Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

MATA KULIAH KOSMETOLOGI

NAMA : Nurul Aisyah

NIM : 11171020000022

KELAS : AC 2017

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

MARET/2020
PERBEDAAN OBAT DENGAN KOSMETIK

KOSMETIK OBAT
Sediaan atau paduan bahan yang siap untuk Sediaan dari zat/bahan alami maupun
digunakan pada bagian luar tubuh (epidermis, sintetis yang dengan jumlah tertentu dan
rambut, kuku, bibir, dan bagian organ penggunaan tepat dimaksudkan untuk
kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk pengobatan penyakit atau memelihara
membersihkan, menambah daya tarik, kesehatan.
mengubah penampilan, dan untuk
memelihara tubuh pada kondisi baik.
Tidak dimaksudkan untuk Digunakan untuk pengobatan penyakit dan
pengobatan/penyembuhan penyakit. pemeliharaan kesehatan.
Tidak mampu menembus dermis dan Mampu menembus dermis dan di absorpsi
terabsorpsi di pembuluh darah. di pembuluh darah.

TUJUAN PENGGUNAAN KOSMETIK

Untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi


supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

PENGGOLONGAN KOSMETIK

 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 preparat.


1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.
5. Preparat rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan lain-lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dan lain-lain.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan

lain-lain.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.


13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunsreen foundation, dan

lain-lain.

(Tranggono, 2007: 7)

 Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.

2. Kosmetik tradisional:

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah

menurut resep dan cara yang turun temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.

c. Hanya nama tradisional saja, tanpa komponen yang benar-benar tradisional, dan diberi
zat warna yang menyerupai bahan tradisional.

 Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit:

1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing


milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizer cream, night


cream, anti wrinkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun
block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya scrub cream
yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas.

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)


Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan
penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti
percaya diri. Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar.
Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua golongan, yaitu:

a. Kosmetik dekoratifyang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian


sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye-shadow, dan lain-lain.

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru
luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan lain-lain.

(Tranggono, 2007: 8)

 Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta maksud evaluasi, produk kosmetik dibagi
menjadi dua golongan:

1. Kosmetik golongan I adalah:

a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi.

b. Kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut.

c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan

penandaan.

d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim dan

serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.

2. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk ke dalam

golongan I.

EFEK SAMPING KOSMETIK

a. Efek pada kulit

kosmetika pemutih yang mempunyai efek positif yaitu menjadikan kulit lebih cerah atau
putih seperti yang diinginkan dan mempunyai efek negatif yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kerusakan kulit seperti kulit meradang atau terkelupas apabila
penggunaannya kurang berhati-hati atau tidak sesuai dengan petunjuk penggunannya.
b. Efek akibat zat kimia yang terkandung.

1. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) and Ammonium Lauryl Sulfate (ALS)


SLS dan ALS dapat menyebabkan iritasi kulit yang hebat dan kedua zat ini dapat
dengan mudah diserap ke dalam tubuh. Setelah terserap, endapan zat ini akan terdapat
pada otak, jantung, paru paru dan hati yang akan menjadi masalah kesehatan jangka
panjang. SLS dan ALS juga berpotensi menyebabkan katarak dan menganggu
kesehatan mata.
2. Bahan pengawet paraben.
Zat ini dapat menyebabkan kemerahan dan reaksi alergi pada kulit serta dapat memicu
kanker.
3. Propilen glikol
Zat ini dapat menyebabkan kemerahan pada kulit dan dermatitis kontak. Studi terakhir
juga menunjukan bahwa zat ini dapat merusak ginjal dan hati.
4. Isopropyl alcohol
Zat ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak lapisan asam kulit sehingga
bakteri dapat tumbuh dengan subur. Disamping itu, alkohol juga dapat menyebabkan
penuaan dini.
5. DEA (Diethanolamine), TEA (Triethanolamine) and MEA (Monoethanolamine)
Bahan bahan berbahaya ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan penggunaan jangka
panjang diduga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal dan hati.
6. Aluminium
Aluminium diduga berhubungan dengan penyakit pikun atau Alzheimer‟s.
7. Minyak mineral
Minyak ini akan melapisi kulit seperti mantel sehingga pengeluaran toksin dari kulit
menjadi terganggu. Hal ini akan menyebabkan terjadinya jerawat dan keluhan kulit
lainnya.

