Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PEMBUATAN GRANULASI KERING

Disusun oleh :
1. Tegar Siwi Bratawan (107119002)
2. Fatmawati (107119011)
3. Fajarrina Hidayah (107119013)

Dosen Pembimbing :
apt. Elisa Issusilaningtyas, S.Farm.,M.Sc.
apt. Denih Agus Setia Permana, M.Farm

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES AL- IRSYAD AL- ISLAMIYYAH CILACAP
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT karena dengan berbagai
macam Limpahan Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Pembuatan Granulasi Kering” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai
pihak yang terkait, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya, Terimakasih.

Cilacap, 27 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
A. Pengertian Granulasi.......................................................................................4
B. Tujuan Granulasi.............................................................................................4
C. Metode Granulasi Kering................................................................................4
D. Keuntungan dan Kerugian Granulasi Kering..................................................5
E. Parameter Fisik Granul....................................................................................5
F. Formulasi pada Metode Granulasi Kering......................................................8
G. Pengaruh Granulasi.........................................................................................9
H. Efektivitas Granulasi.......................................................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Granulasi merupakan pembentukan partikel-partikel besar dengan
mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi
bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses
granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging
tergantung tekanan pada granulasi kering dan granulasi basah dengan bahan
pengikat musilago amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini
seperti spray dry dan freeze dry (Ilma, 2002).
Salah satu dari tiga metode pembuatan tablet adalah metode granulasi
kering. Tujuan metode grabulasi kering adalah untuk memperoleh granul yang
dapat mengalir bebas untk pembuatan tablet. Granulasi kering dilakukan
apabila zat aktif tidak data mengalir bebas untuk pembuatan tablet.
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin di
granulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan atau lembab
atau juga ttidak mungkin di kempa langsung menjadi tablet karena zat aktif
tidak dapat mengalir bebas, dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk
kempa langsung. Sebagai contoh, asetosal dan vitamin pada umumnya dibuat
menjadi tablet dengan granulasi kering.
Granulasi kering dilakukan pada campuran seluruh ingredient dalam
suatu formulasi tablet tanpa menggnakan cairan penggranul. Granulasi kering
dibuat dengan mengempa lanbsung seluruh campuran inggreident formula
dengan tekanan tinggi menggunakan suatu mesin pembuat bongkahan
(slugging machine) atau mesin kompaktor. Untuk melengkapi beberapa hal
yang telah diuraikan dalam bab granulasi basah, beberapa penjelasan akan
diuraikan kembali dibawah ini.
Tujuan utama granulasi kering adalah memperbaiki sifat aliran serbuk
halus dengan cara mengglomerasikan partikel-partikel kecil dari serbuk halus

