Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II

“FORMULASI GRANUL DENGAN METODA GRANULASI BASAH DAN KERING”

DI SUSUN OLEH :

Syifa Fuadina 11171020000006


Rizqi Nadhirasari 11171020000011
Nurul Aisyah 11171020000022
Retaliya Winanda 11171020000023
An-nisa Patimah Azzahra 11171020000064

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan berkah dan rahmat
bagi umat-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum teknologi sediaan
farmasi 2. Dalam menyusun laporan ini banyak pihak yang terlibat maka dari itu kami
mengucapkan terima kasih pada mereka yang membantu kami.

Banyak hal yang kami peroleh dari praktikum teknologi sediaan farmasi 2. Hal yang kami
peroleh tersebut kami jadikan bahan dalam laporan praktikum ini. Dibutuhkan kerjasama dalam
pembuatan laporan ini. Oleh karena itu kami berusaha untuk bekerjasama agar pembuatan laporan
ini dapat berjalan lancar.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya sehingga
dapat terselesaikan. Kami berharap agar laporan ini bermanfaat dan digunakan sebaik mungkin.

Ciputat, 27 Oktober 2019

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuatan tablet dipengaruhi oleh granul yang menyusunnya. Kerusakan pada tablet
sering menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat konsumen, hal ini menyebabkan sebelum
terjun dalam pemasaran, granul dan tablet yang diproduksi dalam industri harus dilakukan
evaluasi terlebih dahulu. Proses granulasi juga mempengaruhi proses absorbs dan distribusi dari
suatu obat terutama pada tablet dan kapsul. Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut
harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Granulasi adalah pembentukan partikel-
partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut
menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah
dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat
mucilage amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan
freeze dry.
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi
kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya
disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan
terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partkel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif
yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari
netode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi.
Granulasi kering yaitu dicetak, kemudian disaring bongkahannya menjadi granul,
ditambahkan fase luar, setelah itu dicetak kembali menjadi tablet. Tujuan metode granulasi
kering adalah untuk memperoleh granul yang dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet.
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin di granulasi basah karena tidak stabil
atau peka terhadap panas dan tau lembab atau juga tidak mungkin dikempa langsung menjadi
tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas dana tau dosis efektif zat aktif terlalu besar.
Granulasi kering dilakukan pada campuran seluruh ingredient dalam suatu formulasi tablet
tanpa menggunakan cairan penggranul. Granulasi kering dibuat dengan mengempa langsung
seluruh campuran ingredient formula dengan tekanan tinggi menggunakan suatu mesin
pembuat bongkahan (slugging machine) atau mesin kompaktor. Metode granulasi kering
dilakukan dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, setelah
itu memecahkannnya menjadi pecahan-pecahan ataupun granul yang lebih kecil kemudian
dicetak kembali menjadi tablet.

B. Tujuan
1. Dapat menyusun dan mengkaji preformulasi bahan aktif
2. Dapat melakukan prosedur pembuatan granul dengan granulasi basah
3. Dapat menghitung jumlah bahan yang akan digunakan dalam pembuatan satu batch
4. Dapat melakukan evaluasi granul dan menganalisis hasilnya
BAB II