EFEK SAMPING OBAT

Efek samping obat merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat
dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh. efek samping tidak dapat
dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin
dengan menghindari faktor-faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui. Berikut
pengelompokkan efek samping obat:

1. Efek Samping Yang Dapat Diperkirakan


a. Efek farmakologik yang berlebihan
Disebut juga dengan efek toksik yang disebabkan karena dosis relatif yang terlalu
besar, perbedaan respon kinetik maupun dinamik.efek samping jenis ini biasa ditemui
pada pengobatan dengan depresansia susunan saraf pusat, obat-obat pemacu jantung,
antihipertensi, hipoglikemia/antidiabetik. Contoh: bradikardia pada pasien yang
menerima digoksin dengan dosis yang tinggi, palpitasi pada pasien asma karena dosis
teofilin yang terlalu tinggi, dsb.
b. Respon karena penghentian obat
Gejala putus obat (withdrawal syndrome) adalah munculnya kembali gejala
penyakit semula atau reaksi pembalikan terhadap efek farmakologik obat. Reaksi ini
terjadi karena selama pengobatan telah berlangsung adatptasi pada tingkat reseptor.
Contoh: agitasi ekstrim, takikardi, rasa bingung, derilium, dan konvulsi yang mungkin
terjadi pada penghentian pengobatan dengan depresansia susunan saraf pusat seperti
barbiturat, benzodiazepin, dan alkohol; gejala putus obat karena narkotika, dsb.
c. Efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama
Efek-efek ini umumnya dalam derajat ringan namun nagka kejadiannya cukup
tinggi. Contoh: rasa kantuk setelah pemakaian obat antihstamin; iritasi lambung, mual
dan muntah pada obat kortikosteroid, analgetika, teofilin, ertiromisin, rifampisin, dsb.
2. Efek Samping Yang Tidak Dapat Diperkirakan
a. Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat dikenali berdasarkan sifat-sifat khasnya, yaitu: gejalanya sama
sekali tidak sama dengan efek farmakologiknya, seringkali terdapat tenggang waktu saat
kontak pertama obat dengan timbulnya efek, reaksi hilang bila obat diberhentikan, gejala
yang dapat dinilai sebagai reaksi imunologik seperti ruam kulit, serum sickness,
anafilaksis, asma, utikaria, angio-derma, dsb.
b. Reaksi karena faktor genetik
Sebagai contoh, seseorang yang mempunyai kekurangan enzim G6DP mempunyai
potensi untuk menederita anemia hemolitika akut pad pengobatan dengan primakuin,
sulfonamid, dan kinidin.
c. Reaksi idiosinkratik
Istilah idiosinkratik digunakan untuk menunjukkan suatu kejadina efek samping
yang tidaklazim, tidak diharapkan atau aneh, atau tidak dapat diperkirakan mengapa bisa
terjadi. Contoh: kanker pelvis ginjal yang dapat diakibatkan pemakaian analgetika secara
serampangan, obat-obat imunosupresi dapat memacu terjadinya tumor limfoid, dsb.

Faktor-faktor yang dapat mendorong terjadinya efek samping obat, yaitu faktor bukan
obat dan faktor obat. Faktor bukan obat contohnya umur, jenis kelamin, genetik,
kecenderungan alergi, penyakit, sikap,kebiasaan hidup, pencemaran oleh antibiotika.
Sedangkan faktor obat contohnya sifat dan potensi obat, pemilihan obat, cara penggunaan obat,
interaksi antar obat.

Agar kejadian efek samping dapat ditekankan serendah mungkin, dianjurkan untuk melakukan:

- Menulusuri riwayat rinci mengenai pemakaian obat sebelum pemeriksaan


- Menggunakan obat hanya untuk indikasi yang jelas, dan bila tidak ada alternatif non-
farmakoterapi
- Memberikan perhatian khusus terhadap dosis dan respon pengobatan pada pasien bayi, usia
lanjut, yang menderita gangguan ginjal, jantung, dan hepar.
DAFTAR PUSTAKA

Tranggono, Latifah. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2007

Lina Pangaribuan, 2017, Efek Samping Kosmetik dan Penangannya Bagi Kaum Perempuan Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera Vol.15 PUSDIBANG-KS UNIMED

Santoso, B, Suryawati, S. & Dwiprahasto, I. (eds) 1987 Efek Samping Obat, edisi I. Laboratorium
Farmakologi

Anda mungkin juga menyukai