1
yang digunakan dalam suatu formulasi tablet. Aglomelat yang memperoleh
masih perlu dihaluskan menjadi granul yang dapat diproses lebih lanjut
menjadi tablet jadi.
Tujuan umum granulasi adalah meningkatkan bobot jenis ruah nyata,
meningkatkan sifat mampu alir, menyempurnakan kompresibilitas,
memodifikasi laju disolusi, mengurangi terbentuknya debu, dan meningkatkan
stabilitas. Keterbatasan yang diakibatkan oleh granulasi adalah berkurangnya
homogenitas mikroskopis dan meningkatnya kemungkinan pemisahan dalam
campuran berbagai partikel yang berbeda.
Granulasi kering kempa langsung dapat dilakukan hanya dengan
metode pemadatan. Lubrikan campuran serbuk kempa langsung lebih rumit
dari pada lubrikasi granulasi klasik. Dalam granulasi kering, lubrikan yang
biasa digunakan dalam granulasi metode basah dapay merusak disintegrasi
dan disoluso, kekerasan zat aktif, dan stabilitas zat aktif.
Pada umumnya, masalah yang berkaitan dengan lubrikasi kempa
langsung berkisar dnegan jumlah dan tipe yang diperlukan untuk
menghasilkan lubrikasi yang memadai dan pengaruh pelunakan yang
diakibatkan dari lubrikasi. Karena lebih banyak permukaan yang tersedia
untuk dilapisi dengan lubrikasi dalam kempa langsung, efek pelunakan yang
disebabkan oleh pengempaan lebih besar.Hal ini teruama terjadi pada zat
pengisi kempa langsung yang menunjukan hamper tidak pecah atau geser
pada pengempaan.
Granul yang dibuat dengan granulasi kering pada umumnya sederhana
atau tidak beraturan, sedangkan pada granul yang dibuat dengan metode basah
banyak macam bentuk partikel. Sesuai dengan hal itu, gtanulasi kering arang
dipilih sebagai metode granulas. Akan tetapi, granulasi kering cocok untuk
zat-zat yang peka terhadap pelarut dan tidak stabil pada suhu tinggi. Selain
itu, keuntungan granulasi kering yang lain adalah diperolehnya granul dengan
bobot jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan granul yang dihasilkan dari
granulasi basah.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan granulasi ?
2. Bagaiman tujuan granulasi ?
3. Bagaimana metode granulasi kering ?
4. Bagaimana parameter sifat fisik granulasi kering ?
5. Bagaimana keuntungan granulasi kering ?
6. Bagaimana formulasi granulasi kering ?
7. Bagaimana pengaruh pada proses granulasi ?
8. Bagaimana efektivitas granulasi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian granulasi.
2. Mengetahui tujuan granulasi.
3. Mengetahui dan memahami metode dari granulasi kering.
4. Mengetahui parameter fisik granulasi kering.
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian granulasi kering.
6. Mengetahui formulasi dari metode granulasi kering.
7. Mengetahui pengaruh pada proses granulasi.
8. Mengetahui efektivitas dari granulasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Granulasi
Granul merupakan gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih
kecil dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang
lebih besar. Granulasi serbuk ialah proses membesarkan ukuran partikel kecil
yang dikumpulkan bersama-sama menjadi agregat (gumpalan) yang lebih besar,
secara fisik lebih kuat dan partikel orisinil masih teridentifikasi dan membuat
agregat mengalir bebas. Metode yang terpenting dari granulasi farmasetik,
dapat digolongkan ke dalam tiga kategori utama, yakni proses basah, proses
kering (disebut juga slugging) dan proses lain (humidification, priling, melt
peletization) (Siregar, 2010).

B. Tujuan Granulasi
Tujuan suatu sediaan yang diolah menjadi granul antara lain :
1. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.
2. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free
flowing).
3. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.
4. Mencegah terjadinya segresi/pemisahan akibat perbedaan bobot jenis.
kemampuan dikempa.
5. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability).

C. Metode Granulasi Kering


Metode granulasi kering merupakan metode pembuatan tablet yang
digunakan apabila zat aktif dalam formulasi bersifat termolabil atau sensitif
terhadap lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang
relatif buruk. Granulasi kering bertujuan untuk dapat meningkatkan sifat alir
dan atau kemampuan kempa massa cetak tablet. Metode granulasi kering

4
dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga
menjadi tablet berukuran besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan (Sirisha, et all. 2018).
Prinsip dari metode granulasi kering adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut uuntuk dapat meningkatkan
sifat alir dan atau kemampuan kempa massa cetak tablet (Depkes RI, 2014).

D. Keuntungan dan Kerugian Granulasi Kering


Salah satu kelebihan dari metode granulasi kering adalah pada proses
granulasi tidak memerlukan panas dan kelembaban sehingga sesuai untuk
eksipien dan bahan aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab serta
mempunyai kompresibilitas dan sifat alir yang relatif buruk. Selain itu,
peralatan yang dibutuhkan lebih sedikit dibanding granulasi basah dan tidak
perlu pemanasan atau pelarutan terlebih dahulu terhadap massa cetak. Metode
ini dapat digunakan untuk bahan aktif dan eksipien dengan sifat alir dan
kompresibiltas buruk (Zaman, 2020).
Kekurangan dari metode ini salah satunya adalah sangat mudah terjadi
pemisahan pada tahap pengempaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan densitas
antara eksipien dan bahan aktif. Pada metode ini diperlukan mesin khusus
untuk slugging, distribusi zat warna kurang homogen. Pada proses granulasi
kering banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang dan segregasi komponen penyusun tablet dapat terjadi
setelah proses pencampuran (Chaerunisa, 2009).

