PRAKTIKUM FARMASETIKA I
DI SUSUN OLEH:
JUVIAR (191148201092)
DOSEN PEMBIMBING :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Mengerjakan Pembuatan Resep Sediaan
Sirup
Kelompok/Kelas : I-A
Hari : Rabu
Disusun Oleh :
Nama : JUVIAR
NIM : 191148201092
Menyetujui
I. Judul
Mengerjakan Pembuatan Resep Sediaan Sirup
A. Sediaan Sirup
Sirup adalah cairan yang kental dan juga mempunyai atau
memiliki kadar gula terlarut yang lebih tinggi, namun hampir tidak
memiliki kecenderungan atau kepekatan untuk mengendapkan
menjadi kristal. Viskositas (kekentalan) sirup disebabkan oleh adanya
atau banyaknya suatu ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (OH)
pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang melarutkannya.
Secara teknik maupun dalam dunia ilmiah, istilah sirup juga sering
digunakan untuk menyebut cairan kental, umumnya residu, yang
mengandung zat terlarut selain gula. Untuk meningkatkan kadar gula
terlarut, biasanya sirup dipanaskan. Larutan sirup menjadi super-
jenuh. Sirup juga sering digunakan pada dunia obat-
obatan, kuliner serta minuman.
Dalam Farmakope Indonesia edisi III,Sirup adalah sediaan
cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan
lain,kadar sakarosa,C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih
dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan
zat obat (Ansel, 1989)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang
hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-
66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirop adalah larutan
pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan
obat atau zat wewangi, merupakan larutan jerni berasa manis. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam
jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi
pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat
(Anonim, 1978).
Komponen sirup
Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-
komponen berikut didamping air murni dan semua zat-zat obat
yang ada:
Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk
memberi rasa manis dan kental.
Pengawet anti mikroba.
Diantara pengawet-penagawet yang umum
digunakan sediaan sirup dengan konsentrasi lazim yang
efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat
(0,1-0,2 %) dan berbagi campuran metil-,profil,dan butil
paraben (total ± 0,1 %). Sering kali alkohol digunakan
dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-
bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara normal
alkohol tidak ada dalm produk akhir dalm jumlah yang
dianggap cukup sebagai pengawet (15-20 %).
Pembau dan Pewarna.
Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya
digunakan zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi
rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa permen,
coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang
digunakan umum larut dalam air, tidak bereaksi dengan
komponen lain dari sirup, dan warna stabil pada kisaran
pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut
mungkin menjadi enounter selama masa penyimpanan.
Perasa.
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi
rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam
seperti minyak-minyak menguap (contoh : minyak jeruk),
vanili dan lain-lainnya. Untuk membuat sirup jamin yang
sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan air, pemberi
rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecill alkohol
ditambahkan kesirup untuk menjamin kelangsungan
kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air
buruk.
Biasanya untuk untuk sirup yang dibuat dalam
perdagangan,mengandung pelarut-pelarut
khusus,pembantu kelarutan,kental,dan stabilisator.
Kerugian
1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada
umumnya campuran/kombinasi beberapa zat berkhasiat
yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh
pasien. Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat
resep puyer racikan individu untuk pasien.
3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak
misalnya sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya
asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air
(biasanya dibuat suspense atau eliksir). Eliksir kurang
disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol,
suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi
dan suspending egent yang digunakan.
5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk
minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi yang mana
stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi
serta emulsifying agent yang digunakan).
6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah
dilarutkan (biasanya dibuat sirup kering yang
memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul,
stabilitas setelah dilarutkan haInya beberapa hari).
7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus
dan kemasan yang khusus pula.
Inkompabilitas dan Pengetasannya
Inkompabilitas merupakan interaksi yang terjadi secara
fisik atau kimia suatu bahan obat yang tidak dapat bercampur dengan
obat lainnya, umumnya terjadi di luar tubuh. Definisi lain
menyebutkan interaksi ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat
diberikan) antara bahan obat yang tidak dapat dicampur
(inkompatibel). Pencampuran obat yang inkompatibel menyebabkan
terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya
mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna
atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya mengakibatkan
inaktivasi obat.
