Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN TABLET ASAM ASKORBAT DENGAN METODE


GRANULASI KERING

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Solida

Disusun oleh:

1. Ali Kosim (16020200008)


2. Ariska Sukmawati (16020200016)
3. Dwi Izzatul Lailiyah (16020200027)
4. M. Alwi Rizkillah (16020201047)
5. Nofrianti Melani Son (16020200057)
6. R.M Bagus Rovy (16020201066)
7. Yanuar Rama Wijaya (16020200082)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA

SIDOARJO

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ................................................Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ...........................................Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan ..............................................................Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................. Error! Bookmark not defined.

2.1 Tablet ...............................................................Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Definisi Tablet ..............................................Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Bahan Tambahan Tablet ...............................Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Metode Pembuatan Tablet ............................Error! Bookmark not defined.

2.1.4 Masalah dalam Pembuatan Tablet ................Error! Bookmark not defined.

2.1.5 Kriteria Tablet ..............................................Error! Bookmark not defined.

2.1.6 Evaluasi Tablet .................................................Error! Bookmark not defined.

2.2 Tinjauan Bahan Aktif .....................................Error! Bookmark not defined.

2.3 Tinjauan Bahan Tambahan ..............................Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ......................... Error! Bookmark not defined.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................Error! Bookmark not defined.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..........................Error! Bookmark not defined.

3.3 Prosedur Kerja ............................................Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PERCOBAAN .............................. Error! Bookmark not defined.

BAB V PEMBAHASAN .......................................... Error! Bookmark not defined.


5.1 Analisa Prosedur .........................................Error! Bookmark not defined.

5.2 Analisa Hasil ..............................................Error! Bookmark not defined.

BAB VI PENUTUP .................................................. Error! Bookmark not defined.

6.1 Kesimpulan ......................................................Error! Bookmark not defined.

6.2 Saran ................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN..........................................................................................................4
5
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat serta hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “Pembuatan Tablet Asam Askorbat dengan
Metode Granulasi Kering” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
praktikum farmasetika sediaan solida. Sholawat dan salam tidak lupa kami
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa umat
manusia dari zaman kebodohan menuju ke zaman yang penuh dengan barokah
seperti sekarang ini.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu ,S.Farm,


M.Farm, Apt. selaku dosen pengampu Praktikum Farmasetika Sediaan Semi
Solida yang telah membimbing dan memberikan saran dalam pembuatan laporan
ini.

Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Kami


menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, kami
berharap kritik dan saran untuk menunjang pengembangan dari laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.

Sidoarjo, 1 Juni 2019

Tim Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan


disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil
dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen,
serta harganya relatif murah (Banker dan Anderson, 1986).

Asam askorbat (Vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan


sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C atau
asam askorbat adalah komponen berharga dalam makanan karena berguna
sebagai antioksidan dan mengandung khasiat pengobatan (Sandra G., 1995). Sifat
Vitamin C adalah kristal yang mudah larut dalam udara. Dalam keadaan kering
Vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut. Mudah rusak karena
bersentuhan dengan udara (oksidasi). Vitamin C mempunyai rumus molekul
C6H8O6 dengan pemberian serbuk hablur putih atau kuning, tidak berbau, rasa
asam.

Granulasi adalah metode untuk mengingatkan ukuran partikel. Praktik


dengan ukuran lebih besar umumnya mempunyai kecepatan alir yang lebih besar
sehingga ketika dikompresi akan menghasilkan tablet dengan berat dan bentuk
yang seragam.

Granulasi kering yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat.
Selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul).

Pada metode granulasi kering, serbuk dari bahan obat dibentuk menjadi
tablet berukuran besar (slug) dengan menggunakan mesin pencetak tablet
berkekuatan kompresi tinggi. Slug yang dihasilkan kemudian dihancurkan
kembali (direduksi) untuk menghasilkan granul dengan ukuran yang diinginkan.
Dengan dibentuk menjadi granul ini diharapkan bahan obat dan komponen yang
lain akan mempunyai sifat alir yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil dari pembuatan tablet Vitamin Cmenggunakan metode


granulasi kering?
2. Bagaimana evaluasi sediaan tablet Vitamin C granulasi kering?

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode


granulasi kering.
2. Mahasiswa dapat melakukan uji quality control (qc) terhadap tablet.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

2.1.1 Definisi Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk
dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di
dalamnya, sedangkan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan
tablet yaitu bahan pengisi, bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat,
bahan pemberi rasa dan bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet
dapat berbeda-beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan
aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Umumnya tablet digunakan pada pemberian obat secara oral (Ansel, 1989).
2.1.2 Bahan tambahan tablet
Bahan pembantu pembuatan tablet atau eksipien berfungsi untuk
membantu proses penabletan dalam memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien
harus netral, tidak berbau, dan tidak berasa, jika mungkin tidak berwarna (Voigt,
1984). Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet antara lain:

a. Bahan pengisi (diluent)

Bahan pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang


ditambahkan ke dalam suatu formulasi sediaan tablet, bertujuan untuk
penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang dipersyaratkan, untuk
membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan
tablet. Berikut ini beberapa zat pengisi yang sering digunakan: laktosa, laktosa
anhidrat, laktosa semprot kering, fastflolactose (FFL), starch 1500, dan
mikrokristalin selulosa (Siregar, 2010).

b. Bahan pengikat (binder)


Bahan pengikat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk menambah
kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentuk
granul yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau
kompak yang disebut tablet. Beberapa jenis pengikat yang sering digunakan: pati
5-10%, pati pragelatinisasi 0,5%, starch 1500, gelatin 2-10%, sukrosa 50-75%,
akasia 10-25%, polivinilpirolidon 3-15% (Siregar, 2010).
c. Bahan penghancur (disintegrator)
Bahan penghancur adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan
tablet dengan maksud tablet hancur menjadi bagian-bagiannya apabila berada
dalam medium air. Prinsip kerja bahan penghancur adalah melawan daya tarik
bahan pengikat dan kekuatan fisik tablet sebagai akibat dari tekanan mekanik
pada proses kompresi. Makin kuat kerja bahan pengikat, maka perlu bahan
penghancur yang lebih efektif. Pada pembuatan tablet secara granulasi, terdapat
tiga cara dalam penambahan bahan penghancur yaitu penambahan secara
internal, eksternal dan kombinasi eksternal-internal (Aulton, 2002). Perbedaan
antara ketiga cara penambahan tersebut terletak pada tiga tahapan
penambahannya, yaitu:
1) Internal addition, yaitu bahan penghancur ditambahkan pada proses
granulasi, bertujuan untuk menghancurkan granul menjadi partikel penyusun
granul.
2) Eksternal addition, yaitu bahan penghancur ditambahkan bersama bahan
pelican pada granul kering yang sudah diayak sebelum penabletan, bertujuan
untuk menghancurkan tablet menjadi granul setelah kontak dengan medium
air.
3) Kombinasi eksternal-internal, yaitu bahan penghancur ditambahkan pada
proses granulasi dan sebagian lagi ditambahkan pada granul kering sebelum
penabletan, bertujuan agartablet hancur menjadi granul dan selanjutnya
hancur menjadi partikel-partikel penyusunnya (Aulton, 2002).

d. Bahan Pelicin
Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan
permukaan sisi tablet. Bahan pelicin yang umum digunakan adalah kalsium dan
magnesium stearat, karena mereka akan menyebabkan turunnya kekerasan tablet
akibat mengecilnya gaya ikatan dengan terbentuknya lapisan tipis bahan pelicin
pada partikel bahan padat (Voigt, 1984). Bahan pelicin dalam pembuatan tablet
dapat berfungsi sebagai berikut:

1) Lubricant, yaitu untuk mengurangi gesekan yangterjadi antara dinding ruang


cetak dengan tepi tablet selama penabletan.
2) Glidant, yaitu memperbaiki sifat alir serbuk atau granul, sehingga lebih
mudah mengalir.
3) Anti adherent, untuk mencegah melekatnya tablet pada die dan pada
permukaan punch(Voigt, 1984).

