Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA

SEDIAAN PADAT DAN SEMI PADAT (PASTA)

Dosen Pengampu:

Hermanus Ehe Hurit, S.Si, M.Farm, Apt.

Disusun Oleh:

Zulkipli 20210311035

Sesi KJ001

Program Studi Farmasi

Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan

Universitas Esa Unggul

Jakarta

2022/2023
PASTA

A. Tujuan Praktikum
 Mahasiswa mampu merancang formula sediaan pasta
 Mahasiswa mampu dan evaluasi sediaan pasta

B. Manfaat Praktikum

 Dapat memahami Langkah Langkah dalam pembuatan sediaan pasta


 Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja
 Untuk menambah wawasan dan keterampilan

C. Teori

1. Definisi Pasta:
 Menurut FI edisi IV (1995), pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang ditunjukan untuk pemakaian topikal.
 Menurut Buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt. Pasta adalah salep yang
mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep yang tebal,
keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup
atau pelindung.
 Menurut Scoville’s, pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan

menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.

2. Karakteristik Sediaan Pasta

Karakteristik sediaan pasta adalah sebagai berikut:

1. Daya absorbsinya lebih besar


2. Sering digunanakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian
3. Tidak sesuai dengan bagian tubuhyang berbulu
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat
5. Kosistensi lebih kenya dari unguentum
6. Tidak memberikan rasa berminyak dari unguentum
7. Memiliki presentase bahan padat lebih besar dari pada salep, yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40% - 50%
3. Penggolongan Pasta

Ada 4 tipe Pasta yaitu:

 Pasta Kering
Pasta Kering adalah suatu pasta bebas lemak dan mengandung kurang lebih
60% zat padat (serbuk)
 Pasta Berlemak
Pasta berlemak merupakan suatu sediaan yang mengandung lebih dari 50% zat
padat
 Pasta Pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair
yang biasa dikenal dengan salep 3 dara
 Pasta Dentifriciae (pasta gigi)
Pasta gigi merupakan suatu campuran kental terdiri dari serbuk dan gliserinum
yang digunakan untuk pembersih. Pasta gigi digunakan untuk pemakaian pada
selaput lender untuk memperoleh efek lokal

4. Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Krim

 Keuntungan sediaan pasta yaitu:


 Mengikat cairan secret (eksudat)
 Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka, sehingga
mengurangi rasa gatal local
 Lebih melekat pada kulit sehingga kontanya dengan jaringan lebih
lama
 Konsentrasi lebih kental dari salep
 Daya absorbsi sediaan pasta lebih bear dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep
 Kekurangan dari sediaan Pasta yaitu:
 Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada
umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang
berbulu
 Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
 Dapat menyebabkan iritasi kulit
5. Pemilihan Basis Pasta

 Basis Hidrokarbon

Karakteristiknya;

a. tidak diabsorbsi kulit, inert, tidak bercampur dengan air


b. Daya absorbsi air rendah
c. Menghambat kahilangan air pada kulit dengan membentuK lapisan
tahan airdan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit. Contohnya
vaselin dan parafin
 Basis Absorbsi

Karakteristiknya; Bersifat hidrofilik dan dapat menyerap sejumlah tertentu air


dan larutan cair.Basis absorbsi terbagi menjadi.

a. Non emulsi Contohnya basis ini menyerap air untuk memproduksi


emulsi air danminyak terdiri atas: woolfat, wool alcohol, beeswax dan
cholesterol
b. Emulsi A/MContohnya terdiri atas; Hydrous woolfat (lanolin), oily
cream3.
 Larut Air

Karakteristik;

i. Mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan
meningkatkan penyebaran obat.
ii. Bersifat stabil
iii. Tersebar merata
iv. Dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap) sehingga
dapatmemberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
Contohnya PEG

6. Cara Pembuatan Pasta

a) Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur Bersama-sama dengan segala cara sampai
tercampur rata tercapai.

b) Peleburan
semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan
meleburkannya secara bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan
yang konstan sempai mengental, komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada campuran yang sedang mengental, setelah didinginkan
kemudian di aduk.

D. Pembahasan Resep

Pasta Berlemak IMO hal-69 No. 3

Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N.1972)

R/ Resorcinoli 5
Sulfur 5
ZnO 40
Cetomacrogoli 1000 3
Cetostearylalcohol 12
Paraffin LKmidi 10
Vaseline Flavi ad 100
Sue

1. Kelengkapan Resep
 Nama, Alamat, SIP/SIK dokter :-
 Inscriptio :-
 Invocation : ada
 Praescriptio : ada
 Ordinatio : ada
 Subscriptio :-
 Signatura : ada
 Nama, Umur, dan alamat Pasien :-
2. Usul
 Nama, Alamat, SIP/SIK dokter
 Inscriptio
 Subscriptio
 Nama, Umur, dan alamat Pasien
 Vaselin Alb ad 100
 Bobot Sediaan Akhir 30 gram
3. Monografi Bahan
 Resorcinoli (FI Edisi IV Hal: 740)
 Pemerian : serbuk/hablur bentuk jarum ,putih atau praktis putih ;
bau khas lunak ;rasa manis diikuti ;rasa pahit ,oleh pengaruh cahaya /
warna ;berwarna agak merah muda kevatolik.
 Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan dalam 1 bagian etanol
(95%) P; larut dalam eter P, dalam gliserol P, dan dalam minyak
lemak.
 Suhu Lebur : 109-11 derajat celci
 Penyimpanan : Dalam wada tertutup baik, terlindung dari cahaya
 Khasiat : Keratolitikum

 Sulfur (FI Edisi III Hal: 591)


 Pemerian : Tidak Berbau, tidak berasa
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
karbondisulfida P. dan minyak zaitun p, sangat sukar larut dalam
etanol (95%) p.
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
 Khasiat : Antiskabies = untuk mengobati penyakit scabies.

 Zinci Oxydum (FI Edisi III Hal: 636)


 Pemerian : serbuk amorf, sangat halus; putih atau putih
kekuningan; tidak berbau; tidak berasa. Lambat laun menyerap
karbomdioksida dari udara.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95 %)
P; larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 Khasiat : Antiseptikum local

 Cetomacrogoli 1000 (FI Edisi III Hal: 517)


 Pemerian : Massa seperti salep, putih atau hamper putih.
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) dan dalam
kloroform P; Praktis tidak dalam eter P
 Titik Leleh : 350C – 450C
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
 Khasiat : Dasar salep, plasticizer, pelarut, basis suppositoria,
tablet dan pelumas kapsul

 Cetostearylalcoholum
 Pemerian : butiran atau potongan lilin putih, bau khas lemah, rasa
tawar
 Kelarutan : larut dalam etanol (95%) eter dan minyak; paraktis,
tidak larut dalam air.
 Titik leleh : 300C – 360C
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
 Khasiat : emolien dan pengemulsi

 Paraffin liquidum (FI edisi III Hal: 474)


 Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,
larut dalam kloroform P, dan dalam eter P.
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
 Khasiat : Basis salep dan agen Pengeras.

 Vaselini Alb (FI edisi III hal 633)


 Pemerian: masa lunak, lengket, bening putih. Sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa di aduk
 Kelarutan: Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut
dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam alkali hidroksida larut
dalam gliserol P.
 Jarak Lebur: 380 dan 560
 Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik
 Khasiat: zat tambahan (emulient/melembabkan)

4. Perhitungan Dosis Maksimum (DM)


-
5. Perhitungan Bahan
5 gram
 Resorcinoli = × 30 gram=1,5 gram+ 10 %=1,6 gram
100
5 gram
 Sulfur = × 30 gram=1,5 gram+ 10 %=1,6 gram
100
40 gram
 ZnO = ×30 gram=12 gram+10 %=13 gram
100
3 gram
 Cetomacrogoli 1000 = × 30 gram=0,9 gram+10 %=1 gram
100
12 gram
 Cetostearylalcohol = ×30 gram=3,6 gram+ 10 %=4 gram
100
10 gram
 Paraffin Liquidum = × 30 gram=3 gram+10 %=3,3 gram
100
 Vasellin Alb = 30 - (1,6 gram + 1,6 gram + 13 gram + 1 gram + 4
gram + 3,3 gram) =30 – 24,5 gram = 5,5gram + 10% = 6,05 gram
6. Penimbangan Bahan
 Resorcinoli : 1,6 gram
 Sulfur : 1,6 gram
 ZnO : 13 gram
 Cetomacrogoli 1000 : 1 gram
 Cetostearylalcohol : 4 gram
 Peraffin liquidum : 3,3 gram
 Vassellin Alb : 6,05 gram
7. Cara Kerja
1) Disiapkan Alat dan Bahan
2) Setarakan Timbangan
3) Timbang Resorcinoli 1,6g, Sulfur 1,6g, Cetomacrogoli 1000 1g,
Cetostearylalcoholi 4g, Parafin liquidum 3,3g, Vasellin Alb 6,05g
4) Masukkan cetomacrogoli 100, cetostearylalcohol, paraffin liquidum, dan
vasellin alb ke dalam satu cawan penguap lalu lelehkan diwaterbath ad
meleleh. Campuran 1
5) Gerus resorcinolli ad halus, sisihkan
6) Gerus sulfur ad halus, sisihkan
7) Ayak ZnO menggunakan ayakan no.100, lalu di timbang 13g. sisihkan
8) Masukkan campuran 1 kedalam lumpang lalu gerus ad dingin.
9) Masukkan resorcinol dan ZnO ke dalam
APOTEK ESA UNGGUL
Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk
Jakarta Barat Telp : (021) 57342132 lumpang yang berisi campuran 1 sedikit
Apoteker : apt.Zulkipli, S.Farm
SIPA : 20210311035 demi sedikit gerus ad homogen
10) Masukkan sulfur kedalam lumpang
No: 1 Tgl: 29-12-2022
Nama: Reza yang berisi campuran gerus ad basis
pasta
Pemakaian Luar
11)Anti Fungi (Obat Luar) Masukkan pasta ke dalam tube pasta
12) Beri etiket biru dan label
8. Penyerahan
 Wadah : Tube
 Etiket : biru
 Signa : Pemakaian Luar

E. Permasalahan Dalam Pembuatan Resep

 Bobot sediaan kurang dari 30 gr

F. Kesimpulan
Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang di maksudkan untuk pemakaian
luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan onat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilage, dan sabun. Digunakan sebagai
antiseptic atau pelindung kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Modul “PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN PADAT DAN SEMI


PADAT”
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan makanan; 1995.
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anief. Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan FArmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai