Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikenal luas baik di negara

berkembang maupun negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih

tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan primer. Penggunaan obat

tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional

berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping

(Mochammad, 2004).

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang

berlimpah. Contoh dari kekayaan alam tersebut adalah banyaknya jenis

spesies tanaman di Indonesia. Kurang lebih terdapat 30.000 – 40.000 spesies

tanaman ada di Indonesia. Berbagai tanaman tersebut sebagian telah

dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat (Mochammad., 2004).

Cara penarikan kandungan kimia obat dalam tanaman sangat

menentukan senyawa apa saja yang akan berada dalam ekstrak. Pemilihan

cara ekstraksi yang salah menyebabkan hilangnya atau berkurannya senyawa

kimia yang berkhasiat yang diinginkan. Pemahaman tentang sifat zat-zat

kimia yang ada dalam tanaman mutlak diperlukan untuk mendukung

pemilihan cara ekstraksi (Adrian, 2000).

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan

kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air

dan yang lainnya pelarut organik. Sedangkan ekstrak (Extracta) adalah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau

hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh matahari langsung ekstrak

kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Salah satu metode ekstraksi

yang dapat digunakan untuk mengekstraksi adalah dengan metode perkolasi

(Endah, 2010).

Dari uraian diatas penyususn bermaksusd untuk membuat laporan

ektraksi dengan metode dekokta.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian dari metode dekokta?

2. Bagaimana prinsip dari metode dekokta?

C. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui pengertian dari metode dekokta?

2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dari metode dekokta?

D. Manfaat Percobaan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari metode dekokta.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prinsip dari metode

dekokta.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SAMPEL

1. Buah ciplukan(Physalis angulata L.) (Kartasapoetra, 1992)

Klasifikasi tanaman ciplukan

Kingdom : Plantea

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Physalis

Spesies : Physalis angulata L.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

Di Indonesia, ciplukan banyak dikenal dengan berbagai nama Daun boba

(Ambon), daun kopo-kopo atau daun loto-loto (Makasar), daun boba atau daun

lato-lato (sumatra), leletop (sumatra timur), melayu (ceplukan), cecendet atau

cicindet (sunda), keceplokan (kangean), yoryoran (madura), kopok-kopokan atau

ciciplukan (bali). Ciplukan merupakan herba yangmemiliki akar, batang, daun,

bunga, buah, dan biji. Akar tunggang dan serabut, berbentuk bulat, dan berwarna

putih, percabangannya tumbuh melebar kesamping dan bahkan sebagian mendatar

hingga menyentuh tanah, tingginya bisa mencapai 2 m, percabangan terjadi pada

daun keenam hingga kesepuluh (Anonim, 2010).

Daun berwarna hijau, permukaan berbulu, bentuk meruncing, berurat

jelas, tulang daun menyirip, daun bergerigi pada bagian tepinya, ujung daun

meruncing, pangkal daun runcing, panjang daun 5-12 cm dan lebar 4-7 cm, daun

tipis, cepat layu, berbau langu, dan rasanya sangat pahit. Panjang tangkai daun

berkisar 2-3 cm, dan berwarana hijau. Bunga berbentuk tunggal muncul dari

ketiak daun yang terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga menyerupai terompet,

mahkota bunga berwarna kuning berbentuk lonceng, tangkai sari dan tangkai

putik. Setelah terjadi persarian pada bunga, bakal buah tumbuh menjadi buah,

kulit buah semula berwarna hijau keputihan akan berubah menjadi hijau tua. Biji

ciplukan berstruktur keras dengan panjang kurang dari 1 mm, berwarna coklat

muda (Pitojo, 2002).

Daun dan batang ceplukan mengandung saponin, flavonoid, dan juga polifenol.

Buah ceplukan berkhasiat sebagai obat gusi berdarah, obat bisul dan obat mulas.

Daunnya berkhasiat sebagai obat bisul, obat bengkak, dan peluruh air seni. Akar

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

ceplukan dapat digunakan sebagai obat cacing yang berada di rongga perut,

seduhan akar ceplukan dapat digunakan sebagai obat sakit demam. Saponin yang

terkandung dalam ceplukan memberikan rasa pahit dan berkhasiat sebagai anti

tumor dan menghambat pertumbuhan kanker, terutama kanker usus besar.

Flavonoid dan polifenol berkhasiat sebagai antioksidan (Anonim, 2009).

B. DEKOKTA

Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi

simplisia nabati dengan pelarut air (polar) pada suhu 90° C selama30 menit,

terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (Depkes RI, 1995).

Prinsip kerja dekokta, simplisia dengan derajat kehalusan tertentu

dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, lalu dipanaskan

diatas penangas air selama 30 menit dihitung mulai suhu 90°C sambil sesekali

diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahakan air panas

secukupnya sehingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Agoes G,

2007).

Kelebihan dan kekurangan infusa dan dekokta (Dirjen POM, 1986).

1. Keuntungan infusa dan dekokta

a. Unit alat yang dipakai sederhana,

b. Biaya operasionalnya relatif rendah

2. Kerugian infusa dan dekokta

a. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap

kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

b. Hilangnya zat-zat atsiri

c. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang

mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan

menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.

Prosedur kerja dekokta

Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan

air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 30 menit terhitung mulai

suhu 900 C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel,

tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume

dekok yang dikehendaki, kecuali dekok dari simplisia Condurango Cortex yang

harus diserkai setelah didinginkan terlebih dahulu. Jika tidak ditentukan

perbandingan yang lain dan tidak mengandung bahan berkhasiat keras, maka

untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau

simplisia. Untuk bahan berikut, digunakan sejumlah yang tertera.

Bunga Arnica 4 bagian

Daun Digitalis 0,5 bagian

Kulit Akar Ipeka 0,5 bagian

Kulit Kina 6 bagian

Daun Kumis kucing 0,5 bagian

Akar Senega 4 bagian (BPOM RI, 2010).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

Kriteria sampel yang digunakan untuk dekokta

a. Pada bahan-bahan bakal yang keras

b. Pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri

c. Pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap

penghangatan (Ditjen POM, 1986).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam infusa dan dekokta (Badan POM RI,

2010)

Derajat halus dari bahan-bahan bakal

Untuk beberapa bahan bakal, diberikan derajat halusnya; pada bahan itu

ditunjukan pula, terutama :

a. Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-

bijinya harus dibuang dulu sebelum ditimbang.

b. Fruktur Anisi, Fructus juniferi dan fructus Myrtilli harus dimemarkan

terlebih dahulu. kecuali Fructus Hordei decorticati dan semen lini.

Gambar alat infusa dan dekokta

Panci infusa dan dekokta terdiri atas dua bagian, yaitu panci A yang berisi

simplisia dan air; panci B yang berisi air berfungsi sebagai penangas air.(

Ditjen POM, 1986)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Corong

b. Gelas kimia

c. Panci Dekokta

d. Timbangan digital

e. Termometer

2. Bahan yang digunakan

a. Aluminium foil

b. Aquadest

c. Kertas saring

d. Kain flanel

e. Sampel buah ciplukan

f. Sampel biji pepaya

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

B. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dipotong kecil –kecil sampel lalu ditimbang sebanyak 11 gram.

3. Dipanaskan penangas air yang telah diberi aquades secukupnya pada hot

plate hingga mendidih.

4. Dimasukkan panci dekok yang telah berisi sampel dan aquadest sebanyak

110 mL kedalam penangas air.

5. Diukur suhunya sampai mencapai suhu 900 C dan dihitung selama 30

menit, sambil sesekali diaduk.

6. Diserkai selagi panas dengan menggunakan kain flanel yang telah dilapisi

dengan kertas saring.

7. Ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh

volume yang dikehendaki.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. Table Pengamatan

Volume Berat
Nama Berat
No Cairan Ekstrak residu
Sampel sampel (g)
penyari cair (g)

1 Biji
11 gram 110 mL 100 mL 9,05 g
pepaya

2 Buah

ciplukan 11 gram 110 mL 100 mL 3,78 g

B. Perhitungan Sampel

Perhitungan sampel biji pepaya

1. % Kadar senyawa metabolit yang terekstrak (% K)

bobot sampel sebelum ekstraksi


%K = × 100%
bobot sampel setelah ekstraksi

11 gram
= × 100%
9, 05 gram

= 121, 54 %

2. % Cairan penyari (% C)

Jumlah ekstrak cair


%C = × 100%
Jumlah awal cairan penyari

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

100 mL
= × 100%
110 mL

= 90,90 %

Perhitungan sampel buah ciplukan

a. % Kadar senyawa metabolit yang terekstrak (% K)

bobot sampel sebelum ekstraksi


%K = × 100%
bobot sampel setelah ekstraksi

11 gram
= × 100%
3,78 gram

= 291, 00 %

b. % Cairan penyari (% C)

Jumlah ekstrak cair


%C = × 100%
Jumlah awal cairan penyari

100 mL
= × 100%
110 mL

= 90,90 %

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

BAB V

PEMBAHASAN

Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi

simplisia nabati dengan pelarut air (polar) pada suhu 90° C selama30 menit,

terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (Depkes RI, 1995).

Prinsip kerja dekokta, simplisia dengan derajat kehalusan tertentu

dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, lalu dipanaskan

diatas penangas air selama 30 menit dihitung mulai suhu 90°C sambil sesekali

diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahakan air panas

secukupnya sehingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Agoes G,

2007).

Sebelum diekstraksi, biji papaya dan buah ciplukan dicuci bersih dengan

air mengalir. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran – kotoran yang

menempel pada sampel, kemudian dipotong kecil - kecil untuk mempercepat

proses ekstraksi atau proses penyarian, karena semakin kecil sampel maka

semakin besar ukuran partikel dan semakin mudah cairan penyari untuk masuk

ke dalam sel.

Pada proses ekstraksi biji papaya dan buah ciplukan ini tidak dilakukan

proses pengeringan, karena saat pengeringan membutuhkan bahan pengawet

dan jika menggunakan bahan pengawet maka akan mempengaruhi kandungan

sampel saat dilakukan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) (Ibtisam, 2008).

Pelarut yang digunakan untuk penyarian zat aktif adalah aquadest

sebanyak 110 mL karena aquadest merupakan larutan penyari yang bersifat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

universal, mudah didapat dan selektif. Sehingga penyarian dengan

menggunakan pelarut aquadest diharapkan mampu menarik semua zat-zat atau

senyawa dalam sampel biji papaya dan buah ciplukan. Selain itu aquadest tidak

toksik serta ekonoms (Ibtisam, 2008).

Proses ekstraksi dengan metode dekokta dilakukan dengan cara sampel

yang telah di rajang dimasukkan kedalam panci dekokta yang telah berisi

aquadest. Tujuan dilakukan perajangan yaitu untuk mempermudah cairan

penyari untuk masuk kedalam dinding sel. Karena semakin kecil sampel maka

semakin besar ukuran partikelnya. Dipanaskan panci dekokta di atas penangas

air dan dihitung selama 30 menit setelah mencapai suhu 90oC dan sesekali di

aduk. Tujuan dilakukan pengadukan yaitu untuk membantu zat aktif keluar

secara merata. Setelah itu di serkai selagi panas dengan menggunakan kain

flanel yang dilapisi dengan kertas saring. Tujuan diserkai selagi panas yaitu

agar tidak terkontaminasi oleh bakteri. Kemudian ditambahkan air panas

secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume dekokta yang

dikehendaki.

Pada percobaan ini sampel biji papaya diperoleh nilai kadar senyawa

metabolit yang terekstrak yaitu 121, 54 %cairan penyari yaitu 90,90 %

Sedangkan pada sampel buah ciplukan diperoleh kadar senyawa metabolit yang

terekstrak yaitu 291,00%, cairan penyari yaitu 90,90 %.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi

simplisia nabati dengan pelarut air (polar) pada suhu 90° C selama30

menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (Depkes RI,

1995).

2. Prinsip kerja dekokta, simplisia dengan derajat kehalusan tertentu

dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, lalu

dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit dihitung mulai suhu

90°C sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel,

tambahakan air panas secukupnya sehingga diperoleh volume infusa yang

dikehendaki (Agoes G, 2007).

B. Saran

Diharapkan pada praktikum selanjutnya praktikan dapat lebih

memahami dan teliti dalam mengerjakan praktikum farmakognosi-II dan

dosen serta laboran dapat lebih bertanggung jawab pada praktikum yang

dilakukan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 14


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

DAFTAR PUSTAKA

Arief TQ, Mochammad., 2004. Pengantar Metode Penelitian untuk Kesehatan.

Klaten Selatan : CSGF.

Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan

Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

Dalimartha, Setiawan dr. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:

Trubus Agri Widya. 126, 127.

Depkes RI, 1995. Materi Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes RI Dirjen

POM. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. Jakarta : Departemen RI.

Endah pratiwi, 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi Dan

Reperkolasi Dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide Dari

Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.F.) Nees). Jurnal

Skripsi : Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hapsoh, 2011.1973. Ekstraksi Khromatografi Elektrophorosis. Fateta. IPB.

Bogor.

Harborne,J.B, 1984.Phitochemical Method. Chaman and Hall Itd : London

Kartasapoetra, 1992. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi III. Yayasan sarana

Warna Jaya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ibtisam, 2008. Optimasi Pembuatan EkStrak Daun Dewandaru (Eugenia Uniflora

L.) Menggunakan Metode Perkolasi Dengan Parameter Kadar Total

Senyawa Fenolik Dan Flavonoid. Jurnal Skripsi : Universitas

Muhamadiyah Surakarta. Surakarta.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI - II DIPLOMA - III

Purseglove, J.W., Brown, Green, dan Robbins. 1981. Spices Vol 2. Longman.

London. New York.

Stachowitsch, M, The Invertebrates, An Ilusctated Glosary, Department of Marine

Biology Institute of zoologi, Vienna, Austria, 1992, 13-18.

Sudjadi.1985. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16

Anda mungkin juga menyukai