Anda di halaman 1dari 16

Makalah Farmasetika Sediaan Solid

”EMULSI”

Disusunoleh :
Mamiek Rosyidha (18030046)
Nursiah (18030052)
Santy Trinovani(18030058)
D3 Regular Khusus Kelas A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................................1
BAB II DASAR TEORI........................................................................................................................2
 Komponen Emulsi...................................................................................................................2
 Tipe Emulsi..............................................................................................................................2
 Tujuan Pemakaian Emulsi......................................................................................................2
 Teori Terjadinya Emulsi..........................................................................................................3
Kestabilan Emulsi..............................................................................................................................3
Kelebihan dan Kekurangan Emulsi...................................................................................................3
BAB III FORMULA.............................................................................................................................3
EMULSI MINYAK IKAN................................................................................................................3
1. Master Formula......................................................................................................................3
2. Rancangan Formula...............................................................................................................3
3. Alasan Penambahan...............................................................................................................3
Uraian Bahan.................................................................................................................................3
Cara Kerja :.......................................................................................................................................3
BAB IV EVALUASI.............................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................3

2
3
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmatnya,
Karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini sehingga selesai pada
waktunya.
Makalah yang membahas tentang “Emulsi” ini disusun dan dibuat berdasarkan materi
yang telah dirangkum dari sumber yang tepercaya. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasetika,pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.
Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan mau pun materinya.Ucapan maaf dari kami
sendiri apabila terjadi kesalahan pengetikan kata dan isi dalam makalah ini. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Bogor, september 2019

Penyusun

i
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair juga dapat berupa sediaan setengah
padat. Penggunaan sediaan ini pada saat ini makin populer karena dapat digunakan untuk
pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar. Emulsi merupakan suatu sistem dua fase
yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau bercampur, dimana cairan yang lain dalam bentuk
butir-butir halus karena distabilakan oleh komponen ketiga yaitu emulgator. Dalam
pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk
diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator
yang digunakan.
Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan
adalah metode HLB (Hydrophhilic-lipophilic Balance). Akan tetapi dalam kenyataannya,
jarang sekali ditemukan HLB dengan harga yang persia dibutuhkan oleh semua emulsi. Oleh
karena itu, sering digunakan emulgator kembinasi dengan harga HLB rendah dan harga HLB
tinggi. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawah, distabilkan dengan zat pengemulsi atau serfaktan yang cocok.
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan
minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan dengan pembuatan suatu emulsi dengan
menggunakan kombinasi emulgator dengan perbandingan beberapa emulsi yamg dibuat
stabil.

B. Tujuan
1. Mengamati pengaruh perbedaan kosentrasi emulgator sintesis (sistem HLB) terhadap
karakteristik dan stabilitas fisik sediaan emulsi.
2. Mengamati pengaruh penambahan bahan pengental terhadap karakteristik fisik emulsi
yang dibuat dengan emulgator sistem HLB.
3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.
4. Mengetahui cara pembuatan emulsi

1
BAB II DASAR TEORI

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, emulsi adalah system dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi
dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator
(emulsifying agent).
 Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
1) Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi
menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
2) Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
3) Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
2. Komponen Tambahan Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, corrigen
odoris, corrigen colouris, preservative (pengawet) dan anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat,
fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat, propil
gallat, asam gallat.
 Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka
emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ). Adalah emulsi yang
terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal
dan air sebagai fase external.
b. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ). Adalah emulsi yang
terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan
minyak sebagai fase external.

2
 Tujuan Pemakaian Emulsi
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan
yang saling tidak bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah :
a) Dipergunakan sebagai obat dalam/per oral. Umumnya emulsi tipe o/w.
b) Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor
misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
 Teori Terjadinya Emulsi
1) Teori Tegangan Permukaan ( Surface Tension ) Molekul memiliki daya tarik menarik
antar molekul sejenis yang disebut dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki
daya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan terjadi
pada permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan “surface tension”.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas
dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble liquid”. Tegangan yang terjadi
antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang batas. “interface tension”.
2) Teori Orientasi Bentuk Baji Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi
berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian
yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan ada moelkul yang suka minyak
atau mudah larut dalam minyak.
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua:
a) Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
b) Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya,
kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan
demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara minyak dengan air
dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu kesetimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.
Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah HLB (Hydrophyl Lypophyl Balance)
yaitu angka yang menunjukan perbandingan Antara kelompok lipofil dengan
kelompok hidrofil.
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu
artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.
3) Teori Interparsial Film (Teori Plastic Film ) Teori ini mengatakan bahwa emulgator
akan diserap pada batas antara air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film

3
yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase internal. Dengan
terbungkusnya partikel tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum.
Syarat emulgator yang dipakai adalah:
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
 Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel
dengan segera.
4) Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap) Jika minyak terdispersi ke dalam
air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan
bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang
berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng
tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan
demikian, antara sesame partikel akan tolak menolak. Dan stabilitas akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah ini:
 Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
 Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya.
Cara Pembuatan Emulsi Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat
dapat dijelaskan:
a) Metode gom kering atau metode continental Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur
dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru di
encerkan dengan sisa air yang tersedia.
b) Metode gom basah atau metode Inggris Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air
( zat pengemulsi umumnya larut ) agar membentuk suatu mucillago, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru
diencerkan dengan sisa air.
c) Metode botol atau metode botol forbes Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat
yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah ( kurang kental ). Minyak dan
serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air,
tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat. Tambahkan sisa air sedikit
demi sedikit sabil dikocok.

4
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi
Alat-alat yang digunakan untuk membuat emulsi biasa digunakan:
 Mortir dan stamper Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk
pembuatan emulsi yang baik.
 Botol Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus
menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum
pengocokan berikutnya.
 Mixer, blender Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam
ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat
putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.
 Homogeniser Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran
dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
 Colloid Mill Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat
diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan
dalam cairan.
Cara Membedakan Tipe Emulsi
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu:
a. Dengan pengenceran fase.
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut,
emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat
diencerkan dengan minyak.
b. Dengan pengecatan/pemberian warna.
Zat warna akan tersebar dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external
dari emulsi tersebut. Misalnya ( dilihat dibawah mikroskop ).
 Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warana merah emulsi tipe w/o, karena
Sudan III larut dalam minyak.
 Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w
karena metilen blue larut dalam air.
c. Dengan kertas saring. Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi
basah maka tipe emulsi o/w,dan bila timbul noda minyak oada kertas berarti wmulsi
tipe w/o.
d. Dengan konduktivitas listrik Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat
dengan tahanan 10 K ½ watt , lampu neon ¼ watt, dihubungkan secara seri. Elektroda
dicelupkan dalam cairan emulsi. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan
dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o.

5
Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini:
 Creaming Yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung
fase dispers lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible
artinya bila dokocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
 Koalesan dan cracking ( breaking ) Yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesan ( menyatu ). Sifatnya irreversible
( tidak bias diperbaiki ). Hal ini dapat terjadi karena:
a. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
b. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.
 Inversi Yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe eulsi w/o menjadi o/w
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

Kelebihan dan Kekurangan Emulsi


 Kelebihan:
1) Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu
menjadi sediaan yang homogen dan bersatu.
2) Mudah ditelan.
3) Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat.
 Kekurangan:
1) Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.
2) Takaran dosis kurang teliti

3)

BAB III FORMULA

EMULSI MINYAK IKAN

1. Master Formula
Formularium Nasional
OLEI IECORIS EMULSUM
Emulsi Minyak Ikan
Komposisi Oleum Iecoris Asellis 100
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamomi gtt VI
Aqua destillata hingga 215 g

6
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Dosis 3 kali sehari 15 ml.
Catatan : 1. Serbuk Gomarab dapat diganti dengan emulgator lain.
2. Ditambahkan zat pengawet yang cocok
2. Rancangan Formula
R/ Ol iecoris 80 g
Gum Arab 30 g
Gliserin 40 g
Asam Sitrat 1 g
Asam Benzoat 0,3 g
Tokoferol 0,1 g
Sirupus Simplex 20 g
Pasta Orange 2 g
Ol. Citrus 20 gtt
Aquadest ad 200 ml
3. Alasan Penambahan
1) Oleum lecoris
Fungsinya : sebagai zat aktif
2) Gom Arab
Fungsinya : Sebagai emulgator dengan konsentrasi 10-20 %
Alasan penambahan: Dipilih gom arab, karena memiliki daya sebagai emulgator
yang baik sehingga dapat menghasilkan emulsi yang baik, serta viskositas yang
dihasilkan cukup tinggi
3) Gliserin
Fungsinya : Sebagai stabilisator emulsi dan kosolven
Alasan penambahan: Digunakan gliserin dalam formulasi karena gliserin memiliki
multi fungsi selain sebagai stabilisator emulsi, gliserin juga dapat berfungsi
sebagai pengawet, pemanis, dan juga dapat meningkatkan viskositas.
4) Asam sitrat
Fungsinya : Sebagai penambah rasa
Alasan penambahan: Dapat memberikan sensasi asam pada sediaan sehingga rasa
tidak enak pada minyak ikan dapat ditutupi oleh asam sitrat dan memberikan
sensasi rasa jeruk.
5) Pasta orange

7
Fungsinya : zat pewarna
6) Asam benzoate
Fungsinya : Sebagai pengawet
Alasan penambahan : Digunakan asam benzoate sebagai pengawet karena baik
untuk penggunaan oral dan tidak OOT dengan bahan lain.
7) Alpha tocoferol
Fungsinya : Sebagai antioksidan
Alasan penambahan : Digunakan tocoferol sebagai antioksidan karena tocoferol
mempunyai kemampuan untuk mencegah oksidasi dari lemak dan minyak yang
dapat menyebabkan bau tengik pada sediaan dan tocoferol juga dapat berfungsi
sebagai vitamin E, sehingga dapat menambah asupan vitamin.
8) Sirupus simplex
Fungsinya : Sebagai pemanis
Alasan penambahan: Digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dari zat aktif
serta untuk meningkatkan penerimaan konsumen. Penambahan sirupus simplex
juga dapat menaikkan viskositas dari sediaan suspensi.

Uraian Bahan
 Oleum Iecoris Asellis
Nama Resmi: OLEUM IECORIS
Nama Lain: Minyak Ikan
Pemerian Cairan; kuning pucat; bau khas, agak manis, tidak tengik, rasa khas.
Kelarutan: Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
K/P: Sumber vitamin A dan vitamin D.
 Glycerolum
Nama Resmi: GLYCEROLUM
Nama Lain: Gliserol; Gliserin

8
Pemerian: Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa
hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai
lebih kurang 200.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak
larut dalam kloroform P dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
K/P: Zat tambahan.
 Gummi Arabicum
Nama Resmi: GUMMI ACACIAE
Nama Lain: Gom Akasia; Gomarab
Pemerian: Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir.
Kelarutan: Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
K/P: Zat tambahan
 Oleum Cinnamomi
Nama Resmi OLEUM CINNAMOMI
Nama Lain: Minyak Kayumanis
Pemerian: Cairan; suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas. Jika disimpan
dapat menjadi coklat kemerahan.
Kelarutan: Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P; opalesensi yang
terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5
ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
Penyimpanan: Dalam wadah tetutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk.
K/P: Zat tambahan; karminativum.
 Aqua destillata
Nama Resmi AQUA DESTILLATA
Nama Lain: Air Suling
Pemerian: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
K/P: Pelarut

9
Cara Kerja :
1) Dikalibrasi botol dengan volume …..
2) Ditimbang PGA sebanyak ….
3) Ditimbang minyak ikan di atas cawan, dimasukkan ke dalam lumpang.
4) Diteteskan dengan oleum cinnamomi, diaduk, ditambahkan PGA, digerus ad
homogen.
5) Diencerkan dengan gliserol sedikit demi sedikit, lalu digerus.
6) Dimasukkan ke dalam botol, dibilas lumpang dengan aquades.
7) Dicukupkan volumenya ad ……ml.
8) Diberi etiket dan label kocok dahulu.

BAB IV EVALUASI

Evaluasi
a. Uji Organoleptik
Dilakukan dengan mengamati :
 Bentuk
 Warna
 Bau
 Rasa
b. Uji Tipe Emulsi
 Dengan pengenceran fase
Diencerkan dengan air
Tipe O/W: jika ditambahkan air emulsi tidak akan pecah
Tipe W/O: jika ditambahkan air emulsi akan pecah
 Dengan kertas saring
Diteteskan sedikit pada kertas saring
Tipe W/O: meninggalkan noda pada kertas saring
Tipe O/W: tidak meninggalkan noda atau tersebar merata pada kertas saring c.
c. Uji Viskositas
Cara Kerja
Disiapkan viskometer ostwald yang sudah dibersihkan
Air

10
 Dimasukkan ke dalam viskometer ostwald melalui lubang yang besar
 Sedot dengan pipet volume sampai tanda batas atas, lepaskan pipet volume, dan
tutup lubang viskometer yang besar.
 Siapkan stopwatch, hidupkan bersamaan lubang viskometer yang besar dibuka,
hitung dan catat waktu larutan turun dari tanda batas atas hingga tanda batas
bawah (Hasil I)
Emulsi Minyak Ikan
 Dimasukkan ke dalam viskometer ostwald melalui lubang yang besar
 Sedot dengan pipet volume sampai tanda batas atas, lepaskan pipet volume, dan
tutup lubang viskometer yang besar.
 Siapkan stopwatch, hidupkan bersamaan lubang viskometer yang besar dibuka,
hitung dan catat waktu larutan turun dari tanda batas atas hingga tanda batas
bawah (Hasil II)
Hasil I ( t air) dan II (t sediaan)
d. Uji Volume Terpindahkan
 Tuang sediaan dalam gelas ukur
 Dilihat apakah sesuai volume yang diminta atau tidak
e. Uji pH
 Dimasukkan kertas pH
 Tunggu beberapa saat
 Diamati kertas pH tersebut
 Dibandingkan dengan indikator pH kemasan
 Diamati warna yang terjadi
Jika pH>7 = basa
pH=7 = netral
pH<7 = asam
f. Uji Perubahan Warna
Diamati perubahan warna yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2, ke-
3, ke-4, dan ke-5.
g. Uji Perubahan Volume
Diamati perubahan volume yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2,
ke-3, ke-4, dan ke-5.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Anonim 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Anonim 1978. Formularium Nasional edisi II. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida – Semisolida (SFI-7). ITB: Bandung

Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Universitas Indonesia : Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai