Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN REMPAH DAN


KHASIAT OBAT

Disusun oleh:
Nama : Almira Prasiwi
NIM : H0721012
Co-Ass : Erna Parmelina

LABORATORIUM EKOLOGI DAN MANAJEMEN


PRODUKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat
ini disusun guna melengkapi nilai mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman
Rempah dan Khasiat Obat diketahui serta disahkan oleh dosen dan asisten
praktikum Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat pada
Desember 2023.

Disusun Oleh:
Nama : Almira Prasiwi
NIM : H0721012

Mengetahui,

Dosen Koordinator Praktikum Teknologi Co-Assistant


Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat
Obat

xxxxxxxxxxxxxxxx Erna Parmelina


NIP. xxxxxxxxxxxxxxx NIM. H0720059
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia,
dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktikum Teknologi
Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat. Laporan Praktikum Teknologi
Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat ini dibuat untuk melengkapi nilai
Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih ke pada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret;
2. Tim dosen Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat
Obat;
3. Co-Assistant yang telah membimbing dan mengarahkan praktikan;
4. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih ada kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil
yang lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan memberi tambahan ilmu bagi pembaca. Amin.

Surakarta, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. BUDIDAYA TANAMAN REMPAH DAN KHASIAT OBAT FAMILY
ZINGIBERACECAE
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
B. TINJAUAN PUSTAKA
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
2. Alat dan Bahan
3. Cara Kerja
D. HASIL PENGAMATAN
E. PEMBAHASAN
F. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
II. PEMBUATAN SIMPLISIA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
B. TINJAUAN PUSTAKA
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
2. Alat dan Bahan
3. Cara Kerja
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
III.IDENTIFIKASI TANAMAN REMPAH DAN KHASIAT OBAT DALAM
RAMUAN OBAT TRADISIONAL DARI BERBAGAI DAERAH DI
INDONESIA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
B. TINJAUAN PUSTAKA
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
2. Alat dan Bahan
3. Cara Kerja
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
IV. IDENTIFIKASI FORMULA DAN BAHAN BAKU TANAMAN
BERKHASIAT OBAT PADA OBAT TRADISIONAL YANG BEREDAR
DI PASAR INDONESIA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
B. TINJAUAN PUSTAKA
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
2. Alat dan Bahan
3. Cara Kerja
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
V. SIMULASI PEMBUATAN GALENIKA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
B. TINJAUAN PUSTAKA
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
2. Alat dan Bahan
3. Cara Kerja
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. BUDIDAYA TANAMAN REMPAH DAN KHASIAT OBAT
FAMILY ZINGIBERACEAE

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Terdiri dari 3 paragraf, masing-masing paragraf minimal 5 kalimat
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 1 yaitu:
a. Mempraktikkan budidaya tanaman obat khususnya family
Zingiberaceae di polybag.
b. Mengamati pertumbuhan vegetatif, bentuk rimpang dan pertunasan
tanaman obat family Zingiberaceae.
B. Tinjauan Pustaka (masing-masing poin 2 tipus)
1. Pengertian tanaman rempah dan obat serta manfaatnya
Rempah-rempah dan tanaman obat merupakan tanaman kaya
khasiat yang telah dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan sejak zaman
dahulu. Komoditas tanaman ini memainkan peran penting dalam
meningkatkan perekonomian suatu negara atau daerah karena berfungsi
sebagai sumber lapangan kerja, devisa negara, pendapatan bagi petani,
dan pendukung pembangunan daerah dan industri. Semakin
berkembangnya sektor jamu, fitofarmaka, kosmetika tradisional, dan
obat-obatan herbal, maka peluang untuk memproduksi tanaman obat dan
rempah-rempah semakin terbuka lebar. Kandungan vitamin yang terdapat
pada tanaman obat dan tanaman rempah sangat baik untuk kesehatan
tubuh (Sulastri 2022).

2. Morfologi tanaman yang dibudidaya


Salah satu tanaman obat dan rempah-rempah yang dapat digunakan
adalah kunyit (Curcuma domestica Val.), yang digunakan sebagai bahan
baku obat-obatan, rempah-rempah, produk industri, kosmetik, dan
pewarna makanan alami. Kisaran suhu ideal untuk pertumbuhan kunyit
adalah 20 hingga 30 derajat Celcius dan tumbuh subur pada jenis tanah
latosol, aluvial, dan regosol dengan ketinggian 240 hingga 1.200 meter di
atas permukaan laut. Tanaman ini dapat bertahan pada curah hujan 1.500
hingga 4.000 mm per tahun. Selain itu, tegakan kayu keras muda, seperti
sengon atau jati, yang berumur tidak lebih dari tiga sampai empat tahun,
dengan tingkat naungan tidak lebih dari tiga puluh persen, dapat
mendukung pertumbuhan kunyit. Tanaman Kunyit merupakan tanaman
semak tahunan atau perenial dan tumbuh pada daerah tropis
(Wardani et al. 2020).
Kunyit (Curcuma longa) mengandung berbagai senyawa aktif yang
memberikan manfaat kesehatan dan memberikan warna kuning
karakteristik. Salah satu senyawa utama dalam kunyit adalah kurkumin,
yang merupakan tipe kurkuminoid. Kurkumin termasuk dalam kelompok
senyawa kurkuminoid yang memiliki aktivitas antioksidan dan anti-
inflamasi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kurkumin dapat
memiliki efek positif terhadap kesehatan, seperti melawan peradangan,
mengurangi risiko penyakit jantung, dan mendukung fungsi otak.
Kurkumin adalah senyawa polifenol alami yang merupakan komponen
utama rimpang dari rempah-rempah kunyit (Curcuma longa), sebuah
tanaman yang termasuk dalam famili Zingiberaceae (Pandey et al. 2020).
3. Budidaya tanaman obat

4. Syarat tumbuh tanaman yang dibudidayakan


C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam acara 1 yaitu: polybag/pot/wadah tanam
berdiameter 25-30 cm, sekop, gembor, alat tulis, dan kamera.
Bahan yang diperlukan tanah kebun, pupuk organik (kandang sapi
(1,2); kambing (3,4); ayam (5,6)), pupuk susulan anorganik (pupuk
majemuk NPKMutiara) (kondisional) saat 3 MST, rimpang yang telah
muncul tunas yaitu jahe (Kel. 1,4), kencur (Kel. 2,5), kunyit (Kel. 3,6).
3. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada acara 1 ini antara lain :
1) Tanah yang akan dipakai sebagai media tanam diolah dengan cangkul
atau sekop dan diberi pupuk organik sebagai pupuk dasar dengan
perbandingan 2:1.
2) Campuran media tanam dimasukkan ke dalam polybag berukuran
besar (8-10 kg) atau pot/wadah tanam berdiameter 25-30 cm.
3) Menyiram campuran media tanam yang telah dimasukkan ke dalam
polybag/pot dengan air secara merata hingga air menetes melewati
lubang di bagian bawah polybag/pot (atau media tanam dalam keadaan
jenuh air), biarkan seluruh bagian media tanam menjadi lembab.
4) Menyiapkan rimpang yang telah muncul tunas. Jika rimpang belum
muncul tunas, siapkan wadah (tray, nampan atau kardus alasi dengan
kertas atau kain lembab), letakkan rimpang di atas wadah yang telah
disiapkan, kemudian simpan beberapa waktu di tempat yang teduh/di
dalam ruangan hingga muncul tunas.

D. Hasil Pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Tabel 1.1 Hasil pengamatan tinggi tanaman kunyit
Tinggi Tanaman (cm)
MST
I II III IV V Rata-rata
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 7,5 0 2 3,4 3 4,38
6 15 13,5 5,5 7,2 9 10,04
7 27 25 7 11 19 17,8
8 32 30 10 14,5 25 22,3
9 44 41 14 18 28,5 29,1
Sumber : Data Primer
2. Jumlah Daun
Tabel 1.2 Hasil pengamatan jumlah daun tanaman kunyit
Jumlah Daun (helai)
MST
I II III IV V Rata-rata
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 1 1 1 1 1 1
6 2 2 2 2 2 2
7 3 3 2 2 3 2,6
8 3 4 3 3 3 3,2
9 3 4 3 3 4 3,4
Sumber : Data Primer
3. Jumlah Anakan
Tabel 1.3 Hasil pengamatan jumlah anakan tanaman kunyit
Jumlah Anakan
MST
I II III IV V Rata-rata
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0
Sumber : Data Primer
E. Pembahasan (masing-masing poin 2 sitasi)
- Manfaat tanaman yang dibudidayakan
- Pemeliharaan tanaman yang dibudidaya
- Interpretasikan hasil pengamatan
- Bandingkan performa (keragaan) rimpang, tumas dan tanaman dewasa
(tanaman jahe/kencur/kunyit)
- Hambatan, OPT yang ada pada budidaya tanaman (jahe/kencur/kunyit)
BERCAK DAUN

CATATAN:
- Disetiap tipus dan pembahasan minimal disertai 1 jurnal internasioanl max 10
tahun (2014-2023). Jurnal nasional max 5 tahun (2019-2023)
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Foto bagian rimpang
2. Foto bagian tunas
3. Foto tanaman yang telah tumbuh aktif (berdaun lebat)
4. Foto saat penanaman
.
II. PEMBUATAN SIMPLISIA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia telah menggunakan bahan alam dari tanaman
sebagai salah satu bentuk pengobatan. Beberapa tanaman yang sering
digunakan untuk dijadikan jamu, yaitu daun pepaya, rimpang temu lawak,
rimpang kunyit, daun brotowali, dan rimpang jahe. Bentuk obat tradisional
yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah rebusan jamu dari bahan
tanaman segar. Meskipun tanaman segar dapat digunakan, tetapi juga
bahan dasar tersebut dapat cepat membusuk apabila tidak segera
digunakan. Obat tradisional dari tanaman, bentuk sediaan simplisia
dianggap lebih baik dibandingkan dengan bentuk tanaman segar dalam hal
standarisasi kualitas farmasetik. Bentuk simplisia dapat menjaga stabilitas
bahan aktif di dalam tanaman obat dibandingkan dalam bentuk segar yang
mudah membusuk
Bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun atau
hanya dikeringkan saja dan digunakan sebagai obat dinamakan simplisia.
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air atau pemisahan air
dalam jumlah yang relatif sedikit dari bahan dengan bantuan energi panas.
Tujuan dari proses pengeringan yaitu mengurangi kandungan air di dalam
bahan dan bahan tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Pengurangan kadar air dapat menghentikan
proses enzimatik sehingga dapat mencegah penurunan mutu atau
kerusakan simplisia. Selama bahan masih memiliki kandungan air yang
tinggi beberapa enzim tertentu dalam sel akan menguraikan senyawa
aktif,meskipun setelah selnya dalam keadaan mati.
Meningkatnya pemakaian tanaman obat dalam satu decade terakhir
ini berbanding lurus dengan berkembangnya industri jamu atau obat
tradisional, farmasi, kosmetik, minuman dan makanan. Pemanfaatan
tanaman yang biasanya digunakan berupa simplisia yaitu bahan tanaman
yang masih belum mengalami perubahan bentuk dan hanya dikeringkan
saja. Selama ini banyak masyarakat yang telah menggunakan simplisia
baik berupa akar, herba, biji, daun dan batang, untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan yaitu sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Karakterisasi simplisia sirih ini merupakan langkah awal standardisasi
yang bertujuan menetapkan mutu simplisia sebagai bahan baku pembuatan
sedian obat serta sebagai acuan proses pembuatan simplisia untuk
mendapatkan hasil serta mutu yang sama dalam sedian. Tanaman obat
yang dipanen dalam keadaan segar dapat dibuat simplisia dengan cara
menghilangkan kadar airnya minimal hingga 90% dengan pemanasan baik
menggunakan sinar matahari langsung atau diangin-anginkan maupun
menggunakan alat pengering.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 2 yaitu:
a. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia.
b. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil simplisia.
B. Tinjauan Pustaka
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan
lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC. Simplisia yang aman dan
berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung bahaya kimia,
mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta mengandung zat aktif yang
berkhasiat. Ciri simplisia yang baik adalah dalam kondisi kering (kadar
air < 10%), untuk simplisia daun, bila diremas bergemerisik dan berubah
menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas bergemerisik dan berubah
menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, dan simplisia buah dan rimpang
(irisan) bila diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia yang baik
adalah tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai bahan segarnya
(Paramita et al., 2022).
Salah satu jenis tanaman simplisia adalah temu hitam. Temu Hitam
(Curcuma aeruginosa R.) adalah salah satu rempah asli Indonesia yang
biasa digunakan sebagai bahan campuran obat atau jamu. Temu hitam
termasuk ke dalam famili Zingiberacea yang mengandung beberapa
senyawa, seperti minyak atsiri, tanin, curikumol, kurkumenol,
isokurkumelon, kurzerenon, kurdion, kurkumolactone, germakron, dan
curcumin. Temu hitam memiliki rasa pahit. Tumbuhan ini memiliki
khasiat sebagai penambah nafsu makan, dikarenakan dalam temu hitam
mengandung minyak atsiri yang berpotensi menurunkan lemak, sehingga
dapat menambah nafsu makan (Adiant et al., 2020).
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati
merupakan simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau
eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan
dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni. Keungguluan
simplisia pestisida nabati ialah praktis, ekonomis, ramah lingkungan dan
dapat menekan terjadinya serangan hama pada tanaman. Produk simplisia
nabati yang terdapat bahan-bahan alami tumbuhan seperti serai wangi,
daun papaya dan daun sirsak dapat menghentikan serangan hama daun
ditambah dengan penggunaan konsentrasi yang tepat dapat
memaksimalkan hasil pertumbuhan tanaman (Kusuma et al., 2023).
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan. Contohnya adalah minyak ikan dan
madu. Simplisia hewani harus bebas dari fragmen hewan asing atau
kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, serta tidak
boleh mengandung bahan lain yang beracun atau yang berbahaya.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana.
Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga. Simplisia pelikan harus
bebas dari pengotoran oleh tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan
asing lainnya (Amalia et al,. 2023).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui beberapa tahapan.
Tahapan pertama adalah mengumpulkan bahan baku dengan
memperhatikan faktor-faktor seperti umur tumbuhan atau bagian
tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan
lingkungan tempat tumbuh. Bahan baku tersebut setelah itu dicuci.
Kemudian melakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
Kotoran tersebut dapat berupa tanah, kerikil, rumput/gulma, tanaman lain
yang mirip, bahan yang telah rusak atau busuk, serta bagian tanaman lain
yang memang harus dipisahkan dan dibuang. Pengeringan dilakukan
setelahnya untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Efisiensi
pengeringan dengan oven 50C lebih baik karena pengeringan dapat
dilakukan dalam waktu 8 jam, sedangkan cara kombinasi kering angin
dan oven 25C membutuhkan waktu 25 hari untuk mendapatkan kadar air
yang memenuhi syarat (Wijaya dan Noviana, 2022).
Langkah terakhir yaitu sortasi kering yang tujuannya untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia kering. Pemisahan bahan simplisia dari kotoran ini
bertujuan untuk menjaga kemurnian dan mengurangi kontaminasi awal
yang dapat mengganggu proses selanjutnya, mengurangi cemaran
mikroba, serta memperoleh simplisia dengan jenis dan ukuran seragam.
Selanjutnya ditahap akhir yaitu pengemasan dan penyimpanan.
Peyimpanan sebaiknya pada wadah yang bersifat tidak beracun dan tidak
bereaksi dengan bahan yang dikemas. Hal ini bertujuan agar tidak
menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa, dan
sebagainya pada simplisia. Simplisia dapat rusak atau berubah mutu nya
karena faktor internal dan eksternal simplisia, seperti cahaya, oksigen,
penguapan air dan pengotor serangga (Panangi dan Sakka, 2022).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat
Acara 2 mengenai Pembuatan Simplisia dilaksanakan pada Jumat, 27
Oktober 2023 pukul 10.45-11.30 di Laboratorium EMPT Fakultas
Pertanian UNS.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum acara 2 yaitu: pisau,
baskom/ceting, timbangan, talenan, nampan, alat tulis, kertas hvs, label
dan jas lab.
Bahan yang digunakan yaitu: rimpang jahe (Kel. 1,4), kencur (Kel.
2,5), kunyit (Kel. 3,6), air.
3. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada acara 2 ini antara lain :
a. Mempersiapkan alat dan bahan
b. Menimbang rimpang sebanyak 500 gram
c. Membersihkan rimpang menggunakan air hingga bersih
d. Memotong rimpang mengikuti bentuk rimpang dengan ketebalan tidak
terlalu tebal maupun tipis.
e. Melakukan sortasi pada irisan rimpang dengan kriteria ukuran dan
tebal yang sesuai
f. Membagi sampel menjadi 3 ulangan, kemudian masing-masing
ulangan ditimbang sebagai bobot basah simplisia dan catat hasilnya.
g. Menempatkan masing-masing ulangan di nampan dan diberi label
sesuai ulangan.
h. Melakukan penjemuran/pengovenan (105°C) sampel hingga benar-
benar kering dengan ditandai sampel mudah dipatahkan.
i. Melakukan penimbangan pada sampel setelah
penjemuran/pengovenan (105°C) sebagai bobot kering simplisia dan
catat hasilnya.
j. Mengevaluasi hasil simplisia dengan menghitung: bobot basah
simplisia, bobot kering simplisia, rendeman simplisia, kadar air
simplisia, warna awal dan akhir simplisia.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Tahapan Pembuatan Simplisia

Pengumpulan Bahan Baku

Sortasi Basah

Pengeringan

Sortasi kering

pengemasan & penyimpanan

2. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil pengamatan akhir simplisia rimpang tanaman Temu
Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb).
No. Variabel Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-rata
1. Bobot basah 90,98 68,16 44,26 67,8
2. Bobot kering 17,22 17,19 16,18 16,86
3. Rendeman 18,92% 25,22% 36,55% 26,90%
4. Kadar air 80,98% 74,79% 63,50% 73,09%
Putih biru Putih biru Putih biru Putih biru
5. Warna awal
kehitaman kehitaman kehitaman kehitaman
Coklat Coklat Coklat Coklat
6. Warna akhir biru biru biru biru
kehitaman kehitaman kehitaman kehitaman
Sumber : Data Primer
3. Pembahasan
Rimpang temu hitam dapat dibuat menjadi simplisia sebagai sumber
bahan obat tradisional. Jika dipotong melintang, rimpang berwarna putih
dan berbentuk cincin. Jika diiris-iris, rimpang akan tampak seperti cincin
berwarna biru atau kelabu. Kulit rimpang tua umumnya berwarna putih
kotor, sedangkan dagingnya kelabu. Menurut Zulfiah et al. (2020) rimpang
temu ireng bersifat dingin serta rasa tajam dan pahit. Jumlah rimpang tua
rumpun sekitar sembilan buah; sedangkan rimpang muda sekitar lima
buah. Temu ireng banyak digunakan dalam ilmu pengobatan oleh
masyarakat karena memiliki kandungan yang baik bagi tubuh. Komponen
utama yang terkandung dalam minyak rimpang temu ireng terdiri atas
terpen, alkohol, ester, mineral, minyak atsiri, lemak, damar, dan kurkumin
Temu hitam memiliki nama lokal temu ireng diduga memiliki
aktivitas sitotoksik karena mengandung minyak atsiri, kurkuminoid,
alkaloid, lemak, tanin, amilum, saponin, polifenol dan senyawa bioaktif
yaitu flavonoid dan kurkuminoid yang dikenal memiliki aktivitas
antikanker. Rimpang temu hitam secara empiris memiliki khasiat untuk
menambah nafsu makan, meredakan nyeri, menghilangkan bengkak,
membersihkan darah paska melahirkan, menyuburkan kandungan dan lain-
lain. Potensi tanaman temu hitam sebagai salah satu obat alternatif telah
banyak dikembangkan dan dilakukan berbagai penelitian, seperti pada
penelitian Khodijah (2019), menyatakan bahwa kandungan minyak atsiri
dalam rimpang temu hitam sebagai antibakteri yang kuat.
Tahapan dalam pembuatan simplisia rimpang temu hitam
membutuhkan beberapa cara. Pertama dilakukan sortasi basah untuk
menghilangkan pengotor dari tanaman seperti tanah. Kemudian dicuci
hingga bersih. Setelah itu dilakukan perajangan agar mempermudah dalam
proses pengeringan. Menurut Setiarso et al. (2019), bahan tanaman obat
dapat dirajang tidak terlalu tipis (minimal ketebalan 3 mm) untuk menjaga
kandungan senyawa aktifnya. Setelah itu dikeringkan di lemari pengering
dengan suhu 105°C hingga benar-benar kering dengan ditandai mudah
dipatahkan. Menurut Raja et al. (2019) tahap pengeringan dapat dilakukan
secara alami dengan sinar matahari atau menggunakan bantuan alat seperti
oven dan microwave. Setelah kering dilakukan proses sortasi kering agar
tidak ada bahan asing yang menempel pada simplisia. Simplisia yang
sudah kering dan bersih, kemudian dipotong dan ditimbang sebagai bobot
kering.
Secara umum fungsi dari proses pengeringan adalah mengurangi
kadar air yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta kapang,
bahan lebih awet saat disimpan, memudahkan penyimpanan dan perlakuan
selanjutnya lebih mudah. Penetapan kadar air dilakukan dengan
memanaskan simplisia pada suhu 105C. Penggunaan suhu 105C karena
air menguap pada suhu 100C, dengan suhu 105C maka kandungan air
dalam sel sebagian besar sudah menguap. Berdasarkan kadar air yang
diperoleh mendapat hasil sampel 1 sebesar 80,98%, sampel 2 sebesar
74,79%, sampel 3 sebesar 63,50% dan rata-rata sebesar 73,09%. Kadar air
yang paling rendah diperoleh dari sampel 3, sedangkan kadar air paling
tinggi diperoleh dari sampel 1. Menurut Handoyo dan Pranoto (2020)
penurunan kualitas mutu simplisia yang disebabkan oleh kadar air sampel
dapat dicegah dengan proses pengeringan, sehingga reaksi enzimatik tidak
akan berlangsung. Kadar air yan ada dalam sampel supaya tidak terjadi
proses reaksi enzimatik harus kurang dari 10%.
Rendemen merupakan perbandingan antara berat ekstrak yang
didapatkan dengan berat simplisia awal, rendemen menggunakan satuan
persen. Berdasarkan rendemen yang diperoleh, pada sampel 3 diperoleh
rendemen tertinggi sebesar 36,55% dibandingkan dengan sampel 1 sebesar
18,93% dan sampel 2 sebesar 25,22%. Menurut Prabaningrum et al. (2022)
Rendemen dapat digunakan sebagai dasar perhitungan bahan, biaya dan
efisiensi pengolahan produk. Rendemen adalah perbandingan jumlah
ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman, rendemen yang dihasilkan
menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak.
Salah satu yang mempengaruhi mutu simplisia adalah tahap
pengeringan. Pengeringan adalah cara mengurangi kandungan air dari
suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alami (sinar
matahari) atau buatan (alat pengering). Penetapan kadar air simplisia
dilakukan dengan cara gravimetri. Menurut Andi (2022) pada proses ini
untuk menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa
menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif, memudahkan dalam hal
pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan dan tahan lama).
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pengeringan adalah suhu,
kelembaban, tekanan udara dan kecepatan, sedangkan faktor internal yang
berpengaruh antara lain kadar air, bentuk, luas permukaan dan kondisi
fisik sampel.
Selain itu, perajangan yang terlalu tipis juga menyebabkan
simplisia mudah rusak saat dilakukan pengeringan dan pengemasan.
Sebaliknya, jika terlalu tebal maka kandungan air dalam simplisia akan
sulit dihilangkan. Menurut Ermawati (2021), tebal perajangan yang baik
pada simplisia adalah 3 mm dan 5 mm sehingga diperoleh ketebalan ideal
simplisia kering yaitu 3 mm dan 5 mm dan dilakukan pengirisan secara
membujur. Tujuan dan alasan pengeringan yaitu untuk mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara 2 mengenai pembuatan simplisia antara lain :
a. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain, berupa bahanyang telah dikeringkan.
b. Simplisia dibedakan menjadi simpisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral).
c. Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebagai
berikut:Pengolahan bahan baku, Sortasi basah, Pencucian,
Perajangan, Pengeringan,Sortasi kering, Pengepakan dan
penyimpanan.
d. Rendemen simplisia temu hitam yang diperoleh dalam praktikum
adalah sebesar 26,90%.
e. Kadar air simplisia temu hitam yang diperoleh dalam praktikum
adalah sebesar 73,09%.
2. Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat
diberikan beberapa saran di antaranya yaitu sebaiknya ketika memilih
jadwal praktikum, coass memberi tahu bahwa keberjalanan praktikum
mungkin lebih lama sehingga praktikan bisa memilih jadwal praktikum
yang tidak mendekati dengan dimulainya kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Adiant M, Pramesti ER, Puruhito FE. 2020. Combination therapy of massage and
temu ireng. J of Vocational Health Studies 4(1):1–4
Amalia LD, Raharjo D, Septiarini AD. 2023. Formulasi Dan Uji Mutu Fisik
Sediaan Spray Gel Ekstrak Etanol Daun Nipah (Nypah fructicans. Wurmb)
Sebagai Terapi Pengobatan Luka Sayat Terhadap Kelinci (New Zealand
White). J of Educational Innovation and Public Health 1(4): 213-234.
Ermawati D, Prihastanti E, Hastuti ED. 2021. Pengaruh Arah dan Tebal Irisan
Rimpang Terhadap Rendemen Flavonoid, Berat Kering dan Performa
Simplisia Umbi Garut (Maranta arundinacea L.) Setelah
Pengeringan. Buletin Anatomi dan Fisiologi 6(2): 131-137.
Handoyo DLY, Pranoto ME. 2020. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Terhadap
Pembuatan Simplisia Daun Mimba (Azadirachta Indica). J Farmasi
Tinctura, 1(2), 45-54.
Khodijah B, Enny F. 2019. Daya Antibakteri Berbagai Konsentrasi Rimpang
Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) Terhadap Bacillus subtitullis dan
Staphylococus aureus Secara Invitro. J Biologi 2(4):25-27.
Kusuma IA, Nur'Aini E, Nugraha MS, Kurnia I. 2023. Inventory of Simplisia of
Medicinal Plants Traded in Bogor Traditional Market. J Biologi
Tropis, 23(3), 155-163.
Panangi AN, Sakka L. 2022. Pelatihan pembuatan simplisia daun kelor (Morinaga
oliefera) pada masyarakat desa mangeloreng kecamatan bantimurung,
kabupaten maros. J pengabdian farmasi dan sains 1(1): 36-39.
Pandey, A., Chaturvedi, M., Mishra, S., Kumar, P., Somvanshi, P., & Chaturvedi,
R. 2020. Reductive metabolites of curcumin and their therapeutic effects.
Heliyon, 6(11): 1-7.
Paramita O, Kusumastuti A, Ansori M, et al. 2022. Optimalisasi jenis pelarut pada
perwarna kulit ubi ungu. J Kimia Universitas Negeri Semarang, (1): 222-252.
Prabaningrum SD, Bintoro VP, Abduh SBM. 2022. Pengaruh Konsentrasi Bahan
Pengikat terhadap Nilai Rendemen, Kadar Air, Aktivitas Air dan Warna pada
Nori Artifisial Daun Cincau. J Aplikasi Teknologi Pangan.
Raja KS, Taip FS, Azmi MMZ, Shishir MRI. 2019. Effect of Pre-treatment and
Different Drying Methods on The Physicochemical Properties of Carica
Papaya L. Leaf Powder. J of the Saudi Society of Agricultural Sciences,
18(2), 150–156.
Setiarso P, Kusumawati N, Rusijono R, Muslim S. 2019. Optimization of Slice
Thickness, Drying Method, and Temperature of Turmeric Rhizome (Curcuma
longa L.) Based on Water Content and Functional Compound Degradation.
Atlantis Highlight in Engineering, 1(ICST), 46–52.
wa
Wijaya A, Noviana N. 2022. Penetapan Kadar Air Simplisia Daun Kemangi
(Ocimum basilicum L.) Berdasarkan Perbedaan Metode Pengeringan. J Riset
Kefarmasian Indonesia, 4(2), 185-194.
Zulfiah Z, Megawati M, Herman HH, Ambo Lau S, Hasyim MF, Murniati M.
2020. Uji Toksisitas Ekstrak Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa
Roxb.) Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). J Farmasi Sandi Karsa, 6(1): 44–49.
LAMPIRAN
Dokumentasi tahapan pembuatan simplisia
Dokumentasi pervariabel pengamatan akhir simplisia
III. IDENTIFIKASI TANAMAN REMPAH DAN KHASIAT OBAT
DALAM RAMUAN OBAT TRADISIONAL DARI BERBAGAI DAERAH
DI INDONESIA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia umumnya mempunyai adat istiadat dan budaya yang
sangat beragam. Berbeda lokasi dari suatu masyarakat akan berbeda pula
jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan meskipun pada suku yang sama
seperti sumber lokasi didapatnya tumbuhan obat, status budidaya
tumbuhan, bagian yang digunakan sebagai obat serta cara pemanfaatan
tumbuhan obat tersebut. Tanaman tersebut ada yang tumbuh secara liar
maupun secara sengaja sudah dibudidayakan, meskipun dengan cara yang
masih sangat sederhana di pekarangan rumah atau di kebun. Beberapa
diantaranya ada yang dimanfaatkan juga sebagai rempah untuk melengkapi
bumbu masakan sehari-hari, sebagai campuran minuman untuk perawatan
kesehatan, atau secara khusus untuk mengobati penyakit tertentu.
Kekayaan nusantara berupa spesies tanaman berkhasiat obat harus
dilestarikan keberadaannya dan sebagai warga masyarakat perlu
berpartisipasi untuk merawat keberadaan dan mengembangkan spesies
tanaman berkhasiat obat tersebut, selain juga memahami kemanfaatannya,
terutama untuk mendukung terciptanya kemandirian dalam merawat
kesehatan keluarga. Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki
karakteristik berbeda-beda pada suatu wilayah. Banyaknya jenis tumbuhan
yang digunakan sebagai obat tradisional dapat memberikan referensi
terhadap dunia pengobatan, apalagi dengan makin gencarnya moto “back
to nature” atau “kembali ke alam”. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah hilangnya pengetahuan lokal dengan cara
mendokumentasikan pengetahuan tradisional mereka.
Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tumbuhan
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulan masalah
kesehatan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan
sintetik. Pengetahuan dan kearifan lokal yang dimiliki secara turun
temurun dari leluhurnya, masyarakat Indonesia memanfaatkan tumbuhan
untuk meredakan gejala hingga menyembuhkan beragam penyakit yang
diderita. Ada yang langsung dimanfaatkan dan ada juga yang harus diracik
dengan tumbuhan obat lainnya. Bahan-bahan yang dijadikan ramuan dapat
diambil dari bagian akar, daun, bunga, buah maupun kayu.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 3 yaitu:
a. Mengidentifikasi tumbuhan/tanaman berkhasiat obat yang khas di tiap-
tiap daerah.
b. Mendeskripsikan kandungan zat aktif dan kemanfaatan tanaman
sebagai bagian dari obat tradisional masyarakat lokal.
B. Tinjauan Pustaka
Dewasa ini, pengobatan berbasis bahan alami masih menjadi metode
terapi komplementer yang disukai untuk penyembuhan diri dari penyakit atau
meningkatkan kesehatan di dunia saat ini. Penggunaan tanaman obat untuk
meningkatkan kesehatan telah dipraktekkan di Indonesia selama ribuan tahun,
sejak zaman nenek moyang, dan terus berlanjut hingga saat ini. Obat
tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun temurun,
berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Pengobatan
herbal tradisional merupakan peluang meningkatkan kesehatan bahkan di
lingkungan industri karena merupakan pilar penting budaya dan sosialisasi
manusia (Widowati et al., 2020).
Sediaan-sediaan bahan alam atau ramuan obat tradisional yang sudah
beredar di masyarakat dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok utama yaitu
jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Selain ketiga kelompok
tersebut, ramuan obat tradisional juga dapat dibuat atau diramu sendiri di
rumah dengan memanfaatkan tanaman obat yang terdapat di sekitar
rumah,atau yang sering disebut dengan Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Program TOGA, juga dikenal sebagai tanaman obat keluarga, pada dasarnya
melibatkan penggunaan sebidang tanah di pekarangan, kebun, atau lapangan
untuk menanam tanaman dengan kualitas medis. TOGA dapat digunakan
untuk menghiasi halaman rumah selain untuk memenuhi kebutuhan medis
keluarga. Di pekarangan rumah, secara sederhana membudidayakan tanaman
TOGA seperti jeruk purut, lengkuas, temulawak, jahe, dan kunyit (Syarif dan
Rauf, 2023).
Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah dilakukan sejak lama. Upaya
pemanfaatan tanaman sebagai obat tidak hanya dilakukan oleh masyarakat
umum, tetapi juga dilakukan oleh pemerintah. Bagian tanaman yang
digunakan oleh masyarakat diramu sebagai obat adalah seperti daun, bunga,
buah, akar dan kulit, sesuai dengan jenis tanaman. Bagian-bagian tersebut
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu sesuai dengan kebutuhan
dan dapat dijadikan sebagai obat tradisional. Masyarakat desa yang mayoritas
sebagai petani dan membuka lahan kebun di hutan yang jauh dari lingkungan
masyarakat mendorong untuk memanfaatkan tanaman obat tradisional untuk
mempercepat penanganan (Ledo, 2019).
Pada awalnya pemanfaatan suatu jenis tumbuhan disebabkan oleh
adanya sistem pengetahuan lokal (indigenous knowledge) mengenai
tumbuhan pada suatu kelompok masyarakat tradisional. Pengetahuan ini
terbentuk sebagai hasil dari coba-coba (trial and error), serta perkembangan
budaya manusia yang selanjutnya dapat menciptakan kearifan lokal pada
kelompok masyarakat tersebut. Pengetahuan tentang suatu kelompok
masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan yang didapat secara turun
temurun, dikenal dengan etnobotani, dan pengetahuan secara khusus tentang
obat dikenal dengan etnofarmakologi. Meskipun dalam perkembangan
modern saat ini tuntutan mengenai apa yang ada di dalam kelompok
masyarakat tersebut dan mengandung nilai persepsi, pengetahuan, etika,
moral, aturan dan teknologi (Pitra et al., 2020).
Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanya
tumbuhan obat. Berbagai jenis tanaman obat memiliki khasiat penambah
kekebalan tubuh dan bertindak sebagai antioksidan, efektif memerangi radikal
bebas berbahaya. Selain itu, khasiat tanaman obat herbal yang ampuh terletak
pada kemampuannya membentengi dan meningkatkan sistem imun tubuh.
Adanya khasiat tumbuhan dalam makanan kita, kita dapat menjaga kesehatan
fisik kita dan melindungi diri kita dari penyakit, termasuk infeksi virus.
Banyak dari ramuan ini memiliki sifat imunomodulator, yang berarti mereka
dapat secara efektif meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita (Siahaan,
2023).
Indonesia memiliki sebaran jenis tanaman obat di berbagai daerah.
Indonesia dikenal sebagai gudang tanaman obat dan mendapat julukan Life
Laboratory. Tanaman obat memegang peranan penting dalam dunia
kesehatan yang telah lama digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat di
Indonesia. Keuntungan menggunakan obat tradisional yang dirasakan
langsung oleh warga adalah kemudahan mendapatkannya serta bahan
bakunya bisa dibudidayakan di pekarangan sendiri, murah, dan bisa diracik
sendiri di rumah. (Mewengkang, 2020).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat
Acara 3 Mengenai Identifikasi Tanaman Rempah Dan Khasiat Obat
Dalam Ramuan Obat Tradisional Dari Berbagai Daerah di Indonesia
dilaksanakan pada Sabtu, 24 Oktober 2023.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum acara 3 yaitu: alat tulis,
literatur/rujukan (referensi), dan kamera.
Bahan yang diperlukan tanaman dan bagian tanaman yang
dimanfaatkan dalam obat tradisional.
3. Cara Kerja
a. Mencari informasi (berdasarkan narasumber tertentu atau browsing)
minimal 5 (lima) macam/spesies tumbuhan/tanaman berkhasiat obat
sebagai ramuan obat tradisonal yang digunakan oleh masyarakat lokal
(sesuai dengan asal daerah tiap-tiap mahasiswa).
b. Mengidentifikasi tiap-tiap spesies tanaman dengan nama lokal/daerah,
nama nasional (umum) dan nama latin (nomenklatur botani)
c. Mendeskripsikan bagian tanaman yang dimanfaatkan, zat
aktif/berkhasiat yang terkandung, dan cara memanfaatkannya secara
tradisional (oleh masyarakat lokal).
d. Melengkapi informasi dengan gambar (foto) tanaman yang dimaksud
dan bagian tanaman yang dimanfaatkan (dalam bentuk segar dan/atau
simplisia)
D. Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Tumbuhan/tanaman Berkhasiat dalam Obat Tradisional Khas Daerah Aceh
Ramuan obat tradisional : Manjakani, Kayu Manis, Daun sirih, Kemangi, Sambiloto

Cara memanfaatkan obat : - Manjakani sering digunakan dalam bentuk ekstrak atau krim untuk perawatan kecantikan
tradisional dan kesehatan perempuan
- Kayu manis sering digunakan sebagai bumbu dalam berbagai hidangan dan minuman
- Masyarakat Aceh menggunakan daun sirih untuk berbagai tujuan pengobatan tradisional.
Cara umum memanfaatkannya adalah dengan mengunyah daun sirih secara langsung,
sering kali dengan tambahan bahan lain seperti kapur sirih, pinang, dan gambir
- Daun kemangi digunakan sebagai bumbu dalam hidangan atau sebagai penyedap dalam
makanan
Sambiloto dapat diolah menjadi ekstrak atau ramuan tradisional

Manfaat umum ramuan obat : - Manjakani dapat membantu mengatasi masalah keputihan, dan memberikan perawatan
tradisional kecantikan intim
- Kayu manis memberikan rasa dan aroma khas, dan memiliki manfaat untuk mengelola
gula darah, mengatasi masalah perut, dan memberikan efek antiinflamasi
- Daun sirih memiliki manfaat dalam mengatasi masalah pernapasan, gangguan pencernaan,
dan bau mulut
- Kemangi memberikan rasa dan aroma segar dalam masakan dan dapat memberikan
manfaat antioksidan dalam diet
Sambiloto memiliki sifat antiinflamasi, antimikroba, dan penggunaan tradisional dalam
mengatasi gangguan pernapasan dan infeksi
Tabel 3.1 Deskripsi tiap-tiap jenis tumbuhan/tanaman yang digunakan dalam ramuan obat tradisional

Nama tumbuhan/tanaman Tipe Organ


Zat aktif yang Manfaat umum dari
No Nama nasional pertumbuhan tanaman yg
Nama lokal Nama botani dikandung bagian tanaman
(umum) tanaman digunakan
1 Manjakani Manjakani Quercus Determinate Bagian gall,  Tannin  Menjaga Kesehatan
infectoria yakni  Asam ellagic Sistem Pencernaan
tonjolan  Galotannins  Mengatasi Masalah
yang ada Gigi Dan Mulut
pada bagian  Mengatasi Masalah
batang Keputihan
 Meredakan Radang
Tenggorokan
 Mengobati Luka
 Perawatan
kecantikan intim
2 Kayu Manis Kayu Manis Cinnamomum Indeterminate kulit batang  cinnamaldehy  membantu
verum atau dahan de menurunkan berat
kayu manis  eugenol badan
 cinnamic acid  menjaga daya tahan
tubuh
 membantu
mengontrol kadar
gula darah pada
penderita diabetes
 meredakan
gangguan system
percernaan
 meminimalkan
resiko penyakit
kardiovaskular
3 Sirih Sirih Piper betle Indeterminate Daun  piperin  menurunkan
 kavikol kolesterol
 estragol  menurunkan gula
darah
 mempercepat
penyembuhan luka
 obat alternatif
radang prostat
 membantu
melancarkan
percernaan
4 Kemangi Kemangi Ocimum Indeterminate Daun  eugenol  pengobatan asam
basilicum  linalool lambung
 estragol  meningkatkan
sistem imun
 mengendalikan gula
darah
 mengurangi stress
oksidatif
 menjaga kesehatan
jantung
5 Sambiloto Sambiloto Andrographis Indeterminate Daun  andrografolid  meringankan gejala
paniculata e flu
 neoandrograf  menghambat
olide pertumbuhan sel
 danroapanin kanker
 memperkuat daya
tahan tubuh
 menurunkan kadar
gula darah
 meredakan
peradangan
Foto tanaman dan bagian tanaman yang dimanfaatkan:
1. Manjakani 2. Kayu Manis 3. Sirih 4. Kemangi 5. Sambiloto

Gambar 3.1 Foto bagian tanaman berkhasiat dalam obat tradisional khas daerah
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara 3 mengenai Identifikasi Tanaman Rempah
Dan Khasiat Obat Dalam Ramuan Obat Tradisional Dari Berbagai Daerah
di Indonesia antara lain :
a. Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turun temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun
pengetahuan tradisional.
b. Bagian tanaman yang digunakan oleh masyarakat diramu sebagai
obat adalah seperti daun, bunga, buah, akar dan kulit, sesuai
dengan jenis tanaman, bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk diramu sesuai dengan kebutuhan dan dapat
dijadikan sebagai obat tradisional.
c. Berbagai jenis tanaman obat memiliki khasiat penambah kekebalan
tubuh dan bertindak sebagai antioksidan, efektif memerangi radikal
bebas berbahaya, selain itu, khasiat tanaman obat herbal yang
ampuh terletak pada kemampuannya membentengi dan
meningkatkan sistem imun tubuh.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Praktikum TPT Rempah Acara 3
adalah sebaiknya coass memberikan kesempatan praktikan untuk bersiap-
siap untuk war atau memberikan aba-aba persiapan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Ledo S, Seran W. 2019. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Taman Wisata Alam
Baumata Kabupaten Kupang serta Pemanfaatannya oleh Masyarakat Lokal.
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 12(2), 299-310.
Mewengkang CH, Manginsela EP, Memah MY. 2020. Deskripsi Pengetahuan
Dan Penerapan Tanaman Obat Keluarga (Toga) Di Desa Pinilih Kecamatan
Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Agri-SosioEkonomi. 16, 87–96.
Pitra H, Haerullah A, Papuangan N. 2020. Studi pengetahuan lokal Masyarakat
Moya tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional. SAINTIFIK@:
Jurnal Pendidikan MIPA, 1(1), 45-49.
Siahaan J, Mujadi M, Muhammad RN, Sawir M. 2023. Edukasi Jamu dan
Tanaman Obat serta Pengolahannya pada Generasi Muda Papua. Jurnal Abdi
Masyarakat Indonesia, 3(4), 1159-1166.
Syarif AN, Rauf A. 2023. Praktik Pembuatan Ramuan Herbal Tradisional di
Kelurahan Allepolea, Kabupaten Maros. Sociality: Journal of Public Health
Service, 30-35.
Widowati L, Sampurno OD, Siswoyo H, Sasanti R, Nurhayati N, Delima D. 2020.
Kajian Kebijakan Pemanfaatan Obat Tradisional Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pada Era Jaminan Kesehatan Nasional. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 23(4), 246-255.
LAMPIRAN
1. Screenshoot literatur/rujukan/referensi web disertai link webnya.
IV. IDENTIFIKASI FORMULA DAN BAHAN BAKU TANAMAN
BERKHASIAT OBAT PADA OBAT TRADISIONAL YANG
BEREDAR DI PASAR INDONESIA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Obat tradisional indonesia adalah bahan/ramuan dari bahan
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik dan campuran bahan – bahan
tersebut digunakan secara turun temurun oleh nenek moyang indonesia
yang mempunyai khasiat pengobatan, dan digunakan masyarakat
indonesia. Obat tradisional sendiri dalam peraturan pemerintah
digolongkan menjadi jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan
Fitofarmaka. Pemanfaatan tanaman obat sendiri dilaksanakan oleh
berbagai lapisan masyarakat dalam upaya dalam pencegahan dan
pengobatan kesehetan. Terdapatnya tentang khasiat dan keamanan dari
tanaman obat dapat mendorong penggunaan obat tradisional di
masyarakat.
Pemanfaatan obat tradisional sendiri sekarang sudah terasa sampai
ke kota besar, yang dulunya hanya dimanfaatkan oleh masyarakat
pedesaan yang hanya ada dikota kecil, sehingga manfaatnya sudah merata
keseluruh kota di Indonesia. Obat tradisional merupakan pilihan alternatif
dalam pengobatan disebabkan pengobatan konvesional yang biayanya
lebih mahal daripada pengobatan obat tradisional. Faktor lain selain biaya
yaitu tingkat keamanan, mudah diperoleh dan kebosonan pemakaian obat
kimia yang tidak menunjukkan hasil terapi yang lebih baik. Obat
tradisional sendiri mempunyai khasiat untuk mencegah penyakit,
mengobati penyakit ringan dan membantu mengobati penyakit berat,
seperti Diabetes Melitus (DM), hipertensi, dislipidemia, kanker dan HIV.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 4 yaitu:
a. Mengidentifikasi produk jamu berbahan baku tanaman rempah dan
khasiat obat yang beredar di pasar Indonesia (nasional).
b. Mendeskripsikan jenis tanaman rempah dan obat yang dikandung
dalam ramuan/ formula produk jamu, kandungan zat aktif dalam tiap
jenis tanaman dan kemanfaatan/ khasiat bahan baku tersebut dalam
produk jamu.
B. Tinjauan Pustaka
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan dan bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan. Secara ilmiah, obat tradisional sering kali merujuk pada
bahan-bahan alami seperti tumbuhan, hewan, mineral, dan bahan organik
lainnya yang digunakan untuk tujuan penyembuhan atau pencegahan
penyakit. Penggunaan obat tradisional dapat mencakup berbagai metode,
seperti ramuan herbal, akupunktur, pijat, dan praktik tradisional
lainnya.Penggunaan tanaman obat untuk menyembuhkan suatu penyakit
didasarkan pada pengalaman yang telah diwariskan secara turun temurun dari
generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Tanaman obat merupakan
komponen penting dalam pengobatan tradisional. Obat herbal atau herbal
medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau sediaan yang berasal dari
tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang bermanfaat bagi
kesehatan manusiakomposisinya dapat berupa bahan mentah atau bahan yang
telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari satu jenis tumbuhan
atau lebih (Purwaningsih et al 2022).
Persepsi masyarakat terhadap pengobatan tradisional dapat berbeda-
beda, hal ini dipengaruhi oleh faktor budaya, kepercayaan dan pengalaman
pribadi. Sebagian orang menganggap obat tradisional sebagai warisan nilai-
nilai lokal yang memiliki khasiat menyeluruh, tidak hanya untuk
menyembuhkan penyakit, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh secara
menyeluruh. Beberapa orang memilih pengobatan tradisional karena
dianggap lebih alami dan memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Masyarakat yang masih tradisional,
membagi pengobatan tradisional menjadi 2 yaitu obat atau ramuan tradisional
dan cara pengobatan tradisional. Obat tradisional adalah obat yang turun-
temurun digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit
tertentu dan dapat diperoleh secara bebas di alam (Sari et al. 2021).
Penggunaan obat tradisional sebagai pengobatan oleh masyarakat terus
meningkat. Tidak hanya racikan buatan sendiri, namun ,banyak produk obat
tradisional sudah banyak beredar. Sekitar 80% orang di beberapa negara
menggunakan pengobatan tradisional untuk melindungi kesehatan tubuh
mereka, dan ini adalah bidang pengobatan yang umum digunakan di seluruh
dunia. Keberlanjutan penggunaan obat tradisional sering kali dipengaruhi
oleh aspek ekonomi dan aksesibilitas, karena beberapa masyarakat memilih
solusi yang lebih terjangkau dan mudah ditemukan di lingkungan sekitar
mereka. Pentingnya obat tradisional juga terlihat dalam peranannya dalam
sistem kesehatan global. Hal ini membuat peningkatan penggunaan obat
trasional di berbagai negara. Penggunaan suplemen makanan dan obat-obatan
herbal yang berasal dari bahan alami untuk meningkatkan kualitas hidup atau
manfaatnya telah meningkat di seluruh dunia (Thakkar et al. 2020).
Obat tradisional memiliki tingkatan yang mencakup berbagai bentuk
dan jenis, dari tanaman obat hingga produk-produk yang diolah sesuai dengan
tradisi pengobatan lokal. Berdasarkan tingkatannya, obat tradisional terdiri
dari jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan fitofarmaka. Jamu adalah
istilah yang merujuk pada minuman atau ramuan tradisional Indonesia yang
terbuat dari bahan-bahan alami seperti tanaman obat, rempah-rempah, dan
bahan-bahan organik lainnya. Selama berabad-abad, masyarakat Indonesia
telah memanfaatkan jamu, obat herbal tradisional untuk menjaga dan
mengobati masalah kesehatan. Bahkan dengan banyaknya obat-obatan
modern, jamu tetap sangat disukai baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Orang-orang akan kembali menggunakan jamu sebagai bentuk pengobatan
alternatif karena banyak manfaatnya. Jamu dapat dibuat dan dimakan sendiri
karena harganya yang murah dan bahan bakunya yang mudah didapat. Jamu
biasanya terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan juga dari bagian tubuh
hewan (Firdausi et al. 2021).
Golongan Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan sediaan obat
bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik pada hewan percobaan dan bahan bakunya telah
distandarisasi. Penggunaan obat tradisional jenis Proses standarisasi ini
melibatkan identifikasi bahan baku yang tepat, pemilihan tanaman obat yang
berkualitas, dan penggunaan metode produksi yang baik. Dengan adanya
standarisasi, membuat OHT dapat memberikan tingkat khasiat, keamanan,
dan kualitas yang dapat diandalkan, serta meminimalkan risiko efek samping
yang tidak diinginkan. OHT digunakan karena bahan telah memenuhi standar
kualitas dan mutu yang telah di uji secara praklinik (Santri et al. 2020)
Fitofarmaka umumnya digunakan untuk berbagai tujuan kesehatan,
termasuk pengobatan penyakit ringan, perawatan kesehatan umum, dan
sebagai upaya pencegahan. Fitofarmaka adalah produk kesehatan yang
dihasilkan dari bahan-bahan tumbuhan atau bagian tumbuhan yang memiliki
khasiat terapeutik. Produk ini sering kali diolah dan diproduksi dengan
menggunakan teknologi modern, tetapi tetap mengandalkan bahan-bahan
alami. Obat fitofarmaka didefinisikan sebagai bagian yang telah dimurnikan
dan distandarisasi dengan minimal empat senyawa bioaktif atau fitokimia
yang telah ditentukan (dinilai secara kualitatif dan kuantitatif) dari ekstrak
tanaman obat atau bagiannya, untuk penggunaan internal atau eksternal pada
manusia atau hewan untuk diagnosis, pengobatan, penanggulangan, atau
pencegahan penyakit atau gangguan apa pun, namun tidak termasuk
pemberian melalui cara injeksi tertentu (Singh et al. 2019).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Rempah dan Khasiat Obat
Acara 4 Mengenai Identifikasi Formula Dan Bahan Baku Tanaman
Berkhasiat Obat Pada Obat Tradisional Yang Beredar Di Pasar Indonesia
dilaksanakan pada Kamis, 23 Oktober - 1 Desember 2023.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum acara 4 yaitu: alat tulis,
literatur/rujukan (referensi), dan kamera.
Bahan yang digunakan adalah sumber informasi/iklan yang beredar
melalui laman (web site) produk jamu dari berbagai perusahaan/
produsen.
3. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada acara 4 ini antara lain :
a. Mencari informasi (berdasarkan browsing pada laman tertentu)
minimal 3 (tiga) macam produk jamu yang beredar di pasar Indonesia
(nasional).
b. Mengidentifikasi tiap-tiap jamu dengan mencermati informasi formula
(ingredient) yang dikandung dalam jamu.
c. Mengidentifikasi tiap-tiap spesies tanaman dengan nama lokal/daerah,
nama nasional (umum) dan nama latin (nomenklatur botani).
d. Mendeskripsikan bagian tanaman yang dimanfaatkan, zat
aktif/berkhasiat yang terkandung untuk mendukung khasiat produk
jamu.
e. Melengkapi informasi dengan gambar (foto) tanaman yang digunakan
sebagai bahan baku pada produk jamu dan bagian tanaman yang
dimanfaatkan (dalam bentuk segar dan/atau simplisia)
D. Hasil dan Pengamatan
1. Deskripsi Tumbuhan/tanaman Berkhasiat dalam Jamu
Nama produk : Imunku/PT. Martina Berto Tbk
jamu/produsen

Manfaat umum jamu : Membantu memelihara daya tahan tubuh

Deskripsikan tiap-tiap jenis tumbuhan/tanaman obat yang digunakan dalam ramuan produk jamu

Nama tumbuhan/tanaman Tipe Organ


Zat aktif yang Manfaat umum dari
No Nama nasional pertumbuhan tanaman yg
Nama lokal Nama botani dikandung bagian tanaman
(umum) tanaman digunakan
1. Meniran Meniran (Phyllanthus Determinate Daun Senyawa Meniran memiliki
niruri L golongan lignan, khasiat sebagai obat
flavonon, diuretik, maag,
glikosida, menurunkan demam,
flavonoid, dan meningkatkan
tritepen, tanin, sistem imun tubuh.
alkaloid, asam Kusuma Dewi dan
fenolat dan Amelia (2020)
vitamin C. menyatakan
kandungan flavonoid
dan tanin dalam
meniran dapat
berperan sebagai
antihepatotoksik dan
meningkatkan sistem
kekebalan tubuh.
Menurut Febryantono
et al. (2020), jika
sistem imun bekerja
berlebih maka
meniran akan
berkhasiat mengurangi
kerja dari sistem imun
tersebut, dengan kata
lain meniran akan
berfungsi sebagai
penyeimbang dari
sistem imun.
2. Jahe Merah Jahe merah (Zingiber Indeterminate Rimpang Flavonoid, Berdasarkan aktivitas
Officinale var senyawa farmakologinya
Rubrum) gingerol, rimpang jahe merah
shogaol, berkhasiat sebagai
zingiberene, dan immunomodulator,
beberapa jenis anti hipertensi, anti
minyak atsiri hiperlipidemia, dan
agen mikroba. Menurut
Septiana (2020),
senyawa aktif dari
jahe yang beraktivitas
sebagai
imunomodulator yaitu
6-gingerol, 8-
gingerol,olearsin, dan
10-gingerol (senyawa
fenolat), Senyawa
gingerol dapat
meningkatkan
produksi sel T
pembantu CD4 + dan
sel T sitotoksik CD8 +
sebagai imunitas alami
tubuh
(immunostimulator).
Jahe merah juga
mengandung senyawa
golongan flavonoid
dan fenolik yang
berkhasiat sebagai
antioksidan. Menurut
Da Cunha et al. (2019)
kandungan fenolik
pada rimpang jahe
merah diduga
berperan sebagai
pengatur imunitas
dengan cara
mempengaruhi
regulasi sel imun,
sintesa sitokin pro
inflamasi dan ekspresi
gen.
Foto tanaman dan bagian tanaman yang dimanfaatkan:

1. Gambar daun meniran 2. Rimpang Jahe Merah


2. Deskripsi Tumbuhan/tanaman Berkhasiat dalam Obat Herbal Terstandar: Kayu Manis
Nama produk : Redacid/Dexa Medica
jamu/produsen

Manfaat umum jamu : Membantu meredakan gangguan lambung

Deskripsikan tiap-tiap jenis tumbuhan/tanaman obat yang digunakan dalam ramuan produk jamu

Nama tumbuhan/tanaman Tipe Organ


Zat aktif yang Manfaat umum dari
No Nama nasional pertumbuhan tanaman yg
Nama lokal Nama botani dikandung bagian tanaman
(umum) tanaman digunakan
1 Kayu Manis Kayu Manis Cinnamomum Indeterminate Kulit cinnamaldehyde, Kandungan senyawa
verum eugenol, antioksidan dalam
polifenol, kayu manis, seperti
polifenol,
memberikan manfaat
melawan radikal
bebas dan meredakan
peradangan dalam
tubuh. Kayu manis
memiliki potensi
sebagai agen
antibakteri yang kuat,
dan sifat ini telah
lama diakui dalam
pengobatan
tradisional. Menurut
Parisa et al. (2019)
peran kayu manis
sebagai antibakteri
adalah dengan
senyawa aktifnya,
seperti
cinnamaldehyde dan
eugenol, yang
memiliki sifat
antimikroba, mampu
menghambat
pertumbuhan bakteri
patogen, dan
mengurangi jumlah
mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi.
Ekstrak kayu manis
tidak hanya lebih
rendah glukosa darah
tetapi juga tingkat
kolesterol. Menurut
Karim dan Pratiwi
(2022) mengenai
sistem pencernaan,
kayu manis telah
dilaporkan dapat
mengurangi risiko
tukak lambung
dengan melindungi
saluran
gastrointestinal dari
cedera radikal bebas.
Foto tanaman dan bagian tanaman yang dimanfaatkan:

1. Kulit kayu manis


3. Deskripsi Tumbuhan/tanaman Berkhasiat dalam Fitofarmaka: Bungur dan Kayu Manis
Nama produk : Inlacin/Dexa Medica
jamu/produsen

Manfaat umum jamu : Membantu menurunkan kadar glukosa darah

Deskripsikan tiap-tiap jenis tumbuhan/tanaman obat yang digunakan dalam ramuan produk jamu

Nama tumbuhan/tanaman
Tipe Organ
Nama Zat aktif yang Manfaat umum dari
No pertumbuhan tanaman yg
Nama lokal nasional Nama botani dikandung bagian tanaman
tanaman digunakan
(umum)
1 Bungur Bungur Lagerstroemia Determinate Daun saponin, Bungur telah banyak
speciosa flavonoid dan digunakan sebagai
tannin metode pengobatan
tradisional untuk
mengatasi diabetes
mellitus di wilayah
Asia Tenggara.
Menurut Rahmah et
al. (2021) kajian
farmakologi
digunakan untuk
mengobati stroke,
sakit gigi, bisul dan
batuk. Biji dan daun
tumbuhan ini biasa
digunakan sebagai
obat diabetes dan
darah tinggi,
sedangkan bagian
kulit batang
digunakan untuk
mengobati diare,
disentri dan kencing
darah. Mekanisme
kerja dari ekstrak
daun bungur dengan
kandungan elagitanin
dan asam korosolat
yaitu sebagai
inhibitor alfa-
glukosidase dan alfa-
amilase, peningkat
transport glukosa,
insulin mimetik, dan
mengaktivasi GLUT-
4. Menurut Riyanti et
al. (2023) daun
bungur mampu
meningkatkan
ambilan glukosa yang
akhirnya akan
mempengaruhi
sensitivitas insulin
menjadi meningkat.

2 Kayu Manis Kayu Manis Cinnamomum Indeterminate Kulit cinnamaldehyde, kayu manis memiliki
verum eugenol, kandungan senyawa-
polifenol, senyawa fitokimia
yang bermanfaat bagi
kesehatan. Senyawa
seperti kumarin,
eugenol, dan katekin
memiliki efek
farmakologis seperti
antiinflamasi,
antidiabetik, dan
antimikroba, serta
berperan sebagai
antioksidan untuk
melawan radikal
bebas. Menurut
Yuwanda et al.
(2023)
Cinnamaldehyd
merupakan senyawa
utama dalam kayu
manis yang fungsi
utamanya selain
sebagai kamfer
adalah sebagai
muscle
relaxant(relaksasi
otot) dan inflamasi
atau peradangan pada
sendi. Salah satu
keunggulan kayu
manis adalah
kemampuannya untuk
membantu mengatur
kadar gula darah
dengan meningkatkan
sensitivitas insulin,
yang dapat menjadi
berita baik bagi
penderita diabetes
atau mereka yang
berisiko tinggi.
Menurut
Plumeriastuti (2019)
senyawa
cinnamaldehyde
memiliki peran
penting sebagai
senyawa antidiabetik
yang kuat dalam
minyak esensial kayu
manis.
Foto tanaman dan bagian tanaman yang dimanfaatkan:

1. Daun Bungur 2. Kulit kayu manis


E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari Acara 4 Mengenai Identifikasi Formula Dan Bahan
Baku Tanaman Berkhasiat Obat Pada Obat Tradisional Yang Beredar Di
Pasar Indonesia antara lain :
a. Pada produk jamu imunku yang diproduksi PT. Martina Berto Tbk
dengan memanfaatkan daun meniran dan jahe merah memiliki
kandungan zat aktif sesuai dengan khasiat umum imunku sebagai obat
untuk membantu memelihara daya tahan tubuh.
b. Pada produk obat herbal terstandar redacid yang diproduksi Dexa
Medica dengan memanfaatkan kulit tanaman kayu manis memiliki
kandungan zat aktif sesuai dengan khasiat umum redacid sebagai obat
untuk meredakan gangguan lambung
c. Pada produk fitofarmaka Inlacin yang diproduksi Dexa Medica
memanfaatkan daun tanaman bungur dan kulit kayu manis yang
memiliki zat aktif sebagai obat diabetes dan membantu menurunkan
kadar glukosa darah.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Praktikum TPT Rempah Acara 4
adalah sebaiknya coass memberikan kesempatan praktikan untuk bersiap-
siap untuk war pemilihan obat atau memberikan aba-aba persiapan terlebih
dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Da Cunha LR, Muniz-Junqueira MI, dos Santos Borges TK. 2019. Impact of
polyphenols in phagocyte functions. J of inflammation research, 205-217.
Febryantono H, Siswanto, Santosa PE, Hartono M. 2020. Pengaruh pemerian
dosis ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) terhadap titer antibodi new
castle disease dan avian influenza pada broiler jantan. J Riset dan Inovasi
Peternakan 4: 52-58.
Firdausi N, Kesuma S, Suwita IK. 2021. Keamanan obat tradisional jamu kunyit
asem di beberapa pasar tradisional Kota Malang. J Farmasi Dan Kesehatan
10(1): 11-17.
Karim DDA, Pratiwi M. 2022. Efek farmakologi kayu manis dan manfaatnya
pada tubuh manusia terkait dengan otot dan metabolisme. J Pusat
Penelitian Farmasi Indonesia 1(1): 8-13.
Kusuma DY, Amelia RB. 2020. Potensi tanaman lokal sebagai tanaman obat
dalam menghambat penyebaran COVID-19. J Pharmascience 07(2): 112–
128.
Parisa N, Islami RN, Amalia E, Mariana M, Rasyid RSP. 2019. Antibacterial
activity of cinnamon extract (Cinnamomum burmannii) against
staphylococcus aureus and escherichia coli in vitro. J of Biomedicine and
Translational Research 3(2): 19-28.
Plumeriastuti H, Effendi MH. 2019. Identification of bioactive compound of the
essential oils of Cinnamomum burmannii from several areas in Indonesia
by gas chromatography–mass spectrometry method for antidiabetic
potential. National J of Physiology, Pharmacy and Pharmacology 9(4):
279-283.
Purwaningsih D, Hikma N, Rumata NR, Rahman NF, Handayani T, Wahyuddin
N, Marwati M. 2022. Penyuluhan pada kelompok masyarakat desa patani
kecamatan Mappakasunggu tentang pemanfaatan obat tradisional. J
Pengabdian Kepada Masyarakat 2(2): 1087-1092.
Rahmah SM, Dharmono D, Putra AP. 2021. Kajian etnobotani tumbuhan bungur
(Lagerstroemia Speciosa) di kawasan hutan bukit Tamiang Kabupaten
Tanah Laut sebagai buku ilmiah popular. J BIODIK 7(1): 1-12.
Riyanti S, Agustian N, Syam AK. 2023. Potency of Honje Hutan Flowers
(Etlingera Hemisphaerica (Blume) RM Sm.) as Alpha-Glucosidase
Inhibitor. Indonesian J of Pharmaceutical Science and Technology 10(1).
Santri RA, Fadli Z, Risandiansyah R. 2020. Efek pemberian kombinasi obat
herbal terstandar Phyllanthus Niruri L. dengan Chloramphenicol terhadap
daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. J Bio Komplementer
Medicine 7(2).
Sari FA, Putri MH, Praptiwi YH, Sirait T. 2021. Gambaran pengetahuan tentang
penggunaan obat tradisional untuk pengobatan sakit gigi pada masa
pandemi covid-19 di Kelurahan Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kaler
Kota Bandung. J Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) 3(2): 5-10.
Septiana, E. 2020. Prospek senyawa bahan alam sebagai antivirus dalam
menghambat SARS-CoV-2. BioTrends, 11(1).
Singh A, Kalaivani M, Chaudhary P, Srivastava S, Goyal RK, Gupta SK. 2019.
Opportunities and challenges in development of phytopharmaceutical drug
in India-A SWOT analysis. J of Young Pharmacists 11(3): 322.
Thakkar S, Anklam E, Xu A, Ulberth F, Li J, Li B, Tong W. 2020. Regulatory
landscape of dietary supplements and herbal medicines from a global
perspective. Regulatory Toxicology and Pharmacology 114: 104647.
Yuwanda A, Adina AB, Budiastuti RF. 2023. Kayu manis (Cinnamomum
burmannii (Nees & T. Nees) Blume): Review tentang botani, penggunaan
tradisional, kandungan senyawa kimia, dan farmakologi. J of Pharmacy
and Halal Studies, 1(1), 17-22.
LAMPIRAN
Jurnal nasional
https://mail.online-journal.unja.ac.id/biodik/article/view/12048

Jurnal internasional
https://bioscmed.com/index.php/bsm/article/view/85
Komposisi kandungan jamu
1. Penelusuran Jamu

2. Penelusuran OHT

3. Penelusuran Fitofarmaka
V. SIMULASI PEMBUATAN GALENIKA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Galenika merupakan suatu cabang ilmu farmasi yang berfokus pada
pengembangan formulasi obat, terutama dalam bentuk sediaan galenik.
Sediaan galenik merupakan bentuk akhir dari obat yang akan dikonsumsi
oleh pasien, seperti tablet, kapsul, sirup, atau salep. Pengertian galenika
mencakup berbagai aspek, mulai dari pemilihan bahan baku yang tepat,
proses pembuatan, hingga formulasi yang dapat meningkatkan efektivitas
dan keamanan penggunaan obat. Melalui galenika, para ahli farmasi dapat
menciptakan formulasi obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien, baik
dari segi keamanan, daya serap, maupun kenyamanan konsumsi.
Berbagai macam galenika digunakan dalam pembuatan obat
tradisional, yang memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan jenis bahan
baku dan kebutuhan penggunaannya. Salah satu macam galenika yang
umum digunakan pada ramuan obat tradisional adalah formulasi sediaan
herbal dalam bentuk serbuk, minyak, atau ekstrak. Penggunaan galenika
pada obat tradisional menuntut pemahaman mendalam terhadap proses
pembuatan dan formulasi yang tepat agar dapat mempertahankan khasiat
tanaman obat yang digunakan. Oleh karena itu, mempelajari galenika
menjadi esensial dalam menggali potensi obat tradisional untuk
pemanfaatan yang lebih maksimal.
Mempelajari galenika tidak hanya bermanfaat bagi industri farmasi,
tetapi juga penting dalam mendukung pengembangan obat tradisional atau
herbal yang aman dan efektif. Identifikasi macam-macam galenika pada
ramuan obat tradisional membantu para peneliti dan praktisi farmasi untuk
mengeksplorasi potensi penggunaan bahan alam sebagai obat. Tujuan
utama dari penelitian galenika ini melibatkan identifikasi salah satu
macam galenik pada ramuan obat tradisional, mendeskripsikan prosedur
pembuatan galenik tersebut, serta mengidentifikasi produk obat tradisional
atau herbal yang menggunakan galenik serupa. Dengan memahami
galenika secara mendalam, kita dapat mengoptimalkan pemanfaatan bahan
alam untuk menghasilkan produk obat yang berkualitas dan bermanfaat
bagi kesehatan masyarakat.
Terdiri dari 3 paragraf, masing-masing paragraf minimal 5 kalimat
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 5 yaitu:
a. Mengidentifikasi salah satu macam galenik pada ramuan obat
tradisional.
b. Mendeskripsikan prosedur pembuatan salah satu macam galenik pada
ramuan obat tradisional.
c. Mengidentifikasi macam-macam produk obat tradisional atau produk
herbal yang menggunakan galenik serupa.
B. Tinjauan Pustaka (masing-masing poin 2 tipus)
1. Pengertian sediaan sarian/galenika
Sediaan galenika adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku dari
hewan atau tumbuh-tumbuhan. Istilah "galenika" diambil dari nama
seorang tabib Yunani, yaitu Claudius Galenos (Galen), yang membuat
formulasi obat dari bahan alam. Sediaan galenika bertujuan untuk
mempersiapkan obat-obatan yang bersifat fisik dan kemurnian dari bahan-
bahan yang berasal dari sumber tanaman. Sediaan galenika umumnya
digunakan dalam farmasi tradisional dan memiliki perbedaan dengan
galenika lainnya, seperti farmasi modern, dalam hal metode dan sumber
bahan obat yang digunakan. Sediaan galenika menjadi jembatan yang
esensial antara penelitian ilmiah, pengembangan obat, dan kebutuhan
pasien untuk memastikan bahwa setiap obat yang dihasilkan dapat
memberikan manfaat terbaik bagi kesehatan masyarakat. Tanaman
berkhasiat obat memiliki efek farmakologis dan terapeutik, baik digunakan
secara langsung sebagai simplisia maupun melalui berbagai proses
ekstraksi dalam bentuk sediaan galenik (Athallah et al. 2022).
Salah satu
Perbedaan utama antara sediaan galenika dengan galenika lainnya,
seperti farmasi modern, terletak pada metode pembuatannya. Sediaan
galenika dibuat secara sederhana dan menggunakan bahan alami,
sementara farmasi modern cenderung menggunakan metode produksi yang
lebih canggih dan bahan obat yang telah mengalami proses kimia. Selain
itu, sediaan galenika umumnya diproduksi dalam skala yang lebih kecil
dan seringkali disesuaikan dengan kebutuhan individual, sementara
farmasi modern cenderung memproduksi obat dalam skala besar untuk
distribusi massal.

2. Cara pembuatan preparat galenika


3. Macam-macam sediaan galenika berdasarkan cara pembuatannya
Berdasarkan cara pembuatannya sediaan galenika dibedakan meliputi
Aqua Aromatika, Extracta, Infusa, Sirupi, Spiritus aromatica, Tincturae
dan Vina. Air aromatik merupakan cairan jernih atau agak keruh,
mempunyai bau dan rasa yang tidak menyimpang dari bau dan rasa
minyak atsiri asal. Ekstraktum atau ekstrak merupakan hasil penyarian
simplisia dengan air / campuran air dengan alkohol / ether : hasil
penyarian selanjutnya diuapkan, sehingga tercapai konsistensi tertentu ;
dari encer, kental sampai kering. Infus adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90° selama 15
menit. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa. Kadar sakarosa adalah tidak kurang dari 64,0 % dan tidak lebih
dari 66,9% kecuali dinyatakan lain.

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum acara 5 yaitu: alat tulis dan
literatur/rujukan (referensi). Bahan yang digunakan adalah sumber
informasi/iklan yang beredar melalui laman (web site) produk jamu dan
buku Farmakope Herbal Indonesia.
3. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada acara 5 ini antara lain :
a) Mencari informasi (berdasarkan browsing pada laman tertentu) satu
macam galenika yang digunakan dalam formula produk jamu atau
produk kosmetika yang beredar di pasar Indonesia (nasional).
b) Mendeskripsikan proses pembuatan galenika berdasarkan panduan
buku Farmakope Herbal Indonesia.
c) Mengidentifikasi beberapa jenis produk jamu atau produk herbal
lainnya yang menggunakan galenika serupa
D. Hasil dan Pembahasan
1. Cara pembuatan galenika
Sajikan dalam bentuk bagan alir dan dituliskan tahapannya secara rinci
2. Pembahasan (masing-masing setiap poin 2 tipus)
- Deskripsikan tahapan pembuatan galenika secara rinci
- Identifikasi contoh produk obat tradisional/produk herbal yang
menggunakan galenika serupa (minimal 3 contoh)

CATATAN:
- Disetiap tipus dan pembahasan minimal disertai 1 jurnal internasioanl max 10
tahun (2014-2023). Jurnal nasional max 5 tahun (2019-2023)

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Athallah, Z. B., Rosdianto, A. M., & Budinuryanto, D. C. (2022). Kajian Pustaka:
Pemanfaatan Simplisia dan Sediaan Galenik Sebagai Bahan Fitofarmaka dan
Herbal Terstandar untuk Kesehatan Promotif dan Preventif Kuda. Jurnal
Veteriner, 23(2).
LAMPIRAN
Screenshoot laman website
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai