Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

2.1.1 Definisi Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet
dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada
desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya,
sedangkan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan
pengisi, bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa dan
bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-
beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Umumnya tablet
digunakan pada pemberian obat secara oral (Ansel, 1989).
2.1.2 Bahan tambahan tablet

Bahan pembantu pembuatan tablet atau eksipien berfungsi untuk membantu


proses penabletan dalam memperbaiki hasil akhir tablet. Eksipien harus netral, tidak
berbau, dan tidak berasa, jika mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984). Bahan tambahan
yang digunakan dalam pembuatan tablet antara lain:

a. Bahan pengisi (diluent)

Bahan pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang ditambahkan ke
dalam suatu formulasi sediaan tablet, bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran
tablet sesuai dengan yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam
pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Berikut ini beberapa zat
pengisi yang sering digunakan: laktosa, laktosa anhidrat, laktosa semprot kering, fast flo
lactose (FFL), starch 1500, dan mikrokristalin selulosa (Siregar, 2010).

b. Bahan pengikat (binder)


Bahan pengikat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk menambah
kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentuk granul
yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau kompak yang
disebut tablet. Beberapa jenis pengikat yang sering digunakan: pati 5-10%, pati
pragelatinisasi 0,5%, starch 1500, gelatin 2-10%, sukrosa 50-75%, akasia 10-25%,
polivinilpirolidon 3-15% (Siregar, 2010).
c. Bahan penghancur (disintegrator)
Bahan penghancur adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan tablet
dengan maksud tablet hancur menjadi bagian-bagiannya apabila berada dalam medium
air. Prinsip kerja bahan penghancur adalah melawan daya tarik bahan pengikat dan
kekuatan fisik tablet sebagai akibat dari tekanan mekanik pada proses kompresi. Makin
kuat kerja bahan pengikat, maka perlu bahan penghancur yang lebih efektif. Pada
pembuatan tablet secara granulasi, terdapat tiga cara dalam penambahan bahan
penghancur yaitu penambahan secara internal, eksternal dan kombinasi eksternal-
internal (Aulton, 2002). Perbedaan antara ketiga cara penambahan tersebut terletak
pada tiga tahapan penambahannya, yaitu:

1) Internal addition, yaitu bahan penghancur ditambahkan pada proses granulasi,


bertujuan untuk menghancurkan granul menjadi partikel penyusun granul.
2) Eksternal addition, yaitu bahan penghancur ditambahkan bersama bahan pelican
pada granul kering yang sudah diayak sebelum penabletan, bertujuan untuk
menghancurkan tablet menjadi granul setelah kontak dengan medium air.
3) Kombinasi eksternal-internal, yaitu bahan penghancur ditambahkan pada proses
granulasi dan sebagian lagi ditambahkan pada granul kering sebelum penabletan,
bertujuan agartablet hancur menjadi granul dan selanjutnya hancur menjadi
partikel-partikel penyusunnya (Aulton, 2002).
d. Bahan Pelicin
Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi
tablet. Bahan pelicin yang umum digunakan adalah kalsium dan magnesium stearat,
karena mereka akan menyebabkan turunnya kekerasan tablet akibat mengecilnya gaya
ikatan dengan terbentuknya lapisan tipis bahan pelicin pada partikel bahan padat
(Voigt, 1984). Bahan pelicin dalam pembuatan tablet dapat berfungsi sebagai berikut:

1) Lubricant, yaitu untuk mengurangi gesekan yangterjadi antara dinding ruang cetak
dengan tepi tablet selama penabletan.
2) Glidant, yaitu memperbaiki sifat alir serbuk atau granul, sehingga lebih mudah
mengalir.
3) Anti adherent, untuk mencegah melekatnya tablet pada die dan pada permukaan
punch(Voigt, 1984).

2.1.3 Metode pembuatan tablet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber-sumber lainnya, terdapat


tiga metode pembuatan tablet sebagai berikut:
a. Granulasi basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Granulasi basah
digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas. Prinsip dari metode
ini adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan
pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula. Metode ini
membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga
bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan
terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana
jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat
bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan
kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa
dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating
granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan
proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali
ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang
akan dibuat. Tahapan dari granulasi basah ini yaitu: Campur kering à Granulasi dengan
penambahan larutan pengikat à Pengeringan à Pengayakan à Campur massa à
Pencetakan. Keuntungan dari metode granulasi basah, yaitu: memperoleh aliran yang
baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan
komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan, dan
meningkatkan kecepatan disolusi. Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu: banyak
tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang
tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat
termolabil dapat menggunakan pelarut non air.
b. Granulasi kering
Granulasi kering sering disebut juga dengan slugging,yaitu memproses partikel
zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan
terhadap panas dan kelembaban. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak
dan diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran awal
bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam
jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut
roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller
compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan
yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini
mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling. Tahapan dari granulasi kering ini yaitu: Campur kering à Pencetakan
menjadi slug à Pengayakan à Campur massa à Pencetakan. Keuntungan dari metode
granulasi kering, yaitu: Peralatan yang digunakan lebih sedikit, baik untuk zat aktif
yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban, dan mempercepat waktu hancur.
Kekurangan dari metode granulasi kering, yaitu: memerlukan mesin tablet khusus untuk
membuat slug, tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam, dan proses banyak
menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
c. Kempresi langsung
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode
ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum sifat zat aktif yang cocok
untuk metode kempa langsung adalah zat aktif yang sifat alirnya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan
kohesifitas dalam massa tablet. Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat
aktif dengan eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik kemudian
dicetak. Tahapan dari kempa langsung cukuplah singkat yaitu: Campur massa à
Pencetakan. Keuntungan dari metode kempa langsung, yaitu: lebih ekonomis karena
validasi proses lebih sedikit, prosesnya lebih singkat sehingga tidak memakan waktu,
tenaga, dan mesin yang banyak, dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan
terhadap panas dan kelembaban, serta waktu hancur dan disolusinya lebih baik.
Kerugian dari metode kempa langsung, yaitu: perbedaan ukuran partikel dan kerapatan
bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul
yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam
tablet, zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung, dan sulit
dalam pemilihan eksipien.
2.1.4 Masalah dalam Pembuatan Tablet

1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang disebabkan
terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang terperangkap saat granulasi,
granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan dies yang tidak
pas(Wade, Ainley; Paul, 1994).
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah
kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya adalah udara yang terjerat dalam
granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau overlubrikasi dengan stearat
(Wade, Ainley; Paul, 1994).
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah
tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet dikompressi pada
kelembapan tinggi(Wade, Ainley; Paul, 1994).
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan kurang
bahan yang dikompresi berminyak atau lengket (Wade, Ainley; Paul, 1994).

5. Fliming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan dengan
titik lebur rendah seperti lemak atau wax. Bisa juga karena punch kehilangan pelicin.
Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan
bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan(Wade, Ainley; Paul,
1994).
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena
tekanan yang berlebih(Wade, Ainley; Paul, 1994).
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup (Wade, Ainley;
Paul, 1994).
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah)(Wade, Ainley;
Paul, 1994).

2.1.5 Kriteria Tablet

Menurut (Wade, Ainley; Paul, 1994), suatu tablet harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku

2.1.6 Evaluasi Tablet

1. Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk untuk
mengalir pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya mengalir dipengaruhi oleh bentuk
partikel, sifat permukaan, ukuran partikel, penambahan bahan pelicin dan kelembaban
granul. Apabila granul mempunyai waktu alir yang baik maka pengisian pada ruang
kempa akan konstan, sehingga sediaan yang dihasilkan mempunyai bobot yang
seragam (Parrot, 1971).

2. Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunanpartikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk,
ukuran dan kelembaban granul. Granul atau serbuk kualitas farmasi mempunyai sudut
diam 25°–45°, sudut yang lebih kecil menunjukkan sifat alir yang baik (Wadke, H A;
Jacobson, 1980).

3. Keseragaman Sifat Fisik Tablet


Keseragaman bobot tablet di tentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan
bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-ratadari semua tablet sesuai syarat yang di
tentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI, 1979). Penyimpangan yang
dipersyaratkan olehFarmakope Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penyimpangan bobot untuk tablet tak bersalut terhadap bobot rata-rata

menurut Farmakope Indonesia edisi III

Penyimpangan Bobot Rata-Rata (%)


Bobot Rata-Rata
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 sampai dengan 150
10 20
mg
151 sampai dengan 300
75 15
mg
Lebih dari 300 mg 5 10
4. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti guncangan, tekanan, dan kemungkinan terjadinya
keretakan tablet pada saat pembungkusan atau pengepakan. Tablet yang baik
mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrot, 1971).

5. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam pengisian dan
guncangan. Besaran yang dipakai adalah persen bobot yang hilang selama pengujian
dengan alat friabilator. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapuhan antara lain
banyaknya kandungan serbuk (finnes). Kerapuhan diatas 1,0% menunjukkan tablet
yang rapuh dan dianggap kurang baik (Parrot, 1971).

6. Daya Serap Tablet


Daya serap tablet merupakan tahap awaldari proses hancurnya tablet. Daya serap
tablet dipengaruhi oleh porositas, ukuran pori, dan kontak sudut dengan pori. Daya
serap tablet diukurdengan liquid uptake apparatus (Van Kamp, 1987).

7. Waktu Hancur Tablet


Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam
medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput
(Depkes RI, 1979).

Tablet harus hancur dan melepaskan obatnya dalam cairan tubuh, jika obat yang
tersedia diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
hancur dari tablet adalah jenis,jumlah obat yang diracik, bahan pembantu yang
ditambahkan, gayapencetakan yang digunakan, kekerasan tablet, sifat fisika kimia
granul (Voigt, 1984).
2.2 Tinjauan Bahan Aktif
2.2.1 Definisi vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen berharga dalam makanan
karena berguna sebagai antioksidan dan mengandung khasiat pengobatan (Sandra
G.,1995).Vitamin C mudah diabsorpsi secara aktif, tubuh dapat menyimpan hingga
1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai 100 mg sehari. Jumlah ini dapat
mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan.Tanda tanda skorbut akan terjadi bila
persediaan di dalam tubuh tinggal 300 mg. konsumsi melebihi taraf kejenuhan akan
dikeluarkan melalui urin ( Almatsier., 2001).
2.2.2 Uraian Bahan AktifVitamin C ( Dirjen POM, 1979 )
a.Struktur kimia :

b. Rumus molekul : C6H8O


c. Berat molekul : 176,13
d. Nama kimia : L-Asam askorbat
e. Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya
lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil diudara, dalam
larutan cepat teroksidasi.
f. Kelarutan: Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzena
g. Stabilitas : Asam askorbat merupakan ester siklik. Dalam larutan air mudah
teroksidasi (reaksinya bolak-balik) membentuk asam dehidro-askorbat (Connors, dkk.,
1986). Asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang
menyebabkan kerusakan seperti suhu, pH, oksigen, enzim, dan katalisator logam
(Andarwulan dan Koswara, 1989).
Asam dehidro-askorbat dapatmengalami hidrolisis lebih lanjut membentuk
produk degradasi yang bereaksi tidak bolak-balik asam diketoglukonat dan asam
oksalat. Asam askorbat juga gampang mengalami degradasi di bawah kondisi an-aerob,
membentuk furfural dan karbon dioksida. Profil laju-pH bagi keduanya baik degradasi
aerob maupun an-aerob akan mencapai maksimal pada sekitar pH 4 (Connors, dkk.,
1986).

Suatu larutan asam askorbat 5% dalam air memiliki pH 2.1-2.6, pH dari 10%
larutan kalsium askorbat dalam air adalah antara 6.8 dan 7.4, dan pH dari larutan
natrium askorbat dalam air antara 7.0 dan 8.0 (Sweetman, 2005). Stabilitas maksimum
terjadi dekat pH 3 dan pH 6. Stabilitas asam askorbat dalam bentuk sediaan padat cukup
baik, asal kelembabannya dikendalikan (Connors, dkk., 1986).

2.2.3 Farmakologi Vitamin C

Beberapa fungsi asam askorbat dipercaya berbuhungan dengan konversi reaksi


reduksi-oksidasinya di dalam jaringan tubuh. Salah satu fungsi vitamin C adalah
sebagai antioksidan. Beberapa zat dalam makanan, didalam tubuh dihancurkan atau
dirusak jika mengalami oksidasi. Sering kali, zat tersebut dihindari dari oksidasi dengan
menambahkan antioksidan. Suatu antioksidan adalah zat yang dapat melindungi zat lain
dari oksidasi dimana dirinya sendiri yang teroksidasi. Vitamin C, karena memiliki daya
antioksidan, sering ditambahkan pada makanan untuk mencegah perubahan oksidatif
(William and Caliendo, 1984).

Vitamin C dengan mudah dapat menangkap spesies oksigen dan nitrogen reaktif,
seperti superoksida, radikal hidroperoksil, dan radikal nitrogen dioksida sehingga
mencegah reaksi kerusakan terhadap biomolekul (Silalahi, 2006). Di dalam tubuh,
vitamin C dapat melindungi asam lemak tak jenuh rantai panjang, vitamin E, dan
vitamin A dari oksidasi. Ini adalah fungsi yang penting karena asam lemak tak jenuh
rantai panjang dan vitamin E adalah komponen esensial untukmempertahankan
keutuhan membran sel (William and Caliendo, 1984).
2.2.4 Farmakokinetik Vitamin C
Vitamin C mudah diabsorpsi dari saluran pencernaan melalui vena portal.
Vitamin ini dengan cepat diistribusikan keseluruh jaringan tubuh, tetapi lebih banyak
terdapat dalam kelenjar adrenal, lensa mata, kelenjar pituitari, otak, limfa, dan pankreas
(William and Caliendo, 1984). Konsentrasi vitamin C lebih tinggi dalam leukosit dan
platelet dibandingkan dalam eritrosit dan plasma darah (Sweetman, 2005). Salah satu
jalur metabolisme vitamin tersebut pada manusia melibatkan pengubahan askorbat
menjadi oksalat dan ekskresi akhirnya didalam urin; dehidroaskorbat diduga merupakan
suatu senyawa antara. Asam askorbat 2-sulfat juga telahdiidentifikasi sebagai salah satu
metabolit vitamin C dalam urin manusia (Gilman, et al, 1996)
2.2.5 Indikasi Vitamin C

1. Scurvy

Scurvy adalah salah satu penyakit langka akibat gangguan nutrisi dan
penyerapan vitamin C sehingga kadar vitamin C di dalam tubuh sangat sedikit. Penyakit
ini menimbulkan kegagalan sintesis kolagen yang menimbulkan resiko osteoporosis dan
pendarahan. Scurvy merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak berumur 6
bulan hingga 1 tahun. Scurvy paling banyak diakibatkan dari faktor perekonomian
keluarga sulit mencukupi kelengkapan vitamin C bagi anak.

2. Gingivitis

Gingivitis merupakan peradangan gusi. Inflamasi menimbulkan pembengkakan


pada gusi menjadi warna kemerahan. Gejala yang ditimbulkan antara lain gusi nyeri
terutama saat menyikat gigi, gusi bengkak hingga menutupi sisi pinggir gigi dekat gusi
atau celah gigi, serta gusi yang sangat mudah berdarah saat menyikat gigi. Napas yang
bau juga tercium pada pasien gingivitis.

3. Suplemen

Tidak hanya bertindak sebagai pengobatan, asam askorbat juga bermanfaat


sebagai suplemen makanan untuk melengkapi kebutuhan makanan sehari-hari terutama
pada anak-anak.
4. Antioksidan

Asam askorbat berguna sebagai antioksidan tubuh dalam mempertahankannya


dari penyait jantung, gangguan sistem saraf, dan mencegah penuaan lebih cepat.

5. Mencegah Flu

Flu disebabkan oleh infeksi virus yang menggangu saluran pernapasan. Asam
askorbat dapat membantu mencegah flu dengan membentuk proteksi dari masuknya
virus influenza ke dalam tubuh.

2.2.5 Kontra Indikasi Vitamin C

Meskipun suplemen asam askorbat mudah sekali ditemukan, tetapi ada beberapa
perhatian khusus yang perlu diketahui sebelum menggunakan asam askorbat

1. Memiliki alergi pada konsumsi vitamin C atau obat-obat lainnya


2. Sedang hamil, menyusui atau memiliki rencana kehamilan
3. Memiliki riwayat batu ginjal
4. Memiliki riwayat penyakit ginjal lainnya
5. Memiliki riwayat defisiensi G6PD

Asam askorbat dinilai tidak memilii efek samping pada obat-obat lainnya selama
diberikan sesuai dosis dan aturan pakai yang tercantum. Interaksi mungkin saja timbul
pada ornag yang mengonsumsi obatan-obatan herbal seperti jamu-jamuan atau
pengobatan tradisional herbal lainnya.

2.2.6 Efek samping Vitamin C

Efek samping dapat ditimbulkan pada pemberian asam askorbat dengan dosis yang
berlebihan. Beberapa efek samping yang dapat muncul antara lain:

1. Diare
2. Mual muntah
3. Nyeri perut
4. Kram perut
5. Berat badan menurun
6. Nyeri saat buang air kecil
7. Demam ringan
8. Menggigil

2.2.7 Mekanisme Vitamin C

Asam askorbat sangatlah larut di dalam air. Memiliki nama kimia L-asam
askorbat yang termasuk dalam kelas vitamin dan mudah berubah warna apabila terpapar
udara. Asam askorbat sangat mudah diserap ke dalam tubuh dan disebarkan ke jaringan
tubuh dan di merabolisme oleh hati.

2.3 TinjauanBahanTambahan

2.3.1 Pati Jagung

Gambar 2.3.1 Struktur Pati Jagung

Nama lain : Pati jagung , maizena , corn starch

Tanaman asal : Zea mays L

Keluarga : Poaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Amilosa dan amilopektin


Penggunaan : Zat tambahan untuk sediaan obat

Pemerian : Serbuk halus , berwarna putih, tidak berbau dan rasa

lemah

Bagian yang digunakan : Pati yang diperoleh dari biji yang masak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Kibbe,2000).

2.3.2Magnesium Stearat

Gambar 2.3.2 Struktur Mg Stearat

Magnesium Stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-


asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat
dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan
tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO.

Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah

melekat di kulit; bebas dari butiran.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Wadah dan
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. (Kibbe,2000).

2.3.3 Avicel

Namaresmi : cellulose, microcrystalin

Nama lain : cellulose gel

RM/BM : C6H10O5/220
Pemerian : adsorben, agen suspense, tablet danbahanpengisikapsul,
penghancur tablet

Kelarutan : 5% w/v dalamNaOH ,sukarlarutdalam air, bahan yang


bersifatasam, danpelarut-pelarutorganik

Suhu : 2600C-2700C (Kibbe,2000).

Anda mungkin juga menyukai