1. Identifikasi
2. Penetapan Kadar
Stabilitas Fisika
2. pH
3. Berat jenis
4. Viskositas
5. Kejernihan larutan
Stabilitas Mikrobiologi
Stabilitas Farmakologi
2. Identifikasi
3. Penetapan Kadar
Stabilitas Toksikologi
2. Identifikasi
3. Penetapan Kadar
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Sediaan Sirup
1. Faktor Internal
· Formulasi
2. Faktor Eksternal
· Suhu
· pH
· Pelarut
· Kelembaban
· Intensitas Cahaya
B. Monografi
1. Isoniazid (INH)
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk halus
putih, tidak berbau, perlahan-lahan
dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol, sukar larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Isoniazid ( Laniazid , Nydrazid ), juga dikenal
sebagai isonicotinylhydrazine ( INH ), merupakan senyawa
organik yang merupakan lini pertama antituberkulosis obat dalam
pencegahan dan pengobatan. Ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1912, dan kemudian pada tahun 1951 itu ditemukan efektif
terhadap TBC dengan yang menghambat asam mycolic (lilin
mantel). Isoniazid tidak pernah digunakan sendiri untuk mengobati
TB aktif karena resistensi cepat berkembang. Isoniazid juga
memiliki antidepresan efek, dan itu adalah salah satu antidepresan
yang pertama kali ditemukan. Isoniazid juga dapat digunakan
dalam pengobatan dari BCG-oma .
Senyawa ini pertama kali disintesis di awal abad 20, tetapi
aktivitas terhadap tuberculosis pertama kali dilaporkan pada awal
1950-an dan tiga perusahaan farmasi mencoba dengan kegagalan
untuk secara bersamaan paten obat (yang paling menonjol yang
Roche, yang diluncurkan mereka versi, Rimifon , di 1952). Dengan
diperkenalkannya isoniazid, obat untuk TBC pertama kali dianggap
wajar.
Isoniazid tersedia dalam tablet, sirup, dan bentuk injeksi
(diberikan intramuskular atau intravena). Isoniazid tersedia di
seluruh dunia, tidak mahal dan umumnya ditoleransi dengan
baik. Hal ini dibuat dari asam isonikotinat , yang diproduksi dari 4-
methylpyridine.
Mekanisme kerja
Isoniazid merupakan prodrug dan harus diaktifkan oleh enzim
katalase peroksidase-bakteri yang dalam M. TBC disebut
katG. katG pasangan yang asil isonikotinat dengan NADH untuk
membentuk isonikotinat asil-NADH kompleks. Kompleks ini
mengikat erat pada reduktase enoyl-protein pembawa asil dikenal
sebagai InhA, sehingga menghalangi substrat enoyl-ACPM alam
dan aksi sintase asam lemak . Proses ini menghambat sintesis asam
mycolic , diperlukan untuk mikobakteri dinding sel. Berbagai
radikal diproduksi oleh aktivasi katG dari Isoniazid,
termasuk oksida nitrat, yang juga telah terbukti penting dalam aksi
lain prodrug antimycobacterial PA-824.
Isoniazid adalah bakterisida untuk cepat-
membagi mikobakteri tetapi bakteriostatik jika mycobacterium
lambat tumbuh Isoniazid menghambat sistem P450.
Metabolisme
Isoniazid mencapai konsentrasi terapeutik dalam
serum, cairan serebrospinal (CSF), dan dalam granuloma
caseous. Isoniazid dimetabolisme di hati melalui asetilasi . Ada dua
bentuk dari enzim yang bertanggung jawab untuk asetilasi,
sehingga beberapa pasien memetabolisme obat lebih cepat dari
yang lain. Oleh karena itu, paruh adalah bimodal dengan puncak
pada 1 jam dan 3 jam pada populasi AS. Metabolit akan
dikeluarkan melalui urin. Dosis biasanya tidak harus disesuaikan
jika terjadi gagal ginjal .
