian lebih
lanjut digunakan untuk menghilangkan garam-garam ini untuk
menghasilkan CMC murni yang digunakan untuk makanan,
farmasi dan pasta gigi (odol) aplikasi. Sebuah peralihan "semi-
murni" kelas juga diproduksi, biasanya digunakan dalam aplikasi
kertas.
CMC juga digunakan dalam obat-obatan sebagai agen
penebalan. CMC juga digunakan dalam industri pengeboran
minyak sebagai bahan lumpur pemboran, di mana ia bertindak
sebagai pengubah viskositas dan agen retensi air. Poli-anionik
selulosa atau PAC berasal dari CMC dan juga digunakan dalam
praktek ladang minyak.
Karboksimetil selulosa yang tidak larut microgranular
digunakan sebagai resin pertukaran-kation dalam pertukaran ion
kromatografi untuk pemurnian protein. Agaknya tingkat
derivatisasi jauh lebih rendah sehingga sifat kelarutan dari
selulosa microgranular dipertahankan sambil menambahkan yang
cukup negatif karboksilat kelompok dibebankan untuk mengikat
protein bermuatan positif.
CMC juga digunakan dalam paket es untuk
membentuk campuran eutektik mengakibatkan titik beku lebih
rendah dan kapasitas pendinginan karena itu lebih daripada es.
Aqueous solusi CMC juga telah digunakan untuk
membubarkan nanotube karbon. Diperkirakan bahwa molekul
CMC panjang membungkus sekitar nanotube, yang
memungkinkan mereka untuk terdispersi dalam air.

4. Syrupus simplex
Sirupus simpleks (Jerman: "Sirup Sederhana") disebut di
sektor farmasi, persiapan air murni dan gula. Ada sejumlah aturan
produksi dalam farmakope atau koleksi resep, yang mewakili tapi
akhirnya sebuah komposisi akhir dari sekitar 36 bagian air gula
dan 64 bagian.
Jumlah yang telah ditentukan gula yang dimasukkan ke
dalam wadah yang sesuai dengan jumlah yang tepat dari air dan
dipanaskan sampai mendidih. Para sirup sekitar 120 detik
dari titik didih awalcairan diharapkan untuk dimasak. Proses
perebusan berfungsi tidak hanya solusi lengkap gula kristal, tetapi
juga penghancuran protein sisa gula, dengan pembentukan busa
sedikit diamati, yang menghilang setelah waktu memasak yang
ditentukan. Mungkin ada reaksi dari bebas gugus amino dari
protein ( struktur peptida ) dengan kelompok aldehida
gula datang, tetapi hal ini dapat diakui oleh semburat kuning
sedikit sirup didinginkan (→ reaksi Maillard ).
Dalam alat memasak tertimbang segera dengan air panas
ditambahkan ke jumlah dihitung dan kemudian segera dituangkan
ke dalam wadah yang sesuai. Isi dari 64 wt -% gula dan air 36%
diperlukan, misalnya, dengan rumus "formulasi standar
SR". Beberapa aturan memerlukan penambahan bahan pengawet ,
seperti PHB -ester atau penambahan alkohol sebelumnya. Pada
kadar gula terlalu rendah selama penyimpanan
adalah fermentasi atau pertumbuhan jamur digunakan. Dengan
kandungan gula lebih tinggi setelah pendinginan, kristalisasi
dapat mengambil tempat gula.
Sebagai cairan pembawa untuk sirup lain, seperti sirup
buah atau untuk produksi sirup batuk. Sirup jadi harus pada suhu
kamar, disimpan yaitu sekitar 15-25 ° C. Pada suhu terlalu
rendah, misalnya di lemari es, gula akan disimpan dalam bentuk
Kandiskristallen dan memulai pertumbuhan kristal.

