Anda di halaman 1dari 37

FARMAKOTERAPI

Siti Annisa Syafira


Audina Nurjannah
Nurul Luthfi
Mariya Ulfah
Luna Septi
KASUS 2
MJ wanita berumur 44 tahun (65kg) yang datang ke ruang gawat darurat dengan 2 hari riwayat
sesak, dsypnea, sulit berbicara, dan gejala flu (nausea, vomiting dan fatigue). Dia juga mengeluh
jantung berdebar, insomnia, dan cepat marah pada baru-baru ini (1 minggu). MJ memiliki
riwayat asma kronik (selama setahun terakhir), 3 minggu kemudian didiagnosa GERD mulai
penggunaan simetidin, memiliki riwayat atrial fibrilation, Degenerative Joint Disease
(menggunakan indometasin) dan mengalami kesulitan dalam menggunakan inhalernya.
Obat yang diberikan:
• Theophylline 400 mg p.o b.i.d
• Cimetidine 400 mg p.o b.i.d (dimulai 1 minggu yang lalu)
• Indometachin 50 mg p.o b.i.d
• Prednison 20 mg p.o q.d
• Metoproterenol inhaler 2 puff p.r.n
• Cromolyn inhaler 1 puff p.r.n
• Beclomethasone 2 puff p.r.n
• Erytromycin 500 mg p.o q.d
PERTANYAAN
 Analisa penggunaan obat tersebut. (DRP nya)
 Jelaskan cara penggunaan inhaler kepada pasien tersebut
 Buatlah rekomendasi pengobatan pada pasien tersebut
TEOFILIN
• Indikasi
Untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial
dan bronkospasma reversibel yang berkaitan dengan
bronkhitis kronik dan emfisema.
• Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap semua xantin, peptik ulser,
mengalami gangguan seizure (kecuali menerima obat-obat
antikonvulsan yang sesuai). Aminofilin : hipersensitif terhadap
etilendiamin. Supositoria aminofilin : iritasi atau infeksi dari
rektum atau kolon bagian bawah.
• Mekanisme Kerja
Merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh
darah pulmonal, merangsang SSP, menginduksi diuresis,
meningkatkan sekresi asam lambung, menurunkan tekanan
sfinkter esofageal bawah dan menghambat kontraksi uterus.
Teofilin juga merupakan stimulan pusat pernafasan.
EFEK SAMPING
• Pada level lebih dari 20 mcg/mL : mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia,
iritabilitas.
• Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL : hiperglisemia, hipotensi, aritmia jantung,
takikardia (lebih besar dari 10 mcg/mL pada bayi prematur), seizure, kerusakan otak
dan kematian.
• Lain – lain : demam, wajah kemerah-merahan, hiperglikemia, sindrom
ketidaksesuaian dengan hormon antiduretik, ruam, kerontokan pada rambut.
• Kardiovaskular : palpitasi (Jantung Berdebar) takikardia, hipotensi, kegagalan
sirkulasi, aritmia ventrikular.
• Susunan Saraf Pusat : iritabilitas, tidak bisa istirahat, sakit kepala, insomnia, kedutan
dan kejang
• Saluran Pencernaan : mual, muntah, sakit epigastrik, hematemesis, diare, iritasi
rektum atau pendarahan (karena penggunaan supositoria aminofilin). Dosis terapetik
teofilin dapat menginduksi refluks esofageal selama tidur atau berbaring,
meningkatkan potensi terjadinya aspirasi yang dapat memperparah bronkospasmus.
• Ginjal : proteinuria, potensiasi diuresis.
• Respiratori: takhipnea, henti nafas.
Dosis
• Dewasa: 3x130-150 mg/hari. Diberikan sesudah makan
PERHATIAN
• Perhatian untuk penyakit jantung, hipoksemia, penyakit hati, hipertensi,
gagal jantung kongestif, pecandu alkohol, pasien lanjut usia dan bayi.

• Efek pada saluran pencernaan : perhatian untuk pasien peptik ulser,


iritasi lokal mungkin terjadi, efek saluran pencernaan akan meningkat
secara sistemik untuk level serum yang lebih tinggi dari 20 mcg/mL.
Penurunan tekanan pada esofageal bawah dapat menyebabkan refluks,
aspirasi dan memperparah kerusakan saluran pernapasan.

