Disusun oleh:
SIDOARJO
2019
DAFTAR ISI
LAMPIRAN..........................................................................................................4
5
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat serta hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “Pembuatan Tablet Asam Askorbat dengan
Metode Granulasi Kering” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
praktikum farmasetika sediaan solida. Sholawat dan salam tidak lupa kami
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa umat
manusia dari zaman kebodohan menuju ke zaman yang penuh dengan barokah
seperti sekarang ini.
Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Granulasi kering yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat.
Selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul).
Pada metode granulasi kering, serbuk dari bahan obat dibentuk menjadi
tablet berukuran besar (slug) dengan menggunakan mesin pencetak tablet
berkekuatan kompresi tinggi. Slug yang dihasilkan kemudian dihancurkan
kembali (direduksi) untuk menghasilkan granul dengan ukuran yang diinginkan.
Dengan dibentuk menjadi granul ini diharapkan bahan obat dan komponen yang
lain akan mempunyai sifat alir yang baik.
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk
dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di
dalamnya, sedangkan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan
tablet yaitu bahan pengisi, bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat,
bahan pemberi rasa dan bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet
dapat berbeda-beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan
aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Umumnya tablet digunakan pada pemberian obat secara oral (Ansel, 1989).
2.1.2 Bahan tambahan tablet
Bahan pembantu pembuatan tablet atau eksipien berfungsi untuk
membantu proses penabletan dalam memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien
harus netral, tidak berbau, dan tidak berasa, jika mungkin tidak berwarna (Voigt,
1984). Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet antara lain:
d. Bahan Pelicin
Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan
permukaan sisi tablet. Bahan pelicin yang umum digunakan adalah kalsium dan
magnesium stearat, karena mereka akan menyebabkan turunnya kekerasan tablet
akibat mengecilnya gaya ikatan dengan terbentuknya lapisan tipis bahan pelicin
pada partikel bahan padat (Voigt, 1984). Bahan pelicin dalam pembuatan tablet
dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang
disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang
terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines,
pemasangan punch dan dies yang tidak pas(Wade, Ainley; Paul, 1994).
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera
setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya adalah udara yang
terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau overlubrikasi
dengan stearat (Wade, Ainley; Paul, 1994).
3. Sticking
Keadaan dimanagranul menempel pada dinding die sehingga punch
bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet
dikompressi pada kelembapan tinggi(Wade, Ainley; Paul, 1994).
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang bahan yang dikompresi berminyak atau lengket (Wade, Ainley; Paul,
1994).
5. Fliming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan
dengan titik lebur rendah seperti lemak atau wax. Bisa juga karena punch
kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang
bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga
mengurangi penempelan(Wade, Ainley; Paul, 1994).
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas
karena tekanan yang berlebih(Wade, Ainley; Paul, 1994).
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup (Wade,
Ainley; Paul, 1994).
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi
zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih
basah)(Wade, Ainley; Paul, 1994).
Menurut (Wade, Ainley; Paul, 1994), suatu tablet harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku
1. Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk
untuk mengalir pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya mengalir dipengaruhi
oleh bentuk partikel, sifat permukaan, ukuran partikel, penambahan bahan
pelicin dan kelembaban granul. Apabila granul mempunyai waktu alir yang baik
maka pengisian pada ruang kempa akan konstan, sehingga sediaan yang
dihasilkan mempunyai bobot yang seragam (Parrot, 1971).
2. Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunanpartikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Granul atau serbuk kualitas farmasi
mempunyai sudut diam 25°–45°, sudut yang lebih kecil menunjukkan sifat alir
yang baik (Wadke, H A; Jacobson, 1980).
Tabel 2.1 Penyimpangan bobot untuk tablet tak bersalut terhadap bobot rata-rata
25 mg atau kurang 15 30
4. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti guncangan, tekanan, dan kemungkinan
terjadinya keretakan tablet pada saat pembungkusan atau pengepakan. Tablet
yang baik mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrot, 1971).
5. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam pengisian
dan guncangan. Besaran yang dipakai adalah persen bobot yang hilang selama
pengujian dengan alat friabilator. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapuhan
antara lain banyaknya kandungan serbuk (finnes). Kerapuhan diatas 1,0%
menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Parrot, 1971).
Tablet harus hancur dan melepaskan obatnya dalam cairan tubuh, jika
obat yang tersedia diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah jenis,jumlah obat yang diracik,
bahan pembantu yang ditambahkan, gayapencetakan yang digunakan, kekerasan
tablet, sifat fisika kimia granul(Voigt, 1984).
1. Scurvy
Scurvy adalah salah satu penyakit langka akibat gangguannutrisi dan
penyerapan vitamin C sehingga kadar vitamin C di dalam tubuh sangat sedikit.
Penyakit ini menimbulkan kegagalan sintesis kolagen yang menimbulkan
resikoosteoporosis dan pendarahan. Scurvy merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak-anak berumur 6 bulan hingga 1 tahun. Scurvy paling banyak
diakibatkan dari faktor perekonomian keluarga sulit mencukupi kelengkapan
vitamin C bagi anak.
2. Gingivitis
3. Suplemen
4. Antioksidan
5. Mencegah Flu
Efek samping dapat ditimbulkan pada pemberian asam askorbat dengan dosis
yang berlebihan. Beberapa efek samping yang dapat muncul antara lain:
1. Diare
2. Mual muntah
3. Nyeri perut
4. Kram perut
5. Berat badan menurun
6. Nyeri saat buang air kecil
7. Demam ringan
8. Menggigil
2.2.7 Mekanisme Vitamin C
2.3.1 PatiJagung
Keluarga : Poaceae
lemah
Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari biji yang masak
2.3.2Magnesium Stearat
Gambar 2.3.2 Struktur Mg Stearat
Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Wadah dan
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. (Kibbe,2000).
2.3.3 Avicel
RM/BM : C6H10O5/220
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan tablet dengan metode granulasi
kering adalah : Mortir dan Stamper, Alat pencampuran, ayakan mesh 14. Mesin
pencetak slug, mesin pencetak tablet.
3.2.3 Formulasi
Mg Stearat 2 2 Lubrikan
Mg Stearat* 2 2 Glidam
3. Cetak menjadi slug dengan pencetak rotary sigle press dengan kekerasan
kuran lebih 4kg.
Penentuan kerapuhan tablet dilakukan dengan alat friability tester dengan cara
sebagai berikut : langkah pertama diambil 10 tablet dan dibersihkan dengan hati-
hati dari serbuk yang menempel. Tablet kemudian ditimbang (WI ) dan
dimasukan kedalam alat uji kerapuhan. Alat uji kerapuhan dijalankan dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet kemudian di keluarkan dan dibersihkan
lagi dari serbuk-serbuk yang menempel lalu ditimbang lagi beratnya (W2) dan
dihitung persen kerapuhan.
Langkah pertama gelas piala di isikan ke alat dengan aquadestilata sebanyak 500
ml, kemudian dihidupkan pengaturan suhu alat sehingga didapatkan suhu dari
aquadestilata pada gelas piala 3722 derajat celcius , setelah itu dimasukan 1 tablet
pada masing-masing tabung dari keranjang dan di ikuti dengan pemberian
cakram. Kemudian dijalankan alat selama waktu yang di persyaratkan oleh
farmakope Indonesia. Pada akhir batas waktu, keranjang diangkat dan diamati
semua tablet. Tablet dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan tertinggal pada
kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti jelas.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN
PEMBAHASAN
5.1Analisa Prosedur
29
yang masing-masing pengujian dilakukan sesuai prosedur dan jumlah tablet yang
dibutuhkan. Apabila dalam semua pengujian tablet sudah memenuhi syarat maka
dillanjutkan sisa granul untuk dibentuk tablet.
Dari 10 tablet yang digunakan untuk evaluasi tablet dari metode granulasi basah
di dapatkan ukuran tablet yang memenuhi rentang antara 200-250 mg sebanyak 2
tablet sedangkan yang lain melebihi rentang, secara umum tablet asam askorbat
memiliki bobot atau dosis 200 mg pada 1 tablet. Ketidakseragam dan
ketidaksesuaian dengan rentang yang diinginkan disebabkan karena punch dan die
dalam keadaan perbaikan jadi mempengaruhi pada bobot dari masing masing
tablet serta mempengaruhi ukuran tablet yang lebih berpengaruh ialah pada
ketebalan tablet saat pencetakan yang dihasilkan sedikit lebih tebal dari
seharusnya. Dan untuk evaluasi terakhir yaitu uji waktu hancur yang dilakukan
dengan 3 kali replikasi dalam ketiga tablet hancur dalam evaluasi dalam wakti 15
menit dalam media aquadest. Waktu hancur yang baiik ialah memiliki waktu
hancur sekitar 10-15 menit. Untuk evaluasi disolusi tidak dilakukan dikaremakam
keterbatasan waktu yang dibutuhkan dalam pengujian dalam disolution tester dan
spektrofotometer UV-Vis.
30
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Granulasi kering yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat.
Selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul).
Uji Quality Control (QC) terhadap tablet adalah: kemampuan alir dan
sudut istirahat, kompresibilitas, kadar air (loss on drying), keseragaman bobot dan
ukuran, waktu hancur, kekerasan rata – rata tekanan, dan friabilitas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Banker, S. G., and Anderson, R. N., 1986, Tablet Lachman, C. Lieberman, The
Theory and Practice Of Industri Pharmacy, 3 ed., Les and Febiger, Philadelphia.
643 – 704.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia (3, Ed.). Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia (5th ed.). Jakarta: Depkes RI.
32
Sandra Goodman., (1991). Vitamin C : The Master Nutriens. Dalam : Muhilal dan
Komari., (1995). Ester C. Vitamin C Generasi 111. Cetakan ketiga. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, Halaman 96 – 97.
33
34