Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM 3

EMULSI OLEUM IECORIS ASELLI

Tanggal Praktikum: 15 Mei 2019


1. FORMULA
Buatlah 30 ml!

Resep standar:
Oleum Iecoris Aselli 100 g
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamomi gtt IV
Aq. Destillata ad 215 g
S tdd 15 ml

2. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan
emulsi oleum iecoris aselli.
b. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan emulsi oleum
iecoris aselli.
c. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan emulsi oleum iecoris
aselli.

3. DASAR TEORI
a. Definisi Emulsi
Emulsi adalah suatu dispers dimana fase terdispers terdiri dari bulatan –
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur
(Ansel, H. 1989).
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa
yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak
rasanya dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pda pembawa airnya,
sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. (Ansel, H. 1989)

1
b. Formulasi emulsi
1) Bahan aktif, Untuk memberikan efek farmakologis Contohnya : Oleum
Iecoris, Paraffin Liquidum
2) Minyak, Sebagai pembawa untuk obat, atau bahkan mungkin merupakan
bagian campuran sistem pengemulsi seperti pada minyak lemak
mengandung cukup banyak asam lemak bebas Contoh : Oleum Iecoris,
Tween
3) Agen Pengemulsi, Untuk meningkatkan emulsifikasi pada saat manufaktur
maupun untuk mengontrol stabilitas selama usia guna Contoh : Natrium
Lauryl Sulfat, Gom Arab, Veegum, Gelatin.
4) Pengawet, Untuk mencegah tumbuhnya mikroba pada sediaan Contoh :
Methyl Paraben, Propyl Paraben
5) Antioksidan dan Humektan, Antioksidan untuk mencegah gangguan
oksidatif selama penyimpanan minyak / lemak, pengemulsi atau bahan
aktif, lainnya Contoh : BHA (butylated hydorxy anisole) dan BHT
(butylated hydroxy toluene) Humektan untuk mencegah penguapan air
dari permukaan kulit dimana penggunaan pada konsentrasi tinggi dapat
menimbulkan efek berlawanan\ Contoh : Propilenglikol, Gliserol dan
Sorbitol (5%) (Agoes, Goeswin. 2012)
c. Metode Pembuatan Emulsi
1) Metode Gom Kering (Metode Kontinental)
Pada Metode Gom kering atau yang biasa dikenal dengan nama metode
“4:2:1”, formula yang digunakan untuk membuat corpus emulsi adalah 4 bagian
minyak, 4 bagian air, dan 4 bagian gom (atau emulgator). Sedangkan pada metode
Kontinental, formulanya adalah “4:3:2”. Setelah corpus emulsi ini terbentuk,
bahan – bahan formulatif cair lainnya yang larut dalam fase luar, ditambahkan
sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Ada pun zat – zat formulatif lainnya
yang berbentuk padat seperti pengawet, stabilizer, pewarna, perasa, dll dilarutkan
dalam fase luar terlebih dahulu sebelum ditambahkan ke dalam corpus emulsi.
Sedangkan zat – zat formulatif yang dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas
emulsi ditambahkan paling akhir.

2
2) Metode Gom Basah
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut
dalam air) agar membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan
ditambahkan untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan denganm sisa air.
3) Metode Botol Forbes
Metode ini cocok untuk pembuatan emulsi yang berisi minyak – minyak
menguap dan mempunyai viskositas rendah. Serbuk gom dimasukkan ke botol
kering, tambah 2 bagian air dan dikocok kuat dalam keadaan botol tertutup rapat.
Tambahkan minyak dan air secara bergantian sedikit demi sedikit sambil terus
dikocok setiap kali dilakukan penambahan air dan minyak. Metode ini kurang
cocok untuk minyak kental karena viskositasnya yang terlalu tinggi sehingga sulit
untuk dikocok dan dicampur dengan gom dalam botol.
d. Kerugian dan Kelebihan Emulsi
1) Kelebihan
a) Membentuk sediaan yang paling tidak bercampur menjadi dapat bersatu
membentuk sediaan yang homogen dan stabil
b) Bagi orang yang sukar menelan tablet dan kapsul dapat menggunakan sediaan
emulsi sebagai alternatif
c) Dapat menutupi rasa tidak enak dalam bentuk cair
d) Meningkatkan penerimaan oleh pasien
2) Kekurangan
a) Kurang praktis dari pada tablet
b) Mempunyai stabilitas yang rendah dari pada sediaan tablet karena cairan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
c) Takaran dosisnya kurang tepat (Agoes, Goeswin. 2012)

4. MONOGRAFI
a. Oleum Iecoris Aselli
Nama Oleum Iecoris Aselli
Nama lain cod liver oil, minyak ikan
Pemerian Cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak tengik,
rasa khas

3
Titik didih 23oF
Ph Bilangan asam tidak lebih dari 1,2
Kelarutan Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P.
Bobot jenis Antara 0,98 dan 0,927
Bobot per ml 0,917 sampai 0,924
Khasiat Sumber vitamin A dan Vitamin D
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh dan terlindung dari
cahaya
Konsentrasi Konsentrasi umum yang sering digunakan 3 gram/15 mL.

b. Glycerolum
Struktur

Rumus Molekul C3H8O3


Nama Gliserin
Nama lain Glycerolum
Berat molekul 92,10 g/mol
Pemerian Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
manis diikuti rasa hangat dan higroskopik
Kelarutan Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%), praktis
tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam minyak
lemak
Titik didih 290 0C
Titik leleh -17,9 0C
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak
mengalami oksidasi oleh udara pada penyimpanan normal
namun dapat terdekomposisi oleh panas menghasilkan
akrolein yang bersifat toksis, campuran gliserin dengan air;
etanol; dan propilen glikol stabil secara kimia

4
Inkompatibilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan agen
pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida; potassium
klorat; potassium permanganate, kontaminan besidapat
menyebabkan cairan yang mengandung fenol salisilat dan
tannin berubah warna menjadi gelap
Khasiat Pelarut
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI IV,hal 650)

c. Gummi Arabicum
Nama Gummi Arabicum
Nama lain Acacia
Berat molekul 240.000 – 580. 000 g/mol
Pemerian Acacia adalah serbuk putih atau kuning putih, tidak berbau
dan mempunyai rasa lemah
Kelarutan Larut dalam 20 bagian gliserin, dalam 20 bagian
propilenglikol, dalam 2,7 bagian air dan praktis tidak larut
dalam etanol 95%
pH 4,5 - 5
Bobot jenis 1,35 – 1,49
Stabilitas Aqueous solution adalah subjek bagi degradasi baktrerial
atau enzimatik namun dapat dicegah dengan pemanasan
jangka pendek untuk menonaktifkan beberapa enzim. Juga
dapat ditambahkan antimikroba seperti 0,1% w/v asam
benzoat, 0,1% w/v natrium benzoat, atau campuran 0,17%
w/v metil paraben dan 0,03% propil paraben
Inkompatibilitas Acasia inkompatibel dengan amidopyrine, apomorphine,
cresol, ethanol 95%, ferric salts, morphine phenol,
physostigimine, tannins, tymol dan vanilin. Banyak garam
menurunkan viskositas larutan akasia, trivalen garam dapat
menginisiasi pengendapan. Akasia inkompatibel dengan
sabun
Khasiat Emulsifying agent

5
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI IV,hal 650)
Konsentrasi Konsentrasi umum yang sering digunakan : emulsifying
agent 10-20%

d. Oleum Cinnamomi
Nama Oleum cinnamomi
Nama lain Minyak kayu manis
Rumus Molekul C9H8O
Pemerian Cairan suling segar berwarna kuning, bau khas dan rasa
khas
Ph 5-6
Kelarutan Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%)
Khasiat Zat tambahan
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

e. Aquadest
Struktur

Rumus molekul H2O BM: 18 g/mol


Nama Zat Air Suling, Air Murni
pH 7
Titik didih 100 0C
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
Stabilitas Stabil di semua keadaan fisik (padat, cair, gas)
Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentan akan hidrolisi (terjadi dekomposisi jika terdapat air
atau kelembapan pada peningkatan temperature. Air
bereaksi secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi
cepat dengan logam alkali tanah dan oksidanya seperti

6
kalsium oksida dan magnesium oksida.
Kegunaan Pelarut

5. ALAT DAN BAHAN


1. Alat 2. Bahan
a. Mortir a. Oleum Iecoris Aselli
b. Stamfer b. Glycerolum
c. Neraca analitik c. Gummi Arabicum
d. Gelas ukur d. Oleum Cinnamomi
e. Beaker glass e. Aquadest

6. PERHITUNGAN
Oleum Iecoris Aselli = 30⁄215 × 100 g = 13,95 g

Glycerolum = 30⁄215 × 10 g = 1,39 g

Gummi Arabicum = 30⁄215 × 30 g = 4,186 g


Air untuk Gummi Arabicum = 2,5 x 4,186 = 10,465 ml
Oleum Cinnamomi gtt IV
Aquadest ad 30 ml

7. PENIMBANGAN BAHAN

Oleum Iecoris Aselli 13,95 g


Glycerolum 1,39 g
Gummi Arabicum 4,186 g
Air untuk Gummi Arabicum 10,465 ml
Oleum Cinnamomi gtt IV
Aquadest ad 30 ml

