Kelompok 5 AET 1:
Nama Asisten:
Rahmat Hidayat
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan proposal Teknologi Budidaya Tanaman
Hortikultura ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan laporan
praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas laporan praktikum Teknologi
Budidaya Tanaman Hortikultura. Selain itu, laporan praktikumini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada abang aslab selaku asisten praktikum
Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura yang telah memberikan ilmu untuk
mengajari kami sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan studi yang
ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami menyelesaikan laporan
praktikum ini. Kami menyadari laporan praktikum yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu. Kritik dan saran yang membangun akan kami
terima demi kesempurnaan laporan ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum teknologi budidaya tanaman
hortikultura ini adalah untuk mengetahui bagaimana budidaya tanaman obat-
obatan seperti jahe, kunyit, kencur dan temulawak, merawat dan memelihara
tanaman tersebut dengan baik dan benar
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukannya praktikum teknologi budidaya tanaman
hortikultura ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pupuk kandang dan
pupuk anorganik terhadap pertumbuhan tanaman rimpang tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-
ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk
mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur,
kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut dipasang-pasangkan
dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam
kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari
Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang
ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarang dengan
Carolus Linnaeus.
Gambar 1. Jahe
Gambar 2. Temulawak
Menurut Rukmana (2012), temulawak termasuk tanaman tahunan yang
tumbuh merumpun. Rimpang induk temulawak bentuknya bulat telur, rimpang
cabang terdapat disampingnya berbentuk memanjang. Tiap rumpun tanaman
temulawak 8 umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda.
Menurut Rukmana (2011), kedudukan taksonomi temulawak adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
2.2 Morfologi
Menurut istilah morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari
mengenai bagaimana bentuk serta struktur tubuh yang dipisahkan menjadi
morfologi luar dan bagian dalam tumbuhan. Morfologi tumbuhan tidak Cuma
menjelaskan bagaimana bentuk dan struktur tubuh tumbuhan, namun juga
berfungsi untuk memilih apakah fungsi dari masing- masing bagian itu dalam
kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dimana asal
bentuk dan susunan tumbuhan tersebut.
2.2.1 Morfologi Tanaman Jahe
2.2.1.1 Akar
Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini
tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal
(rimpang) tertanam kuat didalam tanah dan makin membesar dengan pertambahan
usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru (Rukmana, 2014).
Rimpang yang akan digunakan untuk bibit harus sudah tua minimal
berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua antara lain kandungan serat tinggi dan
kasar, kulit licin dan keras tidak mudah mengelupas, warna kulit mengkilat
menampakkan tanda bernas. Rimpang yang terpilih untuk dijadikan benih,
sebaiknya mempunyai 2 - 3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25 -
60 g untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah.
Kebutuhan bibit per ha untuk jahe merah dan jahe emprit 1-1,5 ton, sedangkan 11
jahe putih besar yang dipanen tua membutuhkan bibit 2-3 ton/ha dan 5 ton/ha
untuk jahe putih besar yang dipanen muda (Rostiana et al., 2005).
2.2.1.2 Batang
Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman tahunan berbatang semu.
Tanaman tumbuh tegak setinggi 30-75 cm. Batang semu jahe merah berbentuk
bulat kecil, berwarna hijau kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh
pelepah daun. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau
kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi tanaman
mencapai 34,18 – 62,28 cm (Lantera, 2002).
2.2.1.3 Daun
Daun jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai daun rumput-
rumputan besar. Daun itu sebelah-menyebelah berselingan dengan tulang daun.
Pada bagian atas, daun lebar dengan ujung agak lancip, bertangkai pendek,
berwarna hijau tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau
muda dan berambut halus. Panjang daun sekitar 5 - 25 cm dan lebar 0,8 - 2,5 cm.
Tangkainya berambut atau gundul dengan panjang 5 - 25 cm dan lebar 1 - 3 cm.
Ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3 - 0,6 cm, pangkal daun akan
tetap hidup dalam tanah apabila daun telah mati dan menjadi rimpang baru
(Syukur dan Hernani, 2002).
Panjang daunnya 15-23 cm dan lebar 0,8-2,5 cm. Tangkainya berbulu atau
gundul. Ketika daun mengering dan mati, pangkal tangkainya (rimpang) tetap
hidup dalam tanah. Rimpang tersebut akan bertunas dan tumbuh menjadi tanaman
baru setelah terkena hujan . Rimpang jahe berbuku-buku, gemuk, agak pipih,
membentuk akar serabut. Rimpang tersebut tertanam dalam tanah dan semakin
membesar sesuai dengan bertambahnya usia dengan membentuk rimpang-rimpang
baru. Di dalam sel-sel rimpang tersimpan minyak atsiri yang aromatis dan
oleoresin khas jahe (Harmono dan Andoko, 2012).
