Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori
Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topical. Pasta gigi digunakan untuk perlekatan pada selaput
lendir untuk memperoleh efek lokal (FI IV, 1995).
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena
merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan
sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief,Apt.)

Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke-3, pasta adalah sediaan berupa masa lembek
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan
obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago atau sabun. Digunakan
sebagai antisepti atau pelindung.

Menurut farmakope edisi ke-4, pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topikal.

Menurut DOM, pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran
dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk
mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan
dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau
lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi
aliran dilatan.

Menurut Scoville’s, pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehinggah membentuk dan menahan
lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.

Menurut Prescription, pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk
penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak mengandung
gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya sangat kental atau
kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana bahan-bahan serbuk seperti
pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian yang tinggi.

Sehinggah secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai 50%
hinggah pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep. Pasta tidak
melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta
digunakan.

Pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bila bahan untuk menggerus
dan menghaluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk menjadi lembut, bagian
dari dasar ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral sebagai cairan yang
akan melembutkan pasta. Oleh karena kualitas pasta yang keras dan absorptif, pasta tersebut
akan tetap tinggal pada tempatnya setelah pemakaian dengan sedikit kecenderungan
melunak dan mengalir, oleh karena itu efektif digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan
serosal pada tempat pemakaian. Pasta lebih disukai daripada salep untuk luka akut yang
cenderung mengeras, menggelembung atau mengeluarkan darah. Akan tetapi karena sifatnya
yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk
pemakaianpada bagian tubuh yang berbulu. Diantara pasta yang digunakan sekarang ini
adalah Pasta Gigi Triamsinolon Asetonid, preparat anti inflamasi dipakai secara topikal pada
mukosa di selaput mulut dan Pasta Zink Oksida (Ansel:515)

Karakteristik Pasta

a. Daya adsorbsi pasta lebih besar.


b. Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian,
sehinggah cocok untuk luka akut.
c. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
d. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
e. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
f. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
g. Memiliki persentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan
serbuk (padat) antara 40%-50%.
Kelebihan dan Kekurangan Pasta

a. Kelebihan
1) Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan.
2) Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehinggah meningkatkan
daya kerja lokal.
3) Konsentrasi lebih kental dari salep.
4) Daya adsorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan
dengan sediaan salep.
b. Kekurangan
1) Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya
tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
2) Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan epidermis kulit.
3) Dapat menyebabkan iritasi kulit.

Cara Absorbsi pasta

a. Penetrasi
Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut.
Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui
lapisan epidermis lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat.
Absorpsi melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100
sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya. Stratum korneum, epidermis yang
utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit.
Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi
transeluler (menyebrangi sel), penetrasi (antar sel), penetrasi transepidageal (melalui
folikel rambut, kelenjar keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus).
b. Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam
larutan dari bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat
menjadi terlarut dalam pelarut. Dalam sistem biologis pelarut obat dalam media
aqueous merupakan bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya
partikel padat terdisolusi molekul solut pertama-tama harus memisahkan diri dari
permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permukaan memasuki pelarut.
c. Difusi
Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa
oleh gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan
konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi
pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umunya obat.
Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada
kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari
daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.

Basis Pasta

Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda
dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:

a. Basis Hidrokarbon
Karakteristik:
1) Tidak diabsorbsi oleh kulit inert.
2) Tidak bercampur dengan air.
3) Daya absorbsi air rendah.
4) Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan
meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
5) Dibagi menjadi 5, yaitu: Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin, Paraffin
substitute, Paraffin ointment. Contoh: Vaselin, White Petrolatum/paraffin, White
Ointment.
b. Basis Absorbsi
Karakteristik:
Bersifat hidrofilik dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
Terbagi: Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam
minyak.
c. Basis Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak
larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata,
dan mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehinggah dapat
memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.

Komposis Pasta

Komposisi dari sediaan pasta yang sering diformulasikan diantaranya adalah:

a. Sediaan pasta dengan menggunakan satu jenis bahan aktif yaitu ZnO sebagai zat aktif
yang berfungsi sebagai astrigen atau pelindung pada penggunaan topikal. Sedangkan
bahan dasar lemak yang digunakan adalah Vaselin Flavum yang berfungsi sebagai zat
pembawa, dan Amylum tritici diperlukan sebagai zat pengembang.
b. Sediaan pasta dengan menggunakan dua jenis bahan aktif, yaitu ZnO dan Asam
Salisilat. Selain itu, juga ditambahkan dengan zat pembawa yaitu paraffin, dan
ditambahkan dengan zat pengembang Amylum tritici.

Metode Pembuatan Pasta dalam Skala Laboratorium dan Industri

a. Skala Laboratorium
Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi bahan untuk
menggerus dan menghaluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk menjadi
lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral
sebagai cairan untuk melembutkan pasta. Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah
padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian dicampur dengan bahan
padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metodel:
1) Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai
sediaan yang rata tercapai.
2) Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan
meleburkannya secara bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan
yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan
biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan
dan diaduk.
b. Skala Industri
1) Penentuan bahan yang berkualitas
2) Tes sterilisasi awal
3) Sterilisasi terminal dari pasta
4) Filtrasi agar jernih
5) Pengerjaan penampilan
6) Penggunaan LAF
7) Uji stabilitas obat
8) Tonisitas
9) Viscositas
10) Pengemasan
11) Pemeriksaan hasil dengan teliti

Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan pasta untuk skala keci
(laboratorium) maupun skala besar (industri) pada prinsipnya sama. Perbedaannya
hanya pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih
kecil.

Evaluasi Sediaan :

Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa pengujian,


yakni

a. Organoleptik
Merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk
mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna
(misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau). (Anonim,
2000).
b. pH
Prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas ion
hidrogen secara potensiometri/ elektrometri dengan menggunakan pH meter
(Anonim, 2004).
c. Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya (Martin et al., 1993).
d. Penghamburan/daya sebar
Uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan pada kulit.
Penentuannya dilakukan dengan Extensometer. Caranya yakni salep dengan volume
tertentu dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam
interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang. Permukaan
penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pembebanan menggambarkan suatu
karakteristik untuk daya hambur (Voigt, 1994).
e. Resitensi panas
Uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel dalam
daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni
salap dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinue suhu
yang berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam pada 400C) dan
ditentukan waktunya (Voigt, 1994).

B. Deskripsi Bahan Praktikum


1. J
2. Y
3. Nipasol ( propil paraben )
Kristal putih, yang tidak berbau, dan tidak berwarna. Larut pada suhu 20° C
gliserin : air ( 1 : 250 ), propilen glikol : etanol ( 1 : 2500 ), dan propilen glikol :
etanol ( 1 : 39 ). Sangat larut dalam aseton serta larut dalam alkohol dan eter.
Mempunyai pH reantang dari 4-8 dengan penakaran 0,01%-0,02%.
4. Gliserin atau Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan kelembapan.
Pada dasarnya basis formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda dengan basis yang
digunakan dalam formulasi sediaan salep
5. Vaselin Flavum (FI edisi III, 1979, Hal: 633)
Nama Resmi : VASELINUM FLAVUM
Nama Lain : Vaselin Kuning
Massa lunak, lengket, bening, kuning muda smpai kuning, sifat ini tetap setelah
zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk, berfluoresensi lemah
juga jika dicairkan, tidak berbau, hampir tidak berasa. Praktis tidak larut air dan
dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter
minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah. Yang memiliki
fungsi sebagai Zat tambahan. Dalam wadah tertutup baik.Bagian stabil dari
komponen hidrikarbon alam non-reaktif, banyak masalah stabilitas terjadi karena
adanya sejumlah kecil kontaminan. aselin digunakan pula sebagai pelumas,
pelindung, penutup kulit, karena merupakan film penutup pada kulit yang
mencegah penguapan
DAFTAR PUSTAKA

Genco RJ, Goldman HM, Cohen DW. 1990. Contemporary periodontics. Philadelphia:
CV Mosby Company p.117-34.
Harwood, R. J., 2006, Hydroxypropyl Methylcellulose, In: Rowe, R. C., Shesky, P. J.,
and Owen, S. C. (eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, 346,
Pharmaceutical Press, UK.
Johnson, R. dan Steer, R., 2006, Methyl Paraben, In: Rowe, R. C., Shesky, P. J., and
Owen, S. C. (eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, 466,
Pharmaceutical Press, UK.
Kibbe, A. H., 2004, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Third Edition, 442, 572,
Pharmaceutical Press, UK.
Lieberman, H., A., Coben, L., J. 1994. Sediaan Semisolid. dalam Lachman, L.,
Lieberman, H., A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri III, UI-Press

Anda mungkin juga menyukai