8. PROSEDUR

Kalibrasi botol 30 ml

Tuangkan air panas sebanyak 2,5 kali berat Gummi Arabicum ke dalam mortir

7
Taburkan Gummi Arabicum, biarkan mengembang lalu gerus ad homogen
sampai menjadi mucilago (corpus emulsi)

Tambahkan fase minyak Oleum Iecoris Aselli dan Oleum Cinnamomi gerus ad
homogen

Tambahkan glycerolum gerus ad homogen

Tambahkan aquadest ad 30 ml

Kemas dan lakukan evaluasi

9. EVALUASI SEDIAAN EMULSI


1) Uji Organoleptik
Warna : Putih kekuningan
Bau : Bau ikan/bau tengik
2) Bobot Jenis
a. Piknometer kosong  23,2580 g
b. Piknometer + air  48,9651 g
c. Piknometer + emulsi  43,2981 g
𝑐 − 𝑎 43,2981 − 23,2580 20,0401 𝑔
𝜌= = = = 0,77 ⁄𝑚𝑙
𝑏 − 𝑎 48,9651 − 23,2580 25,7071
3) Uji pH
Emulsi dimasukan kedalam beaker glass kemudian pH diukur
menggunakan pH universal, kemudian hasilnya dilihat dengan mencocokan warna
strip dengan warna acuan
Hasil pengamatan :
 Nilai pH : 5
 Sifat : asam lemah
4) Uji Viskositas Ostwald
Yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan cairan
tertentu untuk melewati pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat
cairan itu sendiri

8
a. Sejumlah cairan tertentu dipipet dengan bulb pipet
b. Kemudian cairan dihisap sampai permukaan cairan lebih dari batas A
c. Cairan kemudian dibiarkan turun
d. Ketika permukaan cairan turun melalui batas A, stopwatch mulai
dinyalakan dan beri cairan melewati tanda batas B. Stopwatch dinyalakan
Hasil pengamatan: 54 detik
5) Stabilitas Suhu
a. Di oven 40 0C 1 hari: emulsi stabil tidak mengalami perubahan warna
ataupun bau
b. Di kulkas 1 hari: emulsi stabil tidak mengalami perubahan warna ataupun
bau.

10. PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya.
Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi,
emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya
dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan
faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi
oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan
adalah zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja
emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta
membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya. Tipe
emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara kimia, molekul
surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke
dalam sistem yang dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air
sedangkan gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai
gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air,

9
sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk
emulsi air dalam minyak.
Pada percobaan kali ini menggunakan emulgator alam yaitu PGA. PGA
merupakan emulgator yang mudah larut dalam air. Mekanisme PGA adalah
dengan cara membentuk lapisan film multimolekuler yang akan membungkus fase
minyak sehingga dapat bercampur dengan air. PGA juga bisa meningkatkan
viskositas sehingga meminimalisir terjadinya pengendapan atau pemisahan dari
fase minyak. Maka dari itu digunakan lah pembuatan emulsi dengan metode
basah. Metode basah yaitu suatu metode dalam pembuatan emulsi dengan cara zat
pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut dalam air)
agar membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan ditambahkan
untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa air.
Dalam pembuatan sediaan emulsi ini, zat aktif yang digunakan yaitu
minyak ikan. Minyak ikan merupakan sumber vitamin A dan D yang sangat
penting bagi pertumbuhan anak. Emulsi yang dibuat adalah emulsi tipe O/W
karena untuk pemakaian oral dimana zat aktif (oleum iecoris aselli) dibuat sebagai
fase dalam atau fase terdispersi.
Penambahan pemanis bisa menjadi penyelesaian permasalahan untuk
menutupi rasa yang tidak enak dari oleum iecoris aselli. Pemanis yang dipakai
adalah glycerolum. Glucerolum memiliki kelarutan yang cukup baik dengan air
dan bisa disatukan dengan pembawa air sebagai fase pendispersi. Dalam
percobaan ini glycerolum juga digunakan sebagai anti caplocking. Oleum
cinnamomi di gunakan untuk menghilangkan bau yang tidak enak dari oleum
iecoris aselli.
Setelah sediaan emulsi dibuat sesuai formula, kemudiaan sediaan tersebut
dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi, organoleptis, uji
viskositas, bobot jenis, pemeriksaan pH, dan stabilitas suhu.
Pada pengujian organoleptik, yaitu menguji sediaan dari warna, dan
baunya. Dilihat dari warna, sediaan emulsi memiliki warna putih kekuningan dan
baunya seperti ikan.
Pada pengujian bobot jenis, menggunakan piknometer. Yaitu piknometer
kosong ditimbang, kemudian diisi penuh oleh sediaan, lalu ditimbang lagi.

