Oleh
Ana Satria
A34404006
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Oleh
Ana Satria
A34404006
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
ANA SATRIA. Pengujian Toleransi Kekeringan Padi Gogo (Oryza sativa L.)
pada Stadia Awal Pertumbuhan. Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO dan
SUWARNO.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode pengujian toleransi
kekeringan padi gogo yang lebih cepat dan mudah serta menyeleksi genotipe padi
gogo yang toleran terhadap kekeringan. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Muara dan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, pada bulan Maret sampai Desember 2008.
Penelitian ini terdiri dari 2 pengujian. Pengujian I dilakukan di laboratorium,
terdiri dari 3 tahap yaitu (1) pengujian pendahuluan, (2) pengujian toleransi
kekeringan 6 genotipe padi gogo pada 5 metode, (3) pengujian toleransi
kekeringan 100 genotipe padi gogo dengan menggunakan metode terpilih.
Rancangan percobaan pada pengujian I tahap 2 menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor, yaitu metode (media
arang sekam, cocofit, kompos, pasir, dan pakis) dan genotipe (6 genotipe) dengan
tiga ulangan. Pada pengujian I tahap 3 menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu genotipe padi gogo dengan
tiga ulangan. Pengujian II yaitu pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi
gogo yang dilakukan di rumah kaca, rancangan yang digunakan sama dengan
pengujian I tahap 3.
Bahan yang digunakan adalah 3 genotipe padi gogo toleran kekeringan, 3
genotipe varietas padi gogo peka kekeringan, dan 94 genotipe padi gogo. Peubah
yang diamati meliputi Panjang Bibit (cm), Panjang Akar (cm), Panjang Tajuk
(cm), Berat Kering Bibit (mg), Berat Kering Akar (mg), Berat Kering Tajuk (mg),
Persentase Bibit Mati (%), Persentase Daun Mati (%), dan Jumlah Daun.
Berdasarkan hasil pengujian dari 21 metode yang disurvei terdapat 5 metode
yang berpotensi untuk menguji toleransi kekeringan. Metode pengujian
menggunakan media kompos dengan penyiraman tiga hari sekali merupakan
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
: Ana Satria
NRP
: A34404006
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Suwarno
NIP : 080 049 200
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis terlahir sebagai putri kedua dari tiga bersaudara keluarga Bapak AL.
H. Anshar dan Ibu Megawati di Simpang Tiga Taluk, Kabupaten Kuantan
Singingi, Riau pada tanggal 28 Maret 1986.
Tahun 1991 penulis sekolah di TK Islam Taluk Kuantan. Penulis
melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Taluk Kuantan pada tahun 1992. Tahun
1998 penulis melanjutkan studi tingkat menengah pertama di SLTP Negeri 1
Taluk Kuantan, penulis sering mengikuti kegiatan-kegiatan disekolah salah
diantaranya pertandingan pramuka tingkat provinsi maupun kabupaten. Penulis
menyelesaikan studi tingkat menengah atas di SMA 1 Taluk Kuantan pada tahun
2004, pada saat di bangku SMA penulis mengikuti berbagai kegiatan ekstra
kurikuler dan OSIS. Penulis terpilih sebagai wakil dari sekolah untuk mengikuti
kegiatan pramuka Raimuna Nasional di Yogyakarta, perserta Paskibraka tingkat
provinsi di Riau dan mendapatkan beasiswa dari perusahaan di Riau (Caltek).
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Saringan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004 di Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
di kampus diantaranya penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Agronomi (HIMAGRON) Divisi Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
sebagai anggota aktif Klub Agribisnis, pernah menjadi wakil ketua Himpunan
Mahasiswa Kabupaten Kuantan Singingi dan sebagai anggota Ikatan Keluarga
Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR). Tahun 2008 penulis berhasil lolos mengikuti
Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh
DIKTI.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan karunia dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1.
Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS dan Dr. Suwarno selaku pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan serta motivasinya.
2.
Prof. Dr. Ir. Jajah Koswara selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan serta motivasi untuk tetap berprestasi dalam belajar.
3.
Dr. Desta Wirnas, Sp. MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi.
4.
Ibu Erwina, Pak Ade, Pak Soni dan seluruh staf Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi di Muara yang telah memberikan motivasi, bantuan, masukan
dan nasehatnya selama penulis melaksanakan penelitian.
5.
Papa dan mama tercinta, Abang Eka dan Rylli, Nenek, Etek Hasnah dan
Zubaida sekeluarga, Mamak Rahmi dan Marwan sekeluarga, serta semua
keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang,
kebahagiaan, pengorbanan, dan dukungan yang tiada henti sampai saat ini.
6.
7.
Ria, Mbak Novi, Mbak Desi, Upik, Aqsa, Ana, dan seluruh teman-teman
kos Putri 26 ats kebersamaan dan motivasinya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan mempunyai sumbang sih
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ................................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan ..........................................................................................................
Hipotesis ......................................................................................................
1
1
2
2
3
3
3
4
5
6
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Interaksi Genotipe Padi Gogo
(6 Genotipe) dan Metode (5 Metode) terhadap Presentase Tanaman Mati . 33
11. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih .................................................................... 34
12. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih ..................................................................... 34
13. Sidik Ragam Panjang Akar 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 34
14. Sidik Ragam Panjang Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 34
15. Sidik Ragam Panjang Bibit 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 35
16. Sidik Ragam Berat Kering Akar 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 35
17. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 35
18. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih ..................................................................... 35
19. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi Gogo di Rumah
Kaca............................................................................................................... 36
20. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe Padi Gogo di
Rumah Kaca .................................................................................................. 36
21. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi Gogo di Rumah
Kaca............................................................................................................... 36
22. Sidik Ragam Jumlah Daun 100 Genotipe Padi Gogo di Rumah Kaca ......... 36
23. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian Rumah Kaca dan Laboratorium pada
Peubah Persetase Daun Mati ......................................................................... 37
24. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Kekeringan
pada Peubah Persentase Tanaman Mati di Rumah Kaca dan di
Laboratorium ................................................................................................. 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
2.
Halaman
Teks
Hasil Pengujian Pendahuluan. A. Arang Sekam, B. Pakis, C. Pasir,
D. Sabut Kelapa, E. Kompos ....................................................................... 14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi merupakan sumber pangan penting, mengingat beras adalah salah satu
bahan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Menurut Biro Pusat
Statistik (2007) produksi padi tahun 2006 sebesar 54.75 juta ton, mengalami
peningkatan sebesar 0.95 % dari tahun 2005. Peningkatan produksi padi tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 223 jiwa dengan
konsumsi beras 135 kg/kapita/tahun.
Rendahnya produksi padi ini sebagai akibat dari berbagai kendala,
diantaranya semakin sempitnya luas lahan pertanian potensial serta kondisi iklim
yang sulit untuk diprediksi (curah hujan yang tidak menentu). Penyebab
penyempitan luas lahan pertanian potensial ini diantaranya oleh (1) perubahan
penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri, serta (2) menurunnya
produktivitas lahan (Hakim, 2002). Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan,
setiap tahun antara 40 000 hingga 50 000 hektar sawah di Pulau Jawa terkonversi
untuk fungsi nonpertanian (Kompas, 2001).
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi nasional adalah dengan
pengembangan wilayah pertanian pada lahan kering. Lahan kering di Indonesia
memiliki luas sekitar 116.91 juta hektar, yang sebagian besar berada di luar Pulau
Jawa (Hakim, 2002). Varietas padi gogo tahan kekeringan sangat diperlukan
untuk mendukung peningkatan produksi padi nasional tersebut. Dengan demikian,
perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan varietas-varietas padi yang
berproduksi tinggi dan toleran kekeringan (Lestari dan Mariska, 2006).
Serangkaian program pemuliaan yang cukup panjang perlu dilakukan untuk dapat
menghasilkan varietas-varietas padi yang diinginkan.
Haryadi (2006) menyatakan bahwa beberapa tahap pemuliaan adalah
hibridisasi, seleksi, setelah itu dilakukan uji daya hasil dan diikuti dengan
pelepasan varietas. Menurut Lestari et al. (2005) pemilihan metode seleksi yang
efektif sangat penting dalam perakitan suatu varietas, teknik yang sederhana tetapi
efektif akan mempercepat memperoleh varietas yang diharapkan. Seleksi galur
2
tahan kekeringan yang dilakukan di lapang sangat sulit, memerlukan biaya yang
lebih mahal dan waktu yang lama (Lestari dan Mariska, 2006).
Menurut Sadjad (1993) untuk mengetahui kemampuan benih tumbuh normal
pada kondisi lapang yang suboptimum dapat dilakukan melalui deteksi vigor
benih. Mendeteksi vigor benih pada kondisi suboptimum (kekeringan) dapat
dilakukan di rumah kaca atau laboratorium dengan mengecambahkan benih pada
media yang dapat dikontrol dan lebih praktis seperti pada kertas, pasir maupun
tanah
Pengujian genotipe padi gogo yang toleran kekeringan pada stadia
pertumbuhan sangat diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian yang telah ada
dan diharapkan dapat mendorong kemajuan pertanian khususnya bidang
perbenihan di Indonesia.
Tujuan
1. Mendapatkan metode pengujian toleransi kekeringan padi gogo yang lebih
cepat dan mudah.
2. Menyeleksi genotipe padi gogo yang toleran terhadap kekeringan.
Hipotesis
1. Terdapat metode pengujian toleransi kekeringan padi gogo yang lebih cepat
dan mudah.
2. Terdapat genotipe padi gogo yang toleran terhadap kekeringan.
TINJAUAN PUSTAKA
4
Purnamawati, 2007). Namun demikian, walaupun jumlah curah hujan dalam satu
bulan mencapai 200 mm, tetapi distribusi curah hujan per bulan dalam satu priode
(10 hari) kurang maka pertumbuhan padi gogo akan mengalami gangguan akibat
kekurangan air.
Pertumbuhan padi gogo sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya.
Selain ketersediaan air, faktor lingkungan lain seperti ketinggian suatu daerah dan
intensitas cahaya matahari juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi gogo.
Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1 300 m dpl, akan tetapi
tidak semua tanaman padi gogo dapat tumbuh pada dataran tinggi.
Intensitas cahaya minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan padi gogo
sebesar 265 cal/cm2/hari (Sahila, 2006). Intensitas cahaya kurang dari intensitas
cahaya minimum akan menghambat pertumbuhan tanaman padi gogo tersebut.
Vigor Benih
Perbedaan antara benih dengan biji adalah viabilitasnya. Viabilitas benih
adalah gejala hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme
benih dan gejala pertumbuhannya (Sadjad, 1972). Sadjad (1993) mengemukakan
bahwa viabilitas benih dibagi kedalam dua kriteria yaitu viabilitas pontensial dan
vigor benih. Viabilitas pontensial merupakan kemampuan (viabilitas) benih pada
keadaan optimum untuk menghasilkan tanaman berproduksi normal. Vigor benih
merupakan kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi
normal pada kondisi yang suboptimum.
Pengujian vigor sangat perlu dilakukan mengingat kondisi lapangan yang
memiliki iklim yang sulit untuk diprediksi dan kebanyakan memiliki kondisi yang
suboptimum. Selain itu vigor sangat berpengaruh pada produksi karena
berhubungan dengan pertumbuhan dan kecepatan tumbuh dilapang. Balai
Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) juga
menyatakan bahwa pengujian di laboratorium sangat penting dan perlu dilakukan
karena bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang mutu benih yang
digunakan untuk keperluan penanaman. Pengujian benih juga diperlukan untuk
meminimalkan kegagalan tanam yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas benih.
5
Perkecambahan adalah proses perkembangan struktur esensial kecambah
melalui tahapan-tahapan dimana struktur esensial menunjukkan kemampuan
untuk berkembang secara normal dalam kondisi lingkungan yang optimum
(favourable) (Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura, 2006). Menurunnya vigor atau kematian benih dapat dilihat dari
hilangnya viabilitas atau matinya kelompok benih, atau dari kematian suatu
individu benih. Menurut Fauzi (1997) umumnya viabilitas benih menggambarkan
kinerja rata-rata dari sejumlah benih yang diuji. Sejumlah benih yang diamati
mewakili lot benih yang dalam analisis benih, lot itu merupakan populasi.
Menurut Sadjad et al. (1999) kekuatan tumbuh benih di lapang selain
ditentukan oleh faktor benihnya juga ditentukan oleh faktor dari luar benih,
misalnya oleh penyakit, kesuburan lahan, kondisi kurang suplai air ataupun
kelebihan air. Mensimulasi vigor benih di lapang yang berhadapan dengan
cekaman eksternal (lingkungan) diupayakan metode uji laboratorium yang
spesifik bagi masing-masing cekaman. Selain itu Sadjad (1993) juga
menambahkan bahwa untuk mendeteksi viabilitas benih pada kondisi suboptimum
(kekeringan) dapat dilakukan di rumah kaca atau laboratorium dengan
mengecambahkan benih pada media yang dapat dikontrol dan lebih praktis seperti
pada kertas, pasir maupun tanah. Beberapa contoh simulasi lain yang dapat
dilakukan adalah menggunakan media yang dilembabkan larutan garam NaCl
untuk simulasi cekaman salinitas tinggi, menggunakan media yang bertekanan
osmotik tinggi untuk mensimulasi cekaman kekeringan dengan menggunakan
larutan PEG sebagai pelembab medianya, serta memberi cendawan penyakit pada
media tumbuh benih untuk menguji ketahanan terhadap penyakit (Sadjad, 1993).
Peranan Air
Peranan air bagi tumbuhan sangat penting karena lebih dari 80% berat basah
jaringan tumbuhan terdiri dari air. Ketersediaan air tanah bagi tumbuhan dan daya
evaporasi udara merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
tumbuhan di alam. Air merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan tanaman bila dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya
(Tjondronegoro et al., 1997).
6
Pentingnya air dalam kehidupan dapat dilihat dari berbagai funggsinya
(Nobel, 1983 dalam Tjondronegoro et al., 1997)
1. Air merupakan senyawa utama protoplasma.
2. Air merupakan pelarut yang membawa nutrisi mineral dari tanah ke dalam
tumbuhan.
3. Air merupakan medium bagi reaksi-reaksi metabolisme.
4. Air merupakan pereaksi penting dalam fotosintesis dan prosese-proses
hidrolitik
5. Air penting untuk turgiditas, pertumbuhan sel, mempertahankan bentuk daun,
operasi stomata dan pergerakan struktur tumbuhan.
Peranan air tidak hanya pada saat tumbuhan telah menjadi tanaman yang
utuh, pada saat masih benih saja air memiliki peran yang sangat penting dalam
proses perkecambahannya. Menurut Kamil dalam Fauzi (1997), peranan air dalam
perkecambahan adalah :
1. Melunakkan kulit benih dan menyebabkan perkembangan embrio dan
endosperm.
2. Memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam benih.
3. Mengencerkan sitoplasma sehingga dapat menggaktifkan fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm ke titik tumbuh pada
perkembangan embrio.
Toleransi Kekeringan
Mekanisme toleransi tanaman terhadap kekeringan pada saat mengalami
stres kekeringan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) escape yaitu
tanaman menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami stres berat, dengan
berbunga lebih awal atau daun menggulung, (2) toleran yaitu tanaman tetap
tumbuh dalam kondisi cekaman kekeringan dan potensial air rendah, dengan
osmotic adjusment, (3) avoidance yaitu menghindar dari cekaman kekeringan,
dengan mengembangkan sistem perakaran dan efisiensi membuka dan
menutupnya stomata (Lestari et al., 2005).
Menurut Mitra dalam Lestari et al. (2005) tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan akan menggunakan lebih dari satu mekanisme tersebut untuk
7
mempertahankan diri, dimana toleransi yang dimiliki akan sangat berpengaruh
pada produksi. Mekanisme toleransi kekeringan ini dapat dilihat pada semua fase
pertumbuhan, yaitu pada fase perkecambahan, vegetatif, maupun generatif.
Salah satu diantara ciri varietas toleran kekeringan adalah perakaran yang
mampu menyerap air tanah dalam kondisi cekaman kekeringan. Hasil penelitian
Suardi (2004) menunjukkan bahwa galur padi gogo dan padi sawah mempunyai
daya tembus akar relatif tinggi dan relatif toleran kekeringan, salah satunya adalah
spesies Oryza glaberrima. Perakaran yang padat, dalam dan memiliki daya
tembus akar yang tinggi akan meningkatkan serapan air dari tanah (Suardi, 2004).
Hasil penelitian Fauzi (1997) juga menunjukkan bahwa tolok ukur panjang
plumula, berat kering kecambah, berat kering akar dan berat kering plumula dapat
digunakan untuk mengindikasi sifat toleran terhadap kekeringan. Kecambah padi
yang toleran kekeringan akan memiliki akar yang panjang dan memiliki berat
kering akar lebih besar dari kecambah yang tidak toleran, begitu juga panjang
plumula dan berat kering plumulanya akan lebih besar dari kecambah yang tidak
toleran.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 pengujian :
I : Pengujian toleransi kekeringan di laboratorium
Pengujian I terdiri dari 3 tahap yaitu : (1) pengujian pendahuluan,
(2) pengujian toleransi kekeringan 6 genotipe padi gogo pada 5 metode,
(3) pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo pada metode terpilih.
1. Pengujian pendahuluan
Pengujian pendahuluan ini bertujuan untuk mencari metode yang akan
digunakan pada tahap 2 dengan menggunakan berbagai jenis media dan metode
pengujian. Berdasarkan hasil pengamatan secara visual diperoleh 5 metode yang
dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe toleran dan peka kekeringan,
yaitu M1 = menggunakan media arang sekam, M2 = menggunakan media cocofit,
9
M3 = menggunakan media kompos, M4 = menggunakan media pasir, dan
M5 = menggunakan media pakis.
2. Pengujian toleransi kekeringan 6 genotipe padi gogo pada
lima
metode.
Pengujian ini bertujuan untuk memilih metode dari pengujian pendahuluan
yang dapat membedakan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap
kekeringan sacara statistik. Metode yang terpilih akan digunakan pada tahap ke 3.
Pada pengujian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial dengan dua faktor, yaitu metode dan genotipe. Metode yang
digunakan (M) terdidiri 5 metode, yaitu M1 = menggunakan media arang sekam,
M2 = menggunakan media cocofit, M3 = menggunakan media kompos,
M4 = menggunakan media pasir, M5 = menggunakan media pakis, sedangkan
genotipe (G) yang menggunakan 6 genotipe, yaitu 3 genotipe padi gogo toleran
kekeringan dan 3 genotipe padi gogo peka kekeringan. Setiap satuan percobaan
diulang 3 kali sehingga total satuan percobaan yang dilakukan adalah 90 satuan
percobaan. Untuk setiap satuan percobaan terdiri 25 butir benih.
Model matematik yang digunakan adalah :
Yijk = + Mi + Gj +(MG)ij + Ck + ijk
Keterangan :
Yijk
= Nilai pengamatan pada perlakuan metode ke-i, genotipe padi gogo ke-j
dan kelompok ke-k
Mi
Gj
(MG)ij = Pengaruh interaksi perlakuan metode ke-i dan genotipe padi gogo ke-j
Ck
ijk
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan metode ke-i, genotipe padi gogo
ke-j dan kelompok ke-k
3. Pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo pada metode
terpilih.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu genotipe padi
10
gogo (). Genotipe padi yang digunakan sebanyak 100 genotipe. Setiap satuan
percobaan diulang 3 kali sehingga total satuan percobaan adalah 300 satuan
percobaan.
Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah :
Yij = + i + j + ijk
Keterangan :
Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j
ijk
=Pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi gogo ke-i dan
kelompok ke-j
= Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j
Pi
Oj
ijk
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok
ke-j
11
Pengolahan data yang berbeda nyata pada analisis ragam pada pengujian
akan diuji lanjut dengan analisis Duncans Multiple Range Test (DMRT) atau
Pembanding Linier (Kontras) pada taraf 5 % dan 1 % (Gomez dan Gomez, 1995).
Setelah itu dilakukan korelasi antara hasil pengujian di laboratorium dan rumah
kaca, serta dilakukan pengelompokkan tingkat toleransi kekeringan didasarkan
skor IRRI yaitu sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7), dan sangat
peka (9) (IRRI, 1988). Pengujian tersebut menggunakan fasilitas SAS 6.12.
Pelaksanaan Kegiatan
I. Pengujian toleransi kekeringan di laboratorium
1. Pengujian pendahuluan
Benih padi gogo yang sudah jelas toleran dan peka kekeringannya ditanam
pada beberapa media dengan pengaturan pemberian air yang berbeda-beda pada
setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan secara visual, dengan mengamati
perbedaan antara genotipe yang toleran dan peka kekeringan. Perlakuan (metode)
yang mempelihatkan perbedaan antara genotipe toleran dan peka kekeringan akan
digunakan pada tahap 2.
2. Pengujian toleransi kekeringan
metode.
Benih padi direndam selama 24 jam kemudian ditanam dengan menyusun
25 butir benih pada box plastik yang telah berisi media tanam. Penyiraman hanya
dilakukan selama seminggu pertama dengan jumlah air dan waktu penyiraman
yang berbeda-beda tiap metode. Jumlah air untuk media cocofit sebanyak 400 ml
dengan penyiraman, kompos sebanyak 200 ml dengan penyiraman tiga hari sekali,
arang sekam sebanyak 300 ml dengan penyiraman tiga hari sekali, pakis sebanyak
200 ml dengan penyiraman dua hari sekali, dan pasir sebanyak 300 ml dengan
penyiraman dua hari sekali.
3. Pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo dengan
menggunakan metode terpilih.
Pelaksanaan penanaman pada tahap 3 ini hampir sama dengan tahap 2 tetapi
metode yang digunakan hanya satu media, menggunakan 100 genotipe padi gogo
dan dalam satu box plastik ditanam 2 genotipe (tiap genotipe menggunakan
12
25 butir benih dan disusun menjadi 2 baris). Pengamatan terakhir dilakukan pada
hari ke dua puluh satu.
II. Pengujian toleransi kekeringan di rumah kaca
Benih langsung ditanam pada pot pernanen setinggi 60 cm, lebar 1 m dan
panjang 4 m yang berisi tanah. Penanaman ini menggunakan 12 butir benih
untuk tiap genotipe. Dua minggu pertama dilakukan panyiraman dengan air secara
teratur, selanjutnya penyiraman dihentikan sampai genotipe padi yang peka
kekeringan mati.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah peubah-peubah :
Pengujian I
1. Panjang Bibit (PB) : diukur mulai dari ujung akar sampai dengan ujung tajuk
dengan satuan centimeter.
2. Panjang Akar (PA) : diukur mulai dari ujung akar sampai pangkal akar dengan
satuan centimeter.
3. Panjang Tajuk (PT) : diukur mulai dari pangkal tajuk sampai ujung tajuk
dengan satuan centimeter.
4. Berat Kering Bibit (BKB) : merupakan berat kering rata-rata bibit yang
didapat dengan mengeringkan bibit dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam
pada akhir pengamatan dengan satuan miligram.
5. Berat Kering Akar (BKA) : merupakan berat kering rata-rata akar yang
didapat dengan mengeringkan akar dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam
pada akhir pengamatan dengan satuan miligram.
6. Berat Kering Tajuk (BKT) : merupakan berat kering rata-rata tajuk yang
didapat dengan mengeringkan tajuk dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam
pada akhir pengamatan dengan satuan miligram.
7. Persentase Bibit Mati (PBM) : merupakan persentase dari bibit yang mati pada
pengamatan terakhir.
8. Persentase Daun Mati (PDM) : merupakan persentase dari daun bibit yang
mati pada pengamatan terakhir.
13
Pengujian II
1. Persentase Bibit Mati (PBM) : merupakan persentase dari bibit yang mati pada
pengamatan terakhir.
2. Persentase Daun Mati (PDM) : merupakan persentase dari daun bibit yang
mati pada pengamatan terakhir.
3. Berat Kering Bibit (BKB) : merupakan berat kering rata-rata bibit yang didapat
dengan mengeringkan bibit dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam pada akhir
pengamatan dengan satuan miligram.
4. Jumlah Daun (JD) : merupakan jumlah dari daun pada pengamatan terakhir.
Toleran
Peka
Toleran
Peka
Peka
Toleran
Peka
Toleran
Toleran
Peka
15
Tabel 1. Metode pada Pengujian Pendahuluan dan Respon Genotipe Toleran
dan Peka terhadap Kekeringan
No
1
9
10
Metode/Media
Serbuk gergaji:
Penyiraman 3 hari sekali
Penyiraman setiap hari
Tanah :
Benih direndam semalam
Benih tanpa perendaman benih
Cawan :
Tisu
Kertas merang + tisu
Kertas merang
UKDdp :
PEG dengan benih direndam semalam
PEG tanpa perendaman
Air benih direndam semalam
Sabut kelapa :
Kasar
1. Penyiraman 2 hari sekali
2. Penyiraman setiap hari
Halus dengan penyiraman 3 hari
Pakis :
Penyiraman 2 hari sekali
Penyiraman setiap hari
Arang sekam :
Penyiraman 3 hari sekali
Penyiraman setiap hari
Pasir :
Penyiraman 3 hari sekali
Penyiraman 2 hari sekali
Kompos / bokasi dengan penyiraman 3 hari sekali
Media semai tanaman hias dengan penyiraman 3 hari sekali
Respon
-
16
kering bibit, panjang akar, panjang tajuk dan panjang bibit. Analisis sidik ragam
pengaruh faktor tunggal genotipe dan metode serta interaksinya pada semua
peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2-9. Interaksi antara
kedua faktor tunggal hanya berpengaruh nyata pada peubah persentase tanaman
mati sedangkan untuk peubah lainnya tidak berpengaruh nyata.
Hasil uji lanjut kontras interaksi faktor tunggal terhadap peubah persentase
tanaman mati menunjukkan bahwa metode yang dapat membedakan genotipe
toleran dan peka kekeringan secara nyata adalah metode menggunakan media
kompos dengan penyiraman tiga hari sekali (M3) dengan peluang (Pr > F) sebesar
0.0191 dan metode menggunakan media pakis dengan penyiraman dua hari sekali
(M5) dengan peluang (Pr > F) sebesar 0.0236. Sidik ragam uji lanjut kontras
interaksi faktor genotipe dan metode terhadap peubah persentase tanaman mati
dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10. Metode M3 memiliki peluang yang lebih
kecil dari metode M5 ini menunjukkan bahwa metode M3 lebih dapat
membedakan genotipe toleran dan peka kekeringan dari pada metode M5. Selain
itu, berdasarkan pengaruh nilai rataan kelompok genotipe pada masing-masing
metode juga terlihat bahwa metode M3 dapat memperlihatkan perbedaan yang
lebih besar antara kelompok genotipe peka dan toleran kekeringan. Nilai rataan
pengaruh interaksi perlakuan genotipe dan metode pada semua peubah yang
diamati dapat dilihat pada Tabel 2.
Secara umum peubah persentase tanaman mati dan persentase daun mati
memiliki rataan genotipe peka lebih besar dari rataan genotipe toleran pada semua
metode, tetapi pada metode M3 memiliki selisih rataan antara genotipe peka dan
toleran yang lebih besar dibanding metode lainnya, untuk genotipe peka dan
toleran memiliki rataan berturut-turut sebesar 11.08 % dan 18.68 % pada peubah
persentase tanaman mati, 27.18 % dan 68.24 % pada peubah persentase daun
mati.
Selisih rataan yang besar pada metode M3 memperlihatkan perbedaan antara
genotipe toleran dan peka kekeringan. Genotipe peka tidak mampu mengatasi
cekaman kekeringan seperti genotipe toleran. Tanaman yang tidak mempunyai
kemampuan untuk mengatasi cekaman kekeringan akan mati apabila mengalami
cekaman kekeringan yang sangat ekstrim (Altman dalam Lestari et al. 2005).
17
Tabel 2. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati pada
Rataan Masing-masing Kolompok Genotipe
Metode
T1
M1
M2
M3
M4
M5
6.89
0
4.48
1.33
0
M1
M2
M3
M4
M5
16.35
24.44
9.77
10
7.57
M1
M2
M3
M4
M5
3.63
5.5
2.01
3.89
3.31
M1
M2
M3
M4
M5
10.46
13.16
12.08
10.75
11.61
M1
M2
M3
M4
M5
14.1
18.66
14.1
14.64
14.92
M1
M2
M3
M4
M5
11.94
16.84
8.29
6.25
11.72
M1
M2
M3
M4
M5
18.37
23.93
21.75
24
24.25
M1
M2
M3
M4
M5
30.31
40.77
30.04
30.26
35.97
Genotipe Toleran
Genotipe Peka
T2
T3
P1
P2
P3
Rataan
Persentase Tanaman Mati (%)
24.9
5.33
12.37
12.82
12.39
26.29
0
0
0
0
0
0
22
6.77
25.31
22.72
8
11.08
0
0
0.44
0
0
0
2.89
0
0.96
8.46
4.11
1.33
Persentase Daun Mati (%)
46.95
13.36
25.55
26.44
23.3
33.12
39.5
30.41
31.45
19.36
13.9
45.57
48.13
23.63
65.65
62.75
76.33
27.18
29.22
36.11
25.11
51.64
18.67
51.4
21.73
13.71
14.34
33.95
37.71
37.83
Berat Kering Akar (mg)
2.72
3.42
3.26
3.86
3.49
2.54
3.23
4.73
4.49
4.79
3.65
3.3
4.27
1.93
1.58
1.51
1.24
2.74
3.7
3.8
3.79
4.5
3.92
2.84
2.99
3.63
3.31
3.24
3.17
2.51
Berat Kering Tajuk (mg)
7.66
8.08
8.73
9.22
7.37
6.19
9.26
9.88
10.76
9.73
8.91
7.56
8.9
9.25
8.07
8.56
6.53
10.07
8.65
10.16
9.85
7.74
7.77
6.59
9.23
9.94
10.26
9.44
8.32
7.61
Berat Kering Bibit (mg)
10.39
11.5
11.99
13.08
10.86
8.74
12.49
14.61
15.25
14.52
12.57
10.87
13.18
11.18
9.65
10.07
7.77
12.82
12.36
13.96
13.65
12.25
11.7
9.53
12.23
13.58
13.58
12.68
11.5
10.13
Panjang Akar (cm)
8.97
11.96
10.96
13.06
11.26
7.71
10.6
14.01
13.82
12.2
12.03
10.67
4.81
6.08
6.87
5.94
5.39
6.39
5.31
13.56
8.37
7.56
6.28
5.35
9.29
10.54
10.52
11.12
8.71
10.31
Panjang Tajuk (cm)
12.35
13.78
14.83
15.55
11.69
11.46
15.5
16.76
18.73
19.21
15.61
13.2
13.48
15.28
13.64
12.91
11.49
16.84
15.84
17.5
19.11
15.03
14.59
14
17.75
19.37
20.45
23.58
18.48
15.9
Panjang Bibit (cm)
21.33
25.74
25.79
28.61
22.96
21.5
26.1
30.78
32.55
34.42
27.92
23.87
18.29
21.36
20.51
18.86
16.88
23.23
21.15
24.86
25.42
22.59
20.88
19.36
27.05
29.91
30.98
34.71
27.2
26.21
Rataan
17.17
0
18.68
0
4.63
27.62
26.28
68.24
40.57
36.5
3.29
3.91
1.44
3.75
2.97
7.59
8.73
7.72
7.36
8.46
10.89
12.65
9.16
11.16
11.44
10.68
11.63
6.07
6.39
10.05
12.9
16.01
12.68
14.54
19.32
24.36
28.74
18.75
20.94
29.37
Keterangan : M1= media arang sekam (penyiraman 3 hari sekali), M2= media cocofit (penyiraman 3 hari
sekali), M3 = media kompos (penyiraman 3 hari sekali), M4= media pasir (penyiraman 2 hari
sekali), M5= media pakis (penyiraman 2 hari sekali), T1= Salumpikit, T2 = B11597C-TB-2-24,
T3 = B11338F-TB-26, P1= IR65907-116-1-B-MR-4, P2= B528B-TB-12-1-1, dan P3= IR 20
18
Berbeda dengan peubah persentase tanaman mati dan daun mati, peubah
berat kering akar, berat kering tajuk, berat kering bibit, panjang akar, dan panjang
tajuk memiliki rataan genotipe toleran yang lebih besar dari rataan genotipe peka.
Rataan yang besar pada genotipe toleran ini menunjukkan kemampuan
beradaptasi dan perbedaan genotipe tersebut dengan genotipe peka pada saat
mengalami cekaman kekeringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fauzi (1997)
yang menunjukkan bahwa bobot berat kering plumula (tajuk) dan akar pada
kecambah padi yang toleran lebih besar dari yang peka, begitu juga panjang
plumula (tajuk) dan akarnya akan lebih panjang dari kecambah yang peka
Peubah berat kering akar rataan genotipe toleran dan peka pada metode M3
memiliki rataan yang paling kecil dibandingkan metode lainnya yaitu 2,74 mg
pada genotipe toleran dan 1.44 mg pada genotipe peka. Hal ini diduga pada
metode M3 terjadi cekaman kekeringan sehingga menurunkan jumlah akar pada
kedua genotipe tersebut. Kertersediaan air yang sangat sedikit serta fluktuasi
kadar air tanah yang besar akan menyebabkan seluruh proses metabolisme
tanaman akan terhambat (Supijatno, 2003). Meskipun demikian, pada metode M3
terlihat perbedaan antara genotipe peka dan toleran, dimana selisih rataan yang
lebih besar antara kedua kelompok genotipe tersebut dibandingkan metode
lainnya (1.3 mg). Begitu juga pada bobot kering tajuk dan bibit, terlihat selisih
rataan yang lebih besar antara kelompok genotipe peka dan toleran pada metode
kompos dibanding metode lainnya yaitu 2.35 mg pada bobot kering tajuk dan
3.66 mg pada bobot kering bibit.
Metode M3 juga memperlihatkan perbedaan selisih yang lebih besar antara
genotipe peka dan toleran pada peubah panjang tajuk dan tanaman yaitu 4.16 cm
pada panjang tajuk dan 4.48 cm pada panjang bibit (Tabel 2). Meskipun demikian
pada peubah panjang akar selisih rataan antara kedua kelompok genotipe tersebut
tidak besar. Hal ini diduga terjadi akibat cekaman kekeringan dan kepadatan
media pada metode M3 lebih tinggi dibanding metode lainnya. Menurut Samson
dan Wade (1998) sifat fisik tanah seperti kepadatan dan kekerasan tanah menjadi
kendala yang sangat mempengaruhi pertumbuhan akar, penyerapan air dan hara.
Metode M3 dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran
dan peka terhadap kekeringan diduga karena penurunan kadar air media kompos
19
tidak terlalu cepat dibandingkan media pada metode lainnya. Kompos memiliki
kemampuan menyimpan air lebih lama dan memiliki daya ikat air yang tinggi
(Hadisumitro, 2000). Penurunan kadar air media yang tidak terlalu cepat dapat
memperlihatkan kemampuan adaptasi genotipe yang toleran kekeringan.
Perbedaan antara genotipe toleran dan peka kekeringan ini juga bisa dilihat secara
visual. Daun genotipe yang toleran masih hijau dan segar, sedangkan daun
genotipe peka mengering (Gambar 2). Tanaman yang kekurangan air akan
mengalami gangguan metabolisme karena air merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman, sebagian besar metabolisme
tumbuhan membutuhkan air seperti proses fotosintesis, untuk pertumbuhan sel,
mempertahankan bentuk daun, operasi stomata dan pergerakan struktur tumbuhan.
(Tjondronegoro et al., 1997).
Berdasarkan uji lanjut kontras dan selisih rataan kelompok genotipe peka
dan toleran menunjukkan bahwa metode menggunakan kompos
dapat
membedakan genotipe toleran dan peka kekeringan serta dapat digunakan untuk
menyeleksi genotipe yang toleran terhadap kekeringan, sehingga metode ini yang
dipilih untuk pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo (pengujian I
tahap 3).
Toleran
Peka
20
persentase tanaman mati dari pengujian di rumah kaca sebagai peubah
pembanding. Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata
antara persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca dengan semua peubah
pada pengujian laboratorium.
Tabel 3.
Peubah di
Laboratorium
Keterangan :
PDM
0.116
0.276**
PTM
0.143
0.219*
BKB
-0.044
-0.175
BKT
-0.059
-0.131
BKA
0.018
-0.237
PB
-0.028
-0.103
PA
-0.018
-0.102
PT
-0.026
-0.069
berbeda nyata pada taraf 5% , ** berbeda nyata pada taraf 1 %, BKB : Berat Kering
Bibit, BKT : Berat Kering Tajuk, BKA : Berat Kering Akar, PTM : Persentase
Tanaman Mati, PDM : Persentase Daun Mati, PA : Panjang Akar, PT : Panajang
Tajuk, PB : Panjang Bibit, dan JT : Jumlah Tanaman
Korelasi positif antara persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca
dengan persentase daun mati, persentase tanaman mati dan berat kering akar dari
pengujian laboratorium, serta berkorelasi negatif dengan peubah berat kering
bibit, berat kering tajuk, panjang bibit, panjang akar dan panjang tajuk.
Korelasi positif dan sangat nyata antara peubah persentase tanaman mati di rumah
kaca dengan peubah persentase daun mati di laboratorium (0.276) dan
berkorelasi positif nyata dengan peubah persentase tanaman mati dari peubah
laboratorium (0.219), sedangkan dengan peubah lainnya berkorelasi negatif. Hasil
korelasi ini menunjukkan bahwa peubah persentase tanaman mati dari pengujian
rumah kaca memiliki keeratan hubungan dengan peubah persentase daun mati dan
21
persentase tanaman mati dari pengujian laboratorium. Diduga semakin banyak
tanaman yang mati menunjukkan bahwa akan semakin banyak persentase daun
matinya.
Korelasi antara peubah dari kedua pengujian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan keeratan (kebaikan suai) antara peubah-peubah tersebut, dimana peubah
yang ada di laboratorim secara tidak langsung dapat menggambarkan keadaan
peubah yang ada pada pengujian rumah kaca. Hal ini mengindikasikan bahwa
metode kompos pada pengujian laboratorium dapat digunakan sebagai alternatif
lain dalam pengujian toleransi kekeringan pada padi gogo.
22
Hasil simulasi seleksi ini menunjukkan bahwa pengunaan metode kompos
dengan penyiraman tiga hari sekali akan efektif apabila menggunakan jumlah
genotipe yang diseleksi atau intensitas seleksinya minimal 50 %, dengan kata lain
penggunaan metode kompos dengan penyiraman tiga hari sekali dapat digunakan
pada seleksi awal proses pencarian genotipe yang toleran kekeringan.
Tabel 4. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Rumah Kaca dan Laboratorium
Intensitas Seleksi
(%)
1
5
10
30
50
1
5
10
30
50
1
5
10
30
50
1
5
10
30
50
Kesesuaian
(%)
0
20
20
37
60
0
20
20
37
56
0
0
10
37
62
0
20
20
30
58
Keterangan : * : Peubah rumah kaca, **: Peubah laboratorium, PTM: Persentase Tanaman Mati,
PDM: Persentase Daun Mati
23
dan 75 %, dan sangat peka (9) dengan gejala kekeringannya > 75 % (IRRI,
1988). Pengelompokkan pada pengujian di laboratorium didasarkan kisaran nilai
rataan dari masing-masing peubah yang didapat dari pengurangan nilai tertinggi
dengan nilai terendah dari seratus genotipe yang diuji dan dibagi lima kelompok
yaitu sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7), dan sangat peka (9).
Pada peubah persentase daun mati digunakan kisaran 12.20 % untuk tingkat
toleransi sangat toleran, >12.20 % dan 24.40 % untuk toleran, > 24.40 % dan
36.61 % untuk sedang, > 3.61 % dan 48.81 % untuk peka dan > 48.81 % untuk
sangat peka. Pada peubah persentase tanaman mati digunakan kisaran 13.68 %
untuk tingkat toleransi sangat toleran, >13.68 % dan 27.37 % untuk toleran,
> 27.37 % dan 41.06 % untuk sedang, > 41.06 % dan 54.75 % untuk peka dan
> 54.75 % untuk sangat peka.
Tabel 5. Klasifikasi/Pengelompokkan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan
Tingkat Toleransi
Sangat Toleran
(1)
Toleran
(3)
Sedang
(5)
Peka
(7)
Sangat Peka
(9)
Pengujian di Laboratorium
PDM
PTM
21
44
56
34
27
11
31
28
12
89
14
24
53 genotipe yang toleran terhadap kekeringan dan pada peubah persentase daun
matinya menunjukkan bahwa genotipe yang toleran kekeringan hanya 24 genotipe
Tabel 6. Sembilan Genotipe Padi Gogo Toleran Kekeringan pada Pengujian
Rumah Kaca dan Laboratorium
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pengujian di Rumah
Kaca
Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Pengujian di
Laboratorium
Toleran
Toleran
Toleran
Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Berbeda dengan peubah lainnya, peubah daun mati di rumah kaca tidak
terdapat genotipe yang toleran. Total dari masing-masing pengujian yaitu pada
pengujian rumah kaca terdapat 10 genotipe yang toleran kekeringan, sedangkan
pada pengujian laboratorium terdapat sekitar 77 genotipe yang toleran kekeringan.
Perbedaan ini terjadi akibat perbedaan tingkat kekeringan media (cekaman
kekeringan) dan lamanya tanaman didera kekeringan.
Berdasarkan hasil pengelompokan tingkat toleransi kekeringan pada
pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat 9 genotipe padi gogo yang
toleran terhadap kekeringan (Tabel 6). Genotipe-genotipe tersebut adalah
TB356B-TB-52-3, B11855E-MR-16, IR60080-23, TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22,
B11177G-TB-1-2, B1976B-2-3-7-TB-1-1, B12644F-MR-3, B11599D-TB-5-2-4,
dan B12498C-MR-1.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2006.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Direktorat Jendral Hortikultura.
Departemen Pertanian. Jakarta. 282 hal.
Biro Pusat Statistik. 2007. Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan.
http://www.bps.go.id. [20 oktober 2007].
Fauzi, A. 1997. Studi beberapa Tolok Ukur Viabilitas Benih Padi Gogo (Oryza
sativa L.) untuk Indikasi Fisiologis Sifat Tahan terhadap Kekeringan.
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian
Pertanian. (Terjemahan). Edisi kedua. UI Press. Jakarta. 698 hal.
Hadisumitro, L. M. 2000. Membuat Kompos. Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hakim, M. L. 2002. Strategi Perencanaan dan Pengelolaan Lahan Kering secara
Berkelanjutan di Kalimantan. http://www.geocities.com. [25 November
2007].
Haryadi, F. 2006. Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur F5 Padi Sawah Tipe Baru
(Oryza sativa L.). Skipsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hermiati, N. 2001. Pemuliaan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Pajajaran. Jati Nangor. 150 hal.
International Rice Research Institute. 1988. Standard Evaluation System for Rice.
3rd Edition. International Rice Testing Program. IRRI. Manila-Philippines.
40 p.
Kompas. 2001. Jutaan Hektar Lahan Pertanian Tidak Optimal.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/07ekonomi/juta.htm.
[25 November 2007].
Kosmiatin, M., S. Hustami, S. Dan I. Mariska. 2005. Penapisan cepat toleransi
kedelai terhadap kekeringan secara in vitro. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 24 (3) : 159-168.
Lestari, E. G., E. Guharja, S. Harran, dan I. Mariska. 2005. Uji daya tembus akar
untuk seleksi somaklon toleran kekeringan pada padi Gajahmungkur,
Towuti dan IR 64. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 24 (2) : 97-103.
27
Lestari, E. G., dan I. Mariska. 2006. Identifikasi somaklon padi Gajahmungkur,
Towuti dan IR 64 tahan kekeringan menggunakan Polyethilene Glycol.
Buletin Agronomi. 34 (2) : 71-78.
Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budi Daya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.
Sadjad, S. 1972. Kertas Merang untuk Uji Viabilitas Benih di Indonesia. Disertasi.
. 1993. Dari Benih kepada Benih. Gransindo. Jakarta. 144 hal.
Sadjad, S. , E. Murniati dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komperatif ke Simulatif. Grasindo. Jakarta. 185 hal.
Sahila, L. 2006. Evaluasi Karakter Agronomi beberapa Populasi Padi Gogo
(Oryza sativa L.) Generasi F4 Hasil Silang Ganda. Skripsi. Program Studi
Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogoa. Bogor.
Samson, D.V. and L. J. Wade. 1998. Soil physical constrains affecting root
growth, water extracion, nutrient uptake in rainfed lowland rice. p. 231244. In J. K. Ladha (Ed.). Rainfed Lowland Rice: Advances in Nutriens
Management Research. IRRI. Manila-Philippines.
Supijatno. 2003. Pemanfaatan Sumbardaya Genetik Padi Gogo untuk Lahan
Kekering di Bawah Naungan. Umoutou.net/702_07134/supijatno.htm-73k.
[5 Januari 2009].
Tjondronegoro, P. D., S. Harran, dan Hamim. 1999. Fisiologi Tumbuhan Dasar
Jilid I. Jurusan Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogoa. Bogor.
LAMPIRAN
29
Tabel Lampiran 1. Genotipe-genotipe Padi Gogo yang Diuji pada Penelitian
No
Genotipe
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
30
Tabel Lampiran 1. Lanjutan
No
Genotipe
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
TB368B-TB-25-MR-1-4
TB368B-TB-25-MR-1-6
B11598C-TB-4-1-1
Batutugi
B11577E-MR-B-13-4
B11577E-MR-B-13-5
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
TB490C-TB-1-2-1
B11598C-TB-2-1-B-7
TB356B-TB-47-3
B11602E-MR-1-1
B11602E-MR-1-3
Limboto
B10553E-KN-68-1-1
BP1351D-1-2-PK-3-1
B368B-TB-25-MR-2
B11580E-TB-17-1-1-1
B10580E-KN-28-1-1
TB409B-TB-14-3
B11593F-MR-11-B-2-8
IR65907-116-1-B-MR-4
IR60080-23
IR30176
Situpatenggang
B11597C-TB-2-24
B11338F-TB-26
B11587F-MR-4-1
BP1970-20-1B-TB-2-1
TB401B-TB-21-MR-1
TB401B-TB-21-MR-3
TB393C-TB-2-2-MR-2
B1976B-2-3-7-TB-1-1
B528B-TB-12-1-1
B511B-61-2-3-1
TB356B-TB-52-3
B11580E-MR-7-2-43
B11593F-MR-2-2
B11597E-TB-2-31-64-4
B12151E-MR-9
B12151E-MR-3
IR60080-46A
B11577E-MR-B-12-1-1
B11592F-MR-23-2
B11912C-TB-2-4
B9071F-TB-7
31
Tabel Lampiran 1. Lanjutan
No
Genotipe
99
100
Salumpikit
IR20
Db
5
4
2
20
58
89
JK
1451.27
1311.43
39.53
166.69
585.51
3554.46
KT
290.25
327.85
19.76
8.33
10.09
Fhitung
28.75
32.48
1.96
0.83
Pr > F
0.0001
0.0001
0.1503
0.6737
KK : 12.21
Db
5
4
2
20
58
89
JK
792.76
401.60
39.83
99.47
386.85
1720.52
KT
158.55
100.40
19.91
4.97
6.66
Fhitung
23.77
15.05
2.99
0.75
Pr > F
0.0001
0.0001
0.0583
0.7628
KK : 15.60
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi
KK : 23.51
Db
5
4
2
20
58
89
JK
191.27
564.28
31.84
157.27
295.00
1239.69
KT
38.25
141.07
15.92
7.86
5.08
Fhitung
7.52
27.74
3.13
1.55
Pr > F
0.0001
0.0001
0.0511
0.1005
32
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)
dan Metode (5 Metode) terhadap Berat Kering Bibit
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi
Db
5
4
2
20
58
89
JK
280.42
94.12
43.19
7.23
205.95
680.93
KT
56.08
23.53
21.59
2.86
3.55
Fhitung
15.79
6.63
6.08
0.81
Pr > F
0.0001
0.0002
0.0040
0.6964
KK : 15.36
Db
5
4
2
20
58
89
JK
181.91
27.62
23.16
18.81
106.70
358.21
KT
36.38
6.90
11.58
0.94
1.83
Fhitung
19.78
3.75
6.30
0.51
Pr > F
0.0001
0.0088
0.0034
0.9508
KK : 15.13
Db
5
4
2
20
58
89
JK
14.31
45.51
3.34
27.76
71.92
162.86
KT
2.86
11.37
1.67
1.38
1.24
Fhitung
2.31
9.18
1.35
1.12
Pr > F
0.05
0.0001
0.2671
0.3562
33
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)
dan Metode (5 Metode) terhadap Persentase Daun Mati
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi
Db
5
4
2
20
58
89
JK
6122.64
2709.33
1017.76
4482.04
10865.63
25197.39
KT
1224.53
677.33
508.88
244.10
187.33
Fhitung
6.54
3.62
2.72
1.20
Pr > F
0.0001
0.0107
0.0745
0.2906
Db
5
4
2
20
58
89
JK
908.98
7514.32
173.69
1520.37
2298.82
12416.19
KT
181.79
1878.58
86.84
76.01
39.63
Fhitung
4.59
47.40
2.19
1.92
Pr > F
0.0014
0.0001
0.1210
0.0283
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Interaksi Genotipe
Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode (5 Metode)
terhadap Persentase Tanaman Mati
SK
Perlakuan
Kontras 1
Kontras 2
Kontras 3
Kontras 4
Kontras 5
Galat
Total terkoreksi
Db
29
1
1
1
1
1
58
89
JK
9943.68
118.78
0.0005
230.48
6.51
214.31
2298.82
12416.19
KT
342.88
118.78
0.0005
230.48
6.51
214.31
39.63
Fhitung
8.65
3.00
0.00
5.82
0.16
5.41
Pr > F
0.0001
0.0887
0.9970
0.0191
0.6866
0.0236
34
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi
Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
21647.40
102978.05
71123.96
195749.42
KT
10823.70
1040.18
359.21
Fhitung
30.13
2.90
Pr > F
0.0001
0.0001
Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe
Padi Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
97.15
548.27
490.98
1136.42
KT
48.57
5.53
2.47
Fhitung
19.59
2.23
Pr > F
0.0001
0.0001
Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Panjang Akar 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
0.059
1.378
1.815
3.254
KT
0.029
0.013
0.009
Fhitung
3.24
1.52
Pr > F
0.0412
0.0069
KK : 12.75
Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Panjang Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
KK : 16.52
Db
2
99
198
299
JK
541.11
426.91
371.49
1339.52
KT
270.55
4.31
1.87
Fhitung
144.20
2.30
Pr > F
0.0001
0.0001
35
Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Panjang Bibit 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
734.73
869.31
834.65
2438.71
KT
367.36
8.78
4.21
Fhitung
87.15
2.08
Pr > F
0.0001
0.0001
KK : 15.68
Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Berat Kering Akar 100 Genotipe Padi
Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
17.37
43.23
40.85
101.45
KT
8.69
0.44
0.21
Fhitung
42.10
2.12
Pr > F
0.0001
0.0001
KK : 15.24
Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
143.12
396.31
260.92
800.34
KT
71.56
4.00
1.32
Fhitung
54.30
3.04
Pr > F
0.0001
0.0001
KK : 19.37
Tabel Lampiran 18. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi
Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
KK : 17.45
Db
2
99
198
299
JK
70.33
570.95
349.93
991.21
KT
35.16
5.77
1.77
Fhitung
19.90
3.26
Pr > F
0.0001
0.0001
36
Tabel Lampiran 19. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi
Gogo di Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
4951.57
15773.70
24812.24
45537.52
KT
2475.78
159.33
125.31
Fhitung
19.76
1.27
Pr > F
0.0001
0.0787
KK : 13.25
Tabel Lampiran 20. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe
Padi Gogo di Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
160.98
590.97
732.65
1484.61
KT
80.49
5.96
3.70
Fhitung
21.75
1.61
Pr > F
0.0001
0.0024
Tabel Lampiran 21. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi
Gogo di Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
Db
2
99
198
299
JK
0.196
0.177
0.230
0.604
KT
0.098
0.001
0.001
Fhitung
84.35
1.54
Pr > F
0.0001
0.0053
Tabel Lampiran 22. Sidik Ragam Jumlah Daun 100 Genotipe Padi Gogo di
Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
KK : 15.67
Db
2
99
198
299
JK
7 5.29
58.17
83.78
217.25
KT
37.64
0.58
0.42
Fhitung
88.97
1.39
Pr > F
0.0001
0.0266
37
Tabel Lampiran 23. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian Rumah Kaca dan
Laboratorium pada Peubah Persetase Daun Mati
No
Rumah Kaca
Genotipe
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
B12498C-MR-1
B11580E-MR-7-2-43
B12159D-MR-52
B12493C-MR-24
Salumpikit
B11592F-MR-23-2
TB368B-TB-25-MR-1-6
B11593F-MR-11-B-2-8
B11599D-TB-5-2-4
B12474C-TB-1-21
B12489C-MR-42
B11855E-MR-16
B11577E-MR-B-13-5
TB401B-TB-21-MR-3
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
IR60080-23
B12478C-TB-2-14
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
B11598C-TB-2-1-B-7
B11598C-TB-2-1-B-7
B12159D-MR-1gk
B11597E-TB-2-31-64-4
B1976B-2-3-7-TB-1-1
TB393C-TB-2-2-MR-2
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-52-3
TB401B-TB-21-MR-1
B11912C-TB-2-4
TB356B-TB-47-3
B11886E-MR-7
TB368B-TB-25-MR-1-4
B11598C-TB-4-1-1
B12155D-MR-21
B12644F-MR-3
B12648F-MR-1
B11602E-MR-1-1
B12489C-MR-65
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
Batutugi
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
B11338F-TB-26
B11593F-MR-2-2
B11577E-MR-B-13-4
B11850E-TB-1
B12489C-MR-51
BP303/MBO-2-1-1
B12150D-MR-23
B11599D-TB-5-3-2
B11942D-MR-2-1
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati
Laboratorium
PDM
Genotipe
PDM
67.1
67.71
68.62
71.35
71.35
72.14
72.31
73.71
74.25
74.68
74.77
75.59
75.66
75.97
76.36
79.59
76.72
76.96
77
77.16
77.36
77.47
78.56
78.91
79.58
79.96
79.58
80.14
80.49
80.55
80.67
80.96
81.67
81.95
82.07
82.12
82.38
82.7
82.56
82.58
82.71
82.76
B11592F-MR-16-1-5-4
Salumpikit
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B12489C-MR-51
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
TB393C-TB-2-2-MR-2
B12479C-TB-2
TB356B-TB-52-3
B11592F-MR-16-1-5-1
B11593F-MR-11-B-2-8
B12489C-MR-54
B12159D-MR-1gk
8.81
10.77
11.54
14
15.32
15.77
16.46
16.46
16.46
16.74
16.87
17.36
17.71
17.71
18.42
19.2
20.17
20.66
20.96
22.13
22.13
22.13
23.42
24.12
25.02
25.35
25.37
25.54
27.13
27.13
27.2
27.2
27.83
28.62
28.62
28.79
28.99
29.07
29.79
29.79
30.38
30.73
83.12
83.26
83.5
83.55
83.69
83.81
83.86
84.02
B12498C-MR-1
B11599D-TB-5-2-4
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
B11577E-MR-B-13-5
B11850E-TB-1
B368B-TB-25-MR-2
B11593F-MR-2-2
TB368B-TB-25-MR-1-6
31.53
32.04
33.04
33.04
33.19
33.49
33.64
33.83
BP1351D-1-2-PK-3-1
B12150D-MR-23
B11177G-TB-1-1
B11597E-TB-2-31-64-4
B12474C-TB-1-21
TB356B-TB-47-3
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
B12165D-MR-33
IR60080-23
B12489C-MR-42
TB409B-TB-14-3
B12493C-MR-24
B12489C-MR-49
B11855E-MR-16
B11602E-MR-1-3
B11577E-MR-B-13-4
B12489C-MR-65
B12489C-MR-62
B12489C-MR-55
B11338F-TB-26
B11580E-TB-17-1-1-1
B12159D-MR-52
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
B1976B-2-3-7-TB-1-1
BP1970-20-1B-TB-2-1
B12489C-MR-69
TB401B-TB-21-MR-3
B11912C-TB-2-4
B12478C-TB-2-14
B10580E-KN-28-1-1
38
Tabel Lampiran 24. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Tanaman Mati di
Rumah Kaca dan di Laboratorium
No
Genotipe
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
22.13
Sedang
22.13
Sedang
23.42
Sedang
14
Toleran
27.13
Sedang
25.54
Sedang
48.25
Peka
28.79
Sedang
56.81
Peka
64.62
Sangat Peka
62.87
Peka
29.79
Sedang
30.38
Sedang
25.37
Sedang
31.53
Sedang
24.12
Sedang
53.25
Peka
17.36
Sedang
40.15
Peka
36.29
Sedang
41.75
Peka
42.34
Peka
18.42
Sedang
34.56
Sedang
30.73
Sedang
27.2
Sedang
20.66
Sedang
35.58
Sedang
43.49
Peka
41.29
Peka
36.29
Sedang
16.46
Toleran
33.19
Sedang
17.71
Sedang
45
Peka
16.46
Toleran
8.81
sangat toleran
32.04
Sedang
60.21
Peka
20.17
Sedang
40
Sedang
48.25
Peka
62.17
Peka
38.56
Sedang
46.66
Peka
40.6
Peka
42.89
Peka
27.83
Sedang
11.54
Toleran
48.25
Peka
15.32
Toleran
39
Tabel Lampiran 24. Lanjutan
No
Genotipe
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
52
TB368B-TB-25-MR-1-4
80.96
Sangat Peka
43.41
Peka
53
TB368B-TB-25-MR-1-6
72.31
Peka
33.83
Sedang
54
B11598C-TB-4-1-1
81.67
Sangat Peka
34.33
Sedang
55
Batutugi
82.58
Sangat Peka
48.25
Peka
56
B11577E-MR-B-13-4
83.26
Sangat Peka
25.35
Sedang
57
B11577E-MR-B-13-5
75.66
Sangat Peka
33.04
Sedang
58
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
82.56
Sangat Peka
33.04
Sedang
59
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
76.36
Sangat Peka
38.04
Sedang
60
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
79.58
Sangat Peka
54.76
Peka
61
TB490C-TB-1-2-1
91.66
Sangat Peka
36.75
Sedang
62
B11598C-TB-2-1-B-7
77
Sangat Peka
44.55
Peka
63
TB356B-TB-47-3
80.55
Sangat Peka
19.2
Sedang
64
B11602E-MR-1-1
82.38
Sangat Peka
63.32
Sangat Peka
65
B11602E-MR-1-3
88.96
Sangat Peka
25.02
Sedang
66
Limboto
85.07
Sangat Peka
49.91
Peka
67
B10553E-KN-68-1-1
77.16
Sangat Peka
38.41
Sedang
68
BP1351D-1-2-PK-3-1
86.92
Sangat Peka
16.87
Sedang
69
B368B-TB-25-MR-2
93.79
Sangat Peka
33.49
Sedang
70
B11580E-TB-17-1-1-1
87.46
Sangat Peka
27.2
Sedang
71
B10580E-KN-28-1-1
90.48
Sangat Peka
29.79
Sedang
72
TB409B-TB-14-3
85.69
Sangat Peka
22.13
Sedang
73
B11593F-MR-11-B-2-8
73.71
Peka
16.74
Toleran
74
IR65907-116-1-B-MR-4
90.27
Sangat Peka
51.96
Peka
75
IR60080-23
79.59
Sangat Peka
20.96
Sedang
76
IR30176
88.49
Sangat Peka
50
Peka
77
Situpatenggang
84.3
Sangat Peka
41.29
Peka
78
B11597C-TB-2-24
91.07
Sangat Peka
39.79
Sedang
79
B11338F-TB-26
82.76
Sangat Peka
27.13
Sedang
80
B11587F-MR-4-1
95.92
Sangat Peka
37.14
Sedang
81
BP1970-20-1B-TB-2-1
85
Sangat Peka
28.62
Sedang
82
TB401B-TB-21-MR-1
80.14
Sangat Peka
46.59
Peka
83
TB401B-TB-21-MR-3
75.97
Sangat Peka
28.99
Sedang
84
TB393C-TB-2-2-MR-2
78.91
Sangat Peka
15.77
Toleran
85
B1976B-2-3-7-TB-1-1
78.56
Sangat Peka
28.62
Sedang
86
B528B-TB-12-1-1
84.21
Sangat Peka
41.75
Peka
87
B511B-61-2-3-1
88.18
Sangat Peka
38.04
Sedang
88
TB356B-TB-52-3
79.58
Sangat Peka
16.46
Toleran
89
B11580E-MR-7-2-43
67.71
Peka
50
Peka
90
B11593F-MR-2-2
83.12
Sangat Peka
33.64
Sedang
91
B11597E-TB-2-31-64-4
77.47
Sangat Peka
17.71
Sedang
92
B12151E-MR-9
93.76
Sangat Peka
69.83
Sangat Peka
93
B12151E-MR-3
88.61
Sangat Peka
36.15
Sedang
94
IR60080-46A
92.09
Sangat Peka
47.65
Peka
95
B11577E-MR-B-12-1-1
88.58
Sangat Peka
35.24
Sedang
96
B11592F-MR-23-2
72.14
Peka
40.33
Peka
97
B11912C-TB-2-4
80.49
Sangat Peka
29.07
Sedang
98
B9071F-TB-7
93.19
Sangat Peka
36.45
Sedang
99
Salumpikit
71.35
Peka
10.77
Toleran
100
IR20
91.67
Sangat Peka
55.67
Peka
40
Tabel Lampiran 25. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah
Kaca dan Peubah Persentase Tanaman Mati di Laboratorium
No
Genotipe
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
32.66
34.44
49.39
40.23
44.07
39.91
64.81
44.81
63.74
62.22
48.14
25.38
57.41
46.76
0
24.07
44.44
58.15
69.37
24.96
16.72
38.89
32.73
63.89
44.44
25.76
54.63
77.78
68.01
41.01
82.81
58.89
41.79
48.15
18.52
61.28
45.45
13.89
45.4
58.73
40.56
50.46
79.37
46.3
60.61
46.11
56.94
43.52
70.45
58.89
42.22
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sangat Toleran
Toleran
Sedang
Peka
Peka
Toleran
Toleran
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sedang
Toleran
Peka
Sedang
Toleran
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sangat Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang
41
Tabel Lampiran 25. Lanjutan
No
Genotipe
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
52
TB368B-TB-25-MR-1-4
80.96
Sangat Peka
46.75
53
TB368B-TB-25-MR-1-6
72.31
Peka
31.02
Sedang
54
B11598C-TB-4-1-1
81.67
Sangat Peka
44.84
Sedang
55
Batutugi
82.58
Sangat Peka
48.23
Sedang
56
B11577E-MR-B-13-4
83.26
Sangat Peka
43.72
Sedang
57
B11577E-MR-B-13-5
75.66
Sangat Peka
31.46
Sedang
58
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
82.56
Sangat Peka
37.73
Sedang
59
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
76.36
Sangat Peka
21.48
Toleran
60
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
79.58
Sangat Peka
35.93
Sedang
61
TB490C-TB-1-2-1
91.66
Sangat Peka
32.28
Sedang
62
B11598C-TB-2-1-B-7
77
Sangat Peka
33.8
Sedang
63
TB356B-TB-47-3
80.55
Sangat Peka
47.78
Sedang
64
B11602E-MR-1-1
82.38
Sangat Peka
45.15
Sedang
65
B11602E-MR-1-3
88.96
Sangat Peka
44.2
Sedang
66
Limboto
85.07
Sangat Peka
57.26
Peka
67
B10553E-KN-68-1-1
77.16
Sangat Peka
35.19
Sedang
68
BP1351D-1-2-PK-3-1
86.92
Sangat Peka
43.21
Sedang
69
B368B-TB-25-MR-2
93.79
Sangat Peka
68.06
Peka
70
B11580E-TB-17-1-1-1
87.46
Sangat Peka
54.05
Peka
71
B10580E-KN-28-1-1
90.48
Sangat Peka
44.76
Sedang
72
TB409B-TB-14-3
85.69
Sangat Peka
37.88
Sedang
73
B11593F-MR-11-B-2-8
73.71
Peka
28.86
Sedang
74
IR65907-116-1-B-MR-4
90.27
Sangat Peka
68.25
Peka
75
IR60080-23
79.59
Sangat Peka
21.48
Toleran
76
IR30176
88.49
Sangat Peka
48.34
Sedang
77
Situpatenggang
84.3
Sangat Peka
50.93
Peka
78
B11597C-TB-2-24
91.07
Sangat Peka
74.03
Peka
79
B11338F-TB-26
82.76
Sangat Peka
47.14
Sedang
80
B11587F-MR-4-1
95.92
Sangat Peka
72.22
Peka
81
BP1970-20-1B-TB-2-1
85
Sangat Peka
49.26
Sedang
82
TB401B-TB-21-MR-1
80.14
Sangat Peka
49.93
Peka
83
TB401B-TB-21-MR-3
75.97
Sangat Peka
63.89
Peka
84
TB393C-TB-2-2-MR-2
78.91
Sangat Peka
40
Sedang
85
B1976B-2-3-7-TB-1-1
78.56
Sangat Peka
18.28
Toleran
86
B528B-TB-12-1-1
84.21
Sangat Peka
47.27
Sedang
87
B511B-61-2-3-1
88.18
Sangat Peka
63.49
Peka
88
TB356B-TB-52-3
79.58
Sangat Peka
25
Toleran
89
B11580E-MR-7-2-43
67.71
Peka
34.72
Sedang
90
B11593F-MR-2-2
83.12
Sangat Peka
59.05
Peka
91
B11597E-TB-2-31-64-4
77.47
Sangat Peka
40.48
Sedang
92
B12151E-MR-9
93.76
Sangat Peka
50.46
Peka
93
B12151E-MR-3
88.61
Sangat Peka
48.86
Sedang
94
IR60080-46A
92.09
Sangat Peka
64.44
Peka
95
B11577E-MR-B-12-1-1
88.58
Sangat Peka
48.89
Sedang
96
B11592F-MR-23-2
72.14
Peka
38.45
Sedang
97
B11912C-TB-2-4
80.49
Sangat Peka
36.9
Sedang
98
B9071F-TB-7
93.19
Sangat Peka
67.5
Peka
99
Salumpikit
71.35
Peka
31.02
Sedang
100
IR20
91.67
Sangat Peka
58.84
Peka
Sedang
42
Tabel Lampiran 26. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Tanaman Mati di
Rumah Kaca dan di Laboratorium
No
Genotipe
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Sedang
Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sedang
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Sedang
Toleran
Sedang
Sedang
Peka
Toleran
Toleran
Sedang
Sedang
Toleran
Sangat Toleran
Peka
Toleran
Peka
Sedang
Toleran
Toleran
Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Sangat Toleran
Toleran
Sangat Peka
Toleran
Toleran
Peka
Sangat Peka
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Toleran
Sangat Toleran
Sangat Peka
Toleran
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
32.66
34.44
49.39
40.23
44.07
39.91
64.81
44.81
63.74
62.22
48.14
25.38
57.41
46.76
0
24.07
44.44
58.15
69.37
24.96
16.72
38.89
32.73
63.89
44.44
25.76
54.63
77.78
68.01
41.01
82.81
58.89
41.79
48.15
18.52
61.28
45.45
13.89
45.4
58.73
40.56
50.46
79.37
46.3
60.61
46.11
56.94
43.52
70.45
58.89
42.22
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sangat Toleran
Toleran
Sedang
Peka
Peka
Toleran
Toleran
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sedang
Toleran
Peka
Sedang
Toleran
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sangat Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang
43
Tabel Lampiran 26. Lanjutan
No
Genotipe
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
52
TB368B-TB-25-MR-1-4
61.74
Sangat Peka
46.75
53
TB368B-TB-25-MR-1-6
25.22
Toleran
31.02
Sedang
Sedang
54
B11598C-TB-4-1-1
19.7
Toleran
44.84
Sedang
55
Batutugi
33.06
Sedang
48.23
Sedang
56
B11577E-MR-B-13-4
14.02
Toleran
43.72
Sedang
57
B11577E-MR-B-13-5
31.15
Sedang
31.46
Sedang
58
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
25.67
Toleran
37.73
Sedang
59
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
9.57
Sangat Toleran
21.48
Toleran
60
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
42.38
Peka
35.93
Sedang
61
TB490C-TB-1-2-1
33.31
Sedang
32.28
Sedang
62
B11598C-TB-2-1-B-7
25.5
Toleran
33.8
Sedang
63
TB356B-TB-47-3
16.65
Toleran
47.78
Sedang
64
B11602E-MR-1-1
75.32
Sangat Peka
45.15
Sedang
65
B11602E-MR-1-3
18.4
Toleran
44.2
Sedang
66
Limboto
49.07
Peka
57.26
Peka
67
B10553E-KN-68-1-1
34.55
Sedang
35.19
Sedang
68
BP1351D-1-2-PK-3-1
14.81
Toleran
43.21
Sedang
69
B368B-TB-25-MR-2
20.18
Toleran
68.06
Peka
70
B11580E-TB-17-1-1-1
20.3
Toleran
54.05
Peka
71
B10580E-KN-28-1-1
21.88
Toleran
44.76
Sedang
72
TB409B-TB-14-3
47.33
Peka
37.88
Sedang
73
B11593F-MR-11-B-2-8
16.31
Toleran
28.86
Sedang
74
IR65907-116-1-B-MR-4
40.05
Sedang
68.25
Peka
75
IR60080-23
21.97
Toleran
21.48
Toleran
76
IR30176
63.34
Sangat Peka
48.34
Sedang
77
Situpatenggang
41.61
Peka
50.93
Peka
78
B11597C-TB-2-24
33.48
Sedang
74.03
Peka
79
B11338F-TB-26
32.21
Sedang
47.14
Sedang
80
B11587F-MR-4-1
15.45
Toleran
72.22
Peka
81
BP1970-20-1B-TB-2-1
27.21
Toleran
49.26
Sedang
82
TB401B-TB-21-MR-1
37.16
Sedang
49.93
Peka
83
TB401B-TB-21-MR-3
9.55
Sangat Toleran
63.89
Peka
84
TB393C-TB-2-2-MR-2
16.2
Toleran
40
Sedang
85
B1976B-2-3-7-TB-1-1
20.57
Toleran
18.28
Toleran
86
B528B-TB-12-1-1
30.61
Sedang
47.27
Sedang
87
B511B-61-2-3-1
36.28
Sedang
63.49
Peka
88
TB356B-TB-52-3
26.12
Toleran
25
Toleran
89
B11580E-MR-7-2-43
37.28
Sedang
34.72
Sedang
90
B11593F-MR-2-2
24.76
Toleran
59.05
Peka
91
B11597E-TB-2-31-64-4
16.84
Toleran
40.48
Sedang
92
B12151E-MR-9
48.48
Peka
50.46
Peka
93
B12151E-MR-3
31.9
Sedang
48.86
Sedang
94
IR60080-46A
42.3
Peka
64.44
Peka
95
B11577E-MR-B-12-1-1
28.91
Sedang
48.89
Sedang
96
B11592F-MR-23-2
39.12
Sedang
38.45
Sedang
97
B11912C-TB-2-4
8.89
Sangat Toleran
36.9
Sedang
98
B9071F-TB-7
27.39
Sedang
67.5
Peka
99
Salumpikit
11.36
Sangat Toleran
31.02
Sedang
100
IR20
16.88
Toleran
58.84
Peka
44
Tabel Lampiran 27. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Tanaman Mati di
Rumah Kaca dan Peubah Persentase Daun Mati di
Laboratorium
No
Genotipe
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
22.13
Sedang
22.13
Sedang
23.42
Sedang
14
Toleran
27.13
Sedang
25.54
Sedang
48.25
Peka
28.79
Sedang
56.81
Peka
64.62
Sangat Peka
62.87
Peka
29.79
Sedang
30.38
Sedang
25.37
Sedang
31.53
Sedang
24.12
Sedang
53.25
Peka
17.36
Sedang
40.15
Peka
36.29
Sedang
41.75
Peka
42.34
Peka
18.42
Sedang
34.56
Sedang
30.73
Sedang
27.2
Sedang
20.66
Sedang
35.58
Sedang
43.49
Peka
41.29
Peka
36.29
Sedang
16.46
Toleran
33.19
Sedang
17.71
Sedang
45
Peka
16.46
Toleran
8.81
sangat toleran
32.04
Sedang
60.21
Peka
20.17
Sedang
40
Sedang
48.25
Peka
62.17
Peka
38.56
Sedang
46.66
Peka
40.6
Peka
42.89
Peka
27.83
Sedang
11.54
Toleran
48.25
Peka
15.32
Toleran
45
Tabel Lampiran 27. Lanjutan
No
Genotipe
Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
52
TB368B-TB-25-MR-1-4
61.74
Sangat Peka
43.41
Peka
53
TB368B-TB-25-MR-1-6
25.22
Toleran
33.83
Sedang
54
B11598C-TB-4-1-1
19.7
Toleran
34.33
Sedang
55
Batutugi
33.06
Sedang
48.25
Peka
56
B11577E-MR-B-13-4
14.02
Toleran
25.35
Sedang
57
B11577E-MR-B-13-5
31.15
Sedang
33.04
Sedang
58
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
25.67
Toleran
33.04
Sedang
59
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
9.57
Sangat Toleran
38.04
Sedang
60
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
42.38
Peka
54.76
Peka
61
TB490C-TB-1-2-1
33.31
Sedang
36.75
Sedang
62
B11598C-TB-2-1-B-7
25.5
Toleran
44.55
Peka
63
TB356B-TB-47-3
16.65
Toleran
19.2
Sedang
64
B11602E-MR-1-1
75.32
Sangat Peka
63.32
Sangat Peka
65
B11602E-MR-1-3
18.4
Toleran
25.02
Sedang
66
Limboto
49.07
Peka
49.91
Peka
67
B10553E-KN-68-1-1
34.55
Sedang
38.41
Sedang
68
BP1351D-1-2-PK-3-1
14.81
Toleran
16.87
Sedang
69
B368B-TB-25-MR-2
20.18
Toleran
33.49
Sedang
70
B11580E-TB-17-1-1-1
20.3
Toleran
27.2
Sedang
71
B10580E-KN-28-1-1
21.88
Toleran
29.79
Sedang
72
TB409B-TB-14-3
47.33
Peka
22.13
Sedang
73
B11593F-MR-11-B-2-8
16.31
Toleran
16.74
Toleran
74
IR65907-116-1-B-MR-4
40.05
Sedang
51.96
Peka
75
IR60080-23
21.97
Toleran
20.96
Sedang
76
IR30176
63.34
Sangat Peka
50
Peka
77
Situpatenggang
41.61
Peka
41.29
Peka
78
B11597C-TB-2-24
33.48
Sedang
39.79
Sedang
79
B11338F-TB-26
32.21
Sedang
27.13
Sedang
80
B11587F-MR-4-1
15.45
Toleran
37.14
Sedang
81
BP1970-20-1B-TB-2-1
27.21
Toleran
28.62
Sedang
82
TB401B-TB-21-MR-1
37.16
Sedang
46.59
Peka
83
TB401B-TB-21-MR-3
9.55
Sangat Toleran
28.99
Sedang
84
TB393C-TB-2-2-MR-2
16.2
Toleran
15.77
Toleran
85
B1976B-2-3-7-TB-1-1
20.57
Toleran
28.62
Sedang
86
B528B-TB-12-1-1
30.61
Sedang
41.75
Peka
87
B511B-61-2-3-1
36.28
Sedang
38.04
Sedang
88
TB356B-TB-52-3
26.12
Toleran
16.46
Toleran
89
B11580E-MR-7-2-43
37.28
Sedang
50
Peka
90
B11593F-MR-2-2
24.76
Toleran
33.64
Sedang
91
B11597E-TB-2-31-64-4
16.84
Toleran
17.71
Sedang
92
B12151E-MR-9
48.48
Peka
69.83
Sangat Peka
93
B12151E-MR-3
31.9
Sedang
36.15
Sedang
94
IR60080-46A
42.3
Peka
47.65
Peka
95
B11577E-MR-B-12-1-1
28.91
Sedang
35.24
Sedang
96
B11592F-MR-23-2
39.12
Sedang
40.33
Peka
97
B11912C-TB-2-4
8.89
Sangat Toleran
29.07
Sedang
98
B9071F-TB-7
27.39
Sedang
36.45
Sedang
99
Salumpikit
11.36
Sangat Toleran
10.77
Toleran
100
IR20
16.88
Toleran
55.67
Peka
46