Dosis
Dosis standar isoniazid pada orang dewasa adalah 5 mg / kg
/ hari (maks 300 mg setiap hari). Ketika diresepkan sebentar-
sebentar (dua kali atau tiga kali seminggu) dosisnya adalah 15 mg /
kg (maks 900 mg setiap hari). Pasien dengan bersihan obat yang
perlahan (melalui asetilasi seperti dijelaskan di atas) mungkin
memerlukan dosis yang dikurangi untuk
menghindari toksisitas . Dosis yang dianjurkan untuk anak-anak
adalah 8 sampai 12 mg / kg / hari.
Efek samping
Efek samping termasuk ruam , abnormal tes fungsi
hati , hepatitis , anemia sideroblastic , anion gap asidosis metabolik
tinggi , neuropati perifer , ringansistem saraf pusat (SSP)
efek, interaksi obat mengakibatkan peningkatan fenitoin (Dilantin)
atau disulfiram (Antabuse) tingkat dan keras kejang ( status
epileptikus ).
Neuropati perifer dan SSP efek berkaitan dengan
penggunaan isoniazid dan disebabkan piridoksin (vitamin B 6 )
penipisan, tetapi jarang terjadi pada dosis 5 mg/kg. Orang dengan
kondisi neuropati yang umum
(misalnya, diabetes , uremia , alkoholisme , malnutrisi , HIV -
infeksi), serta hamil wanita dan orang yang kejang gangguan, dapat
diberikanpyridoxine (vitamin B 6 ) (10-50 mg / hari) dengan
isoniazid.
Hepatotoksisitas dari INH adalah dengan kelompok
nitrogen dalam struktur kimianya, seperti yang dimetabolisme di
hati dan akan dikonversi ke sebuah molekul amonium, yang
menyebabkan hepatitis.
Hepatotoksisitas dapat dihindari dengan pemantauan klinis
dekat pasien, untuk lebih spesifik, mual, muntah, sakit perut, dan
nafsu makan. Isoniazid dimetabolisme oleh hati terutama
oleh asetilasidan dehydrazination. N-acetylhydrazine metabolit
diyakini bertanggung jawab atas efek hepatotoksik terlihat pada
pasien yang diobati dengan isoniazid. Tingkat asetilasi secara
genetik ditentukan.Sekitar 50% dari kulit hitam dan Kaukasia
inactivators lambat; mayoritas Inuit dan orang Asia inactivators
cepat. Waktu paruh dalam asetilator cepat adalah 1 sampai 2 jam,
sedangkan pada asetilator lambat itu adalah 2 sampai 5
jam. Penghapusan adalah umumnya tidak tergantung dari fungsi
ginjal, namun paruh mungkin berkepanjangan dalam penyakit hati.
Tingkat asetilasi belum terbukti secara signifikan
mengubah efektivitas isoniazid. Namun, asetilasi lambat dapat
menyebabkan konsentrasi darah lebih tinggi dengan administrasi
kronis obat, dengan peningkatan risiko toksisitas. Asetilasi cepat
mengarah ke tingkat darah lebih tinggi dari acetylisoniazid
metabolit toksik dan dengan demikian untuk peningkatan reaksi
toksik - hepatitis yang 250 kali lebih umum dari pada asetilator
lambat.Isoniazid dan metabolitnya diekskresikan dalam urin
dengan 75 sampai 95% dari dosis diekskresikan dalam 24
jam. Sejumlah kecil juga diekskresikan dalam air liur, dahak, dan
feses. Isoniazid dihilangkan dengan hemodialisis dan dialisis
peritoneal.
2. Propilen glikol
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform, larut dalam eter
dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Propylene glycol juga disebut 1,2-
propanadiol atau propana-1 ,2-diol , adalah senyawa
organik (suatu diol atau double alkohol ) dengan rumus
C3H8O2 atau HO-CH 2 -CHOH-CH3 . Ini adalah tidak berwarna,
tidak berbau hampir, jelas, cairan kental dengan rasa sedikit
manis, higroskopis dan larutdengan air , aseton , dan kloroform.
