Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMASETIKA

CARA PENGOLAHAN OBAT DALAM PASTA

OLEH KELOMPOK 9:

NI KOMANG VIRGINIA PRADINI (19089016022)

YUNDA NADILA INOSHI (19089016029)

DEVA TAMTAMA SAPUTRA (19089016032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2020
BAB I

TEORI UMUM

Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat dari gel
fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta Natrium Karboksimetilselulosa,
kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Pasta Zink Oksida, merupakan
salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung pada bagian yang diolesi ( FI IV hal.14 ).

Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap


dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas
terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum; dan
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Oleh karena
itu pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak,
menggelembung atau mengeluarkan cairan ( FI IV hal.14 ).

Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk


memperoleh efek lokal (misal Pasta gigi Triamsinolon Asetonida) ( FI IV hal.14 ).
BAB II

2.1 Resep

R/ Acid Salicylicum 2

Zinci Oxyd 25

Amylum Tritici 25

Vaselin Flav. ad 100

m.f. pasta

da pars quarta

S.u.e

##

Pro : Didin

2.2 Uraian Masing-masing Bahan

1. ACIDUM SALICYLICUM ( FI IV, hal.51 ).

Asam Salisilat

COOH

OH

Asam salisilat (69-72-7)

C7H6O3
BM 138,12

Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
101,0% C7H6O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Pemerian Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur
halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara Bentuk sintetis warna
putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna
kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.

Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol
dan dalam eter; larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.

Identifikasi Menunjukkan reaksi Salisilat seperti yang tertera pada Uji


identifikasi Umum <291>.

Jarak lebur <1021 > Antara 158° dan 161".

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5% lakukan pengeringan di atas
silika gel P selama 3 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; takukan penetapan menggunakan


larutan uji yang dibuat sebagai berikut: Panaskan 1.5 g zat dalam 75 ml air
hingga larut, dinginkan, tambahkan air sampai volume semula dan saring 25
ml filtrat tidak lebih keruh dari larutan blangko yang ditambah 0,10 ml asam
klorida 0,020 N.

Sulfat Tidak lebih dari 0,02%; lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan
12,0 g zat dalam 37 ml aseton P, tambahkan 3 ml air. Lakukan titrasi secara
potensiometrik dengan timbal perklorat 0,02 M yang dibuat dengan
melarutkan 9,20 g timbal perklorat P dalam air hingga 1000 ml. Gunakan pH
meter dengan reprodusibilitas minimum t 0,1 mV seperti yang ter tera pada
Penetapan pH <1071> yang dilengkapi dengan elektrode timbal dan elektrode
kaca pem banding perak-perak klorida yang berisi larutan tetraetil amonium
perklorat P dalam asam asetat glasial P (1 dalam 44): digunakan tidak lebih
dari 1,25 ml timbel perklorat 0.02 M

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpi lakukan penetapan dengan
melarutkan 1 g dalam 25 ml aseton P, tambahkan 2 ml air dan 10 ml hidrogen
suifi da LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari larutan pembanding
yang dibuat dari 25 ml aseton P ditambah 2 nl Larutan baku timbal dan 10 ml
hidrogen sulfida LP.

Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg dalam 5 ml asam sulfat LP:
larutan tidak lebih berwarna dari Larutan padanan C.

Kemurnian kromatografi Pelarut Buat campuran kloroform P-metanol P


(9:1).

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam Salisilat BPFI, larutkan


dalam Pelarut hingga kadar 2,5 mg per ml.

Eceran larutan baku Buat satu seri pengenceran Larutan baku dalam Pelarut
hingga diperoleh kadar masing-masing 0,375; 0,25 dan 0,05 mg per ml.

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larut kan dalam Pelarut hingga
kadar 50 mg per ml.Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara terpisah masing-masing 20
ul Larutan uji dan Eceran larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel
setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
berisi fase gerak campuran sama banyak n-butanol P yang telah dijenuhkan
dengan amonium hidroksida P dan aseton P hingga merambat lebih kurang
tiga per empat panjang lempeng. Angkat lempeng, tandai batas perambatan,
dan biarkan fase gerak menguap dengan bantuan aliran udara hangat.

Amati lempeng di bawah cahaya ultra violet 254 nm dan 366 nm; semprot
dengan larutan besi(II) klorida P ( dalam 60) dan panaskan pada suhu 60°
selama 3 menit. Pada setiap langkah visualisasi, bandingkan intensitas setiap
bercak lain Larutan uji dengan bercak utama Encari larutan baku; tidak ada
satupun bercak iaia yang lebih intensif dari bercak utama Eceran larutan baku
dengan kadar 0,375 mg per ml dan jumlah intensitas semua bercak lain
Larutan uji tidak lebih dari 2,0%
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalam 25
ml etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N,
tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV.