2.2.1.4 Bunga
Bunga jahe terangkai dalam spika yang muncul secara langsung dari
rhizome. Spika terdiri atas braktea yang saling tersusun, braktea tersebut
menghasilkan bunga tunggal yang muncul melalui sebuah axil. Setiap bunga
memiliki petal 7 berbentuk tabung kecil yang melebar ke atas menjadi tiga
cuping.Pembungaan tidak sering terjadi, pembungaan mungkin terjadi karena
faktor iklim dan panjang hari (Ravindran dan Babu, 2011).
Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berbulu, dengan
panjang 5-7 cm dan bergaris tengah 2-2,5 cm. Bulir itu menempel pada tangkai
bulir yang keluar dari akar rimpang dengan panjang 15-25 cm. Tangkai bulir
dikelilingi daun pelindung yang berbentuk lonjong, runcing, dengan tepi berwarna
merah, ungu, atau hijau kekuningan. Bunga terletak pada ketiak daun pelindung
dengan beberapa bentuk, yakni panjang, bulat telur, runcing. Kelopak dan daun
bunga masing-masing tiga buah yang sebagian bertautan (Paimin et al, 2012).
2.2.2.2 Batang
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang
pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 m
berwarna hijau atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling menutupi membentuk
batang. Tumbuhan yang patinya mudah dicerna ini dapat tumbuh baik di dataran
rendah hingga ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Umbi akan muncul
dari pangkal batang, warnanya kuning tua atau coklat muda, panjangnya sampai
15 cm dan bergaris tengah 6 cm. Baunya harum dan rasanya pahit agak pedas.
2.2.2.3 Daun
Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar
memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang
sampai gelap, panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 – 18 cm, panjang tangkai
daun termasuk helaian 43 – 80 cm. Mulai dari pangkalnya sudah memunculkan
tangkai daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 sampai 2,5 m,
dan daunnya bundar panjang hampir menyerupai seperti daun kunyit.
2.2.2.4 Bunga
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan
bunganya berukuran pendek dan lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal
bunga berwarna ungu. Bunga mejemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9
23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun
pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota
bunga berwarna merah. Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu di
sore hari, kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota
bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah
dadu atau merah, panjangnya hingga 1,25 – 2 cm dan lebar 1cm.
2.2.2.5 Buah
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan
daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Warna kulit rimpang coklat
kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau
kuning (Galeri ukm, 2011).
2.2.3.2 Bunga
Bunga tumbuh dari ujung batang semu, panjang 10-15 cm, bunga
berwarna kuning atau kuning pucat, mekar secara bersamaan. Rimpang induk
bercabang, rimpang cabang lurus atau sedikit melengkung, keseluruhan rimpang
membentuk rumpun yang rapat, berwarna jingga, tunas muda berwarna putih.
Akar serabut berwarna cokelat muda (Kurniati, 2011).
Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda
dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar kelopak
bunga, tiga lembar tajuk bunga, dan empat helai benang sari. Salah satu dari
keempat benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga
benang sari lainnya berubah bentuk menjadi helai mahkota bunga.
Bunga muncul dari ujung batang semu dan biasanya mekar bersamaan.
Bunga ini memiliki daun pelindung bunga yang berwarna putih. Di ujung bagian
atas daun pelindung terdapat garis-garis berwarna hijau atau merah jambu.
Sementara itu, bagian bawah daun pelindung berwarna hijau muda. Perbungaan
bersifat majemuk. Tangkai bunga berambut dan bersisik dengan panjang tangkai
mencapai 16-40 cm (Said, 2017).
2.2.3.3 Rimpang
Rimpang kunyit bercabang-cabang membentuk rumpun. Rimpang atau
disebut juga akar rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang
rimpang berupa batang yang ada didalam tanah. Rimpang kunyit terrdiri atas
rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama
ini biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau
melengkung. Tunas berbuku-buku pendek, lurus, atau melengkung. Jumlah tunas
umumnya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm.
Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang berbentuk bulat panjang,
pendek, tebal, lurus, dan melengkung. Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau
berwarna terang agak kuning sampai kuning kehitaman. Warna daging
rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang agak pahit dan
pedas.
Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang secara terus-menerus
membentuk cabang-cabang baru dan batang semu sehingga berbentuk seperti
rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm. Panjang rimpang bisa mencapai 22,5
cm. Tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm. Rimpang kunyit
yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat (Said,
2012).
2.2.4.3 Daun
Daun kunyit putih tersusun atas pelepah daun dan helai daun. Daun-daun
bertangkai, sisi atas gundul dan sering dengan pola-pola kembang yang simetris
berwarna hijau keputihan, serta sisi bawah berambut berwarna keunguan
(Friendly, 2013).
2.2.4.4 Bunga
Tanaman kunyit mempunyai bunga majemuk yang berambut dan bersisik
dari pucuk batang semu dan berbentuk tandan. Panjang bunga kunyit 10 cm
sampai 15 cm dengan mahkota sekitar 30 cm dan lebar 1,5 cm. Berwarna putih
kekuningan. Setiap bunga memiliki 3 lembar kelopak, 4 tajuk, dan 4 helai benang
sari (Sina., 2016).
2.2.4.5 Rimpang
Rimpang-rimpang kunyit putih tumbuh dari umbi utama. Umbi utama
bentuknya bervariasi antara bulat panjang, pendek, lurus, tebal dan melengkung.
Rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan
sebagai obat yang mengandung berbagai senyawa diantaranya kurkumin, amilum,
gula, minyak atsiri dan protein toksik yang dapat menghambat perkembangbiakan
sel kanker. Rimpang bercabang-cabang membentuk rumpun, berbentuk bulat
seperti kacang tanah atau bisa juga berbentuk seperti telur merpati. Kulit rimpang
muda berwarna kuning muda serta berdaging kuning, kulit rimpang tua berwarna
jingga kecoklatan serta berdaging jingga terang agak kuning. Rasa rimpang sedikit
berbau aromatik dan agak pahit (Friendly, 2013).
2.3 Syarat Tumbuh
2.3.2.2 Iklim
Tanaman temulawak memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai
cuaca di daerah beriklim tropis (Adzkiya, 2006; Nurcholis, 2006).Kondisi iklim
yang paling optimum untuk pengembangan budidaya temulawak adalah daerah
dataran rendah sampai ketinggian 750 m dpl, dengan suhu udaranya antara 19°-
30°C (Afifah & Tim Lentera, 2003). Tanaman ini memerlukan curah hujan
tahunan antara 1.000 – 4.000 mm (Rukmana, 1995).
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh
dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini
tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian
temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah
tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.Suhu udara yang baik untuk
budidayatanaman ini antara 19 - 30 C. Tanaman ini memerlukan curah hujan
tahunan antara 1.000 - 4.000 mm/tahun. Perakaran temulawak dapat beradaptasi
dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir
maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi
rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik
(Rukmana, 1995).
2.3.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kunyit Kuning
2.3.3.1 Iklim
Menurut Elfianis (2020), tanaman kunyit akan tumbuh baik pada iklim
tropis dengan curah hujan 1000 mm sampai 4000 mm per tahun dengan suhu
19oC sampai 30oC dan tanaman kunyit akan tumbuh dengan maksimal pada
daerah yang mendapati intensitas cahaya matahari penuh sampai sedang. Kunyit
dapat tumbuh mulai dari dataran rendah, yaitu mulai 0 m sampai 240 m dpl, tetapi
masih bisa tumbuh pada ketinggian 2000 m dpl. Untuk pertumbuhan optimal,
ketinggian yang sesuai adalah sekitar 45 m dpl (Paramitasari, 2011).
2.3.3.2 Tanah
Kunyit akan tumbuh baik pada tanah yang berpasir dan gembur, jenis
tanah yang cocok yaitu jenis tanah ringan yang berbahan organik tinggi, ataupun
tanah lempung berpasir. Menurut Mulyono (2019), tanaman kunyit akan tumbuh
baik pada jenis tanah latosol, alluvial dan regosol. Tingkat keasamanan tanah
tidak terlalu asam dan sedikit basa.
Kunyit dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian
240-2.000 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan curah hujan 2.000 -
4.000 mm/tahun merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit dapat
pula tumbuh di daerah dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm/tahun, tetapi
diperlukan pengairan yang cukup dan tertata dengan baik (Putri, 2012).
2.4 Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bagian-bagian yang kosong
bekas tanaman mati/akan mati dan rusak sehingga jumlah tanaman normal dalam
satu kesatuan luas tertentu sesuai dengan jarak tanamnya. penyulaman bertujuan
untuk meningkatkan persen jadi tanaman dalam satu kesatuan luas tertentu
sehingga memenuhi jumlah yang diharapkan (kementerian kehutanan,2012).
Sebanyak 77% masyarakat petani melakukan penyulaman,kegiatan
penyulaman yang dilakukan oleh petani yaitu mengganti tanaman yang mati
dengan tanaman yang baru,dan kegiatan ini hanya dilakukan jika ada tanaman
yang matipada saat awal penanaman, waktu dari kegiatan penyulaman ini tidak
menentu karena kegiatan ini dilakukan hanya perlu untuk mengganti tanaman
mati dengan tanaman yang baru.
Penyulaman paling baik dilakukan seawal mungkin atau maksimal 15 hari
setelah tanam, agar tanaman cepat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan
tingkat pertumbuhan hasil sulaman relatif seragam. Penyulaman adalah suatu
kegiatan penggantian tanaman yang mati baik mati akibat hama dan penyakit atau
organisme. Waktu penyulaman tidak boleh terlalu jauh dari waktu penanaman
karena hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman sulaman karena
sudah tertinggal pertumbuhannya dan tidak dapat bersaing.
2.5 Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara baik
organik atau anorganik yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik (Rajiman, 2020). Adapun menurut Rosmarkam dan
Yuwono (2002), pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat
fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Sehingga termasuk didalamnya pemberian bahan kapur, untuk
meningkatkan pH serta pemberian legin pada tanaman kacang-kacangan.
Pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama yang diberikan pada
tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi
setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang
dibutuhkan oleh tumbuhan diserap melalui akar, batang dan daun. Nutrisi tersebut
memiliki berbagai fungsi yang saling mendukung satu sama lainnya dan menjadi
salah satu komponen penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian
(Nurfitriana, 2013).
Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam
penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak
langsung. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara
kimia, fisik dan atau biologis, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat
pupuk. Pada PP No. 8 tahun 2001 tidak dijelaskan tentang definisi pupuk organik,
namun definisi pupuk organik telah lebih dahulu tertuang pada Peraturan Menteri
Pertanian (Permentan) No. 02/Pert/HK.060/2/2006 yaitu, pupuk organik adalah
pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal
dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah (Firmansyah, 2011).
3. METODOLOGI
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Teknologi Budidaya
Tanaman Hortikultura diantaranya yaitu, parang, cangkul, plang nama, meteran,
pacak, gembor, tali rafia, pisau dan alat-alat tulis.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya yaitu,
rimpang tanaman jahe, temulawak, kunyit putih, kunyit kuning, pupuk Urea 10
gram,KCL 10 gram, SP-36 7,5 gram dan pupuk kandang sapi sebanyak 20 kg.
1. Pembibitan
Bibit yang digunakan adalah bibit yang baik yang berasal dari pemecahan
rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Bibit dapat berasal dari rimpang utama dan
rimpang cabang, jika bibit yang akan digunakan berasal dari rimpang cabang
maka yang digunakan adalah yang mempunyai berat 20–30 gram yang maksimum
memiliki 13 mata tunas dan panjang 3–7 cm. Rimpang yang digunakan untuk
bibit adalah yang telah dipanen minimal 11–12 bulan. Tetapi bila bibit diambil
dari rimpang utama, maka rimpang dapat dibelah terlebih dahulu menjadi empat
bagian membujur untuk memperoleh ukuran dan berat yang seragam, serta
memperkirakan banyaknya tunas. Untuk menghindari pertumbuhan jamur pada
bekas potongan rimpang, maka bekas potongan tersebut dapat ditutup dengan abu
gosok atau sekam padi atau direndam dengan fungisida (Rukmana, 2009).
2. Penyemaian
3. Persiapan Lahan
4. Penanaman
Bibit tanaman ditanam dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap
ke atas. Ada dua pola penanaman yang dapat dilakukan, yaitu penanaman di awal
musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau setelahnya (penanaman
selama 7–8 bulan) dan penanaman di awal musin hujan dengan pemanenan pada
dua kali musim kemarau (selama 12–18 bulan).
5. Pemupukan
6. Pemeliharaan
Sebagai pesaing dari cahaya, air dan hara, gulma perlu dikendalikan,
terutama pada fase awal pertumbuhan vegetatif atau umur empat minggu setelah
tanam. Pada fase awal penanaman, rimpang tumbuh relatif cepat. Setelah berumur
lebih dari 2 bulan. Pertumbuhan rimpang akan mengalami kelambatan dan mulai
memproduksi daun serta bunga. Karena itu, lahan perlu disiangi sampai umur 6-7
minggu setelah tanam. Hama tanaman utama yang menyerang adalah ulat
penggerek akar (Dichcrosis puntifera) yang menyerang akar dan penyakitnya
seperti busuk bakteri rimpang dan karat daun. Dalam pertanian organik yang tidak
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang
ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk
menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
1. Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan
berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan maupun
mencegah berbagai penyakit, Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa
dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat
memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau
rangsangan.
2. Rimpang dalam ilmu botani dapat didefinisikan sebagai tanaman yang
tumbuh di bawah permukaan tanah seperti jahe, kencur, kunyit, lengkuas
dan temulawak. Kunyit merupakan tanaman herbal dengan tinggi
mencapai 100 cm.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah praktikan harus
melakukan dengan baik dan secara intensif terhadap tanaman yang
dibudidayakan, agar tumbuh dengan baik dan produksi bisa maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati, W., 2008, Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma
longa Linn.) dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus
musculus Albinus.), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Harmono, 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Agromedia Pustaka. Jakarta
Hartati, S.Y., Balittro. (2013). Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19 : 5 - 9.
Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe Dilengkapi dengan pengolahan jahe segar,
Seri Budi Daya. Yogyakarta: Kanisius.