PRAKTIKUM FITOKIMIA
SEMESTER AKHIR 2019/2020
1. HALAMAN JUDUL
(Lihat lampiran 1)
2. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan harus mencakup tentang latar belakang dan tujuan dari
praktikum. Misalnya praktikum Penyiapan Sampel, maka pada
pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang kenapa
penyiapan sampel harus dilakukan, serta tujuan dari penyiapan
sampel.
7. LAMPIRAN
a. Judul lampiran ditulisan dengan huruf kecil, hanya huruf pertama
dari kata pertama yang ditulis dengan huruf kapital, dicetak tebal.
b. Terdiri dari:
Lampiran 1. Skema Kerja
Lampiran 2. Perhitungan
Lampiran 3. Gambar Hasil Praktikum
8.
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYIAPAN SAMPEL
(Jatropha curcas dan Caesalpinia crista)
KELOMPOK 5
PENDAHULUAN
maupun hewan telah digunakan sejak dahulu oleh nenek moyang kita
tanpa mereka ketahui apa isi yang terkandung dalam tanaman tersebut.
Untuk itu, melalui kemajuan pengetahuan yang kita miliki, maka kita perlu
yang dapat dijadikan sebagai obat. Hal ini perlu kita ketahui agar
Proses isolasi senyawa aktif yang dapat memberikan efek terapi bagi
manusia tentu saja tidak mudah. Perlu proses yang panjang sampai
cara perendaman dan pelarutan (1). Tentu saja, pembuatan ekstrak ini
juga terdiri atas beberapa tahap yaitu penyiapan sampel, ekstraksi dan
penguapan.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (2).
II.3.1 Pemanenan
tanah yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat
menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus
kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan
harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang, tikus dan binatang
peliharaan) (3).
antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan
seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk
tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih
organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan
untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang
tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan (3).
II.3.4 Pencucian
bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air,
sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika
II.3.5 Perajangan
yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang,
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu
mm, jahe, kunyit dan kencur 3-5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan
secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees
ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice
tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri
yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin
bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice) (3).
II.3.6 Pengeringan
tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam
proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan
umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 60°C dan hasil yang baik
kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses
sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak
saling menumpuk).
tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu
II.3.8 Pengemasan
beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya
tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri
utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan
higienes (3).
yakni (4) :
pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai bobot tetap. Tujuan
kontaminasi (5).
III.6 Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
METODE KERJA
III.1.1 Alat
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunaka yaitu air, biji bagore (Caesalpinia crista), daun
Kemudian, dicuci hingga bersih dengan air mengalir agar tidak ada
disortasi kering dari bagian yang gosong, kemudian simplisia dikemas dan
ditimbang beratnya.
IV.2.2 Penyiapan Sampel Biji Bagore
berat awalnya lalu dibuka kulit biji dan diambil isinya. Kemudian disortasi
mengalir agar tidak ada kotoran yng tersisa kemudian dikeringkan. Biji
berikut :
V.1 Kesimpulan
53,33
V.2 Saran
semua sama satu golongan dan juga target yang diberikan tidak terlalu
banyak.
1. Kristanti AN, Aminah NS, Tanjung, Mulyadi, Kurniadi Bambang. Buku Ajar Fitokimia.
Surabaya: Airlangga University Press; 2008.
2. Departemen Kesehatan RI. Vedemekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Ditjen POM;
1989.
3. Rivai, H., Wahyuni AH., Fadhilah H. Pembuatan dan Karakteristik Ekstrak Kering
Simplisia Jati Belanda. Padang: Universitas Andalas; 2018.
4. Suharmiati, Maryani H. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda : Si Pelangsing Tubuh &
Peluruh Kolesterol. Jakarta : Agromedia; 2010.
5. Rahayu N, dan Jodhi P.G. Rangkuman Kimia. Jakarta: Gagas Media; 2009.
- Disortasi basah
- Dicuci dengan air mengalir
- Dilakukan perajangan
- Dikeringkan
- Disortasi kering
Bobot akhir
%R = x 100 %
bobot awal
160
= x 100%
300
= 53, 33 %
Bobot akhir
%R = x 100 %
bobot awal
= ❑ x 100%
1370
=%
Lampiran 3. Gambar Hasil Praktikum
Skema Kerja
- Ditimbang
- Diekstraksi dengan metode maserasi - Diekstraksi dengan metode Refluks - Diekstraksi dengan
- Pelarut Etanol 500 ml - Pelarut Etanol 500 ml metode Sokhlet
- Diuapkan menggunakan Rotavapor - Diuapkan menggunakan Rotavapor - Pelarut Etanol 500 ml
- Diuapkan menggunakan
Rotavapor