DASAR TEORI

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan


tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikelkecil
membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa,
sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis, ukuran serta
bentuk partikel. Adapun fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan
kompressibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran
seragam yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu,
dan memperbaiki penampakan tablet. Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi dapat
dilewati jika zat aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa. Metode ini disebut kempa
langsung. Metode ini mengurangi lamanya proses pembuatan tablet melalui proses granulasi,
tapi sering timbul beberapa kendala yang disebabkan sifat bahan aktif itu sendiri atau eksipien.
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan proses granulasi basah, granulasi kering atau kempa
langsung.
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi
tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini
dapat dibagi sebagai berikut: Menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi
basah, pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering,
pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi.
Penimbangan dan pencampuran: Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang
diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai denganjumlah yang dibutuhkan untuk
membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan
menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser.
Pembuatan granulasi basah. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan cairan
pengikat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab melalui ayakan yang
ukuran nya sesuai kebutuhan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu
diayak kembali dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi ukuran granul
berikut nya. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu merekatkan granul satu dengan
lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi. Bahan pengikat yang digunakan adalah
10-20% cairan dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam
(seperti akasia) derivat selulosa (metilselulosa, karboksimetilselulosa dan selulosa
mikrokristal), gelatin, dan povidon. Bila diinginkan warna dan rasa dapat ditambahkan ke
dalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi dengan warna dan rasa yang diinginkan.
Penyaringan adonan lembab menjadi granul. Pada umumnya granulasibasah
ditekan melalui ayakan nomor 6 atau 8. Dibuat granul dengan menekankan pada alat yang
dibuat berlubang-lubang.
Pengeringan granul.Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan
sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperatur.Untuk metode terbaru untuk pengeringan
sekarang ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed dryers.Pada metode ini granul
dikeringkan dalam keadaan tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan udara yang hangat.
Penyaringan kering. Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melaluiayakan dengan
lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Ukuran granul
dihaluskan tergantung pada ukuran punch yang akandipakai dan tablet yang akan diproduksi.
Semakin kecil tablet yang akandiproduksi semakin halus granul yang dipakai, biasa nya
menggunakan ayakanukuran 12-20.
Pelinciran atau lubrikasi. Jumlah pelincir yang dipakai pada pembuatantablet mulai
dari 0,1% berat granul sampai 5%. Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet kompresi;
mempercepat aliran granul dalam corong kedalam rongga cetakan, mencegah melekat nya
granul pada punch dan cetakan, mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika
tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi.
Pencetakan tablet. Mesin tablet berputar (rotary) dengan kecepatan tinggimempunyai
banyak punch dan die (cetakan) dapat menyisihkan mesin tablettunggal, karena punch berputar
secara terus menerus maka pencetakan tablet berlangsung secara terus menerus pula. Mesin
tablet tunggal biasanya berkapasitas 100 tablet per menit sedangkan mesin tablet rotary dengan
16 tempat (16 set punch dan die) dapat memproduksi 1150 tablet per menit (Ansel, 1989).
Keuntungan granulasi basah :
1. Dapat digunakan untuk tablet dengan sistem pelepasan zat aktif terkendali.
2. Mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan keseragaman
kandungan yang baik.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit dikompres

4. Meningkatkan atau memperbaiki distribusi keseragaman kandungan.

5. Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut dan dosis kecil.

6. Dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas serbuk dengan penambahan bahan


pengikat.

7. Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari serbuk).

8. Memperoleh aliran yang lebih baik.

Kekurangan/kerugian granulasi basah :


1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
2. Zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode ini.
3. Membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu yang banyak.
4. Memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke unit proses lainnya.
Tujuan metode granulasi kering adalah untuk memperoleh granul yang dapat mengalir bebas
untuk pembuatan tablet. Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi
basah, karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan lembab atau tidak mungkin dikempa
langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas dan dosis efektif zat aktif
terlalu besar untuk kempa langsung (Siregar, 2010).
Dalam metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya masa
yang jumlah nya besar dapat dibentuk.Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat
diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang tinggi (Ansel, 1989).
Keuntungan granulasi kering :
1. peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
2. cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
3. tahap pengerjaan tidak terlalu lama
4. biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
5. mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan pengikat
Kerugian/kekurangan granulasi kering :
1. Pada proses granulasi kering ini memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
(mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat).
2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
4. Keseragaman kandungan lebih sulit untuk dicapai.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat
1. Baskom 7. Penggaris 13. Sarung tangan
2. Wadah 8. Oven dan masker
3. Sendok dan 9. One punch 14. Compressor
spatula 10. Ayakan nomor 15. Gelas ukur
4. Timbangan 12,14 dan 16 compressor
analitik 11. Kertas 16. Cawan
5. Corong millimeter 17. Mortar dan alu
6. Statis dan klep 12. Mesin sieving

B. Bahan
 Granulasi basah
Formula @250 mg 500 tablet
1. Isoniazid = 210 mg = 210 x 500 = 105 gram
2. Amilum = qs = 30 mg x 500 = 15 gram
3. Gelatin 2% = 5 mg x 500 = 2,5 gram
4. Aquadest = 1/5 fase dalam = 24,5 gram
5. Magnesium stearate = 1% = 2,5 x 500 = 1,25 gram
6. Talkum = 1% = 2,5 x 500 = 1,25 gram
 Granulasi kering
1. Maltodekstrin 20 gram
2. Magnesium stearate 0,5 gram
3. Talkum 1 gram
4. Avicel 78,5 gram

C. Prosedur Kerja
 Granulasi basah
1. Pencampuran 1 : isoniazid dan amilum menghasilkan M1
Parameter yang dikendalikan : waktu, teknik pencampuran
2. Pencampuran 2 : pengikat larutan gelatin dan M1
Parameter yang dikendalikan : waktu, teknik pencampuran
3. Pembuatan granulasi dengan ayakan no 12
4. Pengeringan
Parameter yang dikendalikan : suhu, kelembaban ruangan dan waktu
5. Evaluasi granul : waktu alir, sudut istirahat, kadar lembab, distribusi ukuran partikel
 Granulasi kering
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Semua bahan dicampurkan ke dalam wadah lalu dicampur hingga merata
4. Kemudian campuran bahan dimasukkan ke alat untuk dilakukan slugging
5. Setelah dislugging, tablet yang terbentuk dihancurkan (jangan digerus) kemudian
diayak
6. Lakukan poin 4 dan 5 hingga 3 kali
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
 Granulasi basah
1. Uji waktu alir
2. Uji kadar air
3. Uji kompresibilitas

4. Uji distribusi ukuran partikel


- Pada ayakan no.12 didapatkan hasil sebanyak 24,9 gram
- Pada ayakan no.14 didapatkan hasil sebanyak 19,14 gram
- Pada ayakan no.16 didapatkan hasil sebanyak 4,64 gram
- Pada ayakan no.18 didapatkan hasil sebanyak 7,3 gram
- Pada ayakan no.20 didapatkan hasil sebanyak 10,99 gram
- Pada wadah yang didapat dari hasil keseluruhan no.mesh yaitu 33,22 gram

 Granulasi kering
Serbuk sebelum digranulasi = 94,5863 gram
Berat granul yang diperoleh (slugging 3 siklus) = 94,5861

B. Pembahasan
 Granulasi Basah

Formulasi Granulasi Basah 500 tablet @250 mg


Bahan Penimbangan Fungsi
Isoniazid (INH) 210 mg 210 x 500 = 105 g Bahan Aktif
Amilum q.s 30 mg x 500 = 15 g Pengisi
Gelatin 2% 5 mg x 500 = 2,5 g Pengikat basah (Adhesive)
Aquades 1/5 fase dalam = 1 g Pelarut gelatin
Mg Stearat 1% 2,5 x 500 = 1,25 g Pelincir
Talkum 1% 2,5 x 500 = 1,25 g Pelincir

Pada praktikum kali ini, dilakukan proses pembuatan tablet dengan menggunakan
metode granulasi basah. Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan pegikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode granulasi
basah dipilih karena bahan aktif yang digunakan adalah isoniazid karena memiliki sifat
tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya metode granulasi basah digunakan untuk zat
aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompressibilitasnya tidak baik.
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet berupa fase dalam
dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi, Lalu dicampurkan dengan fase luar untuk
kemudian di cetak menjadi tablet.
Pembagian fase luar dan fase dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat.
Fase dalam biasanya terdiri dari zat aktif, zat pengisi, dan zat pengikat yang tahan terhadap
suhu tinggi dalam waktu lama karena pada proses pembuatan granulasi basah, pemanasan
dalam oven untuk menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul. Fase luar adalah
zat eksipien yang berfungsi untuk membantu proses pengempaan tablet, yaitu zat pelincir
dan zat eksipien lain yang bersifat tidak tahan terhadap pemanasan dalam waktu yang lama.

Pada formula diatas, INH atau Isoniazid sebagai zat aktif dengan efek farmakologis
sebagai zat antituberkulosis dan antiinfeksi. INH dimasukkan ke fase dalam karena stabil
dalam pemanasan yang lama (Farmakope IV, 1995).
Amilum merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai pengisi. Fungsi
sebagai pengisi untuk menambah massa tablet yang akan dicetak dan fungsi sebagai
pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi sehingga dapat tercampur dengan
homogen. Gelatin dapat digunakan sebagai zat pengikat pada pencampuran dengan
aquades hangat. secukupnya.
Talkum dan magnesium stearat (Mg Stearat) adalah zat tambahan fase luar yang
berfungsi sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh
tempat cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu
pelincir dapat memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji
friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase
luar untuk memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan
ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talkum ditambahkan sebanyak 1-
10% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5% (HOPE, 2009). Pada
praktikum ini digunakan talkum 1% dan magnesium stearat 1%, penambahan dilakukan
dengan konsentrasi yang kecil sehingga kadarnya sedikit, hal ini dikarenakan jumlah
pelincir yang banyak dapat menyebabkan tablet terlalu keras sehingga sulit hancur dan sulit
terlarut serta sulit dimetabolisme didalam tubuh.
Untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, hal yang pertama yang
harus dilakukan adalah menggranulasi fase dalam dari formula diatas. Fase dalam biasanya
terdiri dari zat aktif, pengisi dan pengikat. Gelatin yang digunakan sebagai pengikat dibuat
dalam konsentrasi 2% dengan cara 2,5 g gelatin ditimbang dan dilarutkan dalam 1 g air
panas hingga terbentuk suatu mucilago.
Selanjutnya, Isoniazid sebagai zat aktif dan amilum sebagai pengisi, dicampurkan
dengan gelatin hingga terbentuk suatu massa yang homogen. Penambahan gelatin harus
dilakukan dengan hati-hati dan secara perlahan, karena apabila gelatin yang digunakan
terlalu banyak akan menyulitkan proses granulasi dan pada akhirnya tablet yang dihasilkan
akan sangat keras dan waktu hancur nya akan sangat lama.
Selanjutnya, massa campuran tadi dilewatkan pada mesh atau ayakan dan diberi tekanan
agar terbentuk suatu granul sehingga luas permukaannya meningkat dan proses
pengeringan berjalan dengan lebih cepat. Ukuran mesh yang digunakan biasanya mesh
no.16. Namun pada praktikum kali ini mesh yang digunakan yaitu mesh no. 12. Granul
yang terbentuk, selanjutnya dikeringkan dengan cara dimasukan ke dalam oven pada suhu
105 0C selama 30 menit. Setelah proses pengeringan selesai, granul kemudian di masukan
kembali ke dalam mesh dan diayak dengan menggunakan ayakan yang ukuran nya lebih
kecil. Pada praktikum kali ini mesh yang digunakan yaitu mesh No. 20. Pengayakan ini
bertujuan agar ukuran granul menjadi lebih homogen.
 Granulasi Kering
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini
biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat
tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan hasil praktikum, granul yang didalamnya terdapat zat aktif isoniazid
memiliki sifat alir ….. dan kadar air sebesar 0,08%.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : F. Ibrahim. Edisi ke-4. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Churchill Livingstone Inc,
New York.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan.
Jakarta.
Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient.
6th Edition. Pharmaceutical Press. London
LAMPIRAN

Pembuatan granulasi basah

Pengujian granul
Pembuatan granulasi kering

Anda mungkin juga menyukai