5. Nipagin
Methylparaben , juga metil paraben , salah satu paraben ,
adalah pengawet dengan rumus kimia CH3(C6H4 (OH)COO). Ini
adalah metil ester darip -hidroksibenzoat asam.
Methylparaben adalah agen anti-jamur sering digunakan
dalam berbagai kosmetik dan produk perawatan pribadi. Hal ini
juga digunakan sebagai pengawet makanan dan memiliki nomor
E E218.
Methylparaben umumnya digunakan sebagai fungisida
di Drosophila Media makanan. Penggunaan Methylparaben
dikenal untuk memperlambat Drosophila tingkat pertumbuhan
pada tahap larva dan pupa.
Methylparaben diproduksi secara alami ditemukan dalam
buah dan beberapa, terutama blueberry, bersama dengan paraben
lain. Tidak ada bukti bahwa methylparaben atau propylparabens
berbahaya pada konsentrasi yang biasanya digunakan dalam
perawatan tubuh atau kosmetik. Metil
danpropylparaben dianggap umumnya diakui sebagai
aman (GRAS) untuk makanan dan pelestarian antibakteri
kosmetik. Metil adalah mudah dimetabolisme oleh bakteri tanah
umum, sehingga benar-benar biodegradable.
Methylparaben mudah diserap dari saluran pencernaan atau
melalui kulit. Hal ini dihidrolisis untuk p -hidroksibenzoat dan
cepat diekskresikan dalam urin tanpa terakumulasi dalam tubuh.
studi toksisitas akut menunjukkan bahwa metil yang praktis tidak
beracun oleh kedua oral dan parenteral . administrasi pada
hewan Dalam sebuah populasi dengan kulit normal,
methylparaben praktis tidak menyebabkan iritasi dan non-sensitif,
namun reaksi alergi paraben tertelan telah dilaporkan. Metil tidak
karsinogenik, mutagenik , teratogenik atau embriotoksik, di
samping itu, adalah negatif dalam uji uterotrophic.

Studi menunjukkan bahwa metil diterapkan pada kulit


dapat bereaksi dengan UVB, yang menyebabkan penuaan kulit
meningkat dan kerusakan DNA.
III. Pembuatan Resep

a) Resep:

Dr.Rendi wibisono
SIP.2201/DKK/DU-X/2010
Praktek : jl. Kemuning no.10 SMD,telp 0541-534422
Rumah : jl.kemerdekaan No.21 SMD, telp 0541-54206

Smd,9 Januari 2020


R/ Paracetamol 125 mg/cth
GG 25mg
CTM 1mg
Syr. Simplek 10ml
Aqua ad 60 ml
m.f.la.syrup
S.o.n.1.C
pro: Hj. Rippa
alamat: jl.kemuning No.66

SEMOGA LEKAS SEMBUH

R/ = Recipe => Ambilah


m.f.la.syrup = Misce Fac Lege Artis Syrup => Campur dan Buatlah Menurut
Aturan Seni Sirup
S.o.n.1.C = Signa Omni Nokte Unum Cochleat => Tandai Tiap Malam Satu
Sendok Makan
Pro = Pronum => Untuk

b) Resepstandar: -
c) Skriningresep:
Administrasi:
1. Nama dokter: Ada
2. Alamat doker: Ada
3. Nomorizinpraktekdokter: Ada
4. Nomortelepondokter: Ada
5. Nama pasien: Ada
6. Umurpasien: Ada
7. Alamat pasien: Ada
8. Tanggal resep (inscriptio): Ada
9. Tanda R/ pada bagian kiri (invocatio): Ada
10. Nama obat, jumlah dan cara pembuatan (praescriptio): Ada
11. Aturan pakai (signatura): Ada
12. Paraf dokter (subscriptio): Ada

Farmasetika
 Paracetamol
Bentuk: Tablet
Kekuatansediaan: 500 mg
Stabilitas: Terhidrolisis pada ph minimal 5-7 , Stabil pada temperatur
450C (dalambentukserbuk) , Dapat terdegradasi oleh quinominim dan
terbentuk warna pink,coklat dan hitam, Relatif stabil terhadap
oksidasi, Menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu
250C dan kelembaban 90%, Tablet yang dibuat granula sibasah
menggunakan pasta gelatin tidak dipengaruhi oleh kelembaban tinggi
dibandingkan menggunakan povidon
Inkompabilitas:incompabilitas terhadap permukaan nyilon dan rayon
 CTM
Bentuk: Tablet
Kekuataansediaan: 4 mg
Stabilitas:mengalami peruraian pada suasana asam
Inkompabilitas: -

 GG
Bentuk: Tablet
Kekuataansediaan : 100 mg
Stabilitas:Cenderung menggumpal saat penyimpanan. Disimpan
dalam wadah tertutup rapat
Inkompabilitas: -

 Syrup simplex
Bentuk: Cair
Kekuatansediaan: -
Stabilitas: di tempat sejuk
Inkompatibilitas: -

d) Permasalahan
1. Tidak ada paraf dokter (usul: dimintaparafdokter)
2. Pengenceran CTM
3. Pengenceran GG
4. Kalibrasi Botol Sirup
e) Penggolongan obat
Nama obat Penggolongan Logo
PCT Obat bebas

CTM Obat bebas terbatas

GG Obatbebas

Syrup simplex Obatbebas

aquadest Obatbebas

f) Uraianbahan
Nama Latin:ACETAMINOPHENUM (FI Ed. III Hal. 37)
Nama Lain:Acetaminofen
Nama Dagang: paracetamol
Pemberian:Hablur atau serbuk hablur putih: tidak berbau ; rasa pahit
Kelarutan:Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol p; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Identifikasi: A. larutkan 100 mg dalam 10 ml air tambahkan 0,05 ml
larutan besi(III) klorida P; terjadi warna biru violet.
B. Larutkan 200 mg dalam 4 ml pridina P, tambahkan 500mg para
nitrobenzoli klorida P, didihkan selama 2 sampai 3 menit, dinginkan
,tuangkan dalam 40 ml air sambil diaduk. Cuci endapan berturut-turut
sampai 30ml air, dengan 30 ml larutan natrium karbonat P 1% b/v dan
dengan 30 ml ai; hablurkan kembali dengan etanol (95%)P; suhu lebur
hablur lebih kurang 210.
C. Larutkan 50 mg dalam 100 ml metanol P; pada 1 ml tambahkan 1 ml
asamklorida 0,1 N kemudian metanol P secukupnya hingga 100,0 mL.
Serapan-2 cm larutan pada 249 nm lebih kurang 0,90.
D. Didihkan 100 mg dengan 1 mL asam klorida P selama 3 menit,
tambahkan 10 ml air, dingikan :tidak terbentuk endapan. Tambahkan 0,05
ml kalium bikromat ),1 n ; terjadi perlahan-lahan warna violet yang tidak
berubah menjadi merah ( perbedaan dari fenasetena).
Indikasi:Analgetikum :antipiretikum
Dosismaksimum:-
ED: Januari 2020

Nama latin: CHLORPHENIRAMINI MALEAS (FI Ed. IV Hal. 210)


Nama lain:klorfeniraminamaleat
Nama dagang: CTM
Pemerian:serbuk hablur; putih; tidak berbau ; rasa pahit.
Kelarutan:Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol(95 %) P dan
dalam 10 bagian hiorofromP;sukar larut dalam eter P.
Identifikasi: A. Spektrum sarapan ultraviolet larutan 0,002 % b/v dalam
asam sulfat0,1 N seteba; 2 cm pada daerah panjang gelombang antara 230
nm dan 350 nm menunjukanmaksimumhanya pada 265 nm ;sarapan pada
265 nm lebihkurang 0,85.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis yang tertera pada kromatografi,
menggunakan silikagel-G/F-254 P sebagai zatj erap, panaskan lempeng pada suhu
105º selma 30 menit. Sebagai fase bergerak digunakan campuran 5 bagian volume
etilasetat 3 bagian volume metanol P dan 2 bagian volume asamasetatencerP.
Totolkan terpisah masing-masing 2 uI larutan dalam klorofrom P yang
mengandung (1) 0,5 % b/v zat uji dan (2) 0,5% b/v klorfeniraminamaleat PK.
Angkat lempeng, biarkan kering diudara, amati dengan lampu ultraviolet 254 nm.
Dua bercak utama yang diperoleh dengan larutan (1) sesuai dengan bercak yang
diproleh dengan larutan (2) Semprot lempeng dengan Larutan kalium
lodobismutat encer P. bercakucata yang diproleh dari larutan (1) sesuai dengan
bercak yang diproleh dari larutan (2).
C. Larutan 500 mg dalam 5 ml air, tambahkan 2 ml amonia P. sari 3 kali
,tiap kali dengan 5 ml klorofrom P. Uapkan lapisan air hingga kering,
tambahkan 0,2 ml asam sulfat encer P dan 5 ml air. Sari 4 kali, tiap kali
dengan 25 ml eter P. Uapkan kumpulan sari eter dengan mengalirkan
udara panas; suhu lebur sisa lebih kurang 130º.
Indikasi/kegunaan:Antihistaminikum
DosisMaksimum: 1x= -, 1h= 40 mg.
ED:Januari 2020

Nama Latin: GLYCERTLIS GUAIACOLAS (FI Ed. III Hal. 272)


Nama Lain:Gliseril Guaiakolat
Nama dagang: GG
Pemerian:serbuk hablur ;putih hingga agak keabuan ; hamper tidak
berbau atau berbau lemah; rasa pahit
Kelarutan:Larut dalam air, dalam etanol(95 &) P, dalam klorofromP,
dalam gliserol P dan dalam propilenglikol P
Identifikasi: pada 5 mg tambahkan 1 tetesf ormaldehida P dan beberapa
tetes asamsulfat P, campur; terjadi warna merah kersen tua samapai ungu
Indikasi:ekspektoran
DosisMaksimum: -
ED:Januari 2020

Nama Latin: SIRUPUS SIMPEX (FI Ed. III Hal. 567)


Nama Lain:Sirup gula
Nama dagang: -
Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan: -
Identifikasi: -
Indikasi:Zat tambahan
DosisMaksimum: -
ED: Januari 2020

Nama Latin: AQUA DESTILATA (FI. Ed. III Hal. 96)


Nama Lain: Air suling
Nama Dagang: -
Pemerian: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa
Kelarutan: -
Identifikasi: -
Indikasi: Zattambahan
DosisMaksimum: -
ED: Januari 2020

g) Perhitungandosis
Perhitungan BJ larutan:
10 g
BJ larutan: x 100% = 10%
100 g
Jadi, jika bj kurang dari 16,67% = 1 g/ml

CTM
DM 1X = -
1H = 40 mg
15 ml
DT 1X = x 1 mg = 0,15 mg
100 ml
15 ml
1H = 3 x x 1 mg = 0,45 mg
100 ml
% Dosis 1X = -
0,45 mg
1H = x 100% = 1,12% TOD
40 mg
h) Penimbanganbahan
PCT= 125 mg
GG= 25 mg
CTM= 1 mg
Syrup simpex= 10 g
Aquadest= 100 g – (0,125 g + 0,025 g + 0,001 g + 10 g)
= 100 g – 10, 151 g
= 89, 849 g

i) Cara kerja
1. Disetarakan timbangan dan dikalibrasi botol
2. Disiapkanalat dan bahan
3. Ditimbang PCT sebanyak 125 mg menggunakan timbangan analitik
dimasukkan kedalam mortir digerus sampai halus
4. Ditimbang GG sebanyak 25 mg menggunakan timbangan analitik
dimasukkan kedalam mortir digerus sampai homogen
5. Ditimbang CTM sebanyak 1 mg menggunakan timbangan analitik
dimasukkan kedalam mortir digerus sampai homogen
6. Diukur aquadest sebanyak 89, 849 ml dimasukkan sebagian kedalam
mortir digerus sampai larut dan homogen
7. Diukur syrup simpex 10 ml dimasukkan kedalam mortir digerus
sampai homogeny kemudian dimasukkan kedalam botol
8. Dimasukkan sisa aquadest kedalam botol sampai batas kalibrasi
dikocok sampai homogen
9. Diberi etiket putih dan label kocok dahulu
10. Diserahkan kepada pasien beserta pio
j) Indikasi
PCT= Analgetikum dan antipiretikum
GG = Batuk
CTM= Antiinflamasi (alergi)
Syrup simplex= Zattambahan
Aquadest= Zattambahan

k) Etiket
Nama: Hj. Rippa
Apotek Stikes Dirgahayu Samarinda Aturanpakai: Diminum 1 x sehari
Jl. Pasundan No. 21 Telp (0541) 748335 Smd
SIA : 923/77/2018 1 sendok makan malam hari
APA Ahmed Aprima Egbar, S. Farm., M.Si., Apt.
sesudah makan
No : 2 Tgl :09-01-2020
Indikasi: Demam, nyeri, batuk
Nama :Hj. rippa
dan alergi
Tablet :
Penyimpanan: Dalam wadah
....1. X Sehari ..1... Tablet/Kapsul/sendok teh
tertutup rapat, terlindung dari
Sebelum / Sesudah makan
cahaya
Cara pakai: Per oral
“OBAT ADALAH HATI YANG GEMBIRA”

IV. Pembahasan
Tujuan pratikum yang dilakukan :

1.) Mahasiswa mampu memahami perhitungan dosis maksimal obat.


2.) Mahasiswa mampu menyusun dan membuat jurnal sementara dan
jurnal resmi.
3.) Mahasiswa mampu mengerjakan resep sirup.
Resep 1
Dalam resep ini terdapat Paracetamol , GG , CTM, dan Syr.
Simplex. Obat ini berkhasiat sebagai obat demam, batuk yang disertai
dengan alergi. Obat ini memiliki golongan obat yang berbeda-beda seperti
Paracetamol, GG dan Syr. Simplex termasuk kedalam golongan obat
Bebas sedangkan CTM termasuk kedalam golongan obat Keras. Dalam
pembuatan sediaan ini tidak ada terdapat permasalahan yaitu pengenceran
CTM dan GG sertai kalibrasi botol sirup.

V. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
 Syrup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam
kadar tinggiSecara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang
ditambah obat atau zatpewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.
Syrup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.
 Kelarutan adalah suatu kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam pelarut
tertentu.

VI. Daftar putaka


Sinko, J. Patrick. (2012) Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika
Edisi 5. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Purba, Michael (2004) Panduan Kimia. Jakarta: Erlangga
JR. RA Day dan Underwood A.L (2001) Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta:Erlangga
Anief, M. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4.
Jakarta: UI Press.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke-IV. 
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anief , Moh, 2015 , Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek cetakan ketujuh
belas.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Anonim , 1979 , Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta

Syamsuni . 2006 . Farmasetika dasar dan Hitungan Farmasi .


Penerbit EGC Jakarta.

Vanduin .C.F,.1960, Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori ,

Terjemahan K, Setia Darma, Jakarta.

Ansel,H,C,. 1989 , Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Ed.IV,


Terjemahan
Farida Ibrahim , UI Press. Jakarta.

Aini SR, et al. 2010. Bahan Belajar Belajar Keterampilan Medik Farmasi
Kedokteran.
Laboratorium Keterampilan Medik FK UNRAM : Mataram.

Craven, RF., Hirnle, CJ. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health


and Function, 3rd Ed.,

New York : Lippincott Pub.

Fulmer, T., Foreman, M., Zwicker, D. (2003). Medication in Older Adults,


1st Ed., Spiringer Pub. Comp.

Ansel, H.C., Prince, S.J. 2006. Kalkulasi Farmasetik. EGC, Jakarta.

Dewi, Pastria Sandra. 2010. Konsep Dasar Pemberian Obat.

Anonim, 1979, Farmasetika dasar dan hitungan Farmasi .


Penerbit EGC , Jakarta
Anief, M., 2005, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press,
Yogyakarta

Raharja, Kirana. 2002. Obat-obat Penting. 


PT Elex Media Komputindo :Jakarta

Anief, M., 1996, Ilmu Meracik Obat Cetakan 6, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta

Departemen Kesehatan, 1981, Keputusan Menteri Kesehatan No. 280


tahun 1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek,
Jakarta

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Departemen Kesehatan RI, 2006, Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, Jakarta

Anief , Moh, 2015 , Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek cetakan
ketujuhbelas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Anonim , 1979 , Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta

Syamsuni . 2006 . Farmasetika dasar dan Hitungan Farmasi . Penerbit


EGC , Jakarta.

Vanduin .C.F,.1960, Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori ,
Terjemahan K, Setia Darma, Jakarta.

Ansel,H,C,. 1989 , Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Ed.IV,


Terjemahan Farida Ibrahim , UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai