PERTANIAN ORGANIK
Kelompok 4
1. Mhd Reza Pratama Siregar (160310027)
2. Tison Hadi Tumangger (160310084)
3. Rahmad Zainuddin (160310111)
4. Kurnia Tika Sari (160310072)
5. Asri Mustikarani (160310058)
6. Syafitri (160310142)
7. Oryza Eka Wahyuni (160310087)
8. Astria Ningsih (160310087)
9. Laiska Simampate (160310161)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................iv
1. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Tujuan.................................................................................................3
1.3. Manfaat...............................................................................................4
2. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
2.1. Pupuk Bokasi......................................................................................5
2.2. Pestisida Nabati/Organik....................................................................5
2.3. Budidaya Sayur Organik....................................................................7
2.3.1. Klasifikasi Tanaman Bayam.....................................................7
2.3.2. Morfologi Tanaman Bayam......................................................7
2.3.3. Teknik Budidaya Tanaman Bayam...........................................8
3. METODELOGI.......................................................................................12
3.1. Pupuk Bokasi......................................................................................12
3.1.1. Waktu dan Tempat....................................................................12
3.1.2. Alat dan Bahan..........................................................................12
3.1.3. Langkah Kerja...........................................................................12
3.2. Pestisida Nabati/Organik....................................................................12
3.2.1. Waktu dan Tempat....................................................................12
3.2.2. Alat dan Bahan..........................................................................12
3.2.3. Langkah Kerja...........................................................................12
3.3. Budidaya Sayuran Organik.................................................................13
3.3.1. Waktu dan Tempat....................................................................13
3.3.2. Alat dan Bahan..........................................................................13
3.3.3. Langkah Kerja...........................................................................13
4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................15
4.1. Pupuk Bokasi......................................................................................15
4.2. Pestisida Nabati/Organik....................................................................16
4.3. Budidaya Sayuran Organik.................................................................18
5. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................20
5.1. Kesimpulan.........................................................................................20
5.2. Saran...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
LAMPIRAN....................................................................................................23
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pupuk Bokasi...............................................................................................23
2. Pestisida Nabati/Organik.............................................................................25
3. Budidaya Sayuran Organik..........................................................................27
iv
1. PENDAHULUAN
1
2
Wereng coklat juga merupakan hama talent dan dapat mentransfer virus
kerdil hampa dan virus kerdil rumput.
Penggerek batang padi merupakan hama tanaman padi yang termasuk ordo
lepidoptera dari famili Noctuidae dan Pyralidae. Serangga ini umumnya tertarik
pada lampu pada malam hari, berbentuk kupu-kupu kecil yang disebut ngengat
dan tersebar di daratan Asia, Amerika, dan Australia. Di Indonesia,terdapat lima
spesies penggerek batang padi yang menjadi kendala di lahan irigasi maupun
lahan lebak dan pasang surut. Penggerek batang padi tersebut adalah penggerek
batang padi kuning Scirpophaga (Tryporyza) incertulas (Walker) (Lepidoptera:
Pyralidae), penggerek batang padi putih Scirpophaga (Tryporyza) innotata
(Walker), Chilo suppressalis Walker, Chilo polychrysus (Meyrick), dan Sesamia
inferens (Walker).
Gejala serangan hama penggerek tersebut sama, yaitu pada fase vegetatif
yang disebut sundep (deadhearts) dengan gejala titik tumbuh tanaman muda mati.
Gejala serangan penggerek pada fase generatif disebut beluk (whiteheads) dengan
gejala malai mati dengan bulir hampa yang kelihatan berwarna putih. Gejala
sundep sudah kelihatan sejak 4 hari setelah larva penggerek masuk. Larva
penggerek selalu keluar masuk batang padi, sehingga satu ekor larva sampai
menjadi ngengat dapat menghabiskan 6-15 batang padi.
Menurut Dropkin (1991), nematoda (nama tersebut berasal dari kata Yunani,
yang artinya benang) berbentuk memanjang, seperti tabung, kadang- kadang
seperti kumparan, yang dapat bergerak seperti ular. Mereka hidup di dalam air,
baik air laut maupun air tawar, di dalam film air, di dalam tanah, di dalam
3
jaringan jasad hidup berair. Filum nematoda merupakan kelompok besar kedua
setelah serangga apabila didasarkan atas keanekaragaman jenisnya. Nematoda
telah dikenal sejak zaman purba sebagai parasit pada manusia. Namun ketika
mikroskop yang lebih baik ditemukan dan para ahli hewan abad kesembilan belas
mengeksplorasikan makhluk hidup dalam lingkup yang luas, maka nematoda
dilupakan.
Meloidogyne spp. merupakan salah satu nematoda parasit pada tanaman.
Nematoda ini memiliki jangkauan inang yang sangat beragam, sehingga dapat
ditemukan pada beberapa tanaman penting pertanian. Kerugian yang telah
ditimbulkan oleh nematoda ini sangat besar, banyak hasil tanaman pertanian
rusak, mati, dan hasil panen menurun drastis. Untuk mengurangi dan
menaggulangi kerusakan yang ditimbulkan oleh nematoda ini, diperlukan
penelitian tentang morfologi dan anatomi tubuh, siklus hidupnya, musuh alami,
dan lain-lain untuk penanggulangannya di waktu mendatang (Dropkin, 1991).
Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah
diperoleh disetiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan.
Harganyapun dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Tumbuhan bayam
ini awalnya berasal dari negara Amerika beriklim tropis, namun sekarang tersebar
keseluruh dunia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai kelezatannya.
Rasanya enak, lunak dan dapat memberikan rasa dingin dalam perut dan dapat
memperlancar pencernaan.Umumnya tanaman bayam dikonsumsi bagian daun
dan batangnya.Ada juga yang memanfaatkan biji atau akarnya sebagai tepung,
obat, bahan kecantikan, dan lain-lain.Ciri dari jenis bayam yang enak untuk
dimakan ialah daunnya besar, bulat, dan empuk.Sedangkan bayam yang berdaun
besar, tipis diolah campur tepung untuk rempeyek (Yusni & Nurudin, 2001).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum pertanian organik ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bokasi dan pupuk bokasi.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan pupuk bokasi dan aplikasinya.
3. Mengetahui macam-macam pestisida nabati/organik dan cara
pembuatannya beserta fungsinya masing-masing.
4. Mengetahui cara budidaya sayuran organik.
4
1.3. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari pertanian organik ialah kesehatan, karena pada
pertanian organik menghasilkan makanan yang aman dan bergizi sehingga
meningkatkan kesehatan masyarakat dan menciptakan lingkugan kerja yang aman
dan sehat karena pertanian organik tidak menggunakan bahan kimia sintetis.
Manfaat yang didapat untuk tanah yaitu meningkatkan kualitas tanah yaitu
dengan menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal
penting dalam pertanian organik.
2. TINJAUAN PUSTAKA
5
ngga menghasilkan senyawa yang dapat diserap langsung oleh akar
tanaman.
6
7
c. Daun
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat
daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua,
hijau keputih-putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar
umumnya kasap (kasar) dan kadang berduri (Rukmana, 1994).
d. Bunga
Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun
bunga 4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar
dari ujung-ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai
yang tumbuh tegak. Tanaman dapat berbunga sepanjang musim.
Perkawinannya bersifat uniseksual, yaitu dapat menyerbuk sendiri
maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung dengan bantuan
angin dan serangga (Rukmana, 1994).
e. Biji
Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna
coklat tua sampai mengkilap sampai hitam kelam. Namun ada beberapa
jenis bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya
bayam maksi yang bijinya merah (Rukmana, 1994).
drainase. Pada bedengan dibuat lubang-lubang tanam, jarak antar barisan 60-80
cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.
3. Pengapuran
Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk
menaikkannya. Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit
maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5
diperlukan ± 988 kg kapur pertanian/ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5.
Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat
berlempung ialah antara 1.730-4.493 kg/hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan
pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6
ton/hektar. Cara pemberiannya, bahan-bahan tersebut disebar merata dan
dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.
4. Pemupukan
Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu
pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara
pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian diaduk
dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng tanam,
cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang
tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan
keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar.
Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1-2 kg per lubang
tanam.
c. Penanaman
Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau
dengan penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji
bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut
barisan pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat
ke Timur. Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan
disiram hingga cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah pada
awal musim hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh
dengan lebih baik karena benih diperoleh dengan cara seleksi untuk
ditanam.
12
d. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan
tidak merata maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat)
sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama
lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen
pertama. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai
maka setelah penanaman di lapangan ada yang mati/terserang penyakit,
maka perlu dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan
yang baru. Caranya dengan mencabut dan apabila terserang penyakit
segera dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman
dapat dilakukan seminggu setelah tanam.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang
(Portulaca oleracea) dan rumput liar lainnya. Kehadiran gulma gelang
dapat menurunkan produksi bayam antara 30-65%. Penyiangan dilakukan
bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang digunakan dalam
penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya dengan
dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut dengan tangan.
Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan tanah.
3. Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin
dan intensif 1-2 kali sehari, terutama di musim kemarau. Waktu yang
paling baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari,
dengan menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya
merata.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk
tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4-0,8 kg. Dengan demikian kuantum
pupuk organik akan berkisar 15-30 ton (Hadisoeganda & Widjaja, 1996).
5. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman
13
14
15
4.1.1. Pembahasan
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pupuk bokasi yang telah
matang memiliki ciri-ciri yaitu berwarna coklat kehitaman, tidak berbau,
bertekstur gembur, dan bersuhu dingin. Pada praktikum di lapangan
dilakukan membolak balik pupuk setiap 3 hari sekali dan dilakukan
pengamatan warna dan bau pupuk.
Selain komposisi bahan pembuatan pupuk bokasi,suhu saat inkubasi
juga merupakan penentu untuk mendapatkan pupuk bokashi yang
berkualitas.Sehingga suhu yang baik ialah dibawah 50 0C. Selama masa
fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian. Selama waktu
fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi . Proses pelapukan
ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu,
penurunan volume tumpukan, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah
inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan
suhunya dapat mencapai 65-70oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba
17
akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi. Akibat penguraian
tersebut, volume tumpukan pupuk akan menyusut. Penyusutan ini dapat
mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu warna juga akan
berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.
18
19
4.2.Pestisida Nabati/Organik
4.2.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan selama beberapa minggu, maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
4.2.2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan diatas (Tabel 1) maka dapat kita ketahui
bahwa terjadi perubahan warna pada ekstrak biji mimba dari awal
pembuatan hingga tiga minggu pengamatan. Perubahan warna terjadi
mulai dari hijau pekat ke hijau muda sampai ke hijau bening.
Ekstrak biji mimba juga mengalami perubahan bau (Tabel 2) dari
bau yang sangat menyengat hingga seperti bau busuk. Bau yang sangat
menyengat dari ekstrak biji mimba dapat berfungsi sebagai repelan
(menolak kehadiran serangga) sehingga serangga enggan datang pada
tanaman yang telah diaplikasikan ekstrak biji mimba. Bau yang menyengat
dari ekstrak biji mimba ini disebabkan oleh adanya senyawa meliantriol
yang berperan sebagai penghalau serangga hama sehingga tanaman yang
telah diaplikasikan ekstrak biji serangga terhindar dari kerusakan akibat
hama (Indiati dan Marwoto, 2008).
20
5.1.Kesimpulan
1. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis dengan
tujuan menyediakan bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumennya serta tidak merusak lingkungan.
2. Dari hasil praktikum, di dapatkan pupuk bokhasi yang berwarna coklat
kehitaman, tidak berbau, bertekstur gembur, dan bersuhu dingin.
3. Pada praktikum yang kami lakukan yaitu pengendalian hama wereng coklat,
penggerek batang, dan nematoda bisa dilakukan dengan pestisida nabati
dengan bahan biji mimba dan sabun detergen serta campuran air.
5.2.Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum pertanian organik ini penanaman
sayuran organik yang di terapkan lebih terdahulu agar dapat menghasilkan data
yang lebih efesien yaitu dengan melakukan pengaplikasian pupuk dan pestisida
pada tanaman tersebut. Dimana dengan begitu kita dapat mengamati tumbuhnya,
mengamati pemberian pupuk dan mengamati hama yang terdapat pada tanaman
dengan waktu yang cukup sehingga kita dapatkan hasil yang afisien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asogwa, E.U., T.C.N. Ndubuaku, J.A. Ugwu, and O.O. Awe. 2010. Prospects of
botanical pesticides from neem, Azadirachta indica for routine protection of
cocoa farms against the brown cocoa mirid – Sahlbergella singularis in
Nigeria. J. Medicinal Plants Res. 4(1): 1−6. DOI: 10.5897/JMPR09.049.
Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants.
Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Indiati, S.W., & Marwoto. 2008. Potensi Ekstrak Biji Mimba Sebagai Insektisida
Nabati. Buletin Palawija. No. 15: 9-14.
Lingga, P., & Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rahardi, F., CS. 1993. Agribisnis Tanaman Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiawan, Ade Iwan. 1995. Sayuran Dataran Tinggi Budidaya dan Pengaturan
Panen. Jakarta: Penebar Swadaya.
24
25
Subiyakto. 2009. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala
dan Strategi Pengembangannya. Perspektif. Vol. 8 (2): 108-116.
Wididana dan Higa, T. 1993. Pemurnian Bercocok Tanam Padi dengan Teknologi
EM 4. Jakarta: PT Songgolangit Persada.
Yusni, Bandini., & Nurudin, Azis. 2001. Bayam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Lampiran 1 Pupuk Bokasi
Lampiran 2 Pestisida Nabati/Organik
Lampiran 3 Budidaya Sayur Organik