Senyawa ini kadang-kadang disebut α-propilen glikol untuk
membedakannya dari isomer yang propana-1 ,3-diol HO-
(CH 2 ) 3 -OH, juga disebut β-propilen glikol.
Toksisitas akut lisan dari propilen glikol sangat rendah, dan
jumlah besar dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan
kesehatan pada manusia jelas; propilen glikol dimetabolisme
dalam tubuh manusia menjadi asam piruvat (bagian normal dari
proses metabolisme glukosa, mudah diubah menjadi
energi ), asam asetat (ditangani oleh etanol-metabolisme), asam
laktat (asam yang normal umumnya berlimpah selama
pencernaan), dan propionaldehida (zat yang sangat beracun).
toksisitas Serius umumnya hanya terjadi pada konsentrasi plasma
lebih dari 1 g / L, yang membutuhkan asupan yang sangat tinggi
selama waktu yang relatif singkat. Ini akan hampir mustahil untuk
mencapai tingkat beracun dengan mengkonsumsi makanan atau
suplemen, yang mengandung paling banyak 1 g / kg PG .
Kasus keracunan propilen glikol biasanya berhubungan
dengan baik pemberian intravena tidak tepat atau konsumsi
disengaja dalam jumlah besar oleh anak-anak. Potensi jangka
panjang Toksisitas oral juga rendah. Dalam satu studi, tikus diberi
pakan yang mengandung sebanyak 5 PG% dalam pakan selama
104 minggu dan mereka tidak menunjukkan efek sakit jelas.
Karena toksisitas rendah lisan kronis, propilen glikol telah
diklasifikasikan oleh AS Food and Drug Administration sebagai
" umumnya diakui sebagai aman "(GRAS) untuk digunakan
sebagai aditif makanan langsung.
Kontak dengan propilen glikol pada dasarnya tidak
menyebabkan iritasi pada kulit. propilen glikol ternyata dapat
minimal mengiritasi mata, dan dapat menghasilkan konjungtivitis
sementara sedikit (mata pulih setelah terkena akan
dihapus). Paparan kabut dapat menyebabkan iritasi mata, serta
iritasi saluran pernafasan atas. Menghirup uap propilen glikol
muncul untuk menyajikan tidak ada bahaya yang signifikan dalam
aplikasi biasa. Namun, pengalaman manusia yang terbatas
menunjukkan bahwa menghirup kabut propilen glikol dapat
menyebabkan iritasi pada beberapa individu.
Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa propilen
glikol tidak digunakan dalam aplikasi dimana inhalasi paparan
atau kontak mata manusia dengan kabut semprotan materi-materi
ini mungkin , seperti kabut untuk produksi teater atau solusi
antibeku untuk stasiun mencuci darurat mata.
Propilen glikol tidak menyebabkan sensitisasi dan
menunjukkan tidak ada bukti menjadi karsinogen atau menjadi
genotoksik. Tanggapan negatif terhadap pemberian intravena obat
yang menggunakan PG sebagai eksipien telah terlihat di sejumlah
orang, terutama dengan dosis besar daripadanya. Responses
mungkin termasuk "hipotensi, bradikardia. QRS dan T kelainan
pada EKG, aritmia, henti jantung, hyperosmolality serum,
asidosis laktat, dan hemolisis". Persentase yang tinggi (12%
menjadi 42%) dari disuntikkan langsung- propilen glikol
dihilangkan / dikeluarkan dalam urin berubah tergantung pada
dosis, dengan sisanya muncul di glukuronat form-nya. Kecepatan
filtrasi ginjal menurun dengan meningkatnya dosis, yang mungkin
karena propilen glikol yang bius ringan / SSP-depresan-sifat
sebagai sebuah alkohol. Dalam satu kasus, pemberian melalui IV
dari nitrogliserin PG-ditangguhkan ke tua pria mungkin
disebabkan koma dan asidosis.
Menurut sebuah studi 2010 oleh Universitas Karlstad ,
konsentrasi PGEs, propilen glikol dan eter glikol di udara dalam
ruangan, udara terutama kamar tidur, telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko pernapasan banyak dan gangguan kekebalan
tubuh pada anak-anak, termasuk asma , demam , eksim , dan
alergi, dengan peningkatan risiko mulai dari 50% sampai
180%. Konsentrasi ini telah dikaitkan dengan penggunaan cat
berbasis air dan berbasis air pembersih.
3. Na-CMC
Karboksimetil selulosa (CMC) atau gusi selulosa
adalah selulosa turunan
dengan kelompok karboksimetil (-CH 2 -COOH) terikat untuk
beberapa
hidroksil kelompok dari glukopiranosa monomer yang
membentuk selulosa
tulang punggung . Hal ini sering digunakan sebagai
natrium garam , natrium karboksimetil selulosa.
CMC digunakan dalam ilmu
makanan sebagai viskositas pengubah atau pengental , dan
untuk menstabilkan emulsi dalam berbagai produk termasuk es
krim . Sebagai tambahan makanan, ia memiliki sejumlah
E E466. Ini juga merupakan konstituen dari banyak non-produk
makanan, seperti KY Jelly , pasta gigi , obat
pencahar , diet pil, air berbasis cat , deterjen , tekstil ukuran dan
berbagai kertas produk. Hal ini digunakan terutama karena
memiliki tinggi viskositas , tidak beracun, dan hypoallergenic.
Dalam deterjen digunakan sebagai polimer suspensi tanah
dirancang untuk deposit ke kapas dan kain selulosa lainnya
menciptakan penghalang bermuatan negatif ke tanah dalam
larutan pencuci. CMC digunakan
sebagai pelumas non- volatil tetes mata ( air mata
buatan ). Kadang-kadang metil selulosa (MC) yang digunakan,
tetapi non-polar metilkelompok (-CH 3 ) tidak menambahkan
kelarutan atau reaktivitas kimia pada selulosa dasar.
Setelah reaksi awal campuran yang dihasilkan
menghasilkan sekitar 60% CMC ditambah garam 40% ( natrium
klorida dan natrium glikolat ).Produk ini adalah CMC disebut
Teknis yang digunakan dalam deterjen. Proses pemurnian lebih
lanjut digunakan untuk menghilangkan garam-garam ini untuk
menghasilkan CMC murni yang digunakan untuk makanan,
farmasi dan pasta gigi (odol) aplikasi. Sebuah peralihan "semi-
murni" kelas juga diproduksi, biasanya digunakan dalam aplikasi
kertas.
CMC juga digunakan dalam obat-obatan sebagai agen
penebalan. CMC juga digunakan dalam industri pengeboran
minyak sebagai bahan lumpur pemboran, di mana ia bertindak
sebagai pengubah viskositas dan agen retensi air. Poli-anionik
selulosa atau PAC berasal dari CMC dan juga digunakan dalam
praktek ladang minyak.
Karboksimetil selulosa yang tidak larut microgranular
digunakan sebagai resin pertukaran-kation dalam pertukaran ion
kromatografi untuk pemurnian protein. Agaknya tingkat
derivatisasi jauh lebih rendah sehingga sifat kelarutan dari
selulosa microgranular dipertahankan sambil menambahkan yang
cukup negatif karboksilat kelompok dibebankan untuk mengikat
protein bermuatan positif.
CMC juga digunakan dalam paket es untuk
membentuk campuran eutektik mengakibatkan titik beku lebih
rendah dan kapasitas pendinginan karena itu lebih daripada es.
Aqueous solusi CMC juga telah digunakan untuk
membubarkan nanotube karbon. Diperkirakan bahwa molekul
CMC panjang membungkus sekitar nanotube, yang
memungkinkan mereka untuk terdispersi dalam air.
4. Syrupus simplex
Sirupus simpleks (Jerman: "Sirup Sederhana") disebut di
sektor farmasi, persiapan air murni dan gula. Ada sejumlah aturan
produksi dalam farmakope atau koleksi resep, yang mewakili tapi
akhirnya sebuah komposisi akhir dari sekitar 36 bagian air gula
dan 64 bagian.
Jumlah yang telah ditentukan gula yang dimasukkan ke
dalam wadah yang sesuai dengan jumlah yang tepat dari air dan
dipanaskan sampai mendidih. Para sirup sekitar 120 detik
dari titik didih awalcairan diharapkan untuk dimasak. Proses
perebusan berfungsi tidak hanya solusi lengkap gula kristal, tetapi
juga penghancuran protein sisa gula, dengan pembentukan busa
sedikit diamati, yang menghilang setelah waktu memasak yang
ditentukan. Mungkin ada reaksi dari bebas gugus amino dari
protein ( struktur peptida ) dengan kelompok aldehida
gula datang, tetapi hal ini dapat diakui oleh semburat kuning
sedikit sirup didinginkan (→ reaksi Maillard ).
Dalam alat memasak tertimbang segera dengan air panas
ditambahkan ke jumlah dihitung dan kemudian segera dituangkan
ke dalam wadah yang sesuai. Isi dari 64 wt -% gula dan air 36%
diperlukan, misalnya, dengan rumus "formulasi standar
SR". Beberapa aturan memerlukan penambahan bahan pengawet ,
seperti PHB -ester atau penambahan alkohol sebelumnya. Pada
kadar gula terlalu rendah selama penyimpanan
adalah fermentasi atau pertumbuhan jamur digunakan. Dengan
kandungan gula lebih tinggi setelah pendinginan, kristalisasi
dapat mengambil tempat gula.
Sebagai cairan pembawa untuk sirup lain, seperti sirup
buah atau untuk produksi sirup batuk. Sirup jadi harus pada suhu
kamar, disimpan yaitu sekitar 15-25 ° C. Pada suhu terlalu
rendah, misalnya di lemari es, gula akan disimpan dalam bentuk
Kandiskristallen dan memulai pertumbuhan kristal.
5. Nipagin
Methylparaben , juga metil paraben , salah satu paraben ,
adalah pengawet dengan rumus kimia CH3(C6H4 (OH)COO). Ini
adalah metil ester darip -hidroksibenzoat asam.
Methylparaben adalah agen anti-jamur sering digunakan
dalam berbagai kosmetik dan produk perawatan pribadi. Hal ini
juga digunakan sebagai pengawet makanan dan memiliki nomor
E E218.
Methylparaben umumnya digunakan sebagai fungisida
di Drosophila Media makanan. Penggunaan Methylparaben
dikenal untuk memperlambat Drosophila tingkat pertumbuhan
pada tahap larva dan pupa.
Methylparaben diproduksi secara alami ditemukan dalam
buah dan beberapa, terutama blueberry, bersama dengan paraben
lain. Tidak ada bukti bahwa methylparaben atau propylparabens
berbahaya pada konsentrasi yang biasanya digunakan dalam
perawatan tubuh atau kosmetik. Metil
danpropylparaben dianggap umumnya diakui sebagai
aman (GRAS) untuk makanan dan pelestarian antibakteri
kosmetik. Metil adalah mudah dimetabolisme oleh bakteri tanah
umum, sehingga benar-benar biodegradable.
Methylparaben mudah diserap dari saluran pencernaan atau
melalui kulit. Hal ini dihidrolisis untuk p -hidroksibenzoat dan
cepat diekskresikan dalam urin tanpa terakumulasi dalam tubuh.
studi toksisitas akut menunjukkan bahwa metil yang praktis tidak
beracun oleh kedua oral dan parenteral . administrasi pada
hewan Dalam sebuah populasi dengan kulit normal,
methylparaben praktis tidak menyebabkan iritasi dan non-sensitif,
namun reaksi alergi paraben tertelan telah dilaporkan. Metil tidak
karsinogenik, mutagenik , teratogenik atau embriotoksik, di
samping itu, adalah negatif dalam uji uterotrophic.
a) Resep:
Dr.Rendi wibisono
SIP.2201/DKK/DU-X/2010
Praktek : jl. Kemuning no.10 SMD,telp 0541-534422
Rumah : jl.kemerdekaan No.21 SMD, telp 0541-54206
b) Resepstandar: -
c) Skriningresep:
Administrasi:
1. Nama dokter: Ada
2. Alamat doker: Ada
3. Nomorizinpraktekdokter: Ada
4. Nomortelepondokter: Ada
5. Nama pasien: Ada
6. Umurpasien: Ada
7. Alamat pasien: Ada
8. Tanggal resep (inscriptio): Ada
9. Tanda R/ pada bagian kiri (invocatio): Ada
10. Nama obat, jumlah dan cara pembuatan (praescriptio): Ada
11. Aturan pakai (signatura): Ada
12. Paraf dokter (subscriptio): Ada
Farmasetika
Paracetamol
Bentuk: Tablet
Kekuatansediaan: 500 mg
Stabilitas: Terhidrolisis pada ph minimal 5-7 , Stabil pada temperatur
450C (dalambentukserbuk) , Dapat terdegradasi oleh quinominim dan
terbentuk warna pink,coklat dan hitam, Relatif stabil terhadap
oksidasi, Menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu
250C dan kelembaban 90%, Tablet yang dibuat granula sibasah
menggunakan pasta gelatin tidak dipengaruhi oleh kelembaban tinggi
dibandingkan menggunakan povidon
Inkompabilitas:incompabilitas terhadap permukaan nyilon dan rayon
CTM
Bentuk: Tablet
Kekuataansediaan: 4 mg
Stabilitas:mengalami peruraian pada suasana asam
Inkompabilitas: -
GG
Bentuk: Tablet
Kekuataansediaan : 100 mg
Stabilitas:Cenderung menggumpal saat penyimpanan. Disimpan
dalam wadah tertutup rapat
Inkompabilitas: -
Syrup simplex
Bentuk: Cair
Kekuatansediaan: -
Stabilitas: di tempat sejuk
Inkompatibilitas: -
d) Permasalahan
1. Tidak ada paraf dokter (usul: dimintaparafdokter)
2. Pengenceran CTM
3. Pengenceran GG
4. Kalibrasi Botol Sirup
e) Penggolongan obat
Nama obat Penggolongan Logo
PCT Obat bebas
GG Obatbebas
aquadest Obatbebas
f) Uraianbahan
Nama Latin:ACETAMINOPHENUM (FI Ed. III Hal. 37)
Nama Lain:Acetaminofen
Nama Dagang: paracetamol
Pemberian:Hablur atau serbuk hablur putih: tidak berbau ; rasa pahit
Kelarutan:Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol p; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Identifikasi: A. larutkan 100 mg dalam 10 ml air tambahkan 0,05 ml
larutan besi(III) klorida P; terjadi warna biru violet.
B. Larutkan 200 mg dalam 4 ml pridina P, tambahkan 500mg para
nitrobenzoli klorida P, didihkan selama 2 sampai 3 menit, dinginkan
,tuangkan dalam 40 ml air sambil diaduk. Cuci endapan berturut-turut
sampai 30ml air, dengan 30 ml larutan natrium karbonat P 1% b/v dan
dengan 30 ml ai; hablurkan kembali dengan etanol (95%)P; suhu lebur
hablur lebih kurang 210.
C. Larutkan 50 mg dalam 100 ml metanol P; pada 1 ml tambahkan 1 ml
asamklorida 0,1 N kemudian metanol P secukupnya hingga 100,0 mL.
Serapan-2 cm larutan pada 249 nm lebih kurang 0,90.
D. Didihkan 100 mg dengan 1 mL asam klorida P selama 3 menit,
tambahkan 10 ml air, dingikan :tidak terbentuk endapan. Tambahkan 0,05
ml kalium bikromat ),1 n ; terjadi perlahan-lahan warna violet yang tidak
berubah menjadi merah ( perbedaan dari fenasetena).
Indikasi:Analgetikum :antipiretikum
Dosismaksimum:-
ED: Januari 2020
g) Perhitungandosis
Perhitungan BJ larutan:
10 g
BJ larutan: x 100% = 10%
100 g
Jadi, jika bj kurang dari 16,67% = 1 g/ml
CTM
DM 1X = -
1H = 40 mg
15 ml
DT 1X = x 1 mg = 0,15 mg
100 ml
15 ml
1H = 3 x x 1 mg = 0,45 mg
100 ml
% Dosis 1X = -
0,45 mg
1H = x 100% = 1,12% TOD
40 mg
h) Penimbanganbahan
PCT= 125 mg
GG= 25 mg
CTM= 1 mg
Syrup simpex= 10 g
Aquadest= 100 g – (0,125 g + 0,025 g + 0,001 g + 10 g)
= 100 g – 10, 151 g
= 89, 849 g
i) Cara kerja
1. Disetarakan timbangan dan dikalibrasi botol
2. Disiapkanalat dan bahan
3. Ditimbang PCT sebanyak 125 mg menggunakan timbangan analitik
dimasukkan kedalam mortir digerus sampai halus
4. Ditimbang GG sebanyak 25 mg menggunakan timbangan analitik
dimasukkan kedalam mortir digerus sampai homogen
5. Ditimbang CTM sebanyak 1 mg menggunakan timbangan analitik
dimasukkan kedalam mortir digerus sampai homogen
6. Diukur aquadest sebanyak 89, 849 ml dimasukkan sebagian kedalam
mortir digerus sampai larut dan homogen
7. Diukur syrup simpex 10 ml dimasukkan kedalam mortir digerus
sampai homogeny kemudian dimasukkan kedalam botol
8. Dimasukkan sisa aquadest kedalam botol sampai batas kalibrasi
dikocok sampai homogen
9. Diberi etiket putih dan label kocok dahulu
10. Diserahkan kepada pasien beserta pio
j) Indikasi
PCT= Analgetikum dan antipiretikum
GG = Batuk
CTM= Antiinflamasi (alergi)
Syrup simplex= Zattambahan
Aquadest= Zattambahan
k) Etiket
Nama: Hj. Rippa
Apotek Stikes Dirgahayu Samarinda Aturanpakai: Diminum 1 x sehari
Jl. Pasundan No. 21 Telp (0541) 748335 Smd
SIA : 923/77/2018 1 sendok makan malam hari
APA Ahmed Aprima Egbar, S. Farm., M.Si., Apt.
sesudah makan
No : 2 Tgl :09-01-2020
Indikasi: Demam, nyeri, batuk
Nama :Hj. rippa
dan alergi
Tablet :
Penyimpanan: Dalam wadah
....1. X Sehari ..1... Tablet/Kapsul/sendok teh
tertutup rapat, terlindung dari
Sebelum / Sesudah makan
cahaya
Cara pakai: Per oral
“OBAT ADALAH HATI YANG GEMBIRA”
IV. Pembahasan
Tujuan pratikum yang dilakukan :
V. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
Syrup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam
kadar tinggiSecara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang
ditambah obat atau zatpewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.
Syrup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Kelarutan adalah suatu kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam pelarut
tertentu.
Vanduin .C.F,.1960, Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori ,
Aini SR, et al. 2010. Bahan Belajar Belajar Keterampilan Medik Farmasi
Kedokteran.
Laboratorium Keterampilan Medik FK UNRAM : Mataram.
Anief, M., 1996, Ilmu Meracik Obat Cetakan 6, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
Anief , Moh, 2015 , Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek cetakan
ketujuhbelas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Anonim , 1979 , Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta
Vanduin .C.F,.1960, Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori ,
Terjemahan K, Setia Darma, Jakarta.