Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID & LIQUID

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :

VINDA WARDANI

17040088

PROGRAM STUDI SI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

TAHUN 2019/2020

Jl.dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536

E_mail : jstikesdr.soebandi@yahoo.comLaman: www.stikesdrsoebandi.ac.id


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan
tugas makalah Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid.
Penulisan makalah adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid di STIKES dr.Soebandi Jember.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki saya. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan terimakasih kepada ibu Nafisah Isnawati,
S.Farm.,M.Farm.,Apt. selaku dosen pengajar mata kuliah Teknologi Sediaan Semisolid dan
Liquid.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya paramahasiswa STIKES dr.Soebandi
Jember. Apabila makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing di mohon masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya
dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Jember, 23 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................................... 2
Daftar isi.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 5
1.1 Latar belakang ............................................................................................................... 5
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 6
BAB II DASAR TEORI ..................................................................................................... 7
2.1 Teori .............................................................................................................................. 7

2.1.1 Larutan ....................................................................................................................... 7

2.1.2 Suspensi ..................................................................................................................... 8

2.1.3 Emulsi ........................................................................................................................ 9

2.1.4 Dry syrup ................................................................................................................... 10

2.2 Tinjauan bahan .............................................................................................................. 11

2.2.1 Larutan Oral ............................................................................................................... 11

2.2.2 Larutan Topikal .......................................................................................................... 12

2.2.3 Emulsi Oral ................................................................................................................ 13

2.2.4 Emulsi Topikal ........................................................................................................... 15

2.2.5 Suspensi Oral ............................................................................................................. 17

2.2.6 Suspensi Topikal ........................................................................................................ 18

2.2.7 Dry syrup ................................................................................................................... 21

BAB III PREFORMULASI ................................................................................................ 23

3.1 Larutan oral ................................................................................................................... 23

3.2 Larutan topikal .............................................................................................................. 23

3.3 Emulsi oral .................................................................................................................... 24

3.4 Emulsi topikal ............................................................................................................... 25

3.5 Suspensi oral ................................................................................................................. 26

3.6 Suspensi topikal ............................................................................................................ 27

3.7 Dry syrup ...................................................................................................................... 28


BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 30

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 35


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dizaman era modern sekarang ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang dijumpai di
pasaran, bentuk sediaannya antara lain dalam bentuk sediaan padat contohya pil, tablet, kapsul,
suppositoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat contohnya krim, salep. Sedangkan dalam
bentuk sediaan cair adalah sirup, elixir, suspensi, emulsi, dan sebagainya. Dalam praktikum
kali ini khususnya membahas tentang sediaan cair (liquid).
Sediaan dengan wujud cair yang merupakan sediaan liquid, mengandung satu atau lebih
zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat
diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih banyak diminati oleh kalangan anak-anak
dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan sediaan-sediaan
lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan. Sediaan cair juga mempunyai keunggulan
terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan
mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan
pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar. Sediaan liquid lebih
banyak digunakan pada bayi, anak-anak dan lanjut usia yang sukar minum obat, seperti tablet
dan pil yang memiliki rasa pahit atau tidak enak. Selain itu, sediaan liquid juga lebih mudah
diabsorpsi oleh tubuh. Namun, sediaan liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba
sehingga tumbuh jamur pada sediaan.

pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah banyak digeluti oleh sebagian
besar produsen. Sediaan yang ditawarkanpun sangat beragam mulai dari segi pemilihan zat
aktif serta zat tambahan, sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga merk yang digunakan pun
memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk sediaan liquid.
1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui sediaan larutan

1.2.2 Untuk mengetahui sediaan emulsi

1.2.3 Untuk mengetahui sediaan suspensi

1.2.4 Untuk mengetahui sediaan dry syrup


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori
2.1.1 Larutan (Solutions)

Menurut FI Edisi IV, solutions atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk
lainnya. Misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang caling bercampur (FI ed IV). Contoh dari larutan antara lain, gargarisma atau obat
kumur.

Larutan dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain :

a. Larutan oral ialah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven air.
b. Larutan topikal ialah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau
dalam larutan lidokain oral topikal.
c. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup adalah larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir
jenuh dengan sukrosa).
d. Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung
bahan obat dan zat tambahan lain seperti pemanis, pewarna dan lain-lain dengan pelarut
utama etanol untuk mempertinggi kelarutan.

Syarat – Syarat Larutan

• Zat terlarut harus larut sempurna dalam pelarutnya.


• Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan.
• Jernih
• Tidak ada endapan
2.1.2 Suspensi

Ada beberapa defenisi mengenai suspense :


a. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief, Moh., 2004. Halaman 149).
b. Suspensiones (suspensi) adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bendtuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Kekentalan suspensi tidak boleh terlali
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim a., 1979. Halaman 32)
c. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yang terdispersi ke dalam fase cair (Syamsuni, A., 2006. Halaman 135).
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi ke dalam
fase cair serta kekentalan suspenditidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
Suspensi terdiri dari beberapa bagian :
• Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan pengaroma.
• Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakian di permukaan kulit.
• Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair yang di teteskan pada telinga.
• Suspensi oftalmik adalah sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang
terdispersi dalam cair pembawa untuk pemakaian pada mata.
• Suspensi ijeksi adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang sesuai
persyaratan suspensi steril. (Syamsuni, A. 2006).
Syarat-syarat Suspensi adalah sebagai berikut :
• Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
• Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
• Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspense
• Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
• Ukuran partikel, erat hubungannya dengan luas penampang partikel serta daya tekan ke
atas dari cairan suspense
• Jumlah partikel, makin besar konsentrasi maka semakin besar kemungkinan terjadinya
endapan partikel dalam waktu yang singkat
• Sifat atau muatan partikel, terjadinya interaksi antara bahan yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tertentu.
Metode atau cara Pembuatan Suspensi :
• Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam misilago
yang telah terbentuk, kemudian baru di encerkan.
• Metode Prestipitasi
Zat yang hendak didespersiakan di larutkan terlebih dulu kedalam pelarut organik yang
hendak di campur dengan air. (Syamsuni, A. 2006)
2.1.3 Emulsi

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Zat pengemulsi gelatin,gom akasia, tragakan, sabun, senyawa amonium kwartener,


senyawa kolesterol, surfaktan atau emulgator lain yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan
dapat ditambahkan zat pengental,misalnya tragakan,tilosa,natrium karboksimetilselulosa.

Zat pengawet emulsi sebaiknya mengandung pengawet yang cocok. Penandaan pada
etiket harus tertera “KOCOK DAHULU”.(FI III hal 9)

Ada beberapa jenis emulsi sebagai berikut :


a. Oral : Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat
tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih
mudah dicerna.
b. Topikal : Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat
zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit
dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
c. Injeksi : Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

Emulsi terbagi dalam beberapa tipe :


a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau
terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal
(Syamsuni, A. 2006)

Ada beberapa contoh kerusakan emulsi yang tidak memenuhi persyaratan :


a. Creaming : Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase
dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya
jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
b. Koalesensi dan cacking (breaking) : Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel
rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah.
Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
• Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
• Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
• Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
c. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau
sebaliknya sifatnya irreversible.
Ada beberapa metode pembuatan emulsi :
a. Metode GOM kering
b. Metode GOM basah
c. Metode botol
2.1.4 Dry sirup
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan/didispersikan dengan air
saat akan digunakan, sediaan ini sebenarnya adalah bentuk suspensi kering tetapi sering disebut
sebagai sirup kering. Sediaan sirup kering ini digunakan untuk bahan obat yang tidak stabil dan
tidak/sukar larut dalam pembawa air.
Zat yang terdispersi haruslarut, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog
perlahan-lahan, endapan harussegera terdispersi kembali.Dapat ditambahkan zat tambahan
untuk menjaminstabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah
digojogdan dituang. Suspensi sering disebut mixture gojog (mixturae agitandae). Bila
obatdalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat miksturgojog
atau disuspensi (Anief, 1997).
2.2 Tinjauan Bahan
2.2.1 Larutan Oral
a. Bromhexin (Japanese Pharmacopoiea, 2006: 375)
Nama resmi : Bromheksin ohidrochloridas
Nama lain : Bromhexin
Rumus molekul : C14H11C12NO2•Na
Berat Molekul : 412.59
Pemerian : Kristal putih atau bubuk kristal.
Kelarutan : Secara bebas larut dalam asam format, sedikit larut dalam
metanol, dan sedikit larut dalam air dan dalam etanol.
Khasiat : Mukolitik
Dosis : 1 tab 8 mg
BJ :-
Stabilitas : Disimpan pada suhu 25-30°C, dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung dari cahaya
Wadah&Penyimpanan: Dalam wadah yang tertutup, tertutup dari cahaya.
b. Glyseril Guaiacolat ( Farmakope Indonesia Edisi III ; Hal 272)
Nama Resmi : Glycerylis Guaiacolas
Nama Lain : Gliseril Guaiakolat, G.G
Rumus Molekul : C10H14O4
Berat Molekul : 198.2158
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga keabuan, hampir tidak berbau
atau berbau lemah, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%), dalam kloroform, dalam
gliserol, dan dalam propilenglikol.
Khasiat : Ekspektoransia
Dosis : Oral 4−6 dd 100−200 mg
BJ :-
Stabilitas : Cenderung menggumpal pada saatpenyimpanan. Simpan dalam
wadah yang tertutup rapat.
Wadah &Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
c. Syr. Simplex ( Farmakope Indonesia ed. III hal 567 )
Nama resmi : Sirupus Simplex
Nama lain : Sirop Gula
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Pembuatan : Larutkan dalam 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben
0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
Khasiat : Corigen Saporis
d. Aquades (HandBook Of PharmaceuticalExcipiens, 2009 : 768)
Nama Resmi : Aqua Destilata.
Nama Lain : Aqua, aqua purifucata, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat molekul : 18, 02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Kelarutan :-
Khasiat : Pelarut
Dosis :-
BJ : 0,997 g/ml (250C)
Stabilitas :-
Wadah : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.2 Larutan Topikal
a. ZnCl2 (FI IV hal. 835, Martindale 28 945)
Nama Resmi : Zinci Chlorida
Rumus Molekul : ZnCl2
Berat Molekul : 136.3
Pemerian : Serbuk hablur atau granul hablur, putih atau hampir putih, dapat
berupa massa seperti porselen atau berbentuk silinder, sangat mudah mencair
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam gliserin
Khasiat : Keratolitikum
Dosis :-
BJ :-
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
b. Asam salisilat (FI 3 hal.56)
Nama Resmi : Acidum salicylicum/ asam salisilat
Rumus Molekul : C7H6O3
Berat Molekul : 138.12
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih,
hamper tidak berbau, rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Khasiat : Keratolitikum, Anti fungi
Dosis :-
BJ :-
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
c. Ol. Menthaepip (FI 3 hal. 458)
Nama molekul : Oleum menthae / minyak permen
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan,
bau aromatik, rasa pedas dan hangat kemudian dingin
Kelarutan : Dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol (70%) P
Khasiat : Karminativ
Dosis :-
BJ :-
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
2.2.3 Omulsi Oral
a. Ol. Ricini ( Farmakope Indonesia ed. III hal 459 )
Nama resmi : Oleum Ricini
Nama lain : Minyak Jarak
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna,
bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P; mudah larut dalam
etanol mutlak P dan dalam asam asetat glasial P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat : Laksativum
b. PGA ( Farmakope Indonesia ed. III hal 279 )
Nama resmi : Gummi Acaciae
Nama lain : Gom Arab
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat : Zat tambahan
c. Syr. Simplex ( Farmakope Indonesia ed. III hal 567 )
Nama resmi : Sirupus Simplex
Nama lain : Sirop Gula
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Pembuatan : Larutkan dalam 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben
0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
Khasiat : Corigen Saporis
d. Aquades (HandBook Of PharmaceuticalExcipiens, 2009 : 768)
Nama Resmi : Aqua Destilata.
Nama Lain : Aqua, aqua purifucata, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat molekul : 18, 02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Kelarutan :-
Khasiat : Pelarut
Dosis :-
BJ : 0,997 g/ml (250C)
Stabilitas :-
Wadah : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.4 Emulsi Topikal
a. Asam salisilat (FI 3 hal.56)
Nama Resmi : Acidum salicylicum/ asam salisilat
Rumus Molekul : C7H6O3
Berat Molekul : 138.12
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih,
hamper tidak berbau, rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Khasiat : Keratolitikum, Anti fungi
Dosis :-
BJ :-
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
b. Ol. Olivae ( Farmakope Indonesia ed. III hal 458 )
Nama resmi : Oleum Olivae
Nama lain : Minyak Zaitun
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan; bau lemah, tidak
tengik; rasa khas. Pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya membeku.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (96%) P; mudah larut dalam klorofrom
P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat : Zat tambahan
c. Gliserin ( Farmakope Indonesia Edisi III ; Hal 271)
Nama Resmi : Glycerolum
Nama Lain : Glicerol
Rumus Molekul :C3H8O3
Berat Molekul : 92.10
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,manis
diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai kurang lebih 20 derajat celcius.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol 95%, praktis tidak larut
dalam kloroform, falam eter, dan dalam minyak lemak.
Khasiat : Pemanis
Dosis :-
BJ : 1,2620 g/mL
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan pemanasan
yang bisa menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol
95 % dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan
pada suhu rendah yang perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk mencairkannya.
Wadah&Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
d. PGA ( Farmakope Indonesia ed. III hal 279 )
Nama resmi : Gummi Acaciae
Nama lain : Gom Arab
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat : Zat tambahan
e. Aquades (HandBook Of PharmaceuticalExcipiens, 2009 : 768)
Nama Resmi : Aqua Destilata.
Nama Lain : Aqua, aqua purifucata, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat molekul : 18, 02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Kelarutan :-
Khasiat : Pelarut
Dosis :-
BJ : 0,997 g/ml (250C)
Stabilitas :-
Wadah &Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
2.2.5 Suspensi Oral
a. Succus Liquiritae (Farmakope Indonesia Edisi III ; Hal 276)
Nama Resmi : Glycyrrhizae Succus
Nama Lain :Ekstrak akar manis
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Serbuk hablur berwarna coklat hingga hitam, berbau khas
lemah, rasa manis yang khas
Kelarutan : Zat larut dalam etanol tidak kurang dari 75%
Khasiat : Ekspektoransia
Dosis : Pada batuk 3dd 3g sirup
BJ :-
Stabilitas :-
Wadah &Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
b. S.A.S.A
Nama Resmi :-
Nama Lain :Solutio Ammoniae Spirituosa Anisata
Rumus Molekul :-
Berat Molekul :-
Pemerian : Zat cair yang mula-mula tak berwarna tetapi
lama-kelamaan menjadi kuning muda, baunya sangat kuat seperti minyak adas manis
dan seperti ammonia.
Kelarutan :-
Khasiat : pemanis
Dosis :-
BJ : 0.871-0.879 (selisih 0.0009 untk 1˚)
Stabilitas :-
Wadah&Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
c. Ammonium Chloride (Farmakope Indonesia Edisi III ; Hal 87)
Nama resmi : Ammonium klorida
Nama lain : Salmiak
Rumus Molekul : NH4Cl
Berat Molekul : 53.491
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau, rasa ain dan dingin,
higroskopik
Kelarutan :Mudah larut dalam air dan gliserol, lebih mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol 95%
Khasiat : Ekspektoransia
Dosis : Dosis maksmium sehari 8 g
BJ : 133,34 g/mol
Stabilitas : Ammonium klorida secara kimiawi stabil. Pada suhu 3380C
akan benar-benar terurai membentuk ammonia dan asam klorida
Wadah&Penyimpanan: Simpan di wadah kedap udara, di tempat yang sejuk
dan kering
d. Aquades (HandBook Of PharmaceuticalExcipiens, 2009 : 768)
Nama Resmi : Aqua Destilata.
Nama Lain : Aqua, aqua purifucata, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat molekul : 18, 02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Kelarutan :-
Khasiat : Pelarut
Dosis :-
BJ : 0,997 g/ml (250C)
Stabilitas :-
Wadah &Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
2.2.6 Suspensi Topikal
a. Asam salisilat (FI 3 hal.56)
Nama Resmi : Acidum salicylicum/ asam salisilat
Rumus Molekul : C7H6O3
Berat Molekul : 138.12
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih,
hamper tidak berbau, rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Khasiat : Keratolitikum, Anti fungi
Dosis :-
BJ :-
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
b. Camphora (FI III, hal 130)
Nama resmi : Camphora
Nama Lain : Kamfer, Kapur Barus
Rumus molekul : C10H16O
Berat molekul : 152,24
Pemerian : hablur butir / massa hablur, tidak berwarna/ putih, bau khas,
tajam, rasa pedas dan aromatic.
Kelarutan : larut dalam 700 bagian air, dalam kloroform P, sangat mudah
larut dalam 1 bagian etanol (95%) P, dalam 0,25 bagia kloroform P, sangat mudah larut
dalam eter P, mudah larut dalam minyak lemak.
Khasiat : anti iritan
Dosis :-
BJ : 152,23 g/mol
Stabilitas :-
Wadah&penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
c. Talk (FI 3 hal. 591)
Nama Resmi : Talcum/ Talk
Rumus Molekul :
Berat Molekul :
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat : Zat tambahan
Dosis :
BJ :
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
d. Gummosus
Nama Resmi : Pulvis gummosus
Rumus Molekul :
Berat Molekul :
Pemerian : Hampir tidak berasa, tidak berbau
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Dosis :
BJ :
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
e. Oleum Rosae
Nama Resmi : Oleum rosae/ minyak mawar
Rumus Molekul :
Berat Molekul :
Pemerian : Cairan, tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga
mawar, rasa khas
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih
Khasiat : Korigen odoris
Dosis :
BJ :
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
f. Aquades (HandBook Of PharmaceuticalExcipiens, 2009 : 768)
Nama Resmi : Aqua Destilata.
Nama Lain : Aqua, aqua purifucata, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat molekul : 18, 02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Kelarutan :-
Khasiat : Pelarut
Dosis :-
BJ : 0,997 g/ml (250C)
Stabilitas :-
Wadah &Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
2.2.7 Dry Sirup
a. Cotrimoxazol
Nama resmi : Cotrimoxazole
Nama lain : Trimethoprim / sulfamethoxazole
Rumus molekul : C14H18N4O3
Berat molekul :2,88
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam eter, dan dalam kloroform
Khasiat : Antibiotik
Dosis : Mengandung 400 atau 800 mg
BJ :-
Stabilitas : Setelah pengenceran di 125 atau 100ml dextrose 5% dalam air
gunakan dalam waktu 6 atau 4 jam
b. Nipagin (FI 3 hal. 378)
Nama Resmi : Methylis parabenum/ metil paraben
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152.15
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dan dalam 3 bagian aseton P
Khasiat : Zat pengawet
Dosis :
BJ :
Wadah Primer : Botol coklat
Wadah sekunder : Box obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
c. Lactosum
Nama resmi : Laktosa
Nama lain : Laktosa, saccharum lactis
Rumus molekul : C12H22O11
Berat molekul : 342,3 g/mol
Pemerian : Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem,
tidak berbau dan rasa sedikit manis, higroskopik
Kelarutan : mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
Khasiat : zat tambahan
Dosis :-
BJ :-
Stabilitas :-
Wadah peyimpanan : dalam wadah yang tertutup baik
BAB III

PREFORMULASI

3.1 Larutan Oral

R/ Bromhexin 2 tab

GG 3 tab

Syr Simplex 12

Aq ad 100 ml

M.f Potio

Stdd cp1

Penimbangan Bahan :

1. Bromhexin: 2tab x 8mg=16 mg = 0,016 gram


1tab ∩8mg
2. GG: 3tab x 100mg= 300 mg= 0,3 gram
3. Syr simplex: 12 gram
4. Aq: 100mL – (0,016 gram + 0,3 gram + 12 gram)
:100mL – 12,316 gram = 87,684

Cara Kerja :

1. Setarakan timbangan
2. Kalibrasi botol 100 ml
3. Ambil bromhexin 2 tab gerus, sisihkan
4. Ambil GG 3 tab gerus + no.3, aduk ad homogen
5. Timbang syr simplex 12 gram pada cawan porselin lalu tambahkan sedikit demi sedikit
pada no.4
6. Tambahkan air ad tanda kalibrasi, tutup botol dan beri etiket

3.2 Larutan Topikal


R/ ZnCl2 0,25

Asam salisilat 0,075

Ol. Menthaepip 2gtt

Alumini 0,25

Aq ad 100 ml

M.f Gargarisma

S garg bdd

Penimbangan Bahan :

1. ZnCl2 : 0,25 gram


2. Alumini : 0,25 gram
3. Asam salisilat : 0,075 gram
4. Ol. Mentahepip : 2 tetes
1 tetes ol.menthaepip = 19 gram aq menthaepip
2 tetes = 38 gram aq menthaepip
5. Aq : 100mL – (0,25 gram + 0,25gram + 0,075 gram + 38 gram)
: 100mL – 38,575 gram = 61,425gram

Cara kerja

1. Setarakan timbangan
2. Kalibrasi botol 100 ml
3. Timbang As.salisilat gerus + 3 tetes spiritus fortior aduk ad homogen, sisihkan
4. Timbang alumini sebanyak 0,25 gram masukkan beaker glass + air panas secukupnya
lalu aduk ad homogen, masukkan no.3 aduk ad homogen
5. Timbang ZnCl2 sebanyak 0,25 gram, masukkan no.4 aduk ad homogen, lalu di saring
masuk botol
6. Tambah 38 gram aq menthaepip
7. Tutup botol dan beri etiket

3.3 Emulsi Oral


R/ Ol. Ricini 6

PGA qs

Syr Simplex 10

Aq ad 60 ml

M.f la emulsi

S1dd 1cp

Penimbangan bahan :

1. Ol. Ricini: 6 gram


2. PGA untuk ol. Ricini:
1
x 6 gram = 2 gram
3

Air untuk PGA: 1,5 x 2 gram = 3 gram


3. Syr simplex: 10 gram
4. Aq: 60mL – ( 6 gram + 2 gram + 3 gram + 10 gram)
: 60mL – 21 gram = 39 gram

Cara kerja :

1. Setarakan timbangan
2. Kalibrasi botol 60 ml
3. Timbang PGA 2 gram dan air untuk PGA 3 gram lalu gerus ad mucilago
4. Timbang Ol. Ricini 6 gram + ke no.3
5. Timbang Syr simplex 10 gram + ke no.4 gerus ad homogen
6. Tambahkan air ad 60 ml
7. Tutup botol dan beri etiket

3.4 Emulsi Topikal

R/ Asam salisilat 0,5

Ol. Olivae 3

Gliserol 2

PGA qs

Aq ad 60 ml

M.f emulsi

S.u.e
Penimbangan bahan :

1. As. Salisilat: 0,5 gram = 500 mg


2. Ol. Olivae: 3 gram = 3000 mg
1
3. PGA: x 3 gram= 1,5 g = 1500 mg
2

Air untuk PGA: 1,5 x 1,5 = 2,25 gram = 2250 mg


4. Gliserol: 2 gram = 200 mg
5. Aq: 60mL – (0,5 gram + 3 gram + 1,5 gram + 2,25 gram + 2 gram)
:60mL – 9,25 gram = 50,75gram

Cara kerja :

1. Setarakan timbangan
2. Kalibrasi botol 60 ml
3. Timbang PGA 1,5 gram dan air untuk PGA 2,25 gram lalu gerus ad mucilago
4. Gerus Asam salisilat + 3 tetes spiritus fortiori lalu + ke no.3 aduk ad homogen
5. Tambahkan Oleum Olivae 3 gram + ke no.4 sedikit demi sedikit ad homogen
6. Tambahkan aqua ad 60 mL
7. Tutup botol dan beri etiket

3.5 Suspensi Oral

R/ Succi liquir 3,33 gram R/ Standar OBH

Ammon chlorid 2 gram Succi liquir 10

S.A.S.A 2 gram Ammon chlorid 6

Syr Simplex 20 mL S.A.S.A 6

Aquadest ad 100 ml Aquadest ad 300 ml

m.f. Susp S. 4-5dd C

S 3 dd 1 cth

Penimbangan bahan :

10 𝑔𝑟𝑎𝑚
1. Succus : 300 𝑚𝐿
𝑥 100 𝑚𝐿= 3,33 gram

2. Air panas succus : 7 ml


6 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Ammon chlorid : 300 𝑚𝐿 𝑥 100 𝑚𝐿= 2 gram
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
4. S.A.S.A : 300 𝑚𝐿 𝑥 100 𝑚𝐿= 2 gram
20
5. Syr simplex : 100 𝑥 100 𝑚𝐿= 20 mL

6. Aquadest : 100 ml - ( 3,33 gram + 2 gram + 2 gram + 20 mL + 7 mL)

= 100 – 34,33 = 65,67 mL

Cara kerja :

1. Setarakan timbangan
2. Kalibrasi botol 100 mL
3. Ukur syr simplex 20 mL, masuk botol, goyang- goyang sampai botol terbasahi semua
4. Timbang succus 3,33 gram, masukkan ke beaker glass tambah pelarut, aduk ad larut,
masuk botol
5. Timbang ammonium 2 gram, masuk beaker tambahkan pelarut, aduk ad larut, masuk
botol
6. Tara cawan porselen
7. Timbang SASA menggunakan cawan porselen, masukkan botol
8. Tambahkan aquadest ad 100 mL
9. Tutup botol dan beri label
3.6 Suspensi Topikal

R/ Asam Salisilat 1

Champora 0,5

PGS 1%

Talk 2

Ol. Rosae 2 gtt

Aq ad 100 ml

M.f lotion

S.u.e

S1dd 1cp
Penimbangan bahan:

1. As. Salisilat: 1 gram


2. Camphora: 0,5 gram = 500 mg
3. Talk: 2 gram
4. Ol. Rosae: 2 tetes
1
5. PGS: 100 x 100 ml = 1 gram

Air PGS = 7 x 1 gram = 7 gram

Cara kerja :

1. Setarakan timbangan
2. Kalibrasi botol 100 ml
3. Timbang talk bagi menjadi 2 sama banyak, sisihkan
4. Timbang As. Salisilat + 3 tetes spiritus fortiori + sebagian talk aduk ad homogen,
sisihkan
5. Timbang champora + sisa talk aduk ad homogen + ke no.4 aduk ad homogen, sisihkan
6. Timbang PGS 1 gram + 7 ml air aduk ad homogen + ke no.5
7. Tambahkan oleum rosae 2 tetes aduk ad homogen masuk botol
8. Tambahkan air ad tanda kalibrasi
9. Tutup botol beri etiket

3.7 Dry Syrup

R/ Cotrimoxazol 200mg/5ml

Nipagin 3

SL 2

M.f la dry sirup

S 2 dd 1 cth

Penimbangan Bahan :

1. Cotrimoxazol: 2 tab x 480mg = 960 mg


1 tab cotrim= 400 mg sulfamethoxazol dan 80 mg trimethoprim
2. Nipagin: 3 gram
3. SL: 2 gram
4. Aq: 60mL – (0,96 gram + 3 gram + 2 gram)
60mL – 5,96 gram = 54,04 gram

Cara kerja :

1. Setarakan timbangan
2. Kalibrasi botol 60 ml
3. Ambil cotrimoxazol 2 tab, gerus ad halus sisihkan
4. Timbang nipagin 3 gram, masukkan ke dalam mortir gerus ad halus, + no.3 ke no.4
gerus ad homogen, sisihkan
5. Timbang SL 2 gram masukkan ke dalam mortir gerus ad halus + no.4 gerus ad homogen
6. Masuk botol dan beri etiket
7. Berikan tanda batas
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini saya melakukan pembuatan sediaan liquid, ada 7 sediaan yang
dibuat pada praktikum ini yaitu pembuatan larutan oral dan larutan topikal, emulsi oral dan
emulsi topikal, suspensi oral dan suspensi topikal, dan dry syrup. Dimana pada masing-masing
sediaan cara pembuatannya berbeda dan khasiatnya pun berbeda.

• Larutan Oral
Ialah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam
air atau campuran kosolven air.
Didalam resep yang saya buat kali ini, mengandung beberapa zat aktif yaitu
bromhexine, Glyseril Guaiacolat atau biasa disebut (GG) dan zat tambahan lainnya.
Bromhexine berfungsi sebagai pengencer dahak (mukolitik) , GG berfungsi sebagai
perangsang pengeluaran dahak dari saluran pernafasan (ekspektoran).
Pada pembuatan ini yang dilakukan pertama kali adalah mengkalibrasi botol
dan menggerus bromhexin 2 tablet lalu GG 3 tablet setelah itu menimbang syr simplex
menggunakan cawan porselen dan memasukkannya ke mortir sedikit demi sedikit
supaya tercampur rata atau homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol dan
ditambahkan air sampai tanda batas.
• Larutan Topikal
Ialah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung
pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan
lidokain oral topikal.
Didalam resep yang saya buat kali ini mengandung beberapa zat aktif yaitu
ZnCl2, asam salisilat. ZnCl2 dan kedua bahan tersebut memiliku fungsi yang sama
yaitu sebagai anti fungi (keratolitikum).
Pada pembuatan ini yang dilakukan pertama kali yaitu menimbang dan gerus
asam salisilat dengan ditambahkan spiritus fortior supaya asam salisilat tidak menguap,
lalu timbang alumini masukkan beaker glass dan tambahkan air panas secukupnya dan
dicampur dengan asam salisilat lalu aduk ad homogen, kemudian timbang ZnCl2 dan
masukkan ke beaker glass lalu disaring menggunakan kertas saring. Masukkan kedalam
botol dan tambah aqua menthaepip 38 gram, tutup botol dan beri etiket.
• Suspensi Oral
Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan pengaroma.
Didalam resep suspensi oral yang saya buat terdapat beberapa zat yaitu succus,
ammon chlorid, SASA, obat ini mempunyai khasiat untuk mengurangi gejala-gejala
batuk berdahak. Aquadest sendiri berisi cairan jernih yang berfungsi sebagai zat
tambahan atau pelarut. Syr simplex berupa zat cair yang terbuat dari 65 bagian sukrosa
yang berkhasiat sebagai zat tambahan dan pemanis.
Pada pembuatan ini yang dilakukan pertama kali yaitu mengkalibrasi botol
100mL, mengambil dan ukur syr simplex 20mL menggunakan gelas ukur, masuk botol
goyang- goyang sampai botol terbasahi semua. Kemudian menimbang succus 3,33
gram, masukkan ke beaker glass tambah pelarut, aduk ad larut, masuk botol. Lalu
menimbang ammonium 2 gram, masuk beaker tambahkan pelarut, aduk ad larut, masuk
botol. Setelah itu setarakan cawan porselen untuk menimbang SASA dan masukkan
kedalam botol. Tambah aquadest ad tanda batas lalu tutup botol dan beri etiket.
• Suspensi Topikal
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakaian di permukaan kulit.
Pada praktikum ini yaitu kami menggunakan bahan asam salisilat, champora,
talk, oleum rosae 2 tetes, PGS dan air untuk PGS. Obat ini digunakan untuk pemakaian
luar. Khasiat asam salisilat sebagai antifungi atau keratolitikum. Pada praktikum kali
ini digunakan untuk memudarkan atau menghilangkan kapalan, atau jamuran.
Prosedur kerja pada praktikum kali ini yang pertama kali dilakukan adalah
kalibrasi botol 100 ml. Kemudian timbang talk bagi menjadi 2 sama banyak, sisihkan.
Lalu menimbang asam salisilat tambah 3 tetes spiritus fortior supaya tidak menguap,
