BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkembang maupun negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih
(Mochammad, 2004).
menentukan senyawa apa saja yang akan berada dalam ekstrak. Pemilihan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh matahari langsung ekstrak
kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Salah satu metode ekstraksi
(Endah, 2010).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Percobaan
D. Manfaat Percobaan
dekokta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SAMPEL
Kingdom : Plantea
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Physalis
(Ambon), daun kopo-kopo atau daun loto-loto (Makasar), daun boba atau daun
bunga, buah, dan biji. Akar tunggang dan serabut, berbentuk bulat, dan berwarna
jelas, tulang daun menyirip, daun bergerigi pada bagian tepinya, ujung daun
meruncing, pangkal daun runcing, panjang daun 5-12 cm dan lebar 4-7 cm, daun
tipis, cepat layu, berbau langu, dan rasanya sangat pahit. Panjang tangkai daun
berkisar 2-3 cm, dan berwarana hijau. Bunga berbentuk tunggal muncul dari
ketiak daun yang terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga menyerupai terompet,
mahkota bunga berwarna kuning berbentuk lonceng, tangkai sari dan tangkai
putik. Setelah terjadi persarian pada bunga, bakal buah tumbuh menjadi buah,
kulit buah semula berwarna hijau keputihan akan berubah menjadi hijau tua. Biji
ciplukan berstruktur keras dengan panjang kurang dari 1 mm, berwarna coklat
Daun dan batang ceplukan mengandung saponin, flavonoid, dan juga polifenol.
Buah ceplukan berkhasiat sebagai obat gusi berdarah, obat bisul dan obat mulas.
Daunnya berkhasiat sebagai obat bisul, obat bengkak, dan peluruh air seni. Akar
ceplukan dapat digunakan sebagai obat cacing yang berada di rongga perut,
seduhan akar ceplukan dapat digunakan sebagai obat sakit demam. Saponin yang
terkandung dalam ceplukan memberikan rasa pahit dan berkhasiat sebagai anti
B. DEKOKTA
simplisia nabati dengan pelarut air (polar) pada suhu 90° C selama30 menit,
terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (Depkes RI, 1995).
diatas penangas air selama 30 menit dihitung mulai suhu 90°C sambil sesekali
diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahakan air panas
2007).
c. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang
Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan
air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 30 menit terhitung mulai
suhu 900 C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel,
dekok yang dikehendaki, kecuali dekok dari simplisia Condurango Cortex yang
perbandingan yang lain dan tidak mengandung bahan berkhasiat keras, maka
untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam infusa dan dekokta (Badan POM RI,
2010)
Untuk beberapa bahan bakal, diberikan derajat halusnya; pada bahan itu
a. Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-
Panci infusa dan dekokta terdiri atas dua bagian, yaitu panci A yang berisi
simplisia dan air; panci B yang berisi air berfungsi sebagai penangas air.(
BAB III
METODE PRAKTIKUM
a. Corong
b. Gelas kimia
c. Panci Dekokta
d. Timbangan digital
e. Termometer
a. Aluminium foil
b. Aquadest
c. Kertas saring
d. Kain flanel
B. Cara Kerja
3. Dipanaskan penangas air yang telah diberi aquades secukupnya pada hot
4. Dimasukkan panci dekok yang telah berisi sampel dan aquadest sebanyak
6. Diserkai selagi panas dengan menggunakan kain flanel yang telah dilapisi
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Table Pengamatan
Volume Berat
Nama Berat
No Cairan Ekstrak residu
Sampel sampel (g)
penyari cair (g)
1 Biji
11 gram 110 mL 100 mL 9,05 g
pepaya
2 Buah
B. Perhitungan Sampel
11 gram
= × 100%
9, 05 gram
= 121, 54 %
2. % Cairan penyari (% C)
100 mL
= × 100%
110 mL
= 90,90 %
11 gram
= × 100%
3,78 gram
= 291, 00 %
b. % Cairan penyari (% C)
100 mL
= × 100%
110 mL
= 90,90 %
BAB V
PEMBAHASAN
simplisia nabati dengan pelarut air (polar) pada suhu 90° C selama30 menit,
terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (Depkes RI, 1995).
diatas penangas air selama 30 menit dihitung mulai suhu 90°C sambil sesekali
diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahakan air panas
2007).
Sebelum diekstraksi, biji papaya dan buah ciplukan dicuci bersih dengan
air mengalir. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran – kotoran yang
proses ekstraksi atau proses penyarian, karena semakin kecil sampel maka
semakin besar ukuran partikel dan semakin mudah cairan penyari untuk masuk
ke dalam sel.
Pada proses ekstraksi biji papaya dan buah ciplukan ini tidak dilakukan
senyawa dalam sampel biji papaya dan buah ciplukan. Selain itu aquadest tidak
yang telah di rajang dimasukkan kedalam panci dekokta yang telah berisi
penyari untuk masuk kedalam dinding sel. Karena semakin kecil sampel maka
air dan dihitung selama 30 menit setelah mencapai suhu 90oC dan sesekali di
aduk. Tujuan dilakukan pengadukan yaitu untuk membantu zat aktif keluar
secara merata. Setelah itu di serkai selagi panas dengan menggunakan kain
flanel yang dilapisi dengan kertas saring. Tujuan diserkai selagi panas yaitu
dikehendaki.
Pada percobaan ini sampel biji papaya diperoleh nilai kadar senyawa
Sedangkan pada sampel buah ciplukan diperoleh kadar senyawa metabolit yang
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
simplisia nabati dengan pelarut air (polar) pada suhu 90° C selama30
menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (Depkes RI,
1995).
90°C sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel,
B. Saran
dosen serta laboran dapat lebih bertanggung jawab pada praktikum yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, Setiawan dr. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:
Depkes RI, 1995. Materi Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes RI Dirjen
Bogor.
Purseglove, J.W., Brown, Green, dan Robbins. 1981. Spices Vol 2. Longman.