1-ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 1381g C7H6O3

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

2. ZINCI OXIDUM ( FI IV, hal.835 ).

Zink Oksida

Zink oksida [1314-13-2]

ZnO
BM 81,38

Zink oksida yang baru dipijarkan mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100,5% ZnO

Pemerian serbuk amorf, sanagt halus,putih atau putih kekuningan; tidak


berbau; lambat laun menyerap karbon dioksida dari udara

Kelarutan tidak larut dalam air dan etanol larut dalam asam encer.

Identifikasi

A. Jika dipanaskan dengan kuat, terjadi warna kuning yang akan hilang pada
pendinginan.

B. Larutan dalam asam klorida 3N sedikit berlebih, menunjukan reaksi Zink


seperti yang tertera pada uji identifikasi umum <291>

Kebasaan campur 1,0 g zat dengan 10 ml air panas, tambahan 2 tetes


fenolflaein L.P dan saring jika terjadi warna merah di perlukan tidak lebih
dari 0.30 ml asam klorida 0,10N untuk menghilangkannya.

Sisa pemijaran <301> tidak lebih dari 1,0% lakukan pemijaran pada suhu
500o hingga bobot tetap, menggunakan lebih kurang 2 g.
Karbonat dan warna larutan campur 2,0 g zatdengan 10 ml air, tambahkan
30ml asam sulfat 2N, panaskan diatas tangas uap dengan pengadukan: tidak
terjadi gelembung gas,larutan jernih dan tidak berwarna.

Arsen <321> Metode I tidak lebih dari 6bpj.

Besi dan logam berat lain dinginkan 5ml larutann yang di peroleh pada
penetapan karbonat dan warna larutan, dengan kalium besi(II) sianida LP
dengan natrium sulfida LP: terbentuk endapan putih

Rumbal <402> tambahan 2 g pada 20 ml air, aduk baik baik, tambahkan 5ml
asam asetat glasial P dan hangatkan di atas tangas uap sampai larut, dengan
penambahan 5 tetes kalium kromat LP; tidak terbentuk kekeruhan atau
endapan

Penetapan kadar timbang saksama lebih kurang 1,5 g zat uji yang baru
dipijarkan, tambahkan 2,5 g amonium klorida P, larutkan dalam 50,0 ml asam
sulfat 1 N LV, jika perlu bantu dengan pemanasan lemah. Setelah larut
sempurna tambahkan jingga metil LP dan titrasi kelebihan asam sulfat dengan
natrium hidroksida 1 N LV.

1 ml asam sulfat setara dengan 40,69 mg ZnO

Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

3. AMYLUM TRITICI ( FI IV, hal.109 ).

Pati Gandum

Pati gandum adalah pati yang diperoleh dari biji Triticum aestioum L.
(T.vulgare. Vill.) (Familia Poaceae)

Pemerian; Kelarutan; Identifikasi; keasaman; susut pengeringan; Sisa


pemijaran; Bahan organik asing; Batas mikroba; Wadah dan penyimpanan.
Memenuhi syarat yang tertera pada Pati Singkong

Mikroskopik Butir, bentuk cakram besar atau seperti ginjal ukuran 10cm
samapi 45 cm; bentuk bulat telur, terbelah sepanajng poros utama; butir
bersegi banyak atau bulatan kecil, ukuran 2cm sampai 10cm. Jarang di
ketemukan dengan ukuran sedang. Hilus dan lamela sukar terlihat. Amati di
bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong
pada hilus.

4. VASELIN FLAVUM ( FI IV, hal.823 ).

Vaselin Flavum

Vaselin Kuning

Vaselin Kuning adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah


padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat penstabil
yang sesuai.

Pemerian Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah


berfluoreansensi lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis
transparan. Tidak atau hampir tidak berbau dan berasa.

Kelarutan tidak larut alam air, mudah larut dalm benzena, dalam karbon
disulfida, dalam klorofr dasar ujung tip 8,38 mm ± 0,05 mm dan panjang
ujung 14,94 mm ± 0,05 mm.Bagian kerucut yang tersisa mempunyai sudut
900 dengan tinggi lebih kurang 28 mm dari dasar mempunyai diameter
maksimun lebih kurang 65 mm. Bejana uji terbuat dari silinder logam dengan
dasar datar dengan diameter 100 mm ± 6 mm dan tinggi tidak kurang dari 65
mm. Alat ini terbuat dari logam tidak kurang dari 1,6 mm (16 gaus) dan
dilengkapi dengan sambungan yang baik serta tutup kedap air.orm dan dalam
terpentin ,larut dalam eter,dalam heksan , dan umumumnya dalam minyak
lemak dan minyak atsiri. Praktis tidak larut dalam etanol dinin dan etanol
panas dan dalam etanol mutlak dingin.

Bobot jenis <981> Antara 0,815 dan 0,885, lakukan penetapan pada suhu 600

Konsistensi

Alat Tetapkan Konsistensi Vaselin kuning dengan penetrometer dilengkapi


pengisap dari logam bentuk kerucut mengkilap bobot 150 g, mempunyai
ujung baja yang dapat dilepaskan, dengan dimensi berikut; ujung kerucut
berbentuk 300 , Diameter titik yang tertopong 0,381 mm ± 0,25 mm , diamete

Prosedur Letakkan sejumlah wadah dan vaselin kuning dalam oven dan
panaskan hingga suhu 820 bejana, isi hingga 6 mm dari bibir wadah .
Diinginkan 16 jam, lindungi dari aliran udara. Dua jam sebelum penetapan,
letakkan dalam tangas air 250 0,050 . Jika suhu kamar dibawah 23,50 atau di
atas 26,50 atur suhu kerucut pada 250± 0,50 dengan meletakkan dalam tangas
air . Tanpa menggangu permukaan senyawa yang ditetapkan, letakkan bejana
pada meja penetrometer, dan rendahkan kerucut hingga ujungnya tepat
menyentuh permukaan senyawa yang di tetapkan pada titik 25 mm hingga 38
mm dan tepi bejana. Atur pengatur pada nol dan segera lepaskan pengisap,
kemudian pengisap di berikan bebas selama 5 detik . Kunci pengisap dan
baca keseluruhan penetrasi dari skala. Lakukan 3 kali atau lebih penetapan,
sehingga tiap-tiap tempat tidak terjadi tumpang tindih daerah penetrasi. Jika
penetrasi melebihi 20 mm, gunakan wadah terpisah dari senyawa uji untuk
masing-masing penetapan.hitung rata-rata 3 kali atau lebih pembacaan dan
lakukan penetapan lebih lanjut hingga keseluruhan 10 kali. jika hasil
penetapan berbeda dari rata-rata lebih dari ± 3%, hasil rata-rata akhir
penetapan tidak kkurang dari 10,0 mm dan tidak lebih dari 30,0 mm,
menunjukan bilangan konsistensi antara 100-300.

Kebasaan Masukan 35g ke dalam gelas piala yang sesuai , tambahkan 100 ml
air mendidih,tutp, dan letakan di atas lempeng pemanas berpengaduk yang
sushunya di jaga sama dengan titik didih air setelah 5 menit, biarkan fase
memisah .alirkan air yang memisahkan ke dalam wadah, cuci vaselin kuning
dua kali, tiap kali dalam 50 ml air mendidih, dan kumpulkan air cucian
menjadi satu dalam wadah pada kumpulan air cucian tambahkan satu tetes
fenolftalein LP dan didihkan larutan tidak menjadi merah muda.

Keasaman jika penambah fenolflalein LP pada penetapan kebasaan tidak


menghasilkan warna ,merah muda ,tambahkan 0,1 ml jingga metil LP. Tidak
menghasilkan warna merah atau merah muda.
Sisa pemijaran <301> tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan sebagai
berikut.panaskan 2g dalam cawan porselen atau platina terbuka ,di atas api
bunsen zat menguap tanpa memancarkan bau tajam dan pijarkan.

Asam organik timbang 20,0 g , tambahkan 100 ml campuran etanol P yang


sudah dinetralkan dan air (1 dalam 2), kocok terus menerus, dan panaskan
hingga mendidih. Tambahkan 1 ml fenolflalein LP, dan titrasi segera
menggunakan natrium hidroksida 0,1 NLV, dengan pengocokan kuat
sehingga titik akhir merah muda tajam , catat perubahan warna dalam lapisan
etanol ,air. Tidak lebih dari 400 . Natrium hidroksida 0,100 N LV yang di
perlukan .

Minyak lemak, Lemak dan rosia eksitreksi 10 g dengan 50 ml natrium


hidroksida 5 N pada suhu 100 0 selama 30 menit. Pisahkan lapisan air dan
asamkan dengan asam sulfat 5 N . Tidak terjadi pemisahan minyak atau
bahan padat.

Warna leburkan kurang 10 g di atas tangas uap, dan tuangkan lebih kurang 5
ml cairan, ke dalam tabung reaksi kaca jernih 15 mm × 150 mm, pertahankan
vaselin kuning meleleh. Vaselin kuning tidak lebih gelap dari pada larutan
yang di buat dengan mencampur 3,8 ml besi (III) klorida LK dan 1,2 ml
kaboit(II).

2.3 Farmakologi

1. Acid Salicylicum

Menurut (Wijaya, 2017) menjelaskan Farmakologi asam salisilat mencakup


efek keratolitik dan keratoplastik, absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasinya.

Farmakodinamik : Asam salisilat dikenal memiliki efek keratolitik dan


keratoplastik. Mekanisme kerja asam salisilat adalah melarutkan zat-zat
dalam tautan antar sel sehingga mampu merenggangkan lekatan korneosit dan
melunakkan stratum korneum. Lapisan kulit kemudian akan mengalami
deskuamasi.
Efek asam salisilat berbeda tergantung dari konsentrasi yang digunakan:

1. 0.5-2% untuk efek keratoplastik, umumnya digunakan pada acne


2. 3-6% untuk efek keratolitik, umumnya pada kelainan kulit dengan
hiperkeratosis
3. 5-40% untuk efek keratolitik yang lebih kuat, umumnya digunakan untuk
terapi kalus dan kutil

Farmakokinetik : Aspek farmakokinetik asam salisilat terdiri dari absorbsi,


distribusi, metabolisme, dan eliminasinya.

Absorbsi : Asam salisilat topikal diserap cepat pada kulit yang intak, terutama
bila menggunakan vehikulum berminyak. Penyerapan terjadi sebanyak 9-
60%. Jika tertelan, salisilat akan diserap dengan cepat oleh lambung dan usus.

Distribusi : Pada penyerapan topikal, konsetrasi maksimal umumnya dicapai


dalam 5 jam.Vd = 170-500 mg/kg, tergantung dosis pajanan. 80-90% asam
salisilat yang terabsorbsi akan berikatan dengan protein plasma, termasuk
albumin.

Metabolisme : Asam salisilat dimetabolisme di retikulum endoplasma dan


mitokondria sel hati.

Eliminasi : Waktu paruh bervariasi sesuai dengan dosis pajanan, mulai dari
20 menit hingga 30 jam. Waktu paruh ini dipengaruhi oleh kapasitas hepar
dalam biotransformasi asam salisilat. Asam salisilat akan diekskresikan
melalui urin, mayoritas dalam bentuk salicyluric acid dan salicylate
glucuronide. Sebagian kecil asam salisilat juga akan diekskresikan dalam
bentuk salicylic fenolic, gentisic acid, dan dalam bentuk yang tidak berubah.

2. Zinci Oxyd

Menurut (Riawati, 2017) menjelaskan peran penting dari farmakologi zinc


adalah sebagai suatu kofaktor enzim dan melindungi membran sel terhadap
lisis yang disebabkan oleh aktivasi komplemen dan pelepasan zat toksin. Zinc
juga berperan dalam pertumbuhan sel, metabolisme dan diferensiasi sel, serta
pertahanan terhadap infeksi.  

Farmakodinamik : Mekanisme zinc yang memberikan dampak antidiare tidak


sepenuhnya diketahui. Diduga zinc memberikan efek profilaktik dan
terapeutik terhadap diare, dengan efek langsung terhadap aktivitas vili usus,
mempengaruhi aktivitas enzim disakaridase pada permukaan perbatasan
mikrovili usus, berperan dalam transportasi air dan elektrolit usus halus, dan
mempengaruhi fungsi sel T sehingga memperbaiki imunitas. Zinc bekerja
dalam berbagai aspek proses metabolisme selular, antara lain sintesis protein,
proses pembelahan sel, dan proses penyembuhan luka. Zinc juga dibutuhkan
untuk aktivitas katalitik terhadap sekitar 200 enzim dan sebagai kofaktor pada
lebih dari 300 enzim yang mempengaruhi fungsi berbagai organ. Zinc juga
terlibat dalam mekanisme penyerapan tembaga dalam traktus gastrointestinal,
yang berguna dalam tatalaksana penyakit Wilson. Zinc dalam bentuk garam
asetat, bekerja dengan menstimulasi metalotionein, suatu protein dalam sel-
sel usus yang mengikat unsur tembaga dan mencegah penyerapan dan
transpor ke hati. Selain itu, zinc berperan penting pada patofisiologi tingkah
laku depresif dan gangguan mood. Pada kondisi depresi mayor, konsentrasi
zinc ditemukan rendah dalam plasma darah.

Farmakokinetik : Farmakokinetik zinc dipengaruhi oleh keasaman


gastrointestinal. Absorpsi semakin meningkat pada pH <3.

Absorpsi : Absorpsi zinc terjadi di usus halus dan dipengaruhi beberapa


faktor, antara lain adalah makanan, dan keasaman labung, di mana absorpsi
dapat meningkat pada pH <3. Bioavailabilitas zinc dalam perut kosong
sekitar 60‒70%. Resorpsi zinc akan berkurang seiring meningkatnya kadar
kation bivalen lain, seperti Cu, Mg, Ca, Ni, Cd, dan Fe.

Metabolisme : Zinc tidak dimetabolisme di hati, namun dalam  sel-sel hati


zinc akan berikatan dengan metalotionein.
Distribusi : Zinc yang berikatan terutama dengan plasma albumin sekitar 60‒
70%, didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Total zinc dalam tubuh
manusia berkisar 2‒4 gram.  Namun, sebagai elemen mineral zinc, dalam
plasma darah memiliki konsentrasi sekitar 12‒16 mcm.

Eliminasi : Ekskresi zinc terutama ke feses. Selain itu zinc juga diekskresikan
dalam jumlah sedikit ke dalam air susu ibu, kulit, keringat, menstruasi, dan
cairan semen pria.

2.4 Nama Latin Dalam Resep

No Singkatan Kepanjangan Arti


1. R/ Recipe Ambilah
2. Ad Ad Sampai
3. m.f. misce fac Campur dan buat
4. Pasta Pasta Pasta
5. da pars quarta da pars quarta Dibuat ¼ nya
6. S.u.e Signa usus Untuk pemakaian luar
externus
7. Pro Pro Kepada
BAB III

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

1. Gelas ukur
2. Mortir
3. Timbangan
4. Sudip
5. Stamfer
6. Sendok tanduk
7. Beaker glass
8. Etiket

Bahan :

1. Acid Salicylicum
2. Zinci Oxyd
3. Amylum Tritici
4. Vaselin Flavum

3.2 Cara Kerja

1.    Siapkan alat dan bahan.


2.    Setarakan timbangan.
3.   Ditimbang acid salicylicum ditetesi spiritus fortior, digerus sampai halus,
sisihkan.
4.    Ditimbang vaselin flavum, kemudian digerus dalam mortir panas.
5.    Dimasukkan no. 2 ke dalam no. 3.
6.    Ditimbang amylum triciti, dimasukkan kedalam no.4, gerus ad homogen.
7.   Ditimbang Zinci Oxyd, kemudian diayak dengan ayakan no. B40 digerus ad
homogen ke dalam no. 5.
8.    Dimasukkan dalam wadah dan beri etiket.
BAB IV

4.1 Perhitungan Bahan

Acid Salicylicum : 2 gram

Zinci Oxyd : 25 gram

Amylum Tritici : 25 gram

Vaselin : 100 – (2 + 25 + 25) = 48 gram


BAB V

PEMBAHASAN

Pada resep diatas digunakan Acid Salicylicum 2 gram, Zinci Oxyd 25


gram, Amylum Tritici 25 gram, dan vaseline Flavum 48 gram.

Pada pembuatan pasta, pertama yang dilakukan adalah menimbang semua


bahan. Acid salicylicum  yang sudah ditimbang ditetesi dengan spiritus fortior,
lalu digerus dan disisihkan. Diambil vaselin flavum, gerus di mortir yang sudah
dipanaskan terlebih dahulu. Masukkan acid salicylicum kedalam mortir,
dimasukkan juga amylum triciti, gerus ad homogen. Zinci Oxyd yang sudah
diayak dimasukkan kedalam mortir ad homogen, kemudian dimasukkan kedalam
wadah.
BAB VI

KESIMPULAN

Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/topikal. Pasta terdiri dari 4 macam
yaitu, pasta berlemak, pasta kering, pasta pendingin dan pasta dentrifriciae (pasta
gigi).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta. 448, 515, 771, 1000.

Riawati. (2017). Farmakologi Zinc . Retrieved April 11, Sabtu, 2020, from
ALOMEDIKA: https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-
cerna/antispasmodik-dan-antidiare/zinc/farmakologi

Wijaya, E. (2017). Farmakologi Asam Salisilat. Retrieved April 11, 2020, from
ALOMEDIKA: https://www.alomedika.com/obat/obat-topikal-untuk-
kulit/keratolitik-dan-keratoplastik/asam-salisilat/farmakologi

Anda mungkin juga menyukai