INTERAKSI OBAT
• Obat yang dapat meningkatkan kadar teofilin termasuk alopurinol, beta
bloker non selektif, penghambat saluran kalsium, simetidin, kontrasepsi
oral, kortikosteroid, disulfiram, efedrin, vaksin virus influenza, interferon,
makrolida, meksiletin, kuinolon, tiabendazol, hormon tiroid,
karbamazepin, isoniazid dan diuretik kuat.
DRUG RELATED PROBLEM THEOFILIN
• Masalah yang ditemukan: Poin P.2.1 Adanya efek yang merugikan yang mungkin
tehrjadi jika obat theofilin yang memiliki dosis 400 mg diberikan kepada pasien.
Dan memiliki efek sampng pada jantung seperti takikardi dan aritmia.
• Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut: Poin C3.2 Disebabkan karena dosis
yang tidak tepat dan poin C4.2 yaitu lamanya pengobatan.
• Domain utama penyebab:
1. Dosis dari Theofilin terlalu tinggi.
2. Durasi pengobatan untuk theofilin terlalu lama.
• Intervensi terencana atau solusi: I3.5 berhenti meminumnya karena pasien
memiliki riwayat atrial fibrilation atau masalh pada jantung. I3.1 obat diganti
dengan salbutamol yang meiliki efek samping lebih aman untuk pasien.
CIMETIDIN

INDIKASI
Tukak lambung, tukak duodenum, refluks esofagitis,
hipersekresi patologis (misal: sindroma Zollinger Ellison)
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap cimetidine atau H2
reseptor antagonis lainnya.
PERHATIAN
Gangguan ginjal, kehamilan, menyusui.
OVERDOSIS
overdosis sekitar 12 g menghasilkan denyut nadi tinggi, pupil
membesar, gangguan bicara, agitasi dan disorientasi pada satu
pasien dan depresi pernapasan pada pasien lain yang
menderita skizofrenia kronis dan juga menggunakan
trifluoperazine dan hidroksizin.
EFEK SAMPING
Sakit kepala, pusing, somnolen, ginekomastia, impotensi, diare, mual,
muntah, artralgia, mialgia, nefritis interstitial, pankreatitis.
HIPERSENSITIF
Edema wajah, laringospasme, pruritus, ruam, angioedema 3 dan
anafilaksis 4 telah dilaporkan pada pasien yang menerima simetidin
melalui mulut atau intravena.
INTERAKSI OBAT
Meningkatkan kadar plasma amiodarone, procainamide,
propafenone, kinidin, erythromycin, fluouracil. Rifampicin
mempercepat metabolisme cimetidine. Menghambat metabolisme
metronidazole, amytriptiline, doxepine, impiramin, nortriptilin, beta
blocker, carbamazepine, phenytoin, asam valproat.
DOSIS
Ulkus duodenum dan ulkus peptik: 2x400 mg/hari (setelah makan pagi
dan sebelum tidur malam) selama 4-6 minggu. Refluks esofagitis 4x400
mg/hari selama 4-8 minggu.
DOSIS PENYAKIT KHUSUS
Pada penyakit refluks gastroesofagus direkomendasikan dosis
oral adalah 400 mg empat kali sehari (dengan makan dan
sebelum tidur), atau 800 mg dua kali sehari, selama 4 hingga 8
minggu. Dalam kondisi hipersekresi patologis, seperti sindrom
Zollinger-Ellison, dosis oral 300 atau 400 mg empat kali sehari
biasanya digunakan, meskipun kadang-kadang dosis yang
lebih tinggi mungkin diperlukan. Dosis 200 hingga 400 mg per
oral, dengan tabung nasogastrik, atau parenteral (200 mg
hanya untuk injeksi intravena langsung) setiap 4 hingga 6 jam
dianjurkan untuk manajemen pasien yang berisiko dari
ulserasi stres pada saluran pencernaan bagian atas.
Total dosis harian dengan rute apa pun tidak boleh melebihi
2,4 g. (Martindale)
SEDIAAN
Tablet/kaplet 200 mg: Cimexol, corsamet, Nulcer, sanmetidin,
ulcumet, ulsikur, xepamet.
Tablet 400 mg: Corsamet
DRUG RELATED PROBLEM CIMETIDINE
Cimetidine : obat GERD
P1.2 (efek pengobatan tidak optimal)
C7.1 (ketidak patuhan pasien)
12.1 (konseling)
INDOMETASIN
Obat golongan anti-inflamasi non steroid atau NSAID (nonsteroidal anti-
inflammatory drug). Obat ini bekerja melalui penghambatan enzim siklooksigenase
dan penghambatan terhadap pembentukan mediator inflamasi, seperti
prostaglandin.
Indikasi:
Nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada kasus reumatik dan gangguan
muskuloskeletal akut lainnya; gout akut; dismenorea, penutupan duktus arteriosus
Efek Samping:
Sering terjadi gangguan cerna (termasuk diare), sakit kepala, pusing dan kepala
terasa ringan; tukak dan pendarahan pada lambung dan usus; mengantuk (jarang),
bingung, insomnia, kejang, goncangan kejiwaan, depresi, gangguan darah sinkop
(terutama trombositopenia), hipertensi, hiperglikemia, pandangan kabur, deposit
kornea, neuropati periferal, dan penyempitan usus; supositoria bisa menyebabkan
iritasi rektum dan kadang terjadi perdarahan.
Dosis:
oral, penyakit reumatik, 50-200 mg sehari dalam dosis terbagi, bersama makanan;
Bentuk sediaan:
Kapsul, Oral: 25 mg, 50 mg.
DRUG RELATED PROBLEM
• Masalah yang ditemukan: P2.1 (kontraindikasinya meningkatkan asam lambung
dan efek samping membuat sesak)
• Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut: Kombinasi obat-obatan yang tidak
pantas (Poin C.1.4) Hal ini disebabkan terjadi interaksi antara prednisone (oral
kortikosteroid) dan indomethacine, dimana penggunaan keduanya secara
bersamaan dapat menyebabkan terjadinya potensi toksisitas gastrointestinal yang
serius.
• Intervetasi terencana: I3.5 pemberhentian konsumsi obat
PREDNISON
 INDIKASI
• Terapi insufisiensi adrenokortikal, digunakan untuk memperoleh
anti inflamasi atau imunosupresan, untuk alergi tertentu,
dermatologis, gastrointestinal, hematologi, oftalmologi, sistem saraf,
ginjal, pernapasan, rematologi, dan penyakit infeksi..
 KONTRAINDIKASI
• Kontraindikasi absolut : tidak ada
• Kontraindikasi relative: diabetes miletus, tukak peptik/duadeum,
infeksi berat hipertensi atau ganguuan system kardiavaskular
lainnya.
 EFEK SAMPING
• efek samping akan timbul akibat penghentian pemberian obat secara
tiba-tiba atau pemberian obat secara terus menerus, terutama dengan
dosis yang besar.
• Penghentian obat secara tiba-tiba setelah penggunaan yang lama
akan menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam,
myalgia, atralgia, dan malaise
• Gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, glikosuria, mudah
mendapat infeksi, pasien tukak petik mungkin dapat mengalami
pendarahan dan perforasi, osteoporosis, miopati, psikosis,
hiperkoagulabilitas darah (memudahkan terjadinya thrombosis
intravascular) habitus pasien cushing, elevasi tekanan darah,
perubahan perilaku dan suasana hati, nafsu makan meningkat berat
badan dan penyembuhan luka yang tertunda
 DOSIS :
• Dosis umum dewasa: 5-20 mg/hari. Dosis harus diturunkan secara
bertahap sehingga dosis efektif terendah
 DURASI
prednisone bersifat short acting, masa kerja pendek sehingga efek
samping lebih sedikit dan efeknya terbatas pada otot. Bila
memungkinkan prednison oral jangka lama diberikan selang sehari
pada pagi hari untuk mengurangi efek samping, tetapi kadang-
kadang penderita asma berat membutuhkan obat tiap hari bahkan
dua kali sehari (Yunus, 1998).
 PEMAKAIAN : 1 x 1 sehari secara oral
 BENTUK SEDIAAN : Tablet
Interaksi Obat
• Aminoglutehimide
Aminoglutethimide dapat menyebabkan hilangnya supresi adrenal
kortikosteroid-diinduksi.
• Amfoterisin B Injeksi
Ada kasus yang dilaporkan di mana penggunaan seiring Amphotericin B dan
hidrokortison diikuti oleh pembesaran jantung dan gagal jantung kongestif [
melihat Interaksi Obat)
• OAINS ( indometacine) dapat meningkatkan tosistas gastrointestinal yang
serius.
• CYP 3A4 Inhibitors (misalnya, Ketoconazole, makrolid Antibiotik Seperti
eritromisin)
Ketokonazol telah dilaporkan untuk mengurangi metabolisme kortikosteroid
tertentu hingga 60% mengarah ke peningkatan risiko efek samping
kortikosteroid.
DRUG RELATED PROBLEM
Prednison : obat asma
P1.2 (dosis terlalu besar perhari)
P2.1 (menurunkan sistem kekebalan tubuh)
C3.5 (harusnya 2 kali sehari (dosis max
60mg/hari))
I3.2 dosisnya harus diturunkan
CROMOLIN INHALER
• Indikasi
Cromolyn digunakan untuk mencegah gejala asma.
Ketika digunakan secara teratur, cromolyn
mengurangi jumlah dan tingkat keparahan serangan
asma dengan mengurangi peradangan di paru-paru.
• Kontra indikasi
Penyakit jantung atau detak jantung tidak teratur —
Propelan yang digunakan untuk mengantarkan obat
dalam aerosol inhaler dapat memperburuk kondisi
ini
DRUG RELATED PROBLEM
P1.2 (efek pengobatan tidak optimal)
C2.1 (bentuk obat)
C1.7 terlalu banyak obat yang diresepkan
I3.2 pemberhentian penggunaan obat
BEKLOMETASON
• Indikasi
Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang
memerlukan kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan
keuntungan dari penggunaan dosis sistemik, terapi pemeliharaan
asma dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan sampai 8
tahun. Obat ini tidak diindikasikan untuk pasien asma yang dapat
diterapi dengan bronkodilator dan obat non steroid lain, pasien
yang kadang-kadang menggunakan kortikosteroid sistemik atau
terapi bronkhitis non asma.

DOSIS
Dewasa dan anak > 12 Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan
tahun bronkodilator saja: 40 – 80 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya
menjalani terapi asma dengan kortikosteroid inhalasi : 40 -160 mcg
sehari.
METAPROTERENOL INHALER
Indikasi Digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan, & perbaikan penyakit, kondisi dan
gejala berikut ini:
 Asma bronkial
 Asma bronkial
Kontra Indikasi Hipersensitivitas pada Alupent Inhaler adalah sebuah kontraindikasi. Sebagai tambahan,
Alupent Inhaler tidak boleh dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi berikut:
 Beta-blocker
 Hypertrophic cardiomyopathy obstruktif
 Hipersensitivitas
 Irama jantung abnormal

Efek Samping Sakit kepala , mual , muntah , gugup, pusing , gemetar (tremor), sulit tidur, sakit perut,
mulut kering , rasa tidak enak, batuk , sakit tenggorokan , atau pilek. Beberapa orang yang
menggunakan obat ini juga dapat mengalami efek samping yang serius seperti: detak
jantung yang cepat / berdebar / tidak teratur, kram otot , kelemahan. Cari pertolongan
medis segera jika efek samping yang tidak mungkin tetapi serius terjadi: sakit dada.
Dosis Gunakan obat ini tepat sesuai resep. Biasanya setiap 3 hingga 4 jam sesuai
kebutuhan atau sesuai petunjuk dokter Anda. Jangan minum obat ini lebih banyak
atau meminumnya lebih sering dari yang disarankan oleh dokter Anda.

Durasi 3-4 jam


Cara Pemakaian Goyang tabung jauh sebelum setiap inhalasi dan uji semprot. Ikuti instruksi untuk
semprotan uji di udara jika Anda menggunakan tabung baru atau jika Anda belum
menggunakannya dalam beberapa saat. Buka tutup gagang telepon. Tempatkan
corong di dekat mulut Anda dan buang napas. Masukkan corong sepenuhnya ke
dalam mulut Anda dan tekan inhaler saat Anda menarik napas dalam-dalam. Tahan
napas selama 10 detik jika memungkinkan untuk memungkinkan obat diserap. Jika
lebih dari satu inhalasi diresepkan, tunggu setidaknya 1 menit penuh di antara
inhalasi. Jika Anda menggunakan obat asma lain melalui mulut atau dengan alat
inhaling, tanyakan kepada dokter Anda tentang cara menggunakan obat ini dengan
benar dengan obat asma lainnya.
Bentuk sediaan Inhaler : oral

Peringatan Hindari menyemprotkan obat di mata. Jangan menggunakan bronkodilator bersamaan dengan
obat-obatan lainnya tanpa petunjuk dari dokter, karena dikhawatirkan dapat menyebabkan
efek samping yang membahayakan.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan bronkodilator, segera temui
dokter.
Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang sedang merencanakan untuk hamil, disarankan
untuk berkonsultasi kepada dokter sebelum menggunakan obat bronkodilator.

Interaksi Obat Apabila dalam mengkonsumsi obat ini bersamaan dengan obat-obatan jenis lain, seperti
vitamin dan suplemen herbal sebaiknya terlebih dahulu anda melakukan konsultasi pada
dokter, karena ada beberapa kondisi dimana ketika jenis obat dikonsumsi bersamaan dengan
jenis obat lain akan menimbulkan reaksi tertentu. Pentingnya melakukan konsultasi pada
dokter adalah agar dokter dapat mencegah dan dapat mengatur interaksi serta dosis sesuai
dengan kebutuhan pasien tersebut. Obat ini dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat
dengan produk berikut:
 Beta adrenergic bronchodilators
 Tricyclic antidepresant
 Monoamine oxidase inhibitors
DRUG RELATED PROBLEM
P1.2 (efek pengobatan tidak (kurang) optimal)
C2.1 (bentuk obat)
I2.1 (konseling)
ERYTHROMYCIN
• Erythromycin memiliki spektrum antibakteri mirip dengan
penicillin, obat ini digunakan sebagai alternatif pada pasien
alergi terhadap penicillin.
• Secara invitro, erythromycin terutama efektf pada coccus
gram positif. Erythromycin tidak aktif terhadap kebanyakan
kebanyakan kuman gram negatif, namun ada beberapa
spesies yang sangat peka terhadap erythromycin yaitu N.
Gonorrhoeae, Campylobacter jejuni, M. Pneumoniae.
Legionella pneumophill, dan C. Trachomatis.
• Meskipun antibiotik ini aktif terhadap staphylococcus yang
resisten terhadap penicillin, namun akhir-akhir ini resistensi
juga ditemukan terhadap erythromycin; erythromycin
memiliki aktivitas yang lemah terhadap Haemophilus
influenzae.
INDIKASI
Difteri, eritrasma, Infeksi saluran napas atas (akibat
staphylococcus, treptococcus), infeksi saluran napas bawah
(khususnya community acquired pneumonia oleh
pneumococcus, mycoplasma, legionella), otitis media akut
(akibat S. Pneumoniae), urethritis nonspesifik (akibat
Chlamydia, ureaplasma urealitycum), infeksi kulit dan
jaringan lunak, gastroenteritis akibat campylobacter jejuni,
profilaksis demam rematik bagi pasien yang alergi terhadap
golongan penicillin.
KONTRAINDIKASI
Hipersensitif terhadap erythromycin.
PERHATIAN
Hati-hati pada wanita hamil, menyusui, dan gangguan
hati/ginjal.
EFEK SAMPING
Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare), reaksi hipersensitifitas
(urtikaria, ruam kulit, reaksi anafilaksis), gangguan pendengaran yang
reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar, ikterus
kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
INTERAKSI OBAT
Meningkatkan toksisitas carbamazepine, kortikosteroid, cyclosporin,
digoksin, warfarin, terfenadin, astemizol, dan teofilin.
DOSIS UMUM
Dewasa: 1-2 gram/hari dibagi dalam 4 dosis
SEDIAAN
• Tab/kaps 250 mg: corsatrocin, erphatrocin, erysanbe, erythrin.
• Tablet kunyah 200 mg: Erphatrocin, erysanbe.
• Kaplet 500 mg: corsatrocin, dothrocyn, erycoat forte, erysanbe,
erythrin, narlecin, opithrocin.
DRUG RELATED PROBLEM
• Masalah yang ditemukan: Poin P.3.2 perawatan obat yang tidak perlu
• Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut: Kesalahan dalam pemilihan obat dikarenakan
tidak adanya indikasi (Poin C1.3). Kesalahan utama disebabkan pemilihan obat yang salah,
kekuatan atau dosis yang disarankan (OTC) (Poin C.5.3).
• Intervensi terencana : Berhenti mengkonsumsi obat ini. (I)
INHALER

Inhaler merupakan alat yang digunakan


untuk pemberian obat secara inhalasi. Sistem
pengiriman inhaler merupakan bentuk penting
dari perangkat pemberian obat dalam
pengobatan gangguan pernapasan, karena
memiliki keuntungan pemberian obat langsung
ke sistem pernapasan dan efek samping yang
lebih sedikit.
Metered- dose inhaler Dry- powder inhaler (DPI) nebulizaer
(MDI)
Dapat menggunakan DPI tidak mengandung Alat berupa mesin yang
spacer propelan sehingga mengubah obat asma
tertinggalnya obat di bentuk cair menjadi uap
orofaringeal lebih sedikit
Energi yang dibutuhkan Energi yang dibutukan Penghirupan obat
berdasarkan dari propilen berasal dari kekuatan menggunakan masker
pasien dalam menarik
napas
Memerlukan kordinasi Tidak memerlukan bantuan Mengeluarkan suara yang
yang pas antara menghirup spacer untuk berisik
dan menekan obat mempermudah
penggunaan
Terjadi penurunan dosis Membutuhkan aliran Memerlukan sumber daya
pada keadaan dingin inspirasi yang lebih tinggi listrik
Memerlukan persiapan Tidak dapat digunakan Harga relatif lebih mahal
khusus seperti pengocokan untuk pasien usia < %
dan penyemprotan aerosol tahun
sebelum digunakan
CONTOH INHALER & CARA MENGGUNAKAN
CARA PENGGUNAN MDI
1. Lepaskan cap dari spacer dan MDI
2. Kocok MDI dan sambungkan dengan spacer, pertahankan posisi MDI
dalam kondisi tegak
3. Ambil posisi tegak
4. Hembuskan napas sekuat-kuatnya
5. Mendekatkan mulut dengan spacer
6. Semprotkan satu puff dari obat kedalam spacer dan segera mulai
meranik napas pelan-pelan, sampai menarik napas dalam-dalam
7. Menahan napas kemudian menghembuskan napas perlahan-lahan
8. Jika dosis lain diperlukan, ulangi langkah 3-7
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa DRP, maka obat yang dihilangkan adalah
(Intervensi):

Nama Obat Alasan

Indometasin Menimbulkan interaksi obat dengan


prednison. Kontraindikasi terhadap penyakit
asma.

Eritromisin Penggunaannya tidak tepat untuk kasus


asma. Maka berhenti menggunakaan obat
ini.
Terlalu banyak interaksi obat, efek samping yang
Teofilin merugikan dan kontra indikasi dengan riwayat
penyakit kardiovaskular

Metoproterenol Inahaler dan cromolyn Terlalu banyak obat yang digunakan karena
memiliki indikasi yang sama dan bentuk
sediaan inhaller
Rekomendasi Terapi (Farmakologi)
Nama Obat Dosis Kegunaan
Obat asma pengganti teofilin, yang
salbutamol dikombinasikan dengan obat kortikosteroid
inhaler
Beclometashon nahaler Untuk mengobati asma kronik
2 puff p.r.n

Obat hipertensi atau untuk menurunkan detak


Verapamil jantung yang berlebihan

Untuk mengobati GERD, kami


merekomendasikan untuk melanjutkan
Cimetidin 400 mg p.o.b.i.d penggunaan Cimetidine.

Prednison Untuk mengobati asma dan joint


disease
Daftar Pustaka
Team Medicinal Mini Notes. Basic Pharmacology & Drug note. Edisi 2019. MMN Publishing: Makassar.

Haryanti, Sri. et. Al., 2016. Hubungan Kepatuhan Menggunakan Obat Inhaler β2-Agonis dan Kontrol
Asma pada Pasien Asma.

Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.

Cairns, D. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Terjemahan oleh Jojor Simanjuntak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Berhman, Kliegman & Arvina, Nelson.1996. Ilmu Kesehatan Anak. Diterjemahkan oleh Samik Wahab.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Liu D, Ahmet A, Ward L, Krishnamoorthy P, Mandelcorn ED, Leigh R, Brown JP, Cohen A, Kim
H. A practical guide to the monitoring and management of the complications of systemic
corticosteroid therapy. Allergy Asthma Clin Immunol. 2013 Aug 15;9(1):30. [PMC free article]
[PubMed]

Team medical Notes. 2017. Basic Pharmacology &Drug Notes. Makassar: MMN Publishing
Yunus, F., 1998, Manfaat Kortikosteroid Pada Asma Bronkial, Cermin Dunia Kedokteran, Hal 10-12, PT
Bintang Toedjoe, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai