Anda di halaman 1dari 13

PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT

Oleh Kelompok:

Ni Putu Eka Adityani (19089016009)

Ni Komang Virginia Pradini (19089016022)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan
tugas dari mata kuliah Praktikum FTS Padat dalam pembuatan makalah dengan
judul “Pembuatan Tablet Effervescent”. Kami sampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak


kekurangan dan kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya


pada para pembaca dan khususnya bagi penyusun sendiri.

Singaraja, 28 Oktober 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.......................................................................................................
2.2 Metode Pembuatan.....................................................................................
2.3 Alat dan Bahan...........................................................................................
2.4 Macam-macam Kerusakan Pada Sediaan Tablet........................................
2.5 Evaluasi Dalam Pembuatan Sediaan Tablet...............................................
2.6 Pemeriksaan Kualitas Sediaan Tablet.........................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat
pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan
efek sparkling
Tablet effervescent dibuat dengan cara mengempa bahan – bahan aktif
dengan campuran bahan – bahan organik seperti asam sitrat, asam tartrat, dan
natrium bikarbonat. Bila tablet dilarutkan di dalam air maka akan
menghasilkan gas karbondioksida yang akan memecah tablet sehingga tablet
dapat melarut dengan cepat. Tablet effervescent memiliki rasa yang enak
karena adanya karbonat yang dapat memperbaiki rasa dari si tablet
effervescent tersebut sehinggan dapat memberikan rasa yang baik ketika
konsumen menggunakannya.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pembuatan tablet
effervescent.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang
menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang
dihasilkan saat pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat
memberikan efek sparkling (Ansel, 2010).

Tablet Effervescent dibuat dengan cara mengempa formulasi sari


buah dan bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila
tablet effervescent dimasukkan ke dalam air, akan terjadi reaksi kimia antara
sumber asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam
natrium dari asam kemudian menghasilkan larutan gas dalam bentuk karbon
dioksida (CO2). Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya dalam waktu
kurang dari satu menit. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet
juga memberikan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu
memperbaiki rasang (rasa seperti air soda) (Ansel, 2010).

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent


dilarutkan, oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan
perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk.
Pengendalian akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah
air. Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam
pembuatan tablet effervescent jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi
tidak akan terjadi dan tablet tidak larut dengan cepat (Ansel, 2010).

2.2 Metode Pembuatan

Menurut (Siregar, 2010) tablet effervescent dibuat dengan beberapa


metode yaitu dengan cara granulasi basah, granulasi kering, dan dengan
metode fluidisasi.
Dalam metode kering atau peleburan, molekul air yang ada pada
setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai pengikat campuran serbuk.
Asam sitrat dijadikan serbuk, baru dicampurkan dengan serbuk lainnya
(setelah disalurkan melewati ayakan no 60 mesh) agar pencampurannya
homogen.
Pengadukan dilakukan secara cepat dan lebih baik dalam lingkungan
yang kelembabannya rendah, kelembaban relatif maksimal 25% untuk
mencegah terhisapnya uap air dari udara oleh bahan kimia sehingga reaksi
kimia terjadi lebih dini.Setelah pengaduka, serbuk diletakkan di atas nampan
dan dipanaskan dalam oven pada suhu 34 - C kemudian dibolak balik dengan
memakai spatel tahan asam.
 Saat pemanasan berlangsung serbuk menjadi seperti spon dan setelah
mencapai kepadatan yang tepat (seperti adonan roti), serbuk dikeluarkan dari
oven dan dilewatkan pada suaatu ayakan tahan asam untuk membuat granul
sesuai yang diinginkan. Metode peleburan ini hampir dipakai untuk mengolah
semua sediaan effervescent yang diperdagangkan.
Pada metode fluidisasi dengan metode wurster, menggunakan suatu
alat semprot khusus yang dilangkapi dengan saluran penyemprot bahan
pengikat dan saluran udara pemanas.
Tablet effervescent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus
dalam pembuatannya karena dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak
dapat tersatukan yaitu garam natrium bikarbonat dan asam organik sebagai
penghasil karbondioksida.
Reaksi kedua bahan ini akan dipercepat dengan adanya air, maka dari
itu tablet Efervescent selama perjalanannya mulai akhir produksi sampai ke
tangan pasien tidak boleh sedikitpun kontak dengan air.
Selain itu suhu tinggi juga dapat mempercepat perusakan bahan tablet,
sehingga juga harus dijaga pada suhu yang relatif rendah.Proses pembuatan
tablet efervescen membutuhkan kondisi khusus, kelembababan harus relatif
rendah dan suhu harus dingin untuk mencegah granul atau tablet melekat
pada mesin karena pengaruh kelembaban dari udara.
2.3 Alat dan Bahan

Alat:

1. Spatula Stainlessteel 
2. Baskom
3. Mortir
4. Stamper
5. Beaker glass
6. Sendok
7. Loyang
8. Ayakan no 18 dan 24
9. Neraca analitik
10. Oven
11. Pencetak tablet
Bahan :
1. Vitamin C = 12,5g
2. NaHCO3 = 14,75g
3. Laktosa = 5,36g
4. NaCl =500mg
5. Asam sitrat = 6,44g
6. Asam tatrat = 4,37g
7. PVP = 3g
2.4 Macam-macam Kerusakan Pada Sediaan Tablet

1. Binding

Kerusakan tablet yang disebabkan massa yang akan dicetak melekat pada
dinding ruang cetakan.

2. Sticking/Picking

Pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang disebabkan
permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin
kurang, massanya basah.

3. Whiskering

Terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi pelelehan
zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada
penyimpanan dalam botol-botol, sisi-sisi yang lebih akan lepas dan
menghasilkan bubuk.

4. Spliting/Caping

Spliting yaitu lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada
bagian tengah. Caping yaitu membelahnya tablet dibagian atasnya.

Penyebabnya adalah:

a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang.


b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara
sehingga setelah dicetak udara akan keluar.
c. Tenaga yang diberikan pada pencetakkan tablet terlalu besar, sehingga
udara yang berada diatas massa yang akan dicetak sukar keluar dan
ikut tercetak.
d. Formulanya tidak sesuai.
e. Die dan punch tidak rata.

5. Motling

Terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.

6. Crumbling

Tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada

pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

2.5 Evaluasi Dalam Pembuatan Sediaan Tablet

Beberapa evaluasi perlu dilakukan untuk menguji tablet yang telah


diproduksi demi mengetahui kualitasnya sebelum dijual dan sampai ke tangan
konsumen. Evaluasi terbagi atas dua tahap yaitu saat fase granul dan saat fase
tablet. Prosedur yang dilakukan dan ketentuannya sama persis dengan
pembuatan tablet biasa. 
1) Evaluasi massa tablet
a) Waktu alir (ideal 10 gram/s)
b) Sudut diam (ideal 20-40 derajat)
c) Bobot jenis
d) Uji kompresibilitas (Dengan mengukur tap dan bulk density)
e) Uji kadar air (Maksimum 10 % untuk tablet effervescent)
2) Evaluasi tablet
a) Pemeriksaan organoleptis
b) Waktu hancur (ideal 5 menit pada suhu 25 derajt celcius untuk tablet
effervescent)
c) Keseragaman ukuran (Menggunakan jangka sorong)
d) Keseragaman bobot (Dengan menimbang bobot 20 tablet)
e) Kekerasan tablet (Dengan alat Hardness tester)
f) Uji friabilitas (Dengan alt Friability tester)
g) Uji pH (pH harus mendekati netral untuk tablet effervescent)
h) Uji kadar air (maksimum 10 % untuk tablet effervescent
2.6 Pemeriksaan Kualitas Sediaan Tablet

Pemeriksaan kualitas tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari


tablet yang dihasilkan. Pemeriksaan kualitas tablet meliputi:

a. Keseragaman bobot tablet

Keseragaman bobot tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat


sebagai berikut: Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata setiap tablet.
Apabila ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
nilai yang tercantum pada kolom A dan tidak satu pun tablet yang
memiliki bobot menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga yang
tercantum pada kolom B (Depkes R1, 1979).

Persyaratan penyimpangan bobot dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan Penyimpangan Bobot Menurut Farmakope


Indonesia
Penyimpanga rata
n bobot rata- dal
Bobot rata-rata
% am
A B
25 mg atau kurang 15% 20
%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20
%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15
%
Lebih dari 300 mg 5% 10
%

b. Kekerasan tablet

Kekerasan tablet merupakan uji kekuatan dan ketahanan tablet


dalam melawan benturan, goncangan dan terjadi keretakan selama proses
pembungkusan dan pengangkutan. Uji kekuatan tablet diukur dengan
memberikan tekanan terhadap diameter tablet. Tekanan kompresi dan sifat
bahan yang dikempa akan mempengaruhi kekerasan tablet. Tablet yang
keras akan memiliki waktu hancur lama dan disolusi rendah. Tablet
memiliki kekerasan yang baik antara 4-10 kg (Sulaiman, 2007).

c. Kerapuhan tablet

Kerapuhan tablet merupakan uji ketahanan tablet dalam melawan


goresan dan guncangan dengan alat friabilator yang berputar pada
kecepatan 25 rpm. Pada uji kerapuhan tablet, biasanya akan terjadi
capping sehingga tablet akan kehilangan bobotnya. Nilai kerapuhan
lebih besar dari 1% dianggap kurang baik (Lachman, 2018). d. Waktu
hancur

Waktu hancur merupakan waktu yang dibutuhkan tablet untuk


hancur menjadi granul atau partikel penyusunnya dalam medium yang
sesuai melewati ayakan yang terdapat dibagian bawah alat uji (Sulaiman,
2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur tablet antara lain
sifat fisik dan kimia granul, kekerasan, porositas dan bahan penghancur
yang digunakan (Siregar, 2010). Waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan tablet tidak bersalut yaitu tidak lebih dari 15 menit
(Depkes RI, 1979).

d. Disolusi
Disolusi merupakan proses suatu zat solid memasuki pelarut
untuk menghasilkan suatu larutan. Bentuk sediaan farmasetik solid dan
bentuk sediaan sistem terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi
kepada sesorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi
dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi zat aktif ke dalam
sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respon klinis. Laju disolusi
dapat diartikan sebagai jumlah zat aktif yang larut per satuan waktu di
bawah kondisi yang dibakukan dari antarpermukaan cairan/solid, suhu
dan komposisi pelarut (Siregar, 2010). Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses disolusi tablet antara lain sifat fisika kimia obat,
kecepatan pengadukan, temperatur pengujian, bahan tambahan yang
digunakan, tekanan kompresi dan komposisi medium disolusi (Lachman,
2018).

Sifat disolusi suatu obat berhubungan langsung dengan aktivitas


farmakologinya. Kecepatan disolusi berpengaruh dalam mengontrol
konsentrasi obat dalam darah. Terdapat 3 mekanisme disolusi yaitu
model lapisan difusi, the interfacial barrier model dan the Danckwert’s
model. Pada model lapisan difusi, lapisan cairan dengan ketebalan H
berbatasan dengan permukaan padat stagnan yang tersisa dan terus
berkurang dengan kecepatan tertentu. Reaksi pada antarmuka
padatan/cairan terjadi secara spontan sehingga terbentuk larutan jenuh
(Cs). Teori ini mempredikasi bahwa gradien konsentrasi selalu konstan
(Cs – Ct = konstan) karena Cs > Ct merupakan kondisi sink. Dalam
kondisi sink, kecepatan disolusi yang seragam dapat diamati. Pada teori
the interfacial barrier model, reaksi antarmuka padatan/cairan tidak
spontan karena berkaitan dengan aktivasi energi bebas barier yang harus
diatasi sebelum suatu padatan dapat melarut. Setelah itu mekanisme
disolusi terjadi sama dengan model lapisan difusi. Pada teori the
Danckwert’s model, sejumlah besar pelarut mencapai antarmuka
padat/cairan dengan eddy diffusion secara acak. Pada lapisan antarmuka,
sejumlah pelarut dapat menyerap zat terlarut sesuai dengan hukum difusi
dan kemudian digantikan oleh pelarut lain yang baru (Sulaiman, 2007).
Tablet parasetamol diuji dalam media disolusi dapar fosfat pH
5,8 dengan alat uji disolusi tipe 2 yaitu tipe dayung. Kecepatan putar
dayung yaitu 50 rpm dan dipersyaratkan dalam waktu 30 menit harus
larut tidak kurang dari 80% C8H9NO2 dari jumlah yang tertera dalam
etiket (Depkes RI, 1995).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan


gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat
pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan
efek sparkling.
Tablet effervescent dibuat dengan cara mengempa bahan – bahan aktif
dengan campuran bahan – bahan organik seperti asam sitrat, asam tartrat, dan
natrium bikarbonat dan juga bahan bahan pendukung tablet lainnya seperti
lubrikan, disintegran, dan lain-lain. Bila tablet dilarutkan di dalam air maka
akan menghasilkan gas karbondioksida yang akan memecah tablet sehingga
tablet dapat melarut dengan cepat.

Menurut tablet effervescent dibuat dengan beberapa metode yaitu


dengan cara granulasi basah, granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi.
Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat tablet effervescent
yakni Spatula Stainlessteel, Baskom, Mortir, Stamper, Beaker glass, Sendok,
Loyang, Ayakan no 18 dan 24, Neraca analitik, Oven, Pencetak tablet,
Vitamin C = 12,5g, NaHCO3 = 14,75g, Laktosa = 5,36g, NaCl =500mg,
Asam sitrat = 6,44g, Asam tatrat = 4,37g, PVP = 3g.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C., 2010, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit


Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Lachman, Leon, Herbert A.L., Joseph L.K., 2018, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Siregar, Charles J., 2010, Teknologi Farmasi Sediaaan Tabet, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka


Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. 56 – 59, 198 – 215.

Anda mungkin juga menyukai