Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI III

Pembuatan Sediaan Infus Ringer Laktat

Disusun Oleh:

NURUL AISYAH

11171020000022

Farmasi 2017 A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MEI /2020
1. STUDI PREFORMULASI ACTIVE PHARMACEUTICAL INGREDIENT
1. Natrium Klorida (NaCl)
Natrium Kiorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% NaC1, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan. Tidak mengandung zat tambahan. (FI V
hal 917)
1 Nama Kimia Sodium Chloride (Pubchem)
2 Rumus Molekul NaCl (Pubchem)
3 Struktur Kimia
4 BM 58.44 (FI V hal 917)
5 Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; rasa asin (FI V hal 917)
6 Kelarutan Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam
etanol air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam
etanol (FI V hal 917)
7 pH kelarutan 6.7–7.3 (saturated aqueous solution) (HOPE Ed 6 hal 639)
8 pH stabilitas 4,5-7 (DI 2003)
9 pH sediaan injeksi antara 4,5 dan 7,0 (FI V hal 918)
10 Titik didih 1465°C (Pubchem)
11 Titik leleh 800.7 °C (Pubchem)
12 Stabilitas - Stabilitas terhadap suhu : stabil pada suhu ruang
(Sumber : sigma-aldrich.com)
- Stabilitas terhadap cahaya : terlindung dari cahaya (HOPE
Ed 6 hal 639)
- Stabilitas terhadap udara : Stabil (Pubchem)

13 Inkompatibilitas Larutan NaCl encer bersifat korosif terhadap zat besi. Dapat
membentuk endapan dengan garam perak, timah dan
merkuri. Zat pengoksidasi kuat membebaskan klorin dari
larutan NaCl yang diasamkan. Kelarutan metilparaben
pengawet antimikroba berkurang dalam larutan NaCl dan
viskositas gel karbomer dan larutan hidroksietil selulosa atau
hidroksipropil selulosa dikurangi dengan penambahan NaCl
(HOPE Ed 6 hal 639)
14 Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI V hal 917)
15 Analisis kualitatif Analisis kualitatif :
& kuantitatif - Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Natrium cara A
dan B, dan Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum
Analisis kuantitatif :
- Keasaman atau kebasaan : larutan ditambahkan air bebas
karbon dioksida P dan indikator pH biru bromotimol LP.
Jika larutan berwarna kuning, membutuhkan NaOH untuk
menghasilkan warna biru. Jika larutan berwama biru atau
hijau, membutuhkan HCl untuk menghasilkan warna
2. Kalium Klorida (KCl)
Kalium Kiorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100,5% KCI, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
1 Nama Kimia Potassium Chloride (Pubchem)
2 Rumus Molekul KCl (Pubchem)
3 Struktur Kimia
4 BM 74,55 (FI V hal 594)
5 Pemerian Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus, atau serbuk
granul putih; tidak berbau; tidak berwama; rasa asin; stabil di
udara; lanutan bereaksi netral terhadap lakmus (FI V hal 594)
6 Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol (FI V hal
594)
7 pH kelarutan Mudah larut dalam air dengan kisaran pH 4,0-8,0 pada 25°C
(Potassium Chloride Injevtion Product Monograph)
8 pH stabilitas pH range 7 (Pubchem)
9 Titik didih Menyublim pada 1500°C (Pubchem)
10 Titik leleh 770°C (Pubchem )
11 Stabilitas - Stabilitas terhadap suhu : stabil pada suhu ruang (15-
30°C) (Plumb’s Veterinary Drug Handbook)
- Stabilitas terhadap cahaya : Stabil (HOPE Ed 6 hal 572)
- Stabilitas terhadap udara : Higroskopik (Pubchem)

12 Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI V hal 917)


13 Analisis kualitatif Analisis kualitatif :
& kuantitatif - Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Kalium dan
Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum.
Analisis kuantitatif :
- Keasamaan/kebasaan : larutan ditambahkan air bebas
karbondioksida P, fenolftalein LP larutan tidak terjadi
warna merah muda. Kemudian ditambahkan NaOH terjadi
warna merah muda.
- Susut pengeringan : Tidak lebih dari 1,0%
- Penetapan kadar : Titrasi dengan perak nitrat hingga
terjadi warna merah muda. Tiap ml perak nitrat 0,1 N
setara dengan 7,455 mg KC1
14 Sterilisasi Autoklaf atau filtrasi (HOPE Ed 6 hal 572)
15 Kegunaan Therapeutic agent; tonicity agent (HOPE Ed 6 hal 572)
16 Data Farmakologi Potassium Chloride adalah logam halide yang terdiri dari
kalium dan klorida. Kalium mempertahankan tonisitas
intraseluler, diperlukan untuk konduksi saraf, jantung,
kontraksi otot polos dan rangka, produksi energy, sintesis
asam nukleat, pemeliharaan tekanan darah dan fungsi ginjal
normal. Agen ini memiliki efek antihipertensi yang potensial
3. CaCl2 (Farmakope Indonesia Edisi V hlm.604)
Nama kimia Kalsium klorida
Pemerian granul atau serpihan putih; keras; tidak berbau
Kelarutan sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah larut dalam
air, etanol, dan etanol mendidih.
pH kelarutan 4.5-9.2
Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Harus melindungi isi terhadap
masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan mencegah
kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi,
harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup rapat dapat
diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis
tunggal.
Analisis kuantitatif Penetapan kadar : ukur seksama volume injeksi setara dengan
± 1 g CaCl2 ditambahkan 5 ml HCl 3 N. Pipet 50 ml larutan
ditambahkan 100 ml air, 15 ml NaOH 1 N dan 300 mg
hidroksinaftol dan titrasi dengan dinatrium edetat sampai
berwarna biru tua. Mengandung tidak kurang dari 95% dan
tidak lebih dari 105% CaCl2.2H2O
Analisis kualitatif  Titik lebur : 7820C (sumber:
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Calcium-
chloride#section=Boiling-Point)
 Identifikasi
1. Menunjukkan reaksi kalsium : dalam larutan garam
kalsium ditambahkan 2 tetes merah metil, netralkan
dengan NH4OH 6 N. Tambahkan HCl 3 N hingga
larutan asam terhadap indikator. Tambahkan amonium
oksalat terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam
CH3COOH 6 N tetapi larut dalam HCl
2. Menunjukkan reaksi klorida : dalam larutan klorida
ditambahkan perat nitrat terbentuk endapan putih
seperti dadih yang tidak larut dalam asam nitrat tetapi
larut dalam NH4OH 6 N sedikit berlebih.
Stabilitas  Cahaya :stabil
 Suhu : stabil pada tempat yang sejuk dan kering
 Oksidasi : tidak stabil
Fungsi Zat penyerap air dan antimikroba

4. Na laktat (Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.650)

Rumus kimia C3CHOHCOONa


Pemerian Tidak berwarna, bening, tidak berbau, atau sedikit berbau
dengan bau garam yang khas, higroskopis.
Kelarutan Larut dalam metanol 95% dan dalam air, kloroform dan
gliserol. Praktis tidak larut dalam kloroform, eter, dan
minyak.
pH kelarutan 5-7
Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Harus melindungi isi terhadap
masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan mencegah
kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi,
harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup rapat dapat
diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis
tunggal.
Analisis kualitatif Titik lebur : 170C with decomposition at 1400C.
Stabilitas  Suhu : tidak stabil dalam panas dan mudah terurai
 Cahaya : stabil
 Oksidasi : tidak stabil
Fungsi Buffering agents, isotonis agents

2. FORMULA SATANDAR

Buat cairan infus berikut dengan kemasan 500ml,


Volume batch pembuatan 1000 liter
R/ NaCl 6gr
KCl 0,3gr
CaCl2 0,2gr
Na lactate 3,1gr
Water for injection 1000ml
Formula standar
(Batch Size 1L)

Scale / ml Nama Bahan Jumlah


1 6.00 mg Sodium chloride 6.00 g/l
.
2 0.40 mg Potassium Chloride 0.40 g/l
.
3 0.27 mg Calcium Chloride dihydrate 0.27 g/l
.
4 3.17 mg Sodium Lactate 3.17 g/l
.
5 qs ml Water for injection to 1L
.

3. DATA EKSIPIEN
5. Aqua pro injeksi

1. Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau


2. Sterilisasi Kalor basah (autoklaf)
3. Stabilitas Stabil terhadap udara, panas, dan cahaya.
4. Inkompatibilitas Dengan zat-zat yang mudah terhidrolisis atau terurai oleh
keberadaan. Dapat bereaksi dengan logam alkali dan
logam basa serta bentuk oksidannya. Dapat bereaksi
dengan garam anhidra dan molekul organic tertentu
5. Kegunaan Pembawa dan melarutkan
6. Alasan pemilihan Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat
bahan tambahan
7. Cara pembuatan didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan
8. Sumber FI IV hal 112, FI III hal 97, HOPE ed 6

6. PERHITUNGAN TONISITAS

Buat cairan infus berikut dengan kemasan 500ml, hitung tonisitas


Volume batch pembuatan 1000 liter
R/ NaCl 6gr
KCl 0,3gr
CaCl2 0,2gr
Na lactate 3,1gr
Water for injection 1000ml

Hitung tonisitas, volume batch dan bahan


Ekivalensi NaCl
Formula standar
Nama Bahan Jumlah
Sodium chloride 6.00 g/l
Potassium Chloride: 0.40 g/l
Calcium Chloride dihydrate 0.27 g/l
Sodium Lactate 3.20 g/l

Konsentrasi Elektrolit
Nama Bahan Jumlah
Sodium 131 mmol/l
Potassium 5 mmol/l
Calsium 2 mmol/l
Chloride 111 mmol/l
Lactat 29 mmol/l
Sumber: https://www.medicines.org.uk/emc/product/1812/smpc#PACKAGE
Perhitungan Tonisitas berdasarkan rumus penurunan titik beku:
Nilai penurunan titik beku masing-masing zat adalah :
Na Laktat 0,31
NaCl 0,576
KCl 0,439
CaCl2.2H2O 0,3

Kadar zat dalam %


Na Laktat 0,31
NaCl 0,6
KCl 0,03
CaCl2.H2O 0,02

Dihitung sebagai berikut :


0,52 – (0,31 x 0,31)+(0,6 x 0,576)+(0,03 x 0,439)+(0,02 x 0,3)
B =
0,576
0,52 – 0,46087
=
0,576
= 0,1026 g/100 ml => 0,102 g/100 ml

7. PENETAPAN VOLUME BATCH


 Volume sediaan yang dibuat : 500 ml
 Volume yang ditambahkan : 2%
Jadi volume akhir sediaan : 500 ml + 2% = 510 ml
 Total volume yang akan dibuat : 510 ml x 4 botol = 1020 ml
 Volume yang ditambahkan untuk mengganti volume kehilangan saat proses
pembuatan (sterilisasi) : 30%
: 1020 ml + 30% = 1326 ml ≈ 1300 ml

8. PERHITNGAN BAHAN

Penimbangan Bahan

Perhitungan
Bahan Penimbangan
Volume Akhir Bahan + 5%
3.1 g x 1300 ml
Na Laktat =8.06 g 8.06g + 5% = 8.463g 8.463 gram
500 ml
6 g x 1300 ml
NaCl =15.6 g 15.6g + 5% = 16.38 g 16.38 gram
500 ml
0,3 g x 1300 ml
KCl =0,78 g 0,78g + 5% = 0,819 g 0,819 gram
500 ml
0,2 g x 1300 ml
CaCl2.2H2O =0.52 g 0.52g + 5% = 0,546 g 0,546 gram
500 ml
1300 ml – (8.463 +16.38 +0,819 +0,546) =
Aquadest 1274 ml
1273,792≈ 1274 ml

9. ALAT DAN CARA STERILISASI

Sterilisasi Alat :

No. Nama Alat Metode Sterilisasi Prosedur Sterilisasi


1. Alat - Alat Gelas Autoklaf, 121oC
(Ampule, Beaker Selama 15 menit 1. Periksa banyaknya air (aqua destilata) dalam
glass, gelas ukur, autoclave. Air harus berada pada batas yang
Erlenmeyer, batang ditentukan.
pengaduk, corong), 2. Apabila jumlah air kurang dari batas,
syringe dan filter tambahkan air (aqua destilata) sampai batas.
syringe 3. Masukkan peralatan dan bahan yang akan
disterilisasi.
4. Untuk botol bertutup ulir, tutup harus
dikendorkan.
5. Tutup autoclave dengan rapat lalu kencangkan
baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar
dari bibir autoclave.
6. Hubungkan stop kontak dengan sumber tenaga.
7. Posisikan tombol power ke posisi ‘ON’.
8. Tunggu sampai air mendidih dan uapnya
terdesak keluar dari klep pengaman. Tutup klep
pengaman.
9. Amati penanda tekanan, hitung waktu
sterilisasi sejak tekanan mencapai 15 Psi (2 atm).
10. Tunggu proses sterilisasi selama 15 menit.
11. Tunggu tekanan dalam kompartemen turun
hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan
(jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka
nol).
12. Buka klep pengaman dan keluarkan isi
autoclave dengan hati-hati.
13. Posisikan tombol power ke ‘OFF’.
14. Lepas stop kontak dari sumber tenaga.

2. Pipet Tetes tanpa Autoklaf Selama 15 menit


karet

Sterilisasi Bahan :

No. Nama Bahan Metode Sterilisasi


1. Sodium Chloride Larutan yang mengandung Natrium klorida dapat di
sterilisasi akhir dengan menggunakan autoclaf. Bila dalam
bentuk serbuk maka disterilisasi di oven pada suhu 170 oC
selama 1 jam
2. Kalium Chloride Autoklaf, 121 C selama 15 menit atau filtrasi
o

3. Kalsium Chloride Autoklaf, 121 C selama 15 menit atau filtrasi


o

4. Sodium Lactate Autoklaf, 121 C selama 15 menit atau filtrasi


o

5. Aqua Pro Injeksi ad to Autoklaf, 121 C selama 15 menit


o

10. PROSEDUR PEMBUATAN


PROSEDUR SEBELUM PEMBUATAN INJEKSI (KEMENKES RI, 2016)
1. Menggunakan Baju Kerja Pada Ruang Bersih Grey Area
Tiap personel yang masuk ke area produksi obat diharuskan mengenakan pakaian
pelindung (baju kerja), baik di area produksi obat non steril maupun produksi obat steril.
Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh digunakan masuk ke dalam ruang
produksi, product development dan ruang evaluasi obat (Badan POM RI, 2013). Masker
dan sarung tangan hendaklah diganti paling sedikit tiap sesi kerja. Arloji, kosmetika dan
perhiasan hendaklah tidak dipakai di area bersih. Berikut merupakan prosedur
penggunaan baju kerja steril untuk grey area.
 Masuk ke staging area / locker room
 Pasang penutup rambut dan atau penutup jambang
 Masukkan asesoris dan barang lain ke locker
 Bersihkan make up bila ada
 Pilih baju steril dengan ukuran yang sesuai
 Tinggalkan baju luar dan sepatu, letakkan di loker

2. Mencuci Tangan
Tiap personel yang masuk ke area pembuatan obat hendaklah menggunakan sarana
mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi sesuai
prosedur mencuci tangan sebelum menggunakan baju kerja untuk area bersih (Badan
POM RI, 2013). Cuci tangan secara menyeluruh di sarana cuci tangan yang disediakan
dengan menggunakan sabun cair yang disediakan. Gunakan sikat yang disediakan bila
sela-sela kuku kotor. Sikat sela-sela kuku sampai bersih. Kuku harus pendek pada waktu
cuci tangan.
 Buka Bungkus Pembersih Kuku
 Cuci tangan dari ujung jari hingga siku dengan air mengalir
 Ambil sabun antiseptic dan oleskan pada tangan, dari ujung jari hingga siku
 Sikat kuku dengan pembersih kuku hingga bersih
 Bersihkan sela-sela jari, punggung dan telapak tangan sampai bersih
 Bersihkan pergelangan tangan hingga siku sampai bersih
 Bilas tangan, satu tangan hingga bersih, baru tangan berikutnya
 Biarkan air menetes dari siku
 Keringkan tangan dengan blower atau dengan tissue
 Pastikan posisi siku berada lebih rendah dari pergelangan tangan
 Atur kembali lengan baju seperti seharusnya, gunakan tissue untuk melapisi tangan
 Pastikan untuk tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi

3. Menggunakan Baju Kerja Pada Ruang Bersih White Area


Berbeda dengan grey area, white area digunakan untuk menyiapkan sediaan obat awal
hingga dikemas dalam kemasan primer, dengan demikian memiliki tingkat kebersihan
yang lebih tinggi.
 Masuk ke ruang ganti white area, buka pintu dengan siku
 Sebelum memulai, buang pembungkus bila ada pada bench
 Desinfeksi sarung tangan dengan cairan desinfektan
 Pilih baju steril dengan ukuran yang sesuai
 Atur perlengkapan pada bench, usahakan tidak saling bertumbuk
 Desinfeksi sarung tangan dengan cairan desinfektan
 Gunakan sarung kepala (Hood) steril
 Desinfeksi sarung tangan dengan cairan desinfektan
 Gunakan masker
 Desinfeksi kembali sarung tangan
 Gunakan baju coverall steril
 Desinfeksi sarung tangan
 Gunakan shoe cover steril
 Langkahkan kaki yang telah memakai shoe cover ke area bersih
 Gunakan shoe cover satu lagi pada area bersih
 Desinfeksi kembali sarung tangan
 Gunakan kacamata pelindung
 Pastikan kacamata menutupi penutup kepala steril
 Desinfeksi kembali sarung tangan
 Gunakan sarung tangan steril(Gloves) sesuai prosedur
 Desinfeksi akhir sarung tangan

Teknik Memakai Sarung Tangan(Gloves)


 Setelah mencuci tangan dengan air mengalir, ambil sarung tangan dengan ukuran
sesuai
 Buka pembungkus
 Perhatikan bahwa terdapat daerah dalam sarung tangan yang dilipat keluar
 Tidak boleh kontak dengan bagian luar sarung tangan
 Jika sudah menggunakan sarung tangan, tidak boleh kontak dengan bagian dalam
sarung tangan
 Gunakan sarung tangan hingga overlap pada lengan baju
 Lakukan hal yang sama dengan tangan yang lain
 Proses menggunakan sarung tangan selesai

PROSEDUR PEMBUATAN (HOPMF, 2004)


1. Tambahkan dan larutkan terlebih dahulu masing-masing bahan seperti (Sodium Chlorida,
Potassium Chlorida, CaCl2) di dalam air steril untuk injeksi. Lalu masing-masing bahan
yang sudah terlarut dimasukkan kedalam larutan Sodium lactate 60%.
2. Cukupkan sesuai volume dengan air steril untuk injeksi dan aduk larutan hingga
homogen dan seragam.
3. Periksa pH dan sesuaikan pH sekitar 5,4 – 5,6.
4. Saring melalui membrane 0,45 μm, dan lakukan tes titik gelembung sebelum dan sesudah
proses pengisian (Filling).
5. Lakukan pengisian larutan kedalam kemasan 500mL dan segel wadah dengan teknik
blow-fill seal container.
6. Sterilkan produk dengan menggunakan resirkulasi air panas dan tekanan udara yang
berlebih(air overpressure). Lakukan sterilisasi lengkap dalam waktu 12 jam setelah
penambahan bahan pertama.

11. WADAH
Wadah

Nama Wadah Botol Plastik Kontener Polivinil Klorida (PVC)


Spesifikasi - Wadah sediaan parenteral volume besar (LVP) Plastik sangat
ringan Jernih Tidak mahal Suhu lebur tinggi Resistensi bahan
kimia bagus Penghalang ekselen gas dan uap air Bahan additif
sedikit
Kualifikasi - Kuat menjaga isi wadah dari kerusakan Bahan untuk membuat
wadah tidak bereaksi dengan isi wadah Untuk sediaan jenis
tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya Penutup
wadah harus bisa mencegah isi: Kehilangan yang tidak
diingkina dari kandungan isi wadah Kontaminasi produk oleh
kotoran yang masuk Bahan aktif atau komponen obat lainnya
tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah dan
penutupnya Wadah dan penutup harus mencegah terjadinya
difusi melalui dinding wadah Wadah tidak boleh melepaskan
partikel asing ke dalam isi wadah Menunjukkan penampilan
sediaan farmasi yang menarik
Uji integritas Uji terhadap efek kondisi penyimpanan, misal: waktu, suhu,
wadah
cahaya, kelembaban dan efek siklus sterilisasi terhadap sifat fisik,
kimia dan biologi dari wadah

1. Uji transmisi cahaya


Alat: spektrofotometer dengan sensitivitas dan akurasi yang sesuai untuk pengukuran
sejumlah cahaya.
Prosedur: pilih bagian yang mempunyai ketebalan rata-rata, kemudian potong 2 atau lebih dan
dibuat garis untuk memberikan tanda bagian dari ukuran yang tepat untuk tempat
spesimen dalam sepktrofotometer. Cuci dan dikeringkan setiap spsimen, usap
spesimen dengan kertas lensa kemudian tempatkan spesimen dengan bantuan
malam atau alat lain, tempatkan dalam bagian spektrofotometer dengan aksis
silindris yang paralel terhadap bidang celah. Berkas cahaya yang sampai ke
permukaan hanya sedikit yang dipantulkan, ukur berurut-urut transmitan bagian
tersebut dengan perbandingan terhadap udara di daerah dalan spektra dengan
pembacaan instrumen atau pada interval kurang lebih 20 nm dengan instrumen
manual dalam rentang 290-450 nm
Batas:

Persentase Maksimum Transmisi Cahaya pada berbagai


Ukuran
Panjang\Gelombang antara 290 dan 450 nm
Nominal
Wadah yang ditutup
(ml) Wadah dengan petutup segel
dengan pemanasan
1 50 25
2 45 20
5 40 15
10 35 13
20 30 12
50 15 10
[CatatanTiap wadah berukuran diantara ukuran yang tertera pada Tabel menunjukkan transmisi yang tidak
lebih besar dari transmisi wadah berukuran lebih besar berikutnya. Untuk wadah lebih besar dari 50 ml,
gunakan batas untuk 50 ml.]

2. Sterilisasi indikator biologik

Panas basah: Untuk sterilisasi panas basah, spora dan strain Bacillus stearothermophilus
tersedia secara komersil sebagai indikator biologik dan sering digunakan.
Mikroba pembentuk spora lain yang tahan pemanasan seperti Clostridium
sporogenes, Bacillus subtilis, dan Bacillus coagulans juga telah digunakan
dalam pengembangan dan validasi proses sterilisasi panas basah.

Panas kering: Untuk stenilisasi panas kering, spora Bacillus subtilis spp. dapat digunakan
untuk validasi. proses. Selama validasi proses stenilisasi panas kering,
pengkajian depirogenasi endotoksin biasanya dilakukan sebagai pengganti
dari pengkajian inaktifasi mikroba selama penentuan sikius stenilisasi
karena kecepatan inaktifasi endotoksin tersebut lebih lambat dibandingkan
kecepatan inaktifasi spora Bacillus subtilis. Pada praktek penununan titer
endotoksin oleh 3 log atau lebih akan berakibat dalam proses yang juga
mencapai probabilitas unit nonsteril lebih rendah dan 10-6.

Radiasi ionisasi: Spora Bacillus pumilus telah digunakan untuk memantau proses sterilisasi
menggunakan radiasi ionisasi, akan tetapi hal mi tidak praktis. Metode
pengaturan dosis radiasi yang tidak menggunakan indikator biologik telah
digunakan secara luas untuk melakukan proses radiasi. Disamping itu
"bioburden" mikroba tertentu dapat menunjukkan resistensi yang lebih
besar terhadap radiasi dibandingkan Bacillus pumilus.

Etilen oksida: Untuk stenilisasi etilen oksida, biasa digunakan spora sub spesies Bacillus
subtilis (Bacillus subtilis var. niger). Sistem indikator biologik yang sarna
pada umumnya digunakan apabila etilen oksida 100% atau etilen oksida
yang berbeda dan sistem pembawa gas digunakan sebagai pensteril.

3. Uji biologi
Uji biologi in vitro dilakukan menurut prosedur seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi, In Vitro. Komponen-komponen yang memenuhi persyaratan uji in vitro tidak perlu
menjalani uji lanjutan. Tidak dilakukan pengujian terhadap jenis plastik. Bahanbahan yang
tidak memenuhi persyaratan uji in vitro tidak sesuai untuk wadah sediaan obat. Jika
digunakan plastik dan polimer lain yang harus memenuhi syarat Uji Reaktivitas Biologi, In
Vitro, lakukan pengujian in vivo khusus pada Uji KlasfIkasi Plastik dalam Uji Reakiivitas
Biologi, In Vivo.
4. Uji fisikokimia plastik dan ekstraknya

Parameter uji: Larutan uji Dari contoh plastik homoen jumlah luas permukaan setara dengan
120 cm (kedua sisi permukaan digabungkan), gunakan untuk tiap 20,0 ml
Media Ekstraksi, dan dipotong menjadi bentuk pita dengan lebar Iebih kurang
3 mm dan panjang lebih kurang 5 cm. Masukkan ke dalam gelas ukur 250 ml
terbuat dari kaca Tipe I, bersumbat kaca dan tambahkan Iebih kurang 150 ml
Air murni. Kocok lebih kurang 30 detik, buang cairan dan ulangi pencucian.
Ekstrak Larutan Uji Masukkan Larutan uji ke dalam labu yang sesuai, dan
tambahkan sejumlah Media ekstraksi yang dibutuhkan. Ekstraksi dengan
pemanasan dalam tangas air pada suhu yang ditetapkan untuk Media ekstrak.i
selama 24 jam. Dinginkan, tetapi tidak di bawah 20°. Pipet 20 ml ekstrak ke
dalam wadah yang sesuai. [Catatan Gunakan bagian mi dalam uji untuk
Kapasitas Dapar.] Enaptuangkan dengan segera sisa ekstrak ke dalam labu
yang sesuai dan segel.

Residu tidak menguap: Pipet 50 ml Ekstrak Larutan Uji ke dalam krus yang sudah ditara
(lebih baik krus leburan silika yang sudah dicuci dengan asam), dan
uapkan bahan mudah menguap di atas tangas uap. Dengan cara yang
sama uapkan 50,0 ml Blangko dalam krus ke dua. [Catatan Jika
diperkirakan residu berminyak, amati krus secara berulang selama
periode penguapan dan pengeringan, dan kurangi pernanasan jika
minyak cenderung merambat sepanjang dinding krus.] Keringkan
pada suhu 105 0 selama 1 jam: perbedaan antara jumlah yang
diperoleh dari Ekstrak Larutan Uji dan Blangko tidak lebih dari 15
mg.
Sisa pemijaran: [Catatan Uji mi tidak diperlukan jika Residu Tidak Menguap tidak lebih dan 5
mg]. Lakukan penetapan terhadap residu yang diperoleh dari Ekstrak
Larutan Uji dan Blangko pada Residu Tidak Menguap. Jika perlu,
tambahkan asam sulfat P volume sama ke dalam masing-masing krus:
perbedaan antara jumlah residu pada pemijaran yang diperoleh dari Ekstrak
Larutan Uji dan Blangko tidak lebih dari 5 mg.
Logam Berat: Tidak lebih dari 1 bpj dalam ekstrak. Pipet 20 ml Ek.strak Larutan Uji, saring
jika perlu, ke dalam satu dari dua tabung pembanding warna 50 ml yang
sesuai. Atur pH hingga antara 3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 1
N atau amonium hidroksida 6 N, gunakan kertas pH, encerkan dengan air
hingga lebih kurang 35 ml, dan campur.
Pipet 2 ml Larutan timbal baku seperti tertera pada Logam berat <371> ke
dalam tabung pembanding warna kedua, dan tambahkan 20 ml Blangko. Atur
pH hingga antara 3,0 clan 4,0 dengan penambahan asam asetat glasial 1 N
atau amonium hidroksida 6 N, gunakan kertas pH, encerkan dengan air
hingga lebih kurang 35 ml, dan campur. Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 1,2 ml tiosetamida LP dan 2 ml dapar asetat pH 3,5 seperti tertera
pada Logam berat <371>, encerkan dengan air hingga 50 ml, dan campur:
warna cokiat yang dihasilkan dalam waktu 10 menit dalam tabung yang berisi
Ekstrak Larutan Uji tidak melebihi dari tabung yang benisi Larutan timbal
baku diamati vertikal pada permukaan putih.
Kapasitas Dapar: Kumpulkan 20 ml Ekstrak Larutan Uji, titrasi dengan asam klonida 0,010 N
LV atau natrium hidroksida 0,010 N LV tergantung keperluan. Titik akhir
diamati secara potensiometnik hingga pH 7,0. Lakukan penetapan 20,0 ml
Blangko dengan cara yang sama: jika diperlukan pentiter yang sama untuk
uji dan blangko, maka perbedaan antara dua volume tidak lebih dan 10,0
ml dan jika asam diperlukan untuk uji atau untuk blangko diperlukan
alkali, jumlah kedua volume yang dibutuhkan tidak lebih dari 10,0 ml.
5. Permeasi kelembapan Wadah Satuan Ganda dan Wadah Dosis Satuan untuk Cairan

Prosedur Pilih: 12 botol dengan ukuran dan tipe seragam, bersihkan permukaan segel dengan
kain bebas serat. Pastikan setiap botol dengan 1 penutup ulir (jika digunakan)
atau penutup. Beri nomor setiap wadahsistem penutup dan catat bobot tara.
Buka penutup dan isi 10 botol dengan air sampai penuh dengan menggunakan
pipet. Isi 2 wadah yang lain dengan manik-manik gelas dengan bobot setara
dengan wadah yang diisi air. Pastikan botol dengan segel dan gunakan
penutup. Jika menggunakan penutup sekrup, gunakan tenaga putaran dalam
rentang kerapatan yang tertera pada Tabel 1. Simpan semua wadah bersegel
pada suhu 25°±2° dan kelembaban relatif 40±2%. Setelah 336±1 jam (14
han), catat bobot masing-masing wadah. Hitung laju permeasi nap air, dalam
persen kehilangan bobot air per tahun untuk setiap botol yang digunakan
dengan rumus:

W, adalah bobot awal masing-masing wadah; WT adalah bobot tara; W141


adalah bobot masing-masing wadah pada hari ke 14; dan (WC1 - WC14)
adalah bobot rata-rata perubahan kontrol dari awal sampai han ke-14. Wadah
yang diuji memenuhi persyaratan wadah tertutup rapat jika tidak lebih 1 dati
10 wadah uji, kehilangan bobot air melebihi 2,5% per tahun dan tidak satupun
melebihi 5,0% per tahun.

12. LABEL DAN BROSUR


13. PENGUJIAN MUTU

Pengujian Mutu (Suplemen FI IV; Agoes, 2013; FI IV)

A. Jumlah kemasan sediaan yang di uji

Menurut Farmakope Indonesia edisi V, 2014 Jumlah bahan dalam batch pada sediaan
parenteral volume kecil yang berjumlah lebih dari 500 wadah, sediaan yang diuji 2% atau 20
wadah diambil yang lebih kecil. Sediaan yang dibuat perbatchnya adalah 2000 wadah, sediaan
yang diuji sterilitasnya sebanyak 20 wadah

Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan farmakope yang
dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi
mikroba ditemukan dalam sampel di bawah kondisi pengujian.

B. Volume pengujian

Menurut Farmakope Indonesia edisi V, 2014 Jumlah untuk sediaan yang memiliki
volume 1-40 ml adalah ½ isi tiap wadah, tetapi tidak kurang dari 1 ml. Sediaan yang dibuat
bervolume 1 ml. Lebih baik untuk menguji jumlah sediaan yang diuji mengikuti persyaratan
pada nomor 1, yaitu jika larutan kurang dari 1 ml, seluruh isi tiap wadah digunakan untuk
pengujian. Pada kasus ini, menggunakan volume 1 ml untuk diuji.

C. Item pengujian standar.

1. Uji Bahan Partikulat dalam Injeksi

Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan cahaya, jika tidak


memenuhi batas yang ditetapkan maka dilakukan pengujian mikroskopik. Pengujian
mikroskopik ini menghitung bahan partikulat subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring
membran mikropori. Hasil penghamburan cahaya adalah hasil perhitungan jumlah total butiran
baku yang terkumpul pada penyaring harus berada dalam batas 20% dari hasil perhitungan
partikel kumulatif rata-rata per ml. Sementara untuk pengujian mikroskopik, injeksi memenuhi
syarat jika partikel yang ada (nyata atau menurut perhitungan) dalam tiap unit tertentu diuji
melebihi nilai yang sesuai dengan yang tertera pada FI.
2. Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH diuji dengan kertas indikator pH Kertas yang dicelupkan ke dalam


larutan sampel dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar. Atau uji
dapat dilakukan menggunakan pH meter yang telah dibakukan sebagaimana mestinya yang
mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka,
elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai.

3. Uji Kebocoran

Dilakukan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan. Untuk cairan bening tidak berwarna, wadah takaran tunggal yang masih
panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah
yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar
dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk cairan
yang berwarna, lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas
saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah.

4. Uji Kejernihan

Uji kejernihan dilakukan untuk memastikan bahwa setiap larutan obat jernih dan bebas
pengotor. Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari
samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar
belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna.

5. Uji Sterilitas

Menggunakan teknik penyaringan membran

 Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi yang sesuai,
ambil isi secara aseptik.
 Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring
dari 2 rakitan penyaring, lewatkan segera tiap spesimen mealui penyaring dengan bantuan
pompa vakum/ tekanan.
 xSecara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi setengah
bagian ( jika hanya menggunakan satu ). Celupkan membran atau setengah bagian
membran kedalam 100 ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari.
 Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.

6. Uji Endotoksin Bakteri

Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL). Teknik pengujian dengan
menggunakan jendal gel dan fotometrik. Teknik Jendal Gel pada titik akhir reaksi dibandingkan
langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin yang dinyatakan dalam unit endotoksin
FI. Teknik fotometrik (metode turbidimetri) yang didasarkan pada pembentukan kekeruhan.
Hasilnya bahan memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin tidak lebih dari yang ditetapkan pada
masing-masing monografi

7. Pemeriksaan bahan partikulat dalam injeksi (FI V <751>, hal 1494-1504)

Uji ini dapat digunakan untuk semua injeksi volume kecil yang dikemas dalam wadah beretiket,
yang dinyatakan berisi 100 ml atau kurang, dosis tunggal atau ganda, sebagai larutan atau larutan
hasil rekontitusi zat padat steril, apabila pada masing masing monografi dicantumkan batas
bahan partikulat. Interprestasi hasil ( FI V <751>, hal 1494-1504)

Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung yang memiliki
diameter ≥10 μm ≤ 6000 dan yang memiliki diameter ≥25 μm ≤ 600 per wadah.

Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung yang memiliki
diameter ≥10 μm ≤ 3000 dan yang memiliki diameter ≥25 μm ≤ 300 per wadah.

8. Uji kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, hal 191)

Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, yaitu dengan ujungnya dibawah. Ini juga
digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika ada kebocoran maka larutan ini dari dalam
wadah akan keluar, dan wadah menjadi kosong.

Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan
wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan
akan diserap keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali
jika vakum dihilangkan.

Interpretasi : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru dan kertas
saring atau kapas tidak basah.
DAFTAR PUSTAKA

Ayuhastuti, Anggreni. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum Teknologi Sediaan
Streril. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Niazi, S.K., 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations SterileProduct,


Vol. 6. CRC Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Jilid V. Jakarta: BPOM RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Jilid IV. Jakarta: BPOM RI.

Depkes RI. 2009. Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Goeswin, Agoes, 2009, Sediaan Farmasi Steril, Penerbit ITB; Bandung

Anda mungkin juga menyukai