Disusun Oleh:
NURUL AISYAH
11171020000022
Farmasi 2017 A
13 Inkompatibilitas Larutan NaCl encer bersifat korosif terhadap zat besi. Dapat
membentuk endapan dengan garam perak, timah dan
merkuri. Zat pengoksidasi kuat membebaskan klorin dari
larutan NaCl yang diasamkan. Kelarutan metilparaben
pengawet antimikroba berkurang dalam larutan NaCl dan
viskositas gel karbomer dan larutan hidroksietil selulosa atau
hidroksipropil selulosa dikurangi dengan penambahan NaCl
(HOPE Ed 6 hal 639)
14 Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI V hal 917)
15 Analisis kualitatif Analisis kualitatif :
& kuantitatif - Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Natrium cara A
dan B, dan Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum
Analisis kuantitatif :
- Keasaman atau kebasaan : larutan ditambahkan air bebas
karbon dioksida P dan indikator pH biru bromotimol LP.
Jika larutan berwarna kuning, membutuhkan NaOH untuk
menghasilkan warna biru. Jika larutan berwama biru atau
hijau, membutuhkan HCl untuk menghasilkan warna
2. Kalium Klorida (KCl)
Kalium Kiorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100,5% KCI, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
1 Nama Kimia Potassium Chloride (Pubchem)
2 Rumus Molekul KCl (Pubchem)
3 Struktur Kimia
4 BM 74,55 (FI V hal 594)
5 Pemerian Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus, atau serbuk
granul putih; tidak berbau; tidak berwama; rasa asin; stabil di
udara; lanutan bereaksi netral terhadap lakmus (FI V hal 594)
6 Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol (FI V hal
594)
7 pH kelarutan Mudah larut dalam air dengan kisaran pH 4,0-8,0 pada 25°C
(Potassium Chloride Injevtion Product Monograph)
8 pH stabilitas pH range 7 (Pubchem)
9 Titik didih Menyublim pada 1500°C (Pubchem)
10 Titik leleh 770°C (Pubchem )
11 Stabilitas - Stabilitas terhadap suhu : stabil pada suhu ruang (15-
30°C) (Plumb’s Veterinary Drug Handbook)
- Stabilitas terhadap cahaya : Stabil (HOPE Ed 6 hal 572)
- Stabilitas terhadap udara : Higroskopik (Pubchem)
2. FORMULA SATANDAR
3. DATA EKSIPIEN
5. Aqua pro injeksi
6. PERHITUNGAN TONISITAS
Konsentrasi Elektrolit
Nama Bahan Jumlah
Sodium 131 mmol/l
Potassium 5 mmol/l
Calsium 2 mmol/l
Chloride 111 mmol/l
Lactat 29 mmol/l
Sumber: https://www.medicines.org.uk/emc/product/1812/smpc#PACKAGE
Perhitungan Tonisitas berdasarkan rumus penurunan titik beku:
Nilai penurunan titik beku masing-masing zat adalah :
Na Laktat 0,31
NaCl 0,576
KCl 0,439
CaCl2.2H2O 0,3
8. PERHITNGAN BAHAN
Penimbangan Bahan
Perhitungan
Bahan Penimbangan
Volume Akhir Bahan + 5%
3.1 g x 1300 ml
Na Laktat =8.06 g 8.06g + 5% = 8.463g 8.463 gram
500 ml
6 g x 1300 ml
NaCl =15.6 g 15.6g + 5% = 16.38 g 16.38 gram
500 ml
0,3 g x 1300 ml
KCl =0,78 g 0,78g + 5% = 0,819 g 0,819 gram
500 ml
0,2 g x 1300 ml
CaCl2.2H2O =0.52 g 0.52g + 5% = 0,546 g 0,546 gram
500 ml
1300 ml – (8.463 +16.38 +0,819 +0,546) =
Aquadest 1274 ml
1273,792≈ 1274 ml
Sterilisasi Alat :
Sterilisasi Bahan :
2. Mencuci Tangan
Tiap personel yang masuk ke area pembuatan obat hendaklah menggunakan sarana
mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi sesuai
prosedur mencuci tangan sebelum menggunakan baju kerja untuk area bersih (Badan
POM RI, 2013). Cuci tangan secara menyeluruh di sarana cuci tangan yang disediakan
dengan menggunakan sabun cair yang disediakan. Gunakan sikat yang disediakan bila
sela-sela kuku kotor. Sikat sela-sela kuku sampai bersih. Kuku harus pendek pada waktu
cuci tangan.
Buka Bungkus Pembersih Kuku
Cuci tangan dari ujung jari hingga siku dengan air mengalir
Ambil sabun antiseptic dan oleskan pada tangan, dari ujung jari hingga siku
Sikat kuku dengan pembersih kuku hingga bersih
Bersihkan sela-sela jari, punggung dan telapak tangan sampai bersih
Bersihkan pergelangan tangan hingga siku sampai bersih
Bilas tangan, satu tangan hingga bersih, baru tangan berikutnya
Biarkan air menetes dari siku
Keringkan tangan dengan blower atau dengan tissue
Pastikan posisi siku berada lebih rendah dari pergelangan tangan
Atur kembali lengan baju seperti seharusnya, gunakan tissue untuk melapisi tangan
Pastikan untuk tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi
11. WADAH
Wadah
Panas basah: Untuk sterilisasi panas basah, spora dan strain Bacillus stearothermophilus
tersedia secara komersil sebagai indikator biologik dan sering digunakan.
Mikroba pembentuk spora lain yang tahan pemanasan seperti Clostridium
sporogenes, Bacillus subtilis, dan Bacillus coagulans juga telah digunakan
dalam pengembangan dan validasi proses sterilisasi panas basah.
Panas kering: Untuk stenilisasi panas kering, spora Bacillus subtilis spp. dapat digunakan
untuk validasi. proses. Selama validasi proses stenilisasi panas kering,
pengkajian depirogenasi endotoksin biasanya dilakukan sebagai pengganti
dari pengkajian inaktifasi mikroba selama penentuan sikius stenilisasi
karena kecepatan inaktifasi endotoksin tersebut lebih lambat dibandingkan
kecepatan inaktifasi spora Bacillus subtilis. Pada praktek penununan titer
endotoksin oleh 3 log atau lebih akan berakibat dalam proses yang juga
mencapai probabilitas unit nonsteril lebih rendah dan 10-6.
Radiasi ionisasi: Spora Bacillus pumilus telah digunakan untuk memantau proses sterilisasi
menggunakan radiasi ionisasi, akan tetapi hal mi tidak praktis. Metode
pengaturan dosis radiasi yang tidak menggunakan indikator biologik telah
digunakan secara luas untuk melakukan proses radiasi. Disamping itu
"bioburden" mikroba tertentu dapat menunjukkan resistensi yang lebih
besar terhadap radiasi dibandingkan Bacillus pumilus.
Etilen oksida: Untuk stenilisasi etilen oksida, biasa digunakan spora sub spesies Bacillus
subtilis (Bacillus subtilis var. niger). Sistem indikator biologik yang sarna
pada umumnya digunakan apabila etilen oksida 100% atau etilen oksida
yang berbeda dan sistem pembawa gas digunakan sebagai pensteril.
3. Uji biologi
Uji biologi in vitro dilakukan menurut prosedur seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi, In Vitro. Komponen-komponen yang memenuhi persyaratan uji in vitro tidak perlu
menjalani uji lanjutan. Tidak dilakukan pengujian terhadap jenis plastik. Bahanbahan yang
tidak memenuhi persyaratan uji in vitro tidak sesuai untuk wadah sediaan obat. Jika
digunakan plastik dan polimer lain yang harus memenuhi syarat Uji Reaktivitas Biologi, In
Vitro, lakukan pengujian in vivo khusus pada Uji KlasfIkasi Plastik dalam Uji Reakiivitas
Biologi, In Vivo.
4. Uji fisikokimia plastik dan ekstraknya
Parameter uji: Larutan uji Dari contoh plastik homoen jumlah luas permukaan setara dengan
120 cm (kedua sisi permukaan digabungkan), gunakan untuk tiap 20,0 ml
Media Ekstraksi, dan dipotong menjadi bentuk pita dengan lebar Iebih kurang
3 mm dan panjang lebih kurang 5 cm. Masukkan ke dalam gelas ukur 250 ml
terbuat dari kaca Tipe I, bersumbat kaca dan tambahkan Iebih kurang 150 ml
Air murni. Kocok lebih kurang 30 detik, buang cairan dan ulangi pencucian.
Ekstrak Larutan Uji Masukkan Larutan uji ke dalam labu yang sesuai, dan
tambahkan sejumlah Media ekstraksi yang dibutuhkan. Ekstraksi dengan
pemanasan dalam tangas air pada suhu yang ditetapkan untuk Media ekstrak.i
selama 24 jam. Dinginkan, tetapi tidak di bawah 20°. Pipet 20 ml ekstrak ke
dalam wadah yang sesuai. [Catatan Gunakan bagian mi dalam uji untuk
Kapasitas Dapar.] Enaptuangkan dengan segera sisa ekstrak ke dalam labu
yang sesuai dan segel.
Residu tidak menguap: Pipet 50 ml Ekstrak Larutan Uji ke dalam krus yang sudah ditara
(lebih baik krus leburan silika yang sudah dicuci dengan asam), dan
uapkan bahan mudah menguap di atas tangas uap. Dengan cara yang
sama uapkan 50,0 ml Blangko dalam krus ke dua. [Catatan Jika
diperkirakan residu berminyak, amati krus secara berulang selama
periode penguapan dan pengeringan, dan kurangi pernanasan jika
minyak cenderung merambat sepanjang dinding krus.] Keringkan
pada suhu 105 0 selama 1 jam: perbedaan antara jumlah yang
diperoleh dari Ekstrak Larutan Uji dan Blangko tidak lebih dari 15
mg.
Sisa pemijaran: [Catatan Uji mi tidak diperlukan jika Residu Tidak Menguap tidak lebih dan 5
mg]. Lakukan penetapan terhadap residu yang diperoleh dari Ekstrak
Larutan Uji dan Blangko pada Residu Tidak Menguap. Jika perlu,
tambahkan asam sulfat P volume sama ke dalam masing-masing krus:
perbedaan antara jumlah residu pada pemijaran yang diperoleh dari Ekstrak
Larutan Uji dan Blangko tidak lebih dari 5 mg.
Logam Berat: Tidak lebih dari 1 bpj dalam ekstrak. Pipet 20 ml Ek.strak Larutan Uji, saring
jika perlu, ke dalam satu dari dua tabung pembanding warna 50 ml yang
sesuai. Atur pH hingga antara 3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 1
N atau amonium hidroksida 6 N, gunakan kertas pH, encerkan dengan air
hingga lebih kurang 35 ml, dan campur.
Pipet 2 ml Larutan timbal baku seperti tertera pada Logam berat <371> ke
dalam tabung pembanding warna kedua, dan tambahkan 20 ml Blangko. Atur
pH hingga antara 3,0 clan 4,0 dengan penambahan asam asetat glasial 1 N
atau amonium hidroksida 6 N, gunakan kertas pH, encerkan dengan air
hingga lebih kurang 35 ml, dan campur. Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 1,2 ml tiosetamida LP dan 2 ml dapar asetat pH 3,5 seperti tertera
pada Logam berat <371>, encerkan dengan air hingga 50 ml, dan campur:
warna cokiat yang dihasilkan dalam waktu 10 menit dalam tabung yang berisi
Ekstrak Larutan Uji tidak melebihi dari tabung yang benisi Larutan timbal
baku diamati vertikal pada permukaan putih.
Kapasitas Dapar: Kumpulkan 20 ml Ekstrak Larutan Uji, titrasi dengan asam klonida 0,010 N
LV atau natrium hidroksida 0,010 N LV tergantung keperluan. Titik akhir
diamati secara potensiometnik hingga pH 7,0. Lakukan penetapan 20,0 ml
Blangko dengan cara yang sama: jika diperlukan pentiter yang sama untuk
uji dan blangko, maka perbedaan antara dua volume tidak lebih dan 10,0
ml dan jika asam diperlukan untuk uji atau untuk blangko diperlukan
alkali, jumlah kedua volume yang dibutuhkan tidak lebih dari 10,0 ml.
5. Permeasi kelembapan Wadah Satuan Ganda dan Wadah Dosis Satuan untuk Cairan
Prosedur Pilih: 12 botol dengan ukuran dan tipe seragam, bersihkan permukaan segel dengan
kain bebas serat. Pastikan setiap botol dengan 1 penutup ulir (jika digunakan)
atau penutup. Beri nomor setiap wadahsistem penutup dan catat bobot tara.
Buka penutup dan isi 10 botol dengan air sampai penuh dengan menggunakan
pipet. Isi 2 wadah yang lain dengan manik-manik gelas dengan bobot setara
dengan wadah yang diisi air. Pastikan botol dengan segel dan gunakan
penutup. Jika menggunakan penutup sekrup, gunakan tenaga putaran dalam
rentang kerapatan yang tertera pada Tabel 1. Simpan semua wadah bersegel
pada suhu 25°±2° dan kelembaban relatif 40±2%. Setelah 336±1 jam (14
han), catat bobot masing-masing wadah. Hitung laju permeasi nap air, dalam
persen kehilangan bobot air per tahun untuk setiap botol yang digunakan
dengan rumus:
Menurut Farmakope Indonesia edisi V, 2014 Jumlah bahan dalam batch pada sediaan
parenteral volume kecil yang berjumlah lebih dari 500 wadah, sediaan yang diuji 2% atau 20
wadah diambil yang lebih kecil. Sediaan yang dibuat perbatchnya adalah 2000 wadah, sediaan
yang diuji sterilitasnya sebanyak 20 wadah
Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan farmakope yang
dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi
mikroba ditemukan dalam sampel di bawah kondisi pengujian.
B. Volume pengujian
Menurut Farmakope Indonesia edisi V, 2014 Jumlah untuk sediaan yang memiliki
volume 1-40 ml adalah ½ isi tiap wadah, tetapi tidak kurang dari 1 ml. Sediaan yang dibuat
bervolume 1 ml. Lebih baik untuk menguji jumlah sediaan yang diuji mengikuti persyaratan
pada nomor 1, yaitu jika larutan kurang dari 1 ml, seluruh isi tiap wadah digunakan untuk
pengujian. Pada kasus ini, menggunakan volume 1 ml untuk diuji.
3. Uji Kebocoran
Dilakukan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan. Untuk cairan bening tidak berwarna, wadah takaran tunggal yang masih
panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah
yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar
dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk cairan
yang berwarna, lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas
saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah.
4. Uji Kejernihan
Uji kejernihan dilakukan untuk memastikan bahwa setiap larutan obat jernih dan bebas
pengotor. Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari
samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar
belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna.
5. Uji Sterilitas
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi yang sesuai,
ambil isi secara aseptik.
Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring
dari 2 rakitan penyaring, lewatkan segera tiap spesimen mealui penyaring dengan bantuan
pompa vakum/ tekanan.
xSecara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi setengah
bagian ( jika hanya menggunakan satu ). Celupkan membran atau setengah bagian
membran kedalam 100 ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari.
Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL). Teknik pengujian dengan
menggunakan jendal gel dan fotometrik. Teknik Jendal Gel pada titik akhir reaksi dibandingkan
langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin yang dinyatakan dalam unit endotoksin
FI. Teknik fotometrik (metode turbidimetri) yang didasarkan pada pembentukan kekeruhan.
Hasilnya bahan memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin tidak lebih dari yang ditetapkan pada
masing-masing monografi
Uji ini dapat digunakan untuk semua injeksi volume kecil yang dikemas dalam wadah beretiket,
yang dinyatakan berisi 100 ml atau kurang, dosis tunggal atau ganda, sebagai larutan atau larutan
hasil rekontitusi zat padat steril, apabila pada masing masing monografi dicantumkan batas
bahan partikulat. Interprestasi hasil ( FI V <751>, hal 1494-1504)
Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung yang memiliki
diameter ≥10 μm ≤ 6000 dan yang memiliki diameter ≥25 μm ≤ 600 per wadah.
Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung yang memiliki
diameter ≥10 μm ≤ 3000 dan yang memiliki diameter ≥25 μm ≤ 300 per wadah.
Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, yaitu dengan ujungnya dibawah. Ini juga
digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika ada kebocoran maka larutan ini dari dalam
wadah akan keluar, dan wadah menjadi kosong.
Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan
wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan
akan diserap keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali
jika vakum dihilangkan.
Interpretasi : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru dan kertas
saring atau kapas tidak basah.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuhastuti, Anggreni. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum Teknologi Sediaan
Streril. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Jilid IV. Jakarta: BPOM RI.
Depkes RI. 2009. Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.