10
Kemudian dihitung bobot jenis menggunakan rumus. Dan menghasilkan nilai
bobot jenis adalah 0,77 g/ml.
Pada pengujian viskositas dengan menggunakan viskometer ostwald,
viskositas ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan uji
untuk lewat antara dua tanda ketika ia mengalir karena gravitasi , melalui suatu
tabung kapiler vertikal. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan
waktu yang dibutuhkan bagi suatu cairan yang viskositasnya sudah diketahui (
biasanya air ) untuk lewat antara dua tanda tersebut. Viskositas yang dihasilkan
oleh adalah 54 detik dipengaruhi oleh komponen yang terdapat didalam sediaan.
Pada pengujian pemeriksaan pH, yaitu menggunakan indicator universal.
Yaitu dengan mencelupkan indicator universal selama 1 menit kemudian setelah
itu dicocokkan dengan tabel universal. Dan diperolehlah pH sebesar 5. Yang
menandakan sediaan emulsi bersifat asam lemah.
Pengujian stabilitas suhu, sediaan dibagi 2 dan dimasukkan ke vial. Pada
suhu tinggi (40 0C) selama 24 jam emulsi tidak mengalami perubahan secara fisik.
Tidak mengalami perubahan warna ataupun bau. Tetapi muncul endapan di dasar
emulsi. Endapan itu akan menjadi hilang jika emulsi ditempatkan kembali pada
suhu kamar. Hal ini karena kenaikan suhu akan meningkatkan energi kinetis dari
tetesan – tetesan, sehingga memudahkan penggabungannya dan menyebabkan
pecahnya emulsi karena agregasi.
Pada suhu dingin yang disimpan di dalam kulkas, emulsi tidak mengalami
perubahan secara fisik. Tidak mengalami perubahan warna ataupun bau. Tetapi
emulsi menjadi lebih kental karena viskositas emulsi meningkat pada suhu dingin.
Hal ini disebabkan karena larutan cenderung menyusut pada suhu rendah dan fase
minyak cenderung pula untuk membeku pada suhu rendah. Sehingga partikel akan
cenderung bergabung membentuk ikatan antar partikel yang lebih rapat, akibatnya
kekentaalan meningkat dan laju alir menurun. Tetapi pada saat emulsi
dikembalikan pada suhu kamar maka emulsi akan kembali seperti semula, dimana
emulsi menjadi encer dan mudah dituang.
Emulsi merupakan salah satu sediaan yang kurang stabil. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya :
a. Suhu pemanasan tidak konstan

11
b. Perbedaan intensitas pengadukan
c. Pencampuran kurang merata
d. Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi
e. Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.

11. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang
lainnya
b. Oleum Iecoris Aselli merupakan sumber vitamin A dan D yang sangat
penting bagi pertumbuhan anak
c. Pada pengujian organoleptik, emulsi memiliki warna putih kekuningan dan
baunya seperti ikan.
d. Bobot jenis emulsi adalah 0,77 g/ml.
e. Viskositas yang dihasilkan adalah 54 detik
f. pH sirup sebesar 5 menandakan sediaan sirup bersifat asam lemah.
g. Emulsi stabil tidak mengalami perubahan warna ataupun bau ketika
disimpan pada oven (40 0C) dan kulkas atau suhu dingin.

12. DAFTAR PUSTAKA


Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida – Semisolida (SFI – 7). ITB :
Bandung
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasu Edisi Keempat. Universitas
Indonesia : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi
III . Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi
IV . Jakarta : Dekpes RI
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.
USA : Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association.

12
13. DOKUMENTASI

Piknometer Kosong Piknometer + Air Piknometer + emulsi

Uji Stabilitas Suhu


Uji pH Uji Viskositas Ostwald

EXO EMULSION
Netto: 30 ml

KOMPOSISI
Oleum Iecoris Aselli .........13,95 g

INDIKASI
Membantu memelihara kesehatan tubuh
dan memenuihi kebutuhan vitamin A & D

CARA KERJA
Minyak ikan mengandung asam lemak
kaya manfaat karena mengandung sekitar
25% asam lemak jenuh dan 75% asam
lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh
ganda yang ditingkat PUFA diantaranya
DHA dan EPA dapat membantu proses
tumbuh kembang otak, perkembangan
indra penglihatan dan sistem kekebalan
tubuh. Minyak ikan juga kaya akan
vitamin A & D.

ATURAN PAKAI
1-6 tahun : 1 x 15ml
7-12 tahun : 2 x 15ml
>12 tahun : 3 x 15ml

SIMPAN PADA SUHU


DI BAWAH 300C
TERLINDUNG DARI CAHAYA

KOCOK DAHULU

PT NURAISAH FARMA
Tasikmalaya - Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai