Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PENULISAN LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA
SEMESTER AKHIR 2019/2020

I.1 Aturan Umum


A. Kertas yang digunakan adalah kertas HVS ukuran A4
B. Batas pengetikan tepi atas dan kiri 4 cm, tepi bawah dan kanan 3 cm.
C. Jenis huruf Arial 12, kecuali untuk keterangan tabel, gambar, daftar
pustaka, dan catatan kaki (jika ada) ukuran huruf 10
D. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku yang
mengikuti kaidah tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan.
E. Kata-kata bahasa asing dicetak miring
F. Tidak menggunakan singkatan kata, kecuali satuan yang sudah
dibakukan menurut standar internasional

I.2 Sistematika Laporan

1. HALAMAN JUDUL
(Lihat lampiran 1)

2. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan harus mencakup tentang latar belakang dan tujuan dari
praktikum. Misalnya praktikum Penyiapan Sampel, maka pada
pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang kenapa
penyiapan sampel harus dilakukan, serta tujuan dari penyiapan
sampel.

3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Tinjauan pustaka mencakup mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan judul praktikum. Mengenai poin-poin yang perlu ada pada
BAB II ditanyakan langsung kepada asisten penanggung jawab.
4. BAB III METODE KERJA
Terdiri dari:
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
III.1.2 Bahan
III.2 Cara Kerja
(Uraian poin-poin untuk cara kerja harus mencakup judul praktikum).
Cara kerja dibuat dalam bentuk paragraf dan tidak menggunakan
kalimat aktif.

5. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


(Uraian poin-poin untuk cara kerja harus mencakup judul praktikum).
Misalnya:
IV.1 Hasil dan Pembahasan Ekstraksi
IV.1 Hasil dan Pembahasan partisi

6. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Terdiri dari:
a. nakan dkk., atau et.al.
b. Jurnal yang digunakan sebagai rujukan pustaka minimal terbitan
tahun 2010.
c. Contoh:
1. Nini. Cara Mendapatkan Pendamping Hidup dengan Benar.
Makassar: Buffer Press. 2018.

2. DitJen POM DepKes RI. Farmakope Indonesia Edisi IV


Depkes RI. Jakarta. 1995.

7. LAMPIRAN
a. Judul lampiran ditulisan dengan huruf kecil, hanya huruf pertama
dari kata pertama yang ditulis dengan huruf kapital, dicetak tebal.
b. Terdiri dari:
Lampiran 1. Skema Kerja
Lampiran 2. Perhitungan
Lampiran 3. Gambar Hasil Praktikum
8.
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYIAPAN SAMPEL
(Jatropha curcas dan Caesalpinia crista)

KELOMPOK 5

A. MUH. AKBAR KARIM A. N011 18 1055

SEMESTER AKHIR 2019/2020


LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan sumber daya alam baik yang berupa tumbuhan

maupun hewan telah digunakan sejak dahulu oleh nenek moyang kita

tanpa mereka ketahui apa isi yang terkandung dalam tanaman tersebut.

Untuk itu, melalui kemajuan pengetahuan yang kita miliki, maka kita perlu

melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan kimia dari tanaman

maupun hewan tersebut yang dapat menghasilkan efek klinik.

Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia

khususnya seorang farmasi harusnya semakin mengenal tentang

senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman khususnya simplisia

yang dapat dijadikan sebagai obat. Hal ini perlu kita ketahui agar

pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai senyawa aktif didalam

didalam suatu simplisia.

Proses isolasi senyawa aktif yang dapat memberikan efek terapi bagi

manusia tentu saja tidak mudah. Perlu proses yang panjang sampai

akhirnya kita mendapatkan senyawa yang murni. Proses pertama yang

dilakukan yaitu pembuatan ekstrak, dimana kita mengambil komponen

dari suatu bagian tanaman dengan menggunakan suatu pelarut dengan

cara perendaman dan pelarutan (1). Tentu saja, pembuatan ekstrak ini
juga terdiri atas beberapa tahap yaitu penyiapan sampel, ekstraksi dan

penguapan.

Dilakukannya praktikum penyiapan sampel, ekstraksi dan

penguapan demi mengetahui proses pembuatan ekstrak dari daun jarak

pagar (Jatropha curcas) dan biji bagore (Caesalpinia crista).

1.2 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui cara penyiapan

sampel, ekstraksi dan penguapan pada simplisia daun jarak pagar

(Jatropha curcas) biji bagore (Caesalpinia crista).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Pengertian Simplisia

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah

bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan

proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang

telah dikeringkan (2).

III.2 Penggolongan Simplisia

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

II.2.1 Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,

misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman

adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara

tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa

zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu

dipisahkan/diisolasi dari tanamannya (2).

II.2.2 Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa

bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan

madu (Mel depuratum) (2).


II.2.3 Simplisia Mineral

Simplisia mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral

yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (2).

III.3 Cara Pembuatan Simplisia

II.3.1 Pemanenan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus

bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang

diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau

tanah yang tidak diperlukan.  Seperti rimpang, alat untuk panen dapat

menggunakan garpu atau cangkul.  Bahan yang rusak atau busuk harus

segera dibuang atau dipisahkan.  Penempatan dalam wadah (keran-jang,

kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan

tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan

diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena

dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga

harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang, tikus dan binatang

peliharaan) (3).

II.3.2 Penanganan Pasca Panen

Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap

tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya

antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan

memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses


selanjutnya.  Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara

dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah

dilakukan proses panen tanaman tersebut.  Selama proses pasca panen

sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang

digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan

seperti masker dan sarung tangan.  Tujuan dari pasca panen ini untuk

menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi 

sehingga memiliki nilai jual yang tinggi (3).

II.3.3 Penyortiran (segar)

Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan

untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang

tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih

kecil.  Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan

organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan

untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang

tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam

bahan (3).

II.3.4 Pencucian

Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus

segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu

bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air,
sumur atau  PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba

pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.

Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika

masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua

kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam

waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya

zat yang terkandung dalam bahan (3).

II.3.5 Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses

selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri

dan penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan

yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang,

batang, buah dan lain-lain.  Ukuran perajangan tergantung dari bahan

yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang

dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif  yang

terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka

pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu

yang lama dalam penjemuran  dan kemungkinan besar bahan mudah

ditumbuhi oleh jamur.

Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7-8

mm, jahe, kunyit dan kencur 3-5 mm.  Perajangan bahan dapat dilakukan

secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees

ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan split atau slice
tergantung tujuan pemakaian.  Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri

yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin

bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice) (3).

II.3.6 Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada

bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan

dapat terhambat.  Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar,

tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam

proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan

berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. 

Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan.  Pada

umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40 – 60°C dan hasil yang baik

dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air

10%.  Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi,

tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun,

kayu ataupun bunga.  Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses

pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan

sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak

saling menumpuk).

Pengeringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan

menggunakan sinar matahari ataupun secara modern dengan

menggunakan alat pengering seperti oven, rak, blower ataupun

dengan fresh dryer (3).


Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan

dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada

suhu 30–50°C. Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak

komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan

temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum

dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam

sitrat 3% selama 3 jam.

Selesai perendaman irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan

kemudian  dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah

untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada

saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang

berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18%

dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan sinar matahari

langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan

menggunakan blower pada suhu 40 – 50°C.  Kelebihan dari alat ini adalah

waktu  penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan

dengan sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu.

Selain kedua jenis pengering tersebut juga terdapat alat

pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang,

tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu

pengeringan selama 3 hari. Untuk daun  atau herba, penge-ringan dapat

dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang


ditutup dengan kain hitam, dengan alat pengering fresh dryer atau cukup

dikering-anginkan saja (3).

II.3.7 Penyortiran (kering)

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda

asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran

unggas atau benda asing lainnya.  Proses penyortiran merupakan tahap

akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,

penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia

ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen

yang dilakukan (3).

II.3.8 Pengemasan

Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-

keringkan.  Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas

maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin

mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit

penanganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak

beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk

dan rupa yang menarik (3).

Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya

menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan,

tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat

bersih, metode penyimpanan (3).


II.3.9 Penyimpanan

Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu

kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus

bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi.  Ventilasi harus cukup

baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas.

Perlakuan simplisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat

menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia

tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri

simplisia selama penyimpanan 3-6bulan.  Jadi sebelum disimpan pokok

utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan

higienes (3).

III.4 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Simplisia

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal dan

untuk memenuhi persyaratan minimal tersebut. Oleh karena itu. ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan simplisia,

yakni (4) :

a. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, tergantung

pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian

tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.

b. Kotoran, bahan-bahan yang busuk, dan benda asing perlu untuk

dibuang untuk mencegah pengaruhnya dalam kualitas simplisia.


c. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air

sebaiknya dicuci sesingkat mungkin.

d. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin perajang

khusus, sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran

yang dikehendaki atau seragam.

e. Dalam proses pengeringan, suhu pengeringan, kelembapan udara,

aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan perlu

diperhatikan untuk menjamin kualitas simplisia dan mencegah dari

kerusakan serta pembusukan.

f. Dalam mengeringkan bahan simplisia, tidak dianjurkan

menggunakan alat atau bahan plastik, karena plastik kurang atau

bahkan tidak menyerap air.

Sebaiknya simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembap,

dan terhindar dari sinar matahari langsung.

III.5 Susut Pengeringan

Susut pengeringan merupakan kadar bagian yang menguap dari

suatu zat. Kecuali dinyatakan lain, sebanyak 1 g sampai 2 g zat ditetapkan

pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai bobot tetap. Tujuan

dari susut pengeringan adalah untuk memberikan batas maksimal

(rentang) besarnya senyawa yang hilang selama proses pengeringan.

Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan

kontaminasi (5).
III.6 Kadar Air

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat

dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry

basis) (4). Pengukuran kandungan air di dalam satu bagian tumbuhan

dilakukan dengan cara titrasi, destilasi, atau gravimetri. Tujuan dari

parameter kadar air yaitu memberikan batasan minimal atau rentang

kandungan air di dalam bahan (2).

Tabel 1. Nilai kadar air di setiap bagian tanaman (2).


Bagian Tanaman Cara Pengumpulan Kadar
Akar Di bawah permukaan tanah, dipotong 10%
Biji Buah dipetik, dikupas dan diambil bijinya 10%
Buah Masak hampir masak dipetik 8%
Batang Cabang dipotong 10%
Daun Tua dan muda dipetik satu per satu 5%
Dicabut dan dibersihkan dari akar, dipotong
Rimpang 8%
melintang
Bunga Kuncup atau bunga mekar dipetik dengan tangan 5%
BAB III

METODE KERJA

IV.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu batu, ember, gunting, oven simplisia,

talenan, timbangan, dan zak obat.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunaka yaitu air, biji bagore (Caesalpinia crista), daun

jarak pagar (Jatropha curcas), dan kertas koran.

IV.2 Cara Kerja

IV.2.1 Penyiapan Sampel Daun Jarak Pagar

Alat dan Bahan disiapkan. Daun jarak pagar (Jatropha curcas)

ditimbang berat awalnya, kemudian disortasi basah terlebih dahulu.

Kemudian, dicuci hingga bersih dengan air mengalir agar tidak ada

kotoran yng tersisa kemudian dikeringkan. Daun jarak pagar (Jatropha

curcas) kemudian dirajang atau dipotong menjadi bagian yang kecil-kecil.

Setelah dirajang, bahan sampel simplisia siap untuk dikeringkan dengan

menggunakan oven pada suhu 40° C. Setelah kering, simplisia kemudian

disortasi kering dari bagian yang gosong, kemudian simplisia dikemas dan

ditimbang beratnya.
IV.2.2 Penyiapan Sampel Biji Bagore

Alat dan Bahan disiapkan. Biji bagore (Caesalpinia crista) ditimbang

berat awalnya lalu dibuka kulit biji dan diambil isinya. Kemudian disortasi

basah terlebih dahulu. Kemudian, dicuci hingga bersih dengan air

mengalir agar tidak ada kotoran yng tersisa kemudian dikeringkan. Biji

bagore (Caesalpinia crista) kemudian dirajang atau dipotong menjadi

bagian yang kecil-kecil. Setelah dirajang, bahan sampel simplisia siap

untuk dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 40° C. Setelah

kering, simplisia kemudian disortasi kering dari bagian yang gosong,

kemudian simplisia dikemas dan ditimbang beratnya.,


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Pembahasan Penyiapan Sampel

Berdasarkan praktikum penyiapan sampel diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 2. Hasil penyiapan sampel


Sampel Berat awal (g) Berat akhir (g) %R
Biji bagore 300 160 53,33
Daun jarak pagar 1370

Pada praktikum penyiapan sampel, sampel daun jarak pagar

(Jatropha curcas) dipetik pada pukul 17.30, sampel basah didapatkan

sebanyak 1370g. Setelah dikeringkan diperoleh simplisia sebanyak …. g

dengan %R sebesar ... Sampel biji bagore (Caesalpinia crista) bagore

basah diperoleh sebesar 300g. Setelah dikeringkan diperoleh berat

simplisia biji bagore sebanyak 160g dengan %R sebesar 53,44%


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Praktikum penyiapan sampel menghasilkan simplisia daun jarak

pagar (Jatropha curcas) seberat… g dengan %R sebesar … % dan

simplisia biji bagore (Caesalpinia crista) seberat 160g dengan %R sebesar

53,33

V.2 Saran

Saran untuk laboratorium, oven simplisia dapat ditambah agar

proses pengeringan simplisia dapat dilakukan dengan cepat mengingat

kemungkinan dilakukannya pengeringan secara langsung sangat kecil

dikarenakan seringnya hujan.

Saran untuk praktikum, sampel yang diberikan sebaiknya tidak

semua sama satu golongan dan juga target yang diberikan tidak terlalu

banyak.

Saran untuk asisten, agar tetap selalu membimbing dan memberi

pemahaman kepada praktikan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kristanti AN, Aminah NS, Tanjung, Mulyadi, Kurniadi Bambang. Buku Ajar Fitokimia.
Surabaya: Airlangga University Press; 2008.

2. Departemen Kesehatan RI. Vedemekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Ditjen POM;
1989.

3. Rivai, H., Wahyuni AH., Fadhilah H. Pembuatan dan Karakteristik Ekstrak Kering
Simplisia Jati Belanda. Padang: Universitas Andalas; 2018.

4. Suharmiati, Maryani H. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda : Si Pelangsing Tubuh &
Peluruh Kolesterol. Jakarta : Agromedia; 2010.

5. Rahayu N, dan Jodhi P.G. Rangkuman Kimia. Jakarta: Gagas Media; 2009.

6. Istianah N, Fitriadinda H, Murtini ES. Perancangan Pabrik untuk Industri Pangan.


Malang: Tim UB Press; 2019
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja

- Skema Pembuatan Simplisia Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas)

Sampel Daun Jarak Pagar


(Jatropha curcas)

- Disortasi basah
- Dicuci dengan air mengalir
- Dilakukan perajangan
- Dikeringkan
- Disortasi kering

Simplisia daun jarak pagar


(Jatropha curcas)

- Skema Pembuatan Simplisia Biji Bagore (Caesalpinia crista)

Sampel biji bagore


(Caesalpinia crista)

- Buka biji dari kulitnya


- Disortasi basah
- Dicuci dengan air mengalir
- Dilakukan perajangan
- Dikeringkan
- Disortasi kering
Simplisia biji bagore
(Caesalpinia crista)
Lampiran 2.

- %R simplisia biji bagore

Bobot akhir
%R = x 100 %
bobot awal

160
= x 100%
300

= 53, 33 %

- %R simplisia daun jarak pagar

Bobot akhir
%R = x 100 %
bobot awal

= ❑ x 100%
1370

=%
Lampiran 3. Gambar Hasil Praktikum

Gambar 1. Sortasi basah Gambar 2. Pencucian

Gambar 3. Perajangan Gambar 4. Pengeringan


Lampiran 3. Contoh penulisan skema kerja

Skema Kerja

Sampel Daun Manggis Hutan


(Garcinia hombroniana)

- Dikumpulkan dan disortasi basah


- Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
dalam oven simplisia (suhu 500C)
- Disortasi kering dan diserbukkan

Serbuk Daun manggis hutan

- Ditimbang

Sampel 1 (50 g) Sampel 2 (50 g) Sampel 2 (50 g)

- Diekstraksi dengan metode maserasi - Diekstraksi dengan metode Refluks - Diekstraksi dengan
- Pelarut Etanol 500 ml - Pelarut Etanol 500 ml metode Sokhlet
- Diuapkan menggunakan Rotavapor - Diuapkan menggunakan Rotavapor - Pelarut Etanol 500 ml
- Diuapkan menggunakan
Rotavapor

Ekstrak Aseton 1 Ekstrak Aseton 1 Ekstrak Aseton 1

Anda mungkin juga menyukai