2.1.3 Metode pembuatan tablet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber-sumber lainnya,


terdapat tiga metode pembuatan tablet sebagai berikut:
a. Granulasi basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat
dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas.
Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan
eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan
tertentu pula. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke
campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam
campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan
memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling
penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka
massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
oscillatinggranulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan
meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan
granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang
dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Tahapan dari granulasi basah ini
yaitu: Campur kering à Granulasi dengan penambahan larutan pengikat à
Pengeringan à Pengayakan à Campur massa à Pencetakan. Keuntungan dari
metode granulasi basah, yaitu: memperoleh aliran yang baik, meningkatkan
kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen
campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan, dan meningkatkan
kecepatan disolusi. Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu: banyak tahap
dalam proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang
tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat
termolabil dapat menggunakan pelarut non air.
b. Granulasi kering
Granulasi kering sering disebut juga dengan slugging,yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan untuk
zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban. Prinsip metode ini
adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan
pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Pada proses ini komponen–komponen
tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan
dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,
prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan
diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran
awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus
yang disebut rollercompactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar
500 kg, rollercompactor memakai dua penggiling yang putarannya saling
berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada
salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada
bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling. Tahapan dari granulasi kering ini
yaitu: Campur kering à Pencetakan menjadi slug à Pengayakan à Campur massa à
Pencetakan. Keuntungan dari metode granulasi kering, yaitu: Peralatan yang
digunakan lebih sedikit, baik untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan
kelembaban, dan mempercepat waktu hancur. Kekurangan dari metode granulasi
kering, yaitu: memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug, tidak dapat
mendistribusikan zat warna seragam, dan proses banyak menghasilkan debu
sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
c. Kempresi langsung
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih
dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil
dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara
umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah zat aktif
yang sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu
menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Prinsip metode
kempa langsung yaitu mencampur zat aktif dengan eksipien yang memiliki aliran
dan kompresibilitas yang baik kemudian dicetak. Tahapan dari kempa langsung
cukuplah singkat yaitu: Campur massa à Pencetakan. Keuntungan dari metode
kempa langsung, yaitu: lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit,
prosesnya lebih singkat sehingga tidak memakan waktu, tenaga, dan mesin yang
banyak, dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan
kelembaban, serta waktu hancur dan disolusinya lebih baik. Kerugian dari metode
kempa langsung, yaitu: perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat
aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang
selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam
tablet, zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung,
dan sulit dalam pemilihan eksipien.

2.1.4 Masalah dalam Pembuatan Tablet

1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang
disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang
terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines,
pemasangan punch dan dies yang tidak pas(Wade, Ainley; Paul, 1994).
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera
setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya adalah udara yang
terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau overlubrikasi
dengan stearat (Wade, Ainley; Paul, 1994).
3. Sticking
Keadaan dimanagranul menempel pada dinding die sehingga punch
bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet
dikompressi pada kelembapan tinggi(Wade, Ainley; Paul, 1994).
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang bahan yang dikompresi berminyak atau lengket (Wade, Ainley; Paul,
1994).

5. Fliming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan
dengan titik lebur rendah seperti lemak atau wax. Bisa juga karena punch
kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang
bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga
mengurangi penempelan(Wade, Ainley; Paul, 1994).
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas
karena tekanan yang berlebih(Wade, Ainley; Paul, 1994).

7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup (Wade,
Ainley; Paul, 1994).
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi
zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih
basah)(Wade, Ainley; Paul, 1994).

2.1.5 Kriteria Tablet

Menurut (Wade, Ainley; Paul, 1994), suatu tablet harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku

2.1.6 Evaluasi Tablet

1. Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk
untuk mengalir pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya mengalir dipengaruhi
oleh bentuk partikel, sifat permukaan, ukuran partikel, penambahan bahan
pelicin dan kelembaban granul. Apabila granul mempunyai waktu alir yang baik
maka pengisian pada ruang kempa akan konstan, sehingga sediaan yang
dihasilkan mempunyai bobot yang seragam (Parrot, 1971).

2. Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunanpartikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Granul atau serbuk kualitas farmasi
mempunyai sudut diam 25°–45°, sudut yang lebih kecil menunjukkan sifat alir
yang baik (Wadke, H A; Jacobson, 1980).

3. Keseragaman Sifat Fisik Tablet


Keseragaman bobot tablet di tentukan berdasarkan banyaknya
penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-ratadari semua tablet
sesuai syarat yang di tentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI,
1979). Penyimpangan yang dipersyaratkanolehFarmakope Indonesia adalah
sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penyimpangan bobot untuk tablet tak bersalut terhadap bobot rata-rata

menurut Farmakope Indonesia edisi III


Penyimpangan Bobot Rata-Rata (%)
Bobot Rata-Rata
A B

25 mg atau kurang 15 30

26 sampai dengan 150


10 20
mg

151 sampai dengan 300


75 15
mg

Lebih dari 300 mg 5 10

4. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti guncangan, tekanan, dan kemungkinan
terjadinya keretakan tablet pada saat pembungkusan atau pengepakan. Tablet
yang baik mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrot, 1971).

5. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam pengisian
dan guncangan. Besaran yang dipakai adalah persen bobot yang hilang selama
pengujian dengan alat friabilator. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapuhan
antara lain banyaknya kandungan serbuk (finnes). Kerapuhan diatas 1,0%
menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Parrot, 1971).

6. Daya Serap Tablet


Daya serap tablet merupakan tahap awaldari proses hancurnya tablet.
Daya serap tablet dipengaruhi oleh porositas, ukuran pori, dan kontak sudut
dengan pori. Daya serap tablet diukurdenganliquiduptakeapparatus(Van Kamp,
1987).
7. Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet
dalam medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk
tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
bersalut selaput (Depkes RI, 1979).

Tablet harus hancur dan melepaskan obatnya dalam cairan tubuh, jika
obat yang tersedia diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah jenis,jumlah obat yang diracik,
bahan pembantu yang ditambahkan, gayapencetakan yang digunakan, kekerasan
tablet, sifat fisika kimia granul(Voigt, 1984).

2.2 Tinjauan Bahan Aktif


2.2.1 Definisi vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen berharga dalam makanan
karena berguna sebagai antioksidan dan mengandung khasiat pengobatan (Sandra
G.,1995).Vitamin C mudah diabsorpsi secara aktif, tubuh dapat menyimpan
hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai 100 mg sehari. Jumlah ini
dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan.Tanda tanda skorbut akan
terjadi bila persediaan di dalam tubuh tinggal 300 mg. konsumsi melebihi taraf
kejenuhan akan dikeluarkan melalui urin ( Almatsier., 2001).
2.2.2 Uraian Bahan AktifVitamin C ( Dirjen POM, 1979 )
a.Struktur kimia :
b. Rumus molekul : C6H8O
c. Berat molekul : 176,13
d. Nama kimia : L-Asam askorbat
e. Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya
lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil diudara, dalam
larutan cepat teroksidasi.
f. Kelarutan: Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena
g. Stabilitas : Asam askorbat merupakan ester siklik. Dalam larutan air mudah
teroksidasi (reaksinya bolak-balik) membentuk asam dehidro-askorbat (Connors,
dkk., 1986). Asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh
luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, pH, oksigen, enzim, dan
katalisator logam (Andarwulan dan Koswara, 1989).

Asam dehidro-askorbatdapatmengalami hidrolisis lebih lanjut membentuk


produk degradasi yang bereaksi tidak bolak-balik asam diketoglukonat dan asam
oksalat. Asam askorbat juga gampang mengalami degradasi di bawah kondisi an-
aerob, membentuk furfural dan karbon dioksida. Profil laju-pH bagi keduanya
baik degradasi aerob maupun an-aerob akan mencapai maksimal pada sekitar pH
4 (Connors, dkk., 1986).

Suatu larutan asam askorbat 5% dalam air memiliki pH 2.1-2.6, pH dari


10% larutan kalsium askorbat dalam air adalah antara 6.8 dan 7.4, dan pH dari
larutan natrium askorbat dalam air antara 7.0 dan 8.0 (Sweetman, 2005).
Stabilitas maksimum terjadi dekat pH 3 dan pH 6. Stabilitas asam askorbat
dalam bentuk sediaan padat cukup baik, asal kelembabannya dikendalikan
(Connors, dkk., 1986).

2.2.3 Farmakologi Vitamin C


Beberapa fungsi asam askorbat dipercaya berbuhungan dengan konversi
reaksi reduksi-oksidasinya di dalam jaringan tubuh. Salah satu fungsi vitamin C
adalah sebagai antioksidan. Beberapa zat dalam makanan, didalam tubuh
dihancurkan atau dirusak jika mengalami oksidasi. Sering kali, zat tersebut
dihindari dari oksidasi dengan menambahkan antioksidan. Suatu antioksidan
adalah zat yang dapat melindungi zat lain dari oksidasi dimana dirinya sendiri
yang teroksidasi. Vitamin C, karena memiliki daya antioksidan, sering
ditambahkan pada makanan untuk mencegah perubahan oksidatif (William
andCaliendo, 1984).

Vitamin C dengan mudah dapat menangkap spesies oksigen dan nitrogen


reaktif, seperti superoksida, radikal hidroperoksil, dan radikal nitrogen dioksida
sehingga mencegah reaksi kerusakan terhadap biomolekul (Silalahi, 2006). Di
dalam tubuh, vitamin C dapat melindungi asam lemak tak jenuh rantai panjang,
vitamin E, dan vitamin A dari oksidasi. Ini adalah fungsi yang penting karena
asam lemak tak jenuh rantai panjang dan vitamin E adalah komponen esensial
untukmempertahankan keutuhan membran sel (William andCaliendo, 1984).
2.2.4 Farmakokinetik Vitamin C

Vitamin C mudah diabsorpsi dari saluran pencernaan melalui vena portal.


Vitamin ini dengan cepat diistribusikankeseluruh jaringan tubuh, tetapi lebih
banyak terdapat dalam kelenjar adrenal, lensa mata, kelenjar pituitari, otak, limfa,
dan pankreas (William andCaliendo, 1984). Konsentrasi vitamin C lebih tinggi
dalam leukosit dan platelet dibandingkan dalam eritrosit dan plasma darah
(Sweetman, 2005). Salah satu jalur metabolisme vitamin tersebut pada manusia
melibatkan pengubahan askorbat menjadi oksalat dan ekskresi akhirnya
didalamurin; dehidroaskorbat diduga merupakan suatu senyawa antara. Asam
askorbat 2-sulfat juga telahdiidentifikasi sebagai salah satu metabolit vitamin C
dalam urin manusia (Gilman, etal, 1996)
2.2.5 Indikasi Vitamin C

1. Scurvy
Scurvy adalah salah satu penyakit langka akibat gangguannutrisi dan
penyerapan vitamin C sehingga kadar vitamin C di dalam tubuh sangat sedikit.
Penyakit ini menimbulkan kegagalan sintesis kolagen yang menimbulkan
resikoosteoporosis dan pendarahan. Scurvy merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak-anak berumur 6 bulan hingga 1 tahun. Scurvy paling banyak
diakibatkan dari faktor perekonomian keluarga sulit mencukupi kelengkapan
vitamin C bagi anak.

2. Gingivitis

Gingivitis merupakan peradangangusi. Inflamasi menimbulkan


pembengkakan pada gusi menjadi warna kemerahan. Gejala yang ditimbulkan
antara lain gusi nyeri terutama saat menyikat gigi, gusi bengkak hingga menutupi
sisi pinggir gigi dekat gusi atau celah gigi, serta gusi yang sangat mudah berdarah
saat menyikat gigi. Napas yang bau juga tercium pada pasiengingivitis.

3. Suplemen

Tidak hanya bertindak sebagai pengobatan, asam askorbat juga


bermanfaat sebagai suplemen makanan untuk melengkapi kebutuhan makanan
sehari-hari terutama pada anak-anak.

4. Antioksidan

Asam askorbat berguna sebagai antioksidan tubuh dalam


mempertahankannya dari penyaitjantung, gangguan sistem saraf, dan mencegah
penuaan lebih cepat.

5. Mencegah Flu

Flu disebabkan oleh infeksi virus yang menggangusaluranpernapasan.


Asam askorbat dapat membantu mencegah flu dengan membentuk proteksi dari
masuknya virus influenza ke dalam tubuh.

2.2.5 Kontra Indikasi Vitamin C


Meskipun suplemen asam askorbat mudah sekali ditemukan, tetapi ada
beberapa perhatian khusus yang perlu diketahui sebelum menggunakan asam
askorbat

1. Memiliki alergi pada konsumsi vitamin C atau obat-obat lainnya


2. Sedang hamil, menyusui atau memiliki rencana kehamilan
3. Memiliki riwayat batu ginjal
4. Memiliki riwayat penyakit ginjal lainnya
5. Memiliki riwayat defisiensi G6PD
Asam askorbat dinilai tidak memilii efek samping pada obat-obat lainnya selama
diberikan sesuai dosis dan aturan pakai yang tercantum. Interaksi mungkin saja
timbul pada ornag yang mengonsumsi obatan-obatan herbal seperti jamu-jamuan
atau pengobatan tradisional herbal lainnya.

2.2.6 Efek samping Vitamin C

Efek samping dapat ditimbulkan pada pemberian asam askorbat dengan dosis
yang berlebihan. Beberapa efek samping yang dapat muncul antara lain:

1. Diare
2. Mual muntah
3. Nyeri perut
4. Kram perut
5. Berat badan menurun
6. Nyeri saat buang air kecil
7. Demam ringan
8. Menggigil
2.2.7 Mekanisme Vitamin C

Asam askorbatsangatlah larut di dalam air. Memiliki nama kimia L-asam


askorbat yang termasuk dalam kelas vitamin dan mudah berubah warna apabila
terpapar udara. Asam askorbat sangat mudah diserap ke dalam tubuh dan
disebarkan ke jaringan tubuh dan di merabolisme oleh hati.
2.3 TinjauanBahanTambahan

2.3.1 PatiJagung

Gambar 2.3.1 Struktur Pati Jagung

Nama lain : Pati jagung , maizena , cornstarch

Tanaman asal : Zeamays L

Keluarga : Poaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin

Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat

Pemerian : Serbuk halus , berwarna putih, tidak berbau dan


rasa

lemah

Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari biji yang masak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Kibbe,2000).

2.3.2Magnesium Stearat
Gambar 2.3.2 Struktur Mg Stearat

Magnesium Stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran


asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan.
Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
MgO.

Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah

melekat di kulit; bebas dari butiran.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Wadah dan
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. (Kibbe,2000).

2.3.3 Avicel

Namaresmi : cellulose, microcrystalin

Nama lain : cellulose gel

RM/BM : C6H10O5/220

Pemerian : adsorben, agen suspense, tablet danbahanpengisikapsul,


penghancur tablet

Kelarutan : 5% w/v dalamNaOH ,sukarlarutdalam air, bahan yang


bersifatasam, danpelarut-pelarutorganik

Suhu : 2600C-2700C (Kibbe,2000).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium teknologi farmasi lantai 4 stikes rumah


sakit anwar medika yang terletak di Jalan.Raya By Pass Krian KM 33, Semawut,
Kabupaten, Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan mulai 16 mei
sampai 30 mei

3.2 Alat & Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan tablet dengan metode granulasi
kering adalah : Mortir dan Stamper, Alat pencampuran, ayakan mesh 14. Mesin
pencetak slug, mesin pencetak tablet.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan tablet dengan


metode granulasi kering adalah : Vitamin C, Amilum, Avicel, Mg stearat.

3.2.3 Formulasi

Bahan Jumlah Pertablet Jumlah 1000 Fungsi


(mg) tablet (gram)

Vitamin C 50 5 Zat Aktif

Amilum 136 136 Zat Pengisi

Avicel 10 10 Zat Pengisi

Mg Stearat 2 2 Lubrikan

Mg Stearat* 2 2 Glidam

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan granul dengan metode granulasi kering

1. Timbang bahan penyusun tablet “ Vitamin C, Amilum, Avicel, Mg


stearat.

2. Campurkan bahan-bahan penyusun tablet (kecuali Mg stearat ) dengan


pencampuran bergulir selama 10 menit.

3. Cetak menjadi slug dengan pencetak rotary sigle press dengan kekerasan
kuran lebih 4kg.

4. Reduksi ukuran slug yang dihasilkan menjadi granul dengan


menggunakan mortir.

5. Ayakan granul dengan menggunakan pengayakan ukuran mesh 14.

3.3.2 Pencetakan Tablet

1. Campurkan granul dengan mg stearat sebanyak 1% dengan pencampuran


selama 10 menit .

2. Masukan granul dalam hopper dari rotary single press.

3. Jalankan alat pencetak secara manual dengan tangan sehingga di dapatkan


kira-kira 10 tablet, atur alat pencetak sehingga tablet memiliki berat dan
kekerasan yang di inginkan.

4. Jalankan rotary single press dengan menghidupkan motor penggerak.

5. Lakukan in process control (IPC) pada saat pencetakan tablet dengan


mengukur berat dan kekerasan tablet.

3.3.3 Pengujian Tablet

1. Penentuan kekerasan tablet

Penentuan kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat Hardness Tester


dengan cara sebagai berikut : langkah pertama diposisikan hardness tesster
dengan tangan kiri sehingga tablet yang akan di uji tertahan oleh jari telunjuk dan
jari jempol dalam rumah tablet, sedangkan dalam jari-jari yang lain
menggenggam badan dan mistar ukur. Kemudian di tangan kanan di posisikan
menutup knop, ulir searah jarum jam secara perlahan sampai tablet tablet yang
akan di uji terjepit ringan oleh dudukan tablet. Setelah itu dipastikan tidak
bergerak sebelum di lepas. Kemudian digeser mistar ukur sehingga garis angka
nol segaris dengan garis petunjuk, ditahan mistar ukur sehingga tidak bergerak.
Setelah itu di putar kembali knop ulir searah jarum jam secara perlahan sampai
tablet yang di uji pecah. Kemudian di lihat angka yang segaris degan garis
petunjuk, angka tersebut menunjukan kekerasan tablet di ukur dari beban
(kilogram) yang telah diberikan. Langkah terakhir tablet yang pecah di bersihkan,
putar knop ulir berlawanan degan searah jarum jam untuk mempermudah proses
pembersihan.

2. Penentuan Kerapuhan Tablet

Penentuan kerapuhan tablet dilakukan dengan alat friability tester dengan cara
sebagai berikut : langkah pertama diambil 10 tablet dan dibersihkan dengan hati-
hati dari serbuk yang menempel. Tablet kemudian ditimbang (WI ) dan
dimasukan kedalam alat uji kerapuhan. Alat uji kerapuhan dijalankan dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet kemudian di keluarkan dan dibersihkan
lagi dari serbuk-serbuk yang menempel lalu ditimbang lagi beratnya (W2) dan
dihitung persen kerapuhan.

3. Penentuan Waktu Hancur Tablet

Langkah pertama gelas piala di isikan ke alat dengan aquadestilata sebanyak 500
ml, kemudian dihidupkan pengaturan suhu alat sehingga didapatkan suhu dari
aquadestilata pada gelas piala 3722 derajat celcius , setelah itu dimasukan 1 tablet
pada masing-masing tabung dari keranjang dan di ikuti dengan pemberian
cakram. Kemudian dijalankan alat selama waktu yang di persyaratkan oleh
farmakope Indonesia. Pada akhir batas waktu, keranjang diangkat dan diamati
semua tablet. Tablet dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan tertinggal pada
kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti jelas.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel Penimbangan Tablet


Tabel 4.1 Penimbangan Tablet
Berat
Nomor
Tablet (xi
Tablet
gr)
1 0.2
2 0.2
3 0.2
4 0.2
5 0.2
6 0.2
7 0.2
8 0.3
9 0.2
10 0.2
X 1,92

4.2 Tabel Uji Ketebalan dan Diameter Tablet


Tabel 4.2 Uji Ketebalan dan Diameter Tablet
Nomor
Ketebalan Diameter
Tablet
1 0.4 0.8
2 0.4 0.8
3 0.4 0.8
4 0.9 1
5 0.5 1
6 0.9 1
7 0.7 1
8 0.7 1
9 0.5 1
10 0.9 1
X 5,49 8,5
4.3 Tabel Uji Waktu Hancur
Tabel 4.3 Uji Waktu Hancur
Waktu Rpm Hasil
15 menit 100 Tablet hancur
15 menit 150 Tablet hancur
15 menit 200 Tablet hancur
BAB V

PEMBAHASAN

5.1Analisa Prosedur

Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu metode yang memproses


partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah
membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi yang dimana kandungan zat aktif
dalam tablet tinggi, zat aktif memiliki aliran yang buruk dan zat aktif sensitif
terhadap panas dan lembab. (Chaerunisaa. Dkk., 2009; 83-84).

Formulasi pada granulasi kering diantaranya Vitamin C sebagai zat aktif,


Amilum dan Avicel sebagai pengisi, Mg stearat sebagai lubrrikan dan glidan. Mg
stearat dibagi menjadi dua fungsi bahan, yaitu Mg stearat yang pertama untuk
membantu pembentukan granulasi dan penambahan Mg Stearat yang kedua untuk
memperbaiki sifat alir dari granulasi saat dicetak menjadi tablet. Untuk langkah-
langkah oembuatan granulasi kering pertama tama semua bahan ditimbang dan
dicampurkan kecuali Mg stearat yang kedua, pencampuran dilakukan secara
bergulir agar seluruh bahan homogen. Kemudian dicetak menjadi slug dengan
Rotary Single Press dengan kekerasan kurang lebih 4 Kg, selanjutnya direduksi
ukuran slug agar mendapatkan granul. Langkah terakhir diayak deengan mesh 14
agar mendapat ukuran granul yang seragam.

Prosedur selanjutnya yaitu, pencetakan tablet. Sebelum dicetak granulasi


ditambahkan 1% Mg stearat dan dilakukan pencampuran selama 10 menit agar
homogen. Setelah bahan tercampur, masukkan granul ke Hopper dan Rotary
Single Press dan lakukan pencetakan secara manual hingga dapat 10 tablet.
Sepuluh tablet tersebut dimaksudkaj untuk dilakukan pengujian diantaranya,
keseragaman bobot, ukuran tablet, waktu hancur, disolusi dan kekerasan tablet,

29
yang masing-masing pengujian dilakukan sesuai prosedur dan jumlah tablet yang
dibutuhkan. Apabila dalam semua pengujian tablet sudah memenuhi syarat maka
dillanjutkan sisa granul untuk dibentuk tablet.

5.2 Analisa Hasil

Dari 10 tablet yang digunakan untuk evaluasi tablet dari metode granulasi basah
di dapatkan ukuran tablet yang memenuhi rentang antara 200-250 mg sebanyak 2
tablet sedangkan yang lain melebihi rentang, secara umum tablet asam askorbat
memiliki bobot atau dosis 200 mg pada 1 tablet. Ketidakseragam dan
ketidaksesuaian dengan rentang yang diinginkan disebabkan karena punch dan die
dalam keadaan perbaikan jadi mempengaruhi pada bobot dari masing masing
tablet serta mempengaruhi ukuran tablet yang lebih berpengaruh ialah pada
ketebalan tablet saat pencetakan yang dihasilkan sedikit lebih tebal dari
seharusnya. Dan untuk evaluasi terakhir yaitu uji waktu hancur yang dilakukan
dengan 3 kali replikasi dalam ketiga tablet hancur dalam evaluasi dalam wakti 15
menit dalam media aquadest. Waktu hancur yang baiik ialah memiliki waktu
hancur sekitar 10-15 menit. Untuk evaluasi disolusi tidak dilakukan dikaremakam
keterbatasan waktu yang dibutuhkan dalam pengujian dalam disolution tester dan
spektrofotometer UV-Vis.

30
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Granulasi kering yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat.
Selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul).

Uji Quality Control (QC) terhadap tablet adalah: kemampuan alir dan
sudut istirahat, kompresibilitas, kadar air (loss on drying), keseragaman bobot dan
ukuran, waktu hancur, kekerasan rata – rata tekanan, dan friabilitas.

31
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto P., Rakel. 1985. Terapi Mutakhir Conn. Jakarta: EGC.

Ansel, H C; Popovich, N G; Allen, L. J. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan


Farmasi (4th ed.). Jakarta: UI Press.

Ansel, H C; Popovich, N G; Allen, L. J. (1995). Pharmaceutical Dosage Form and


Drug Delivery Systems. Philadelphia: Lea and Febriger.

Aulton. (2002). Pharmaceutical The Science of Dosage Form Design. London:


Charcuil Living Stone.

Banker, S. G., and Anderson, R. N., 1986, Tablet Lachman, C. Lieberman, The
Theory and Practice Of Industri Pharmacy, 3 ed., Les and Febiger, Philadelphia.
643 – 704.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia (3, Ed.). Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia (5th ed.). Jakarta: Depkes RI.

Kibbe, A. H., 2000, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Third Edition, 160,


276-278, 324, Pharmaceutical Press London, United Kingdom and American
Pharmaceutical Association, Washington, D.C.

Parrot, E. . (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics (3th


ed.). Minneapolis: Burgess Publishing Company.

Sheth, B B; Bandelin, F J; Shangraw, R. F. (1980). Compresed Tablet. In


Pharmaceutical Dosage Form (pp. 35–139). New York: Marcel Dekker Inc.

Sheth, B.B., Bandelin, F.J., dan Shangraw, R. . (1980). Pharmaceutical Dosage


Forms Tablets (1st ed.). New York: Marcel Dekker Inc.

32
Sandra Goodman., (1991). Vitamin C : The Master Nutriens. Dalam : Muhilal dan
Komari., (1995). Ester C. Vitamin C Generasi 111. Cetakan ketiga. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, Halaman 96 – 97.

Voigt, R. (1984). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Voigt, R. (1994). Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Wadke, H A; Jacobson, H. (1980). Preformulation Testing. In Pharmaceutical


Dosage Forms: Tablets (p. 45). New York: Marcel Dekker Inc.

33
34

Anda mungkin juga menyukai