E. Parameter Fisik Granul


Untuk mengetahui kualitas fisik suatu granul dapat dilakukan beberapa
uji sifat fisik granul. Granul yang baik harus memenuhi persyaratan parameter
fisik granul untuk mempermudah dalam proses pencetakan tablet. Adapun
pemeriksaan fisik granul dikelompokkan sebagai berikut :

5
1. Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul atau
serbuk pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya mengalir dipengaruhi
oleh bentuk partikel, sifat permukaan, ukuran partikel, penambahan
bahan pelicin dan kelembaban granul. Apabila granul mempunyai
waktu alir yang baik maka pengisian pada ruang kempa akan
konstan sehingga sediaan yang dihasilkan mempunyai bobot yang
seragam (Parrott, 1971).
Syarat waktu alir granul :
Aliran granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan 100 gram tidak lebih dari 10 detik (Voight, 1994).

Tabel 1. Hubungan Kecepatan Alir dengan Sifat Alir


Kecepatan Alir Sifat Alir
2. Sudut (gram/detik) Diam
>10 Sangat baik Sudut
4-10 Baik
1,6-4 Sukar diam
<1,6 Sangat sukar adalah
sudut yang terbentuk antara permukaan tumpuan granul dengan bidang
horisontal. Sudut diam diperoleh dengan mengukur tinggi dan jari-jari
tumpukan granul yang terbentuk (α=tan-1H/R). Bila sudut diam yang
terbentuk ≤ 30° menyatakan bahwa sediaan dapat mengalir bebas dan bila
sudut yang terbentuk ≥ 40° menyatakan bahwa sediaan memiliki daya alir
yang kurang baik. Dari nilai sudut diam dapat menunjukkan suatu nilai
indikasi bisa diterimanya sifat aliran yang dimiliki suatu granul (Banker and
Anderson, 1986).

3. Uji Kandungan Lembab

6
Kandungan lembab atau Moisture Content adalah pernyataan kandungan air
berdasarkan bobot kering, yang menunjukkan kadar air yang terkandung
dalam suatu granulat. Granul yang memiliki kandungan lembab Perhitungan
kadar air atau kandungan lembab didasarkan pada perhitungan bobot kering:
% 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒 x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Syarat kandungan lembab yang baik ialah 1-5%.

4. Bulk Density
Bulk density merupakan sebuah pengukuran kerapatan granul yang dapat
dilakukan dengan menghitung harga pengetapan. Bulk density didapatkan
dengan cara menimbang bobot granul, kemudian dimasukkan ke dalam gelas
ukur untuk dilihat volumenya.
𝐷𝑏 = 𝑚 (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎)
𝑉 (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒)
Adapun pemeriksaan kualitas pada sediaan tablet dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1. Keseragaman bobot tablet
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan
bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet. Dari 20
tablet, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan
kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B pada Farmakope
Indonesia (Depkes RI, 1979).
2. Kekerasan tablet
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat
bertahan berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan

7
dan transportasi. Tablet yang baik mempunyai kekuatan antara 4-8 Kg
(Parrott, 1971).
3. Kerapuhan tablet
Uji kerapuhan merupakan cara lain untuk memeriksa ketahanan tablet
melawan pengikisan dan goncangan. Sifat tablet yang berhubungan dengan
kerapuhan diukur denagan menggunakan friability tester. Nilai kerapuhan
lebih besar dari 1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986).
4. Waktu hancur tablet
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
dalam medium yang sesuai dinyatakan lain tidak lebih dari 15 menit. Ekstrak
kecuali dinyatakan lain tidak lebih dari 20 menit (Depkes RI, 1979).

F. Formulasi pada Metode Granulasi Kering


Formulasi sediaan obat yang lebih optimal selalu dikembangkan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Salah satu bentuk sediaan farmasi yang
banyak digunakan adalah tablet.
Selain bahan aktif dalam pembuatan tablet diperlukan bahan
tambahan.Proses pembuatan granul memerlukan berbagai eksipien untuk
memenuhi persyaratan formulasi antara lain bahan pengisi, pengikat,
disintegran, lubrikan dan glidan.
R/ Aspirin 500 mg
Avicel PH 102 130 mg
Magnesium Stearat 7 mg
Talk 13 mg
Aspirin merupakan zat aktif yang sukar larut air, dan mudah larut dalam
etanol. Aspirin tidak tahan terhadap suhu tinggi. Sehingga dipilih metode
granulasi kering, karena granulasi kering ditujukan terhadap zat yang tidak
stabil terhadap suhu tinggi. Selain itu keuntungannya adalah dapat diperoleh
granul dengan bobot jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan granul yang
dihasilkan dari granulasi basah.

8
Pada formulasi di atas apirin sebagai zat aktif yang bersifat termolabil.
Adapun sebagai bahan pengikat kering digunakan Avichel PH 102. Magnesium
stearat dan talcum berfungsi sebagai bahan pelican yang mempermudah dalam
proses pencetakan. Bahan pelicin Mg Stearat dan talk bersifat hidrofob,
sehingga lapisan bahan pelicin yang terjadi akan menghalangi penetrasi
medium cair untuk menghancurkan tablet dan untuk pelarutan obatnya. Bahan
pelicin talk mempunyai ukuran partikel yang lebih halus daripada Mg Stearat
(Depkes RI, 1995).

G. Pengaruh Granulasi
Beberapa pengaruh dari proses granulasi antara lain :
1. Keseragaman bobot dalam pembuatan tablet yang disebabkan oleh aliran
granul yang kurang baik.
2. Memberikan kelarutan pada massa table apabila menggranulasi dengan air
pada zat aktif yang larut air.
3. Kelengketan pada cetakan tablet saat dilakukan pencetakan, sehingga pada
granulasi yang kasar harus banyak dikurangi.
4. Granul yang terlalu halus dan kering akan menyebabkan tablet yang mudah
hancur dan terbelah.

H. Efektivitas Granulasi
Efektivitas dan hasil dari suatu granulasi tergantung pada :
1. Jumlah bahan pelicin dan pengikat yang digunakan harus sesuai (asam/basa)
2. Tipe bahan pelican dan pengikat yang digunakan.
3. Besarnya ukuran obat dan eksipien.
4. Efektivitas dan lamanya proses pengadukan.
5. Kecepatan pengeringannya.
Dalam proses pembuatan tablet menggunakan metode granulasi, harus
terdapat granul yang baik, agar hasilnya dapat maksimal. Adapun kateristik
granul yang baik/ideal, yaitu :

9
1. Berbentuk sferis/bulat
2. Distribusi ukuran partikel kecil
3. Kelembaban granul 1-2%
4. Sifat alir baik
5. Kompresibilitasnya baik
6. Kekerasan granul sesuai

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Granulasi kering adalah memproses partikel bahan aktif eksipient dengan
mengempa campuran bahan kering menjadi padat. dengan
2. Granulasi kering digunakan untuk bahan yang memiliki dosis yang efektif
dengan kempa langsung, bahan yang sensitive terhadap pemanasan dan
kelembapan, dan bahan yang memiliki sifat alir yang buruk.
3. Metode granulasi kering adalah metode pembuatan tablet yang digunakan
apabila zat aktif dalam formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap
lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif
buruk
4. Granulasi kering mempunyai keuntungan seperti penggunaan alat yang lebih
sedikit dan mempercepat waktu hancur serta proses granulasi tidak
memerlukan panas dan kelembaban.
5. Parameter granulasi kering meliputi pemeriksaan sifat campuran granul, dan
pemeriksaan sifat fisik tablet

B. Saran
Setelah membaca makalah ini kami berharap agar pembaca dapat memahami
tentang pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi kering.
Adapun saran yang ingin disampaikan penyusun adalah agar pembaca
mempelajari tentang cara kerja pembuatan tablet dengan granulasi kering dari
literature-literature lain juga agar ilmu yang didapat lebih banyak dan
berkembang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Banker, G,S. and Anderson, N.R. 1986. Tablet In Lachman, Liberman H,A, Kanig
J.L., Eds. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy 3rd Ed.,
Philiadelphia, lEa, and Febiger.
Chaerunnisa, Anis. 2009. Farmasetika dasar : Konsep Teoritis dan Aplikasi
Pembuatan Obat . Bandung : Widya Padjajaran.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Parrots, E.I. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics 3rd Ed.
Mineapolish, Burgess Publishing Company.
Sirisha, Botla., Pogula Swathi., K.Abbulul. 2018. A Review On Pharmaceutical Mini
- Tablets. International Journal Of Science and Research (IJSR), 8 (9) : pp.515-
521.
Voight, R. 1994. Buku Pengantar Teknologi Farmasi 572-574, diterjemahkan oleh
Soedani, N., Edisi V. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press
Zaman, N. N. & Sopyan, I. 2020. Metode pembuatan dan kerusakan fisik sediaan
tablet. Majalah Farmasetika. 5 (2), 82-93.

12

Anda mungkin juga menyukai