tambah sebagian talk aduk ad homogen, sisihkan. Timbang champora tambah sisa talk
aduk ad homogen, setelah itu tambah campuran diatas aduk ad homogen, sisihkan.
Timbang PGS dan air untuk PGS aduk ad homogen tambah ke campuran di atas. Lalu
tambahkan oleum rosae 2 tetes aduk ad homogen dan di ad kan sampai tanda batas
kemudia botol ditutup dan diberi etiket.
• Emulsi Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat
tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih
mudah dicerna.
Didalam resep yang saya buat kali ini yaitu menggunakan oleum ricini, PGA
dan air untuk PGA, syr simplex dan aquadest. Dengan penggunaannya 1 kali sehari
1sendok bubur. Khasiatnya sebagai laksativum atau pencahar.
Pada pembuatan ini yang dilakukan pertama kali yaitu mengkalibrasi botol 60
ml. lalu timbang PGA dan air PGA, kemudian gerus ad mucilago. Timbang oleum ricini
dan tambahkan campuran PGA gerus ad homogen, sisihkan. Lalu tambahkan syr
simplex dan tambahkan campuran diatas. Setelah itu masuk botol dan ad kan aquadest
sampai tanda kalibrasi. Tutup botol dan beri etiket.
• Emulsi Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat
zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit
dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
Pada resep yang saya buat kali ini yaitu menggunakan bahan aktif asam salisilat,
oleum olivae, PGA, gliserol, dan aquadest. Dengan pemakaian luar. Khasiat obat ini
sebagai antifungi atau keratolitikum.
Pada pembuatan kali ini yang dilakukan pertama kali adalah mengkalibrasi
botol 60 ml. Kemudian timbang PGA dan air untuk PGA lalu gerus ad mucilago. Lalu
gerus asam salisilat dan tambahkan 3 tetes spiritus fortior supaya tidak menguap lalu
tambahkan ke campuran di atas gerus ad homogen. Tambahkan oleum olivae sedikit
demi sedikit ke dalam campuran tersebut. Lalu aqua di ad kan sampai tanda kalibrasi.
Setelah itu tutup botol dan beri etiket.
• Dry Syrup
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan/didispersikan dengan air
saat akan digunakan, sediaan ini sebenarnya adalah bentuk suspensi kering tetapi sering
disebut sebagai sirup kering. Sediaan sirup kering ini digunakan untuk bahan obat yang
tidak stabil dan tidak/sukar larut dalam pembawa air.
Pada resep ang saya buat kali ini yaitu menggunakan bahan cotrimoxazol yang
mengandung 400 mg sulfamethoksazol dan 80 mg trimethoprim. Obat ini berkhasiat
sebagai antibiotik dengan penggunaan 2 kali sehari 1 sendok teh.
Pada pembuatan kali ini yang dilakukan pertama kali adalah mengkalibrasi botol 60 ml.
Kemudian Ambil cotrimoksazol masuk mortir gerus ad halus, sisihkan. Lalu
menimbang nipagin, masukkan ke dalam mortir gerus ad halus ad homogen, sisihkan.
Setelah itu timbang saccharum lactis gerus ad halus tambahkan campuran diatas ke
dalam mortir gerus ad homogen. Masuk botol dan beri etiket. Berikan tanda batas.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

• Larutan oral berkhasiat untuk mengatasi penyakit batuk. Formulasinya terdapat obat
bromhexin HCL, GG, syr simplex. Sedangkan larutan topikal berkhasiat untuk
mengatasi infeksi pada saluran tenggorokan dengan bentuk sediaan gargarisma atau
obat kumur. Formulasinya terdapat ZnCl2, asam salisilat, alumini dan oleum
Menthaepip.

• Emulsi oral berkhasiat untuk mengatasi penyakit laksativa atau pencahar. Formulasinya
terdapat ol.ricini, PGA dan syr simplex. Emulsi topikal berkhasiat sebagai pelembut
kulit. Formulasinya terdapat asam salisilat, oleum olivae, PGA dan gliserol.

• Suspensi oral berkhasiat untuk mengatasi penyakit batuk. Formulasinya terdapat


succus, ammon chlorid, SASA dan syr simplex. Sedangkan suspensi topikal
berkhasiatnuntuk mengatasi iritasi pada kulit yang disebabkan oleh jamur.
Formulasinya terdapat asam salisilat, champora, talk, PGS dan oleum rosae.

• Dry sirup berkhasiat sebagai antibiotik. Formulasinya terdapat cotrimoxazole, nipagin,


dan saccharum lactis
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai