Anda di halaman 1dari 58

PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI

GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL


PERTUMBUHAN

Oleh
Ana Satria
A34404006

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI


GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL
PERTUMBUHAN

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Ana Satria
A34404006

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
ANA SATRIA. Pengujian Toleransi Kekeringan Padi Gogo (Oryza sativa L.)
pada Stadia Awal Pertumbuhan. Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO dan
SUWARNO.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode pengujian toleransi
kekeringan padi gogo yang lebih cepat dan mudah serta menyeleksi genotipe padi
gogo yang toleran terhadap kekeringan. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Muara dan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, pada bulan Maret sampai Desember 2008.
Penelitian ini terdiri dari 2 pengujian. Pengujian I dilakukan di laboratorium,
terdiri dari 3 tahap yaitu (1) pengujian pendahuluan, (2) pengujian toleransi
kekeringan 6 genotipe padi gogo pada 5 metode, (3) pengujian toleransi
kekeringan 100 genotipe padi gogo dengan menggunakan metode terpilih.
Rancangan percobaan pada pengujian I tahap 2 menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor, yaitu metode (media
arang sekam, cocofit, kompos, pasir, dan pakis) dan genotipe (6 genotipe) dengan
tiga ulangan. Pada pengujian I tahap 3 menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu genotipe padi gogo dengan
tiga ulangan. Pengujian II yaitu pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi
gogo yang dilakukan di rumah kaca, rancangan yang digunakan sama dengan
pengujian I tahap 3.
Bahan yang digunakan adalah 3 genotipe padi gogo toleran kekeringan, 3
genotipe varietas padi gogo peka kekeringan, dan 94 genotipe padi gogo. Peubah
yang diamati meliputi Panjang Bibit (cm), Panjang Akar (cm), Panjang Tajuk
(cm), Berat Kering Bibit (mg), Berat Kering Akar (mg), Berat Kering Tajuk (mg),
Persentase Bibit Mati (%), Persentase Daun Mati (%), dan Jumlah Daun.
Berdasarkan hasil pengujian dari 21 metode yang disurvei terdapat 5 metode
yang berpotensi untuk menguji toleransi kekeringan. Metode pengujian
menggunakan media kompos dengan penyiraman tiga hari sekali merupakan

metode yang paling dapat membedakan toleransi kekeringan diantara 5 metode


yang berpotensi.
Metode pengujian menggunakan media kompos dengan penyiraman tiga
hari sekali dapat digunakan untuk menyeleksi genotipe padi gogo yang toleran
terhadap kekeringan. Meskipun demikian, berdasarkan simulasi seleksi metode
tersebut menunjukkan kesesuaian yang rendah dibandingkan metode standar,
terutama pada tingkat intensitas seleksi rendah. Metode ini mudah dan cepat,
sehingga dapat digunakan untuk seleksi awal dengan intensitas lebih dari 50%.
Berdasarkan pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat 9 genotipe
padi gogo yang toleran terhadap kekeringan. Genotipe-genotipe tersebut adalah
TB356B-TB-52-3, B11855E-MR-16, IR60080-23, TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22,
B11177G-TB-1-2, B1976B-2-3-7-TB-1-1, B12644F-MR-3, B11599D-TB-5-2-4,
dan B12498C-MR-1.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO


(Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN

Nama

: Ana Satria

NRP

: A34404006

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS


NIP: 130 937 898

Dr. Suwarno
NIP : 080 049 200

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis terlahir sebagai putri kedua dari tiga bersaudara keluarga Bapak AL.
H. Anshar dan Ibu Megawati di Simpang Tiga Taluk, Kabupaten Kuantan
Singingi, Riau pada tanggal 28 Maret 1986.
Tahun 1991 penulis sekolah di TK Islam Taluk Kuantan. Penulis
melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Taluk Kuantan pada tahun 1992. Tahun
1998 penulis melanjutkan studi tingkat menengah pertama di SLTP Negeri 1
Taluk Kuantan, penulis sering mengikuti kegiatan-kegiatan disekolah salah
diantaranya pertandingan pramuka tingkat provinsi maupun kabupaten. Penulis
menyelesaikan studi tingkat menengah atas di SMA 1 Taluk Kuantan pada tahun
2004, pada saat di bangku SMA penulis mengikuti berbagai kegiatan ekstra
kurikuler dan OSIS. Penulis terpilih sebagai wakil dari sekolah untuk mengikuti
kegiatan pramuka Raimuna Nasional di Yogyakarta, perserta Paskibraka tingkat
provinsi di Riau dan mendapatkan beasiswa dari perusahaan di Riau (Caltek).
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Saringan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004 di Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
di kampus diantaranya penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Agronomi (HIMAGRON) Divisi Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
sebagai anggota aktif Klub Agribisnis, pernah menjadi wakil ketua Himpunan
Mahasiswa Kabupaten Kuantan Singingi dan sebagai anggota Ikatan Keluarga
Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR). Tahun 2008 penulis berhasil lolos mengikuti
Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh
DIKTI.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan karunia dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1.

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS dan Dr. Suwarno selaku pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan serta motivasinya.

2.

Prof. Dr. Ir. Jajah Koswara selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan serta motivasi untuk tetap berprestasi dalam belajar.

3.

Dr. Desta Wirnas, Sp. MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi.

4.

Ibu Erwina, Pak Ade, Pak Soni dan seluruh staf Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi di Muara yang telah memberikan motivasi, bantuan, masukan
dan nasehatnya selama penulis melaksanakan penelitian.

5.

Papa dan mama tercinta, Abang Eka dan Rylli, Nenek, Etek Hasnah dan
Zubaida sekeluarga, Mamak Rahmi dan Marwan sekeluarga, serta semua
keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang,
kebahagiaan, pengorbanan, dan dukungan yang tiada henti sampai saat ini.

6.

Wahyu, Fendi, Wulan,Wenny, Eko, Pendi, Cita, Risma, Purwati, Ninik,


Gani, Ida, dan semua teman-teman PMTB41 atas kebersamaan, kasih
sayang, motivasi, dan semangat.

7.

Ria, Mbak Novi, Mbak Desi, Upik, Aqsa, Ana, dan seluruh teman-teman
kos Putri 26 ats kebersamaan dan motivasinya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan mempunyai sumbang sih

untuk kemajuan ilmu Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih.

Bogor, Januari 2009


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ................................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan ..........................................................................................................
Hipotesis ......................................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................


Botani Tanaman Padi ...................................................................................
Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo ...........................................................
Vigor Benih .................................................................................................
Peranan Air ..................................................................................................
Toleransi Kekeringan...................................................................................

3
3
3
4
5
6

BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 8


Waktu dan Tempat ....................................................................................... 8
Bahan dan Alat ............................................................................................ 8
Metode Penelitian ........................................................................................ 8
Pelaksanaan Penelitian................................................................................. 11
Pengamatan .................................................................................................. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 14
Pengujian Toleransi Kekeringan di Laboratorium ....................................... 14
Pengujian Pendahuluan .......................................................................... 14
Pengujian Toleransi Kekeringan 6 Genotipe Padi Gogo pada
Lima Metode .......................................................................................... 15
Korelasi antara Peubah Rumah Kaca dan Laboratorium ............................. 19
Simulasi Seleksi Padi Gogo Toleran Kekeringan ........................................ 21
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
LAMPIRAN .......................................................................................................... 29

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1.

Metode pada Pengujian Pendahuluan dan Respon Genotipe Toleran dan


Peka terhadap Kekeringan............................................................................. 15

2.

Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati pada


Rataan Masing-masing Kolompok Genotipe ................................................ 17

3.

Rekapitulasi Korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium dengan


Peubah di Rumah Kaca ................................................................................. 20

4.

Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Rumah Kaca dan Laboratorium .............. 22

5.

Klasifikasi/Pengelompokkan Genotipe terhadap Tingkat


Toleransi Kekeringan .................................................................................... 23

6.

Sembilan Genotipe Padi Gogo Toleran Kekeringan pada Pengujian


Rumah Kaca dan Laboratorium .................................................................... 24

Lampiran
1.

Genotipe-genotipe Padi Gogo yang Diuji pada Penelitian ........................... 29

2.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(5 Metode) terhadap Panjang Bibit ............................................................... 31

3.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(5 Metode) terhadap Panjang Tajuk .............................................................. 31

4.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(5 Metode) terhadap Panjang Akar ............................................................... 31

5.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(5 Metode) terhadap Berat Kering Bibit ....................................................... 32

6.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(Lima Metode) terhadap Berat Kering Tajuk................................................ 32

7.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(5 Metode) terhadap Berat Kering Akar ....................................................... 32

8.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(5 Metode) terhadap Persentase Daun Mati .................................................. 33

9.

Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode


(5 Metode) terhadap Persentase Tanaman Mati ............................................ 33

10. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Interaksi Genotipe Padi Gogo
(6 Genotipe) dan Metode (5 Metode) terhadap Presentase Tanaman Mati . 33
11. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih .................................................................... 34
12. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih ..................................................................... 34
13. Sidik Ragam Panjang Akar 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 34
14. Sidik Ragam Panjang Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 34
15. Sidik Ragam Panjang Bibit 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 35
16. Sidik Ragam Berat Kering Akar 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 35
17. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo Menggunakan
Metode Terpilih ............................................................................................. 35
18. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih ..................................................................... 35
19. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi Gogo di Rumah
Kaca............................................................................................................... 36
20. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe Padi Gogo di
Rumah Kaca .................................................................................................. 36
21. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi Gogo di Rumah
Kaca............................................................................................................... 36
22. Sidik Ragam Jumlah Daun 100 Genotipe Padi Gogo di Rumah Kaca ......... 36
23. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian Rumah Kaca dan Laboratorium pada
Peubah Persetase Daun Mati ......................................................................... 37
24. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Kekeringan
pada Peubah Persentase Tanaman Mati di Rumah Kaca dan di
Laboratorium ................................................................................................. 38

25. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Kekeringan


pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah Kaca dan Peubah
Persentase Tanaman Mati di Laboratorium .................................................. 40
26. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Kekeringan
pada Peubah Persentase Tanaman Mati di Rumah Kaca dan di
Laboratorium ................................................................................................. 42
27. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Kekeringan
pada Peubah Persentase Tanaman Mati di Rumah Kaca dan Peubah
Persentase Daun Mati di Laboratorium......................................................... 44

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.

2.

Halaman
Teks
Hasil Pengujian Pendahuluan. A. Arang Sekam, B. Pakis, C. Pasir,
D. Sabut Kelapa, E. Kompos ....................................................................... 14

Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka pada Metode Menggunakan


Kompos dengan Penyiraman Tiga Hari Sekali ........................................... 19

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi merupakan sumber pangan penting, mengingat beras adalah salah satu
bahan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Menurut Biro Pusat
Statistik (2007) produksi padi tahun 2006 sebesar 54.75 juta ton, mengalami
peningkatan sebesar 0.95 % dari tahun 2005. Peningkatan produksi padi tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 223 jiwa dengan
konsumsi beras 135 kg/kapita/tahun.
Rendahnya produksi padi ini sebagai akibat dari berbagai kendala,
diantaranya semakin sempitnya luas lahan pertanian potensial serta kondisi iklim
yang sulit untuk diprediksi (curah hujan yang tidak menentu). Penyebab
penyempitan luas lahan pertanian potensial ini diantaranya oleh (1) perubahan
penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri, serta (2) menurunnya
produktivitas lahan (Hakim, 2002). Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan,
setiap tahun antara 40 000 hingga 50 000 hektar sawah di Pulau Jawa terkonversi
untuk fungsi nonpertanian (Kompas, 2001).
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi nasional adalah dengan
pengembangan wilayah pertanian pada lahan kering. Lahan kering di Indonesia
memiliki luas sekitar 116.91 juta hektar, yang sebagian besar berada di luar Pulau
Jawa (Hakim, 2002). Varietas padi gogo tahan kekeringan sangat diperlukan
untuk mendukung peningkatan produksi padi nasional tersebut. Dengan demikian,
perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan varietas-varietas padi yang
berproduksi tinggi dan toleran kekeringan (Lestari dan Mariska, 2006).
Serangkaian program pemuliaan yang cukup panjang perlu dilakukan untuk dapat
menghasilkan varietas-varietas padi yang diinginkan.
Haryadi (2006) menyatakan bahwa beberapa tahap pemuliaan adalah
hibridisasi, seleksi, setelah itu dilakukan uji daya hasil dan diikuti dengan
pelepasan varietas. Menurut Lestari et al. (2005) pemilihan metode seleksi yang
efektif sangat penting dalam perakitan suatu varietas, teknik yang sederhana tetapi
efektif akan mempercepat memperoleh varietas yang diharapkan. Seleksi galur

2
tahan kekeringan yang dilakukan di lapang sangat sulit, memerlukan biaya yang
lebih mahal dan waktu yang lama (Lestari dan Mariska, 2006).
Menurut Sadjad (1993) untuk mengetahui kemampuan benih tumbuh normal
pada kondisi lapang yang suboptimum dapat dilakukan melalui deteksi vigor
benih. Mendeteksi vigor benih pada kondisi suboptimum (kekeringan) dapat
dilakukan di rumah kaca atau laboratorium dengan mengecambahkan benih pada
media yang dapat dikontrol dan lebih praktis seperti pada kertas, pasir maupun
tanah
Pengujian genotipe padi gogo yang toleran kekeringan pada stadia
pertumbuhan sangat diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian yang telah ada
dan diharapkan dapat mendorong kemajuan pertanian khususnya bidang
perbenihan di Indonesia.

Tujuan
1. Mendapatkan metode pengujian toleransi kekeringan padi gogo yang lebih
cepat dan mudah.
2. Menyeleksi genotipe padi gogo yang toleran terhadap kekeringan.

Hipotesis
1. Terdapat metode pengujian toleransi kekeringan padi gogo yang lebih cepat
dan mudah.
2. Terdapat genotipe padi gogo yang toleran terhadap kekeringan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi


Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Padi berasal dari genus Oryza, famili Graminae (Poaceae), ada 25
spesies, dua diantaranya Oryza sativa L. dan Oryza glaberrima Steund. Sementara
itu subspecies Oryza sativa L., dua di antaranya adalah indica dan sinica atau
japonica. Tanaman padi (O. sativa L.) mempunyai jumlah kromosom 2n = 24
(Haryadi, 2006).
Padi memiliki bagian vegetatif seperti akar, batang, anakan, dan daun. Akar
terdiri dari akar tunggang, akar serabut atau adventif, dan akar tajuk. Tanaman
padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenis
dan kondisi lingkungan tumbuh. Padi jenis unggul saat ini biasanya memiliki
batang yang pendek, sedangkan tanaman lokal atau yang tumbuh di rawa dapat
tumbuh lebih panjang (Haryadi, 2006). Anakan tumbuh pada dasar batang,
pembentukan anakan terjadi secara bersusun. Anakan primer adalah anakan yang
tumbuh pada kedua ketiak daun pada batang utama, sedangkan anakan sekunder
adalah anakan yang tumbuh pada ketiak anakan primer dan seterusnya dan
biasanya bertambah kecil.
Bagian generatif tanaman padi terdiri dari malai dan buah padi. Malai adalah
sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Pada malai
terdapat cabang-cabang bunga, jumlah cabang mempengaruhi besar rendemen
tanaman padi suatu varietas. Bunga padi merupakan bunga telanjang dan
menyerbuk sendiri yang mempunyai satu bakal buah, enam buah benang sari,
serta dua tangkai putik. Buah padi merupakan benih ortodok yang ditutupi oleh
palea dan lemma.

Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo


Padi gogo adalah padi yang dibudidayakan pada lahan kering. Selama
pertumbuhan, semua kebutuhan air sepenuhnya tergantung dari curah hujan.
Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan padi gogo, yaitu curah hujan
lebih 200 mm selama 3 bulan berturut-turut (Sahila, 2006; Purwono dan

4
Purnamawati, 2007). Namun demikian, walaupun jumlah curah hujan dalam satu
bulan mencapai 200 mm, tetapi distribusi curah hujan per bulan dalam satu priode
(10 hari) kurang maka pertumbuhan padi gogo akan mengalami gangguan akibat
kekurangan air.
Pertumbuhan padi gogo sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya.
Selain ketersediaan air, faktor lingkungan lain seperti ketinggian suatu daerah dan
intensitas cahaya matahari juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi gogo.
Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1 300 m dpl, akan tetapi
tidak semua tanaman padi gogo dapat tumbuh pada dataran tinggi.
Intensitas cahaya minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan padi gogo
sebesar 265 cal/cm2/hari (Sahila, 2006). Intensitas cahaya kurang dari intensitas
cahaya minimum akan menghambat pertumbuhan tanaman padi gogo tersebut.

Vigor Benih
Perbedaan antara benih dengan biji adalah viabilitasnya. Viabilitas benih
adalah gejala hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme
benih dan gejala pertumbuhannya (Sadjad, 1972). Sadjad (1993) mengemukakan
bahwa viabilitas benih dibagi kedalam dua kriteria yaitu viabilitas pontensial dan
vigor benih. Viabilitas pontensial merupakan kemampuan (viabilitas) benih pada
keadaan optimum untuk menghasilkan tanaman berproduksi normal. Vigor benih
merupakan kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi
normal pada kondisi yang suboptimum.
Pengujian vigor sangat perlu dilakukan mengingat kondisi lapangan yang
memiliki iklim yang sulit untuk diprediksi dan kebanyakan memiliki kondisi yang
suboptimum. Selain itu vigor sangat berpengaruh pada produksi karena
berhubungan dengan pertumbuhan dan kecepatan tumbuh dilapang. Balai
Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) juga
menyatakan bahwa pengujian di laboratorium sangat penting dan perlu dilakukan
karena bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang mutu benih yang
digunakan untuk keperluan penanaman. Pengujian benih juga diperlukan untuk
meminimalkan kegagalan tanam yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas benih.

5
Perkecambahan adalah proses perkembangan struktur esensial kecambah
melalui tahapan-tahapan dimana struktur esensial menunjukkan kemampuan
untuk berkembang secara normal dalam kondisi lingkungan yang optimum
(favourable) (Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura, 2006). Menurunnya vigor atau kematian benih dapat dilihat dari
hilangnya viabilitas atau matinya kelompok benih, atau dari kematian suatu
individu benih. Menurut Fauzi (1997) umumnya viabilitas benih menggambarkan
kinerja rata-rata dari sejumlah benih yang diuji. Sejumlah benih yang diamati
mewakili lot benih yang dalam analisis benih, lot itu merupakan populasi.
Menurut Sadjad et al. (1999) kekuatan tumbuh benih di lapang selain
ditentukan oleh faktor benihnya juga ditentukan oleh faktor dari luar benih,
misalnya oleh penyakit, kesuburan lahan, kondisi kurang suplai air ataupun
kelebihan air. Mensimulasi vigor benih di lapang yang berhadapan dengan
cekaman eksternal (lingkungan) diupayakan metode uji laboratorium yang
spesifik bagi masing-masing cekaman. Selain itu Sadjad (1993) juga
menambahkan bahwa untuk mendeteksi viabilitas benih pada kondisi suboptimum
(kekeringan) dapat dilakukan di rumah kaca atau laboratorium dengan
mengecambahkan benih pada media yang dapat dikontrol dan lebih praktis seperti
pada kertas, pasir maupun tanah. Beberapa contoh simulasi lain yang dapat
dilakukan adalah menggunakan media yang dilembabkan larutan garam NaCl
untuk simulasi cekaman salinitas tinggi, menggunakan media yang bertekanan
osmotik tinggi untuk mensimulasi cekaman kekeringan dengan menggunakan
larutan PEG sebagai pelembab medianya, serta memberi cendawan penyakit pada
media tumbuh benih untuk menguji ketahanan terhadap penyakit (Sadjad, 1993).

Peranan Air
Peranan air bagi tumbuhan sangat penting karena lebih dari 80% berat basah
jaringan tumbuhan terdiri dari air. Ketersediaan air tanah bagi tumbuhan dan daya
evaporasi udara merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
tumbuhan di alam. Air merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan tanaman bila dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya
(Tjondronegoro et al., 1997).

6
Pentingnya air dalam kehidupan dapat dilihat dari berbagai funggsinya
(Nobel, 1983 dalam Tjondronegoro et al., 1997)
1. Air merupakan senyawa utama protoplasma.
2. Air merupakan pelarut yang membawa nutrisi mineral dari tanah ke dalam
tumbuhan.
3. Air merupakan medium bagi reaksi-reaksi metabolisme.
4. Air merupakan pereaksi penting dalam fotosintesis dan prosese-proses
hidrolitik
5. Air penting untuk turgiditas, pertumbuhan sel, mempertahankan bentuk daun,
operasi stomata dan pergerakan struktur tumbuhan.
Peranan air tidak hanya pada saat tumbuhan telah menjadi tanaman yang
utuh, pada saat masih benih saja air memiliki peran yang sangat penting dalam
proses perkecambahannya. Menurut Kamil dalam Fauzi (1997), peranan air dalam
perkecambahan adalah :
1. Melunakkan kulit benih dan menyebabkan perkembangan embrio dan
endosperm.
2. Memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam benih.
3. Mengencerkan sitoplasma sehingga dapat menggaktifkan fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm ke titik tumbuh pada
perkembangan embrio.

Toleransi Kekeringan
Mekanisme toleransi tanaman terhadap kekeringan pada saat mengalami
stres kekeringan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) escape yaitu
tanaman menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami stres berat, dengan
berbunga lebih awal atau daun menggulung, (2) toleran yaitu tanaman tetap
tumbuh dalam kondisi cekaman kekeringan dan potensial air rendah, dengan
osmotic adjusment, (3) avoidance yaitu menghindar dari cekaman kekeringan,
dengan mengembangkan sistem perakaran dan efisiensi membuka dan
menutupnya stomata (Lestari et al., 2005).
Menurut Mitra dalam Lestari et al. (2005) tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan akan menggunakan lebih dari satu mekanisme tersebut untuk

7
mempertahankan diri, dimana toleransi yang dimiliki akan sangat berpengaruh
pada produksi. Mekanisme toleransi kekeringan ini dapat dilihat pada semua fase
pertumbuhan, yaitu pada fase perkecambahan, vegetatif, maupun generatif.
Salah satu diantara ciri varietas toleran kekeringan adalah perakaran yang
mampu menyerap air tanah dalam kondisi cekaman kekeringan. Hasil penelitian
Suardi (2004) menunjukkan bahwa galur padi gogo dan padi sawah mempunyai
daya tembus akar relatif tinggi dan relatif toleran kekeringan, salah satunya adalah
spesies Oryza glaberrima. Perakaran yang padat, dalam dan memiliki daya
tembus akar yang tinggi akan meningkatkan serapan air dari tanah (Suardi, 2004).
Hasil penelitian Fauzi (1997) juga menunjukkan bahwa tolok ukur panjang
plumula, berat kering kecambah, berat kering akar dan berat kering plumula dapat
digunakan untuk mengindikasi sifat toleran terhadap kekeringan. Kecambah padi
yang toleran kekeringan akan memiliki akar yang panjang dan memiliki berat
kering akar lebih besar dari kecambah yang tidak toleran, begitu juga panjang
plumula dan berat kering plumulanya akan lebih besar dari kecambah yang tidak
toleran.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember 2008 di
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Muara dan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan adalah 3 genotipe padi gogo toleran
kekeringan, 3 genotipe varietas padi gogo peka kekeringan, dan 94 genotipe padi
gogo (Tabel Lampiran 1). Benih yang akan digunakan dalam penelitian ini
memiliki DB 80% yang berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di
Muara, Bogor. Bahan lainnya adalah pasir, arang sekam, sabut kelapa (cocofit),
pakis, kompos, PEG (Polyethilene Glycol), kertas merang, kertas tisu, kertas label,
tali, dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu box plastik, Alat Pengecambah Benih (APB) IPB
72-1, pinset, hand sprayer, alat pengepres kertas IPB 75-1, cawan, higrometer,
biker glass, termolite, magnetic strirrer, oven, cangkul, koret, meteran, alat tulis,
dan pot permanen.

Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 pengujian :
I : Pengujian toleransi kekeringan di laboratorium
Pengujian I terdiri dari 3 tahap yaitu : (1) pengujian pendahuluan,
(2) pengujian toleransi kekeringan 6 genotipe padi gogo pada 5 metode,
(3) pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo pada metode terpilih.
1. Pengujian pendahuluan
Pengujian pendahuluan ini bertujuan untuk mencari metode yang akan
digunakan pada tahap 2 dengan menggunakan berbagai jenis media dan metode
pengujian. Berdasarkan hasil pengamatan secara visual diperoleh 5 metode yang
dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe toleran dan peka kekeringan,
yaitu M1 = menggunakan media arang sekam, M2 = menggunakan media cocofit,

9
M3 = menggunakan media kompos, M4 = menggunakan media pasir, dan
M5 = menggunakan media pakis.
2. Pengujian toleransi kekeringan 6 genotipe padi gogo pada

lima

metode.
Pengujian ini bertujuan untuk memilih metode dari pengujian pendahuluan
yang dapat membedakan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap
kekeringan sacara statistik. Metode yang terpilih akan digunakan pada tahap ke 3.
Pada pengujian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial dengan dua faktor, yaitu metode dan genotipe. Metode yang
digunakan (M) terdidiri 5 metode, yaitu M1 = menggunakan media arang sekam,
M2 = menggunakan media cocofit, M3 = menggunakan media kompos,
M4 = menggunakan media pasir, M5 = menggunakan media pakis, sedangkan
genotipe (G) yang menggunakan 6 genotipe, yaitu 3 genotipe padi gogo toleran
kekeringan dan 3 genotipe padi gogo peka kekeringan. Setiap satuan percobaan
diulang 3 kali sehingga total satuan percobaan yang dilakukan adalah 90 satuan
percobaan. Untuk setiap satuan percobaan terdiri 25 butir benih.
Model matematik yang digunakan adalah :
Yijk = + Mi + Gj +(MG)ij + Ck + ijk
Keterangan :
Yijk

= Nilai pengamatan pada perlakuan metode ke-i, genotipe padi gogo ke-j
dan kelompok ke-k

= Nilai tengah umum

Mi

= Pengaruh perlakuan metode ke-i ( i = 1, 2, 3, 4, 5)

Gj

= Pengaruh perlakun genotipe padi gogo ke-j ( j = 1, 2, 3, 4, 5, 6)

(MG)ij = Pengaruh interaksi perlakuan metode ke-i dan genotipe padi gogo ke-j
Ck

= Pengaruh kelompok ke-k ( k = 1, 2, 3 )

ijk

= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan metode ke-i, genotipe padi gogo
ke-j dan kelompok ke-k
3. Pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo pada metode
terpilih.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu genotipe padi

10
gogo (). Genotipe padi yang digunakan sebanyak 100 genotipe. Setiap satuan
percobaan diulang 3 kali sehingga total satuan percobaan adalah 300 satuan
percobaan.
Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah :
Yij = + i + j + ijk
Keterangan :
Yij

= Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j

= Nilai tengah umum

= Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-i ( i = 1, 2, 3,.........,100)

= Pengaruh kelompok ke-j ( j = 1, 2, 3 )

ijk

=Pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi gogo ke-i dan
kelompok ke-j

II. Pengujian toleransi kekeringan di rumah kaca


Pengujian ini bertujuan untuk melihat toleransi kekeringan 100 genotipe
padi gogo dengan metode standar menggunakan pot permanen di rumah kaca.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi gogo (P). Setiap
penanaman terdiri 100 genotipe masing-masing diulang sebanyak 3 kali sehingga
seluruhnya terdiri dari 300 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan di tanam
dengan jarak tanam 20 cm x 40 cm.
Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah :
Yij = + Pi + Oj + ijk
Keterangan :
Yij

= Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j

= Nilai tengah umum

Pi

= Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-i ( i = 1, 2, 3,.........,100)

Oj

= Pengaruh kelompok ke-j ( j = 1, 2, 3 )

ijk

= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok
ke-j

11
Pengolahan data yang berbeda nyata pada analisis ragam pada pengujian
akan diuji lanjut dengan analisis Duncans Multiple Range Test (DMRT) atau
Pembanding Linier (Kontras) pada taraf 5 % dan 1 % (Gomez dan Gomez, 1995).
Setelah itu dilakukan korelasi antara hasil pengujian di laboratorium dan rumah
kaca, serta dilakukan pengelompokkan tingkat toleransi kekeringan didasarkan
skor IRRI yaitu sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7), dan sangat
peka (9) (IRRI, 1988). Pengujian tersebut menggunakan fasilitas SAS 6.12.

Pelaksanaan Kegiatan
I. Pengujian toleransi kekeringan di laboratorium
1. Pengujian pendahuluan
Benih padi gogo yang sudah jelas toleran dan peka kekeringannya ditanam
pada beberapa media dengan pengaturan pemberian air yang berbeda-beda pada
setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan secara visual, dengan mengamati
perbedaan antara genotipe yang toleran dan peka kekeringan. Perlakuan (metode)
yang mempelihatkan perbedaan antara genotipe toleran dan peka kekeringan akan
digunakan pada tahap 2.
2. Pengujian toleransi kekeringan

6 genotipe padi gogo pada lima

metode.
Benih padi direndam selama 24 jam kemudian ditanam dengan menyusun
25 butir benih pada box plastik yang telah berisi media tanam. Penyiraman hanya
dilakukan selama seminggu pertama dengan jumlah air dan waktu penyiraman
yang berbeda-beda tiap metode. Jumlah air untuk media cocofit sebanyak 400 ml
dengan penyiraman, kompos sebanyak 200 ml dengan penyiraman tiga hari sekali,
arang sekam sebanyak 300 ml dengan penyiraman tiga hari sekali, pakis sebanyak
200 ml dengan penyiraman dua hari sekali, dan pasir sebanyak 300 ml dengan
penyiraman dua hari sekali.
3. Pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo dengan
menggunakan metode terpilih.
Pelaksanaan penanaman pada tahap 3 ini hampir sama dengan tahap 2 tetapi
metode yang digunakan hanya satu media, menggunakan 100 genotipe padi gogo
dan dalam satu box plastik ditanam 2 genotipe (tiap genotipe menggunakan

12
25 butir benih dan disusun menjadi 2 baris). Pengamatan terakhir dilakukan pada
hari ke dua puluh satu.
II. Pengujian toleransi kekeringan di rumah kaca
Benih langsung ditanam pada pot pernanen setinggi 60 cm, lebar 1 m dan
panjang 4 m yang berisi tanah. Penanaman ini menggunakan 12 butir benih
untuk tiap genotipe. Dua minggu pertama dilakukan panyiraman dengan air secara
teratur, selanjutnya penyiraman dihentikan sampai genotipe padi yang peka
kekeringan mati.

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah peubah-peubah :
Pengujian I
1. Panjang Bibit (PB) : diukur mulai dari ujung akar sampai dengan ujung tajuk
dengan satuan centimeter.
2. Panjang Akar (PA) : diukur mulai dari ujung akar sampai pangkal akar dengan
satuan centimeter.
3. Panjang Tajuk (PT) : diukur mulai dari pangkal tajuk sampai ujung tajuk
dengan satuan centimeter.
4. Berat Kering Bibit (BKB) : merupakan berat kering rata-rata bibit yang
didapat dengan mengeringkan bibit dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam
pada akhir pengamatan dengan satuan miligram.
5. Berat Kering Akar (BKA) : merupakan berat kering rata-rata akar yang
didapat dengan mengeringkan akar dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam
pada akhir pengamatan dengan satuan miligram.
6. Berat Kering Tajuk (BKT) : merupakan berat kering rata-rata tajuk yang
didapat dengan mengeringkan tajuk dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam
pada akhir pengamatan dengan satuan miligram.
7. Persentase Bibit Mati (PBM) : merupakan persentase dari bibit yang mati pada
pengamatan terakhir.
8. Persentase Daun Mati (PDM) : merupakan persentase dari daun bibit yang
mati pada pengamatan terakhir.

13
Pengujian II
1. Persentase Bibit Mati (PBM) : merupakan persentase dari bibit yang mati pada
pengamatan terakhir.
2. Persentase Daun Mati (PDM) : merupakan persentase dari daun bibit yang
mati pada pengamatan terakhir.
3. Berat Kering Bibit (BKB) : merupakan berat kering rata-rata bibit yang didapat
dengan mengeringkan bibit dengan oven 60 0C selama 3 x 24 jam pada akhir
pengamatan dengan satuan miligram.
4. Jumlah Daun (JD) : merupakan jumlah dari daun pada pengamatan terakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Toleransi Kekeringan di Laboratorium


Pengujian Pendahuluan
Hasil pengamatan secara visual pada pengujian pendahuluan menunjukkan
bahwa dari 21 metode yang diujikan terdapat 5 metode yang dapat
memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran kekeringan dengan
genotipe peka kekeringan. Metode-metode yang telah diuji pada pengujian
pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 1. Metode-metode yang berpotensi dapat
memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran kekeringan dengan
genotipe peka kekeringan adalah metode menggunakan media arang sekam
dengan penyiraman tiga hari sekali, metode menggunakan media cocofit dengan
penyiraman tiga hari sekali, metode menggunakan media kompos dengan
penyiraman tiga hari sekali, metode menggunakan media pasir dengan
penyiraman dua hari sekali, dan metode menggunakan media pakis dengan
penyiraman dua hari sekali.

Toleran

Peka

Toleran

Peka

Peka

Toleran

Peka

Toleran

Toleran

Peka

Gambar 1. Hasil Pengujian Pendahuluan. A. Arang Sekam, B. Pakis,


C. Pasir, D. Sabut Kelapa, E. Kompos

15
Tabel 1. Metode pada Pengujian Pendahuluan dan Respon Genotipe Toleran
dan Peka terhadap Kekeringan
No
1

9
10

Metode/Media
Serbuk gergaji:
Penyiraman 3 hari sekali
Penyiraman setiap hari
Tanah :
Benih direndam semalam
Benih tanpa perendaman benih
Cawan :
Tisu
Kertas merang + tisu
Kertas merang
UKDdp :
PEG dengan benih direndam semalam
PEG tanpa perendaman
Air benih direndam semalam
Sabut kelapa :
Kasar
1. Penyiraman 2 hari sekali
2. Penyiraman setiap hari
Halus dengan penyiraman 3 hari
Pakis :
Penyiraman 2 hari sekali
Penyiraman setiap hari
Arang sekam :
Penyiraman 3 hari sekali
Penyiraman setiap hari
Pasir :
Penyiraman 3 hari sekali
Penyiraman 2 hari sekali
Kompos / bokasi dengan penyiraman 3 hari sekali
Media semai tanaman hias dengan penyiraman 3 hari sekali

Respon
-

Keterangan : berpotensi membedakan peka dan toleran


_
tidak berpotensi membedakan peka dan toleran

Pengujian Toleransi Kekeringan 6 Genotipe Padi Gogo pada Lima metode


Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor tunggal genotipe
berpengaruh nyata pada berat kering akar, dan berpengaruh sangat nyata pada
peubah persentase daun kering, persentase tanaman mati, berat kering tajuk, berat
kering bibit, panjang akar, panjang bibit dan panjang tajuk. Faktor tunggal metode
berpengaruh nyata pada peubah persentase daun mati dan berpengaruh sangat
nyata pada persentase tanaman mati, berat kering akar, berat kering tajuk, berat

16
kering bibit, panjang akar, panjang tajuk dan panjang bibit. Analisis sidik ragam
pengaruh faktor tunggal genotipe dan metode serta interaksinya pada semua
peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2-9. Interaksi antara
kedua faktor tunggal hanya berpengaruh nyata pada peubah persentase tanaman
mati sedangkan untuk peubah lainnya tidak berpengaruh nyata.
Hasil uji lanjut kontras interaksi faktor tunggal terhadap peubah persentase
tanaman mati menunjukkan bahwa metode yang dapat membedakan genotipe
toleran dan peka kekeringan secara nyata adalah metode menggunakan media
kompos dengan penyiraman tiga hari sekali (M3) dengan peluang (Pr > F) sebesar
0.0191 dan metode menggunakan media pakis dengan penyiraman dua hari sekali
(M5) dengan peluang (Pr > F) sebesar 0.0236. Sidik ragam uji lanjut kontras
interaksi faktor genotipe dan metode terhadap peubah persentase tanaman mati
dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10. Metode M3 memiliki peluang yang lebih
kecil dari metode M5 ini menunjukkan bahwa metode M3 lebih dapat
membedakan genotipe toleran dan peka kekeringan dari pada metode M5. Selain
itu, berdasarkan pengaruh nilai rataan kelompok genotipe pada masing-masing
metode juga terlihat bahwa metode M3 dapat memperlihatkan perbedaan yang
lebih besar antara kelompok genotipe peka dan toleran kekeringan. Nilai rataan
pengaruh interaksi perlakuan genotipe dan metode pada semua peubah yang
diamati dapat dilihat pada Tabel 2.
Secara umum peubah persentase tanaman mati dan persentase daun mati
memiliki rataan genotipe peka lebih besar dari rataan genotipe toleran pada semua
metode, tetapi pada metode M3 memiliki selisih rataan antara genotipe peka dan
toleran yang lebih besar dibanding metode lainnya, untuk genotipe peka dan
toleran memiliki rataan berturut-turut sebesar 11.08 % dan 18.68 % pada peubah
persentase tanaman mati, 27.18 % dan 68.24 % pada peubah persentase daun
mati.
Selisih rataan yang besar pada metode M3 memperlihatkan perbedaan antara
genotipe toleran dan peka kekeringan. Genotipe peka tidak mampu mengatasi
cekaman kekeringan seperti genotipe toleran. Tanaman yang tidak mempunyai
kemampuan untuk mengatasi cekaman kekeringan akan mati apabila mengalami
cekaman kekeringan yang sangat ekstrim (Altman dalam Lestari et al. 2005).

17
Tabel 2. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati pada
Rataan Masing-masing Kolompok Genotipe
Metode
T1
M1
M2
M3
M4
M5

6.89
0
4.48
1.33
0

M1
M2
M3
M4
M5

16.35
24.44
9.77
10
7.57

M1
M2
M3
M4
M5

3.63
5.5
2.01
3.89
3.31

M1
M2
M3
M4
M5

10.46
13.16
12.08
10.75
11.61

M1
M2
M3
M4
M5

14.1
18.66
14.1
14.64
14.92

M1
M2
M3
M4
M5

11.94
16.84
8.29
6.25
11.72

M1
M2
M3
M4
M5

18.37
23.93
21.75
24
24.25

M1
M2
M3
M4
M5

30.31
40.77
30.04
30.26
35.97

Genotipe Toleran
Genotipe Peka
T2
T3
P1
P2
P3
Rataan
Persentase Tanaman Mati (%)
24.9
5.33
12.37
12.82
12.39
26.29
0
0
0
0
0
0
22
6.77
25.31
22.72
8
11.08
0
0
0.44
0
0
0
2.89
0
0.96
8.46
4.11
1.33
Persentase Daun Mati (%)
46.95
13.36
25.55
26.44
23.3
33.12
39.5
30.41
31.45
19.36
13.9
45.57
48.13
23.63
65.65
62.75
76.33
27.18
29.22
36.11
25.11
51.64
18.67
51.4
21.73
13.71
14.34
33.95
37.71
37.83
Berat Kering Akar (mg)
2.72
3.42
3.26
3.86
3.49
2.54
3.23
4.73
4.49
4.79
3.65
3.3
4.27
1.93
1.58
1.51
1.24
2.74
3.7
3.8
3.79
4.5
3.92
2.84
2.99
3.63
3.31
3.24
3.17
2.51
Berat Kering Tajuk (mg)
7.66
8.08
8.73
9.22
7.37
6.19
9.26
9.88
10.76
9.73
8.91
7.56
8.9
9.25
8.07
8.56
6.53
10.07
8.65
10.16
9.85
7.74
7.77
6.59
9.23
9.94
10.26
9.44
8.32
7.61
Berat Kering Bibit (mg)
10.39
11.5
11.99
13.08
10.86
8.74
12.49
14.61
15.25
14.52
12.57
10.87
13.18
11.18
9.65
10.07
7.77
12.82
12.36
13.96
13.65
12.25
11.7
9.53
12.23
13.58
13.58
12.68
11.5
10.13
Panjang Akar (cm)
8.97
11.96
10.96
13.06
11.26
7.71
10.6
14.01
13.82
12.2
12.03
10.67
4.81
6.08
6.87
5.94
5.39
6.39
5.31
13.56
8.37
7.56
6.28
5.35
9.29
10.54
10.52
11.12
8.71
10.31
Panjang Tajuk (cm)
12.35
13.78
14.83
15.55
11.69
11.46
15.5
16.76
18.73
19.21
15.61
13.2
13.48
15.28
13.64
12.91
11.49
16.84
15.84
17.5
19.11
15.03
14.59
14
17.75
19.37
20.45
23.58
18.48
15.9
Panjang Bibit (cm)
21.33
25.74
25.79
28.61
22.96
21.5
26.1
30.78
32.55
34.42
27.92
23.87
18.29
21.36
20.51
18.86
16.88
23.23
21.15
24.86
25.42
22.59
20.88
19.36
27.05
29.91
30.98
34.71
27.2
26.21

Rataan
17.17
0
18.68
0
4.63
27.62
26.28
68.24
40.57
36.5
3.29
3.91
1.44
3.75
2.97
7.59
8.73
7.72
7.36
8.46
10.89
12.65
9.16
11.16
11.44
10.68
11.63
6.07
6.39
10.05
12.9
16.01
12.68
14.54
19.32
24.36
28.74
18.75
20.94
29.37

Keterangan : M1= media arang sekam (penyiraman 3 hari sekali), M2= media cocofit (penyiraman 3 hari
sekali), M3 = media kompos (penyiraman 3 hari sekali), M4= media pasir (penyiraman 2 hari
sekali), M5= media pakis (penyiraman 2 hari sekali), T1= Salumpikit, T2 = B11597C-TB-2-24,
T3 = B11338F-TB-26, P1= IR65907-116-1-B-MR-4, P2= B528B-TB-12-1-1, dan P3= IR 20

18
Berbeda dengan peubah persentase tanaman mati dan daun mati, peubah
berat kering akar, berat kering tajuk, berat kering bibit, panjang akar, dan panjang
tajuk memiliki rataan genotipe toleran yang lebih besar dari rataan genotipe peka.
Rataan yang besar pada genotipe toleran ini menunjukkan kemampuan
beradaptasi dan perbedaan genotipe tersebut dengan genotipe peka pada saat
mengalami cekaman kekeringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fauzi (1997)
yang menunjukkan bahwa bobot berat kering plumula (tajuk) dan akar pada
kecambah padi yang toleran lebih besar dari yang peka, begitu juga panjang
plumula (tajuk) dan akarnya akan lebih panjang dari kecambah yang peka
Peubah berat kering akar rataan genotipe toleran dan peka pada metode M3
memiliki rataan yang paling kecil dibandingkan metode lainnya yaitu 2,74 mg
pada genotipe toleran dan 1.44 mg pada genotipe peka. Hal ini diduga pada
metode M3 terjadi cekaman kekeringan sehingga menurunkan jumlah akar pada
kedua genotipe tersebut. Kertersediaan air yang sangat sedikit serta fluktuasi
kadar air tanah yang besar akan menyebabkan seluruh proses metabolisme
tanaman akan terhambat (Supijatno, 2003). Meskipun demikian, pada metode M3
terlihat perbedaan antara genotipe peka dan toleran, dimana selisih rataan yang
lebih besar antara kedua kelompok genotipe tersebut dibandingkan metode
lainnya (1.3 mg). Begitu juga pada bobot kering tajuk dan bibit, terlihat selisih
rataan yang lebih besar antara kelompok genotipe peka dan toleran pada metode
kompos dibanding metode lainnya yaitu 2.35 mg pada bobot kering tajuk dan
3.66 mg pada bobot kering bibit.
Metode M3 juga memperlihatkan perbedaan selisih yang lebih besar antara
genotipe peka dan toleran pada peubah panjang tajuk dan tanaman yaitu 4.16 cm
pada panjang tajuk dan 4.48 cm pada panjang bibit (Tabel 2). Meskipun demikian
pada peubah panjang akar selisih rataan antara kedua kelompok genotipe tersebut
tidak besar. Hal ini diduga terjadi akibat cekaman kekeringan dan kepadatan
media pada metode M3 lebih tinggi dibanding metode lainnya. Menurut Samson
dan Wade (1998) sifat fisik tanah seperti kepadatan dan kekerasan tanah menjadi
kendala yang sangat mempengaruhi pertumbuhan akar, penyerapan air dan hara.
Metode M3 dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran
dan peka terhadap kekeringan diduga karena penurunan kadar air media kompos

19
tidak terlalu cepat dibandingkan media pada metode lainnya. Kompos memiliki
kemampuan menyimpan air lebih lama dan memiliki daya ikat air yang tinggi
(Hadisumitro, 2000). Penurunan kadar air media yang tidak terlalu cepat dapat
memperlihatkan kemampuan adaptasi genotipe yang toleran kekeringan.
Perbedaan antara genotipe toleran dan peka kekeringan ini juga bisa dilihat secara
visual. Daun genotipe yang toleran masih hijau dan segar, sedangkan daun
genotipe peka mengering (Gambar 2). Tanaman yang kekurangan air akan
mengalami gangguan metabolisme karena air merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman, sebagian besar metabolisme
tumbuhan membutuhkan air seperti proses fotosintesis, untuk pertumbuhan sel,
mempertahankan bentuk daun, operasi stomata dan pergerakan struktur tumbuhan.
(Tjondronegoro et al., 1997).
Berdasarkan uji lanjut kontras dan selisih rataan kelompok genotipe peka
dan toleran menunjukkan bahwa metode menggunakan kompos

dapat

membedakan genotipe toleran dan peka kekeringan serta dapat digunakan untuk
menyeleksi genotipe yang toleran terhadap kekeringan, sehingga metode ini yang
dipilih untuk pengujian toleransi kekeringan 100 genotipe padi gogo (pengujian I
tahap 3).

Toleran

Peka

Gambar 2. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka pada Metode


Menggunakan Kompos dengan Penyiraman Tiga Hari Sekali
Korelasi antara Peubah Rumah Kaca dan Laboratorium
Korelasi menunjukkan keeratan hubungan antar peubah (Gomez dan
Gomez, 1995). Penelitian ini menggunakan peubah persentase daun mati dan

20
persentase tanaman mati dari pengujian di rumah kaca sebagai peubah
pembanding. Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata
antara persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca dengan semua peubah
pada pengujian laboratorium.

Tabel 3.

Rekapitulasi Korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium


dengan Peubah di Rumah Kaca

Peubah di
Laboratorium

Keterangan :

Peubah di Rumah Kaca


PDM
PTM

PDM

0.116

0.276**

PTM

0.143

0.219*

BKB

-0.044

-0.175

BKT

-0.059

-0.131

BKA

0.018

-0.237

PB

-0.028

-0.103

PA

-0.018

-0.102

PT

-0.026

-0.069

berbeda nyata pada taraf 5% , ** berbeda nyata pada taraf 1 %, BKB : Berat Kering
Bibit, BKT : Berat Kering Tajuk, BKA : Berat Kering Akar, PTM : Persentase
Tanaman Mati, PDM : Persentase Daun Mati, PA : Panjang Akar, PT : Panajang
Tajuk, PB : Panjang Bibit, dan JT : Jumlah Tanaman

Korelasi positif antara persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca
dengan persentase daun mati, persentase tanaman mati dan berat kering akar dari
pengujian laboratorium, serta berkorelasi negatif dengan peubah berat kering
bibit, berat kering tajuk, panjang bibit, panjang akar dan panjang tajuk.
Korelasi positif dan sangat nyata antara peubah persentase tanaman mati di rumah
kaca dengan peubah persentase daun mati di laboratorium (0.276) dan
berkorelasi positif nyata dengan peubah persentase tanaman mati dari peubah
laboratorium (0.219), sedangkan dengan peubah lainnya berkorelasi negatif. Hasil
korelasi ini menunjukkan bahwa peubah persentase tanaman mati dari pengujian
rumah kaca memiliki keeratan hubungan dengan peubah persentase daun mati dan

21
persentase tanaman mati dari pengujian laboratorium. Diduga semakin banyak
tanaman yang mati menunjukkan bahwa akan semakin banyak persentase daun
matinya.
Korelasi antara peubah dari kedua pengujian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan keeratan (kebaikan suai) antara peubah-peubah tersebut, dimana peubah
yang ada di laboratorim secara tidak langsung dapat menggambarkan keadaan
peubah yang ada pada pengujian rumah kaca. Hal ini mengindikasikan bahwa
metode kompos pada pengujian laboratorium dapat digunakan sebagai alternatif
lain dalam pengujian toleransi kekeringan pada padi gogo.

Simulasi Seleksi Padi Gogo Toleran Kekeringan


Seleksi merupakan cara cepat untuk mendapatkan genotipe yang mempunyai
adaptasi terhadap lingkungan ekstrim seperti kekeringan (Hermiati, 2001).
Haryadi (2006) menambahkan bahwa seleksi bertujuan untuk memilih tanaman
yang berdaya hasil tinggi dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Simulasi
seleksi padi gogo toleran kekeringan ini dilakukan dengan membandingkan antara
genotipe paling toleran dari hasil pengujian di laboratorium dengan genotipe
paling toleran dari hasil pengujian di rumah kaca. Contoh simulasi seleksi antara
kedua pengujian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 23. Persentase jumlah
genotipe yang sama antara kedua pengujian menunjukkan kemampuan pengujian
di laboratorium dapat menggambarkan hasil pengujian di rumah kaca. Pada
Tabel 4 terdapat persentase jumlah genotipe yang dibandingkan (intensitas
seleksi), jumlah genotipe yang sesuai, dan kesesuaian antara kedua pengujian.
Semua pasang peubah yang disimulasiseleksikan menunjukkan nilai
kesesusaian yang hampir sama, dimana 50 % kesesuaian baru terpenuhi pada
intensitas 50 % (Tabel 4). Simulasi antara peubah persentase tanaman mati dari
pengujian rumah kaca dengan peubah persentase daun mati dari peubah
laboratorium pada intensitas 50 % memiliki kesesuaian terbesar dibandingkan
pasangan peubah lainnya, ini terjadi karena antara peubah persentase tanaman
mati dari pengujian rumah kaca dengan peubah persentase daun mati dari peubah
laboratorium korelasinya sangat nyata.

22
Hasil simulasi seleksi ini menunjukkan bahwa pengunaan metode kompos
dengan penyiraman tiga hari sekali akan efektif apabila menggunakan jumlah
genotipe yang diseleksi atau intensitas seleksinya minimal 50 %, dengan kata lain
penggunaan metode kompos dengan penyiraman tiga hari sekali dapat digunakan
pada seleksi awal proses pencarian genotipe yang toleran kekeringan.
Tabel 4. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Rumah Kaca dan Laboratorium
Intensitas Seleksi
(%)
1
5
10
30
50
1
5
10
30
50
1
5
10
30
50
1
5
10
30
50

Jumlah Genotipe Jumlah Genotipe


Terpilih
yang Sesuai
PDM* vs PDM**
1
0
5
1
10
2
30
11
50
30
PDM* vs PTM**
1
0
5
1
10
2
30
11
50
28
PTM* vs PDM**
1
0
5
0
10
1
30
11
50
31
PTM* vs PTM**
1
0
5
1
10
2
30
9
50
29

Kesesuaian
(%)
0
20
20
37
60
0
20
20
37
56
0
0
10
37
62
0
20
20
30
58

Keterangan : * : Peubah rumah kaca, **: Peubah laboratorium, PTM: Persentase Tanaman Mati,
PDM: Persentase Daun Mati

Tabel 5 menunjukkan pengelompokkan genotipe padi gogo terhadap tingkat


toleransi kekeringan pada pengujian di rumah kaca dan di laboratorium.
Pengelompokkan genotipe pada pengujian di rumah kaca didasarkan skor IRRI
yaitu sangat toleran (1) dengan gejala kekeringannya 10 %, toleran (3) dengan
gejala kekeringannya > 10 % dan 25 %, sedang (5) dengan gejala
kekeringannya > 25 % dan 50 %, peka (7) dengan gejala kekeringannya > 50 %

23
dan 75 %, dan sangat peka (9) dengan gejala kekeringannya > 75 % (IRRI,
1988). Pengelompokkan pada pengujian di laboratorium didasarkan kisaran nilai
rataan dari masing-masing peubah yang didapat dari pengurangan nilai tertinggi
dengan nilai terendah dari seratus genotipe yang diuji dan dibagi lima kelompok
yaitu sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7), dan sangat peka (9).
Pada peubah persentase daun mati digunakan kisaran 12.20 % untuk tingkat
toleransi sangat toleran, >12.20 % dan 24.40 % untuk toleran, > 24.40 % dan
36.61 % untuk sedang, > 3.61 % dan 48.81 % untuk peka dan > 48.81 % untuk
sangat peka. Pada peubah persentase tanaman mati digunakan kisaran 13.68 %
untuk tingkat toleransi sangat toleran, >13.68 % dan 27.37 % untuk toleran,
> 27.37 % dan 41.06 % untuk sedang, > 41.06 % dan 54.75 % untuk peka dan
> 54.75 % untuk sangat peka.
Tabel 5. Klasifikasi/Pengelompokkan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan
Tingkat Toleransi
Sangat Toleran
(1)
Toleran
(3)
Sedang
(5)
Peka
(7)
Sangat Peka
(9)

Pengujian di Rumah Kaca


PDM
PTM

Pengujian di Laboratorium
PDM
PTM

21

44

56

34

27

11

31

28

12

89

14

Keterangan : PTM: Persentase Tanaman Mati, PDM: Persentase Daun Mati

Pada Tabel 5 terlihat bahwa hasil pengujian di rumah kaca dan di


laboratorium terdapat perbedaan jumlah genotipe yang toleran kekeringan,
dimana pada pengujian di laboratorium jumlah genotipe yang toleran
kekeringannya lebih banyak dari pengujian rumah kaca. Pengelompokan seratus
genotipe secara lengkap dapat dilihat pada Tabel Lampiran 24-27. Pada peubah
persentase tanaman mati dari pengujian di rumah kaca menunjukkan bahwa dari
100 genotipe yang diuji terdapat 10 genotipe yang toleran kekeringan, sedangkan
hasil pengujian di laboratorium pada peubah persentase tanaman mati terdapat

24
53 genotipe yang toleran terhadap kekeringan dan pada peubah persentase daun
matinya menunjukkan bahwa genotipe yang toleran kekeringan hanya 24 genotipe
Tabel 6. Sembilan Genotipe Padi Gogo Toleran Kekeringan pada Pengujian
Rumah Kaca dan Laboratorium
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Genotipe Padi Gogo


B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
IR60080-23
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
B11177G-TB-1-2
B1976B-2-3-7-TB-1-1
B12644F-MR-3
B11599D-TB-5-2-4
TB356B-TB-52-3

Pengujian di Rumah
Kaca
Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran

Pengujian di
Laboratorium
Toleran
Toleran
Toleran
Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran

Berbeda dengan peubah lainnya, peubah daun mati di rumah kaca tidak
terdapat genotipe yang toleran. Total dari masing-masing pengujian yaitu pada
pengujian rumah kaca terdapat 10 genotipe yang toleran kekeringan, sedangkan
pada pengujian laboratorium terdapat sekitar 77 genotipe yang toleran kekeringan.
Perbedaan ini terjadi akibat perbedaan tingkat kekeringan media (cekaman
kekeringan) dan lamanya tanaman didera kekeringan.
Berdasarkan hasil pengelompokan tingkat toleransi kekeringan pada
pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat 9 genotipe padi gogo yang
toleran terhadap kekeringan (Tabel 6). Genotipe-genotipe tersebut adalah
TB356B-TB-52-3, B11855E-MR-16, IR60080-23, TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22,
B11177G-TB-1-2, B1976B-2-3-7-TB-1-1, B12644F-MR-3, B11599D-TB-5-2-4,
dan B12498C-MR-1.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengujian dari 21 metode yang disurvei terdapat 5 metode
yang berpotensi untuk menguji toleransi kekeringan. Metode pengujian
menggunakan media kompos dengan penyiraman tiga hari sekali merupakan
metode yang paling dapat membedakan toleransi kekeringan diantara 5 metode
yang berpotensi.
Metode pengujian menggunakan media kompos dengan penyiraman tiga
hari sekali dapat digunakan untuk menyeleksi genotipe padi gogo yang toleran
terhadap kekeringan. Meskipun demikian, berdasarkan simulasi seleksi metode
tersebut menunjukkan kesesuaian yang rendah dibandingkan metode standar
(metode menggunakan pot permanen di rumah kaca), terutama pada tingkat
intensitas seleksi rendah. Metode ini mudah dan cepat, sehingga dapat digunakan
untuk seleksi awal dengan intensitas lebih dari 50%.
Berdasarkan pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat 9 genotipe
padi gogo yang toleran terhadap kekeringan. Genotipe-genotipe tersebut adalah
TB356B-TB-52-3, B11855E-MR-16, IR60080-23, TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22,
B11177G-TB-1-2, B1976B-2-3-7-TB-1-1, B12644F-MR-3, B11599D-TB-5-2-4,
dan B12498C-MR-1.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2006.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Direktorat Jendral Hortikultura.
Departemen Pertanian. Jakarta. 282 hal.
Biro Pusat Statistik. 2007. Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan.
http://www.bps.go.id. [20 oktober 2007].
Fauzi, A. 1997. Studi beberapa Tolok Ukur Viabilitas Benih Padi Gogo (Oryza
sativa L.) untuk Indikasi Fisiologis Sifat Tahan terhadap Kekeringan.
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian
Pertanian. (Terjemahan). Edisi kedua. UI Press. Jakarta. 698 hal.
Hadisumitro, L. M. 2000. Membuat Kompos. Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hakim, M. L. 2002. Strategi Perencanaan dan Pengelolaan Lahan Kering secara
Berkelanjutan di Kalimantan. http://www.geocities.com. [25 November
2007].
Haryadi, F. 2006. Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur F5 Padi Sawah Tipe Baru
(Oryza sativa L.). Skipsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hermiati, N. 2001. Pemuliaan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Pajajaran. Jati Nangor. 150 hal.
International Rice Research Institute. 1988. Standard Evaluation System for Rice.
3rd Edition. International Rice Testing Program. IRRI. Manila-Philippines.
40 p.
Kompas. 2001. Jutaan Hektar Lahan Pertanian Tidak Optimal.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/07ekonomi/juta.htm.
[25 November 2007].
Kosmiatin, M., S. Hustami, S. Dan I. Mariska. 2005. Penapisan cepat toleransi
kedelai terhadap kekeringan secara in vitro. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 24 (3) : 159-168.
Lestari, E. G., E. Guharja, S. Harran, dan I. Mariska. 2005. Uji daya tembus akar
untuk seleksi somaklon toleran kekeringan pada padi Gajahmungkur,
Towuti dan IR 64. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 24 (2) : 97-103.

27
Lestari, E. G., dan I. Mariska. 2006. Identifikasi somaklon padi Gajahmungkur,
Towuti dan IR 64 tahan kekeringan menggunakan Polyethilene Glycol.
Buletin Agronomi. 34 (2) : 71-78.
Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budi Daya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.
Sadjad, S. 1972. Kertas Merang untuk Uji Viabilitas Benih di Indonesia. Disertasi.
. 1993. Dari Benih kepada Benih. Gransindo. Jakarta. 144 hal.
Sadjad, S. , E. Murniati dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komperatif ke Simulatif. Grasindo. Jakarta. 185 hal.
Sahila, L. 2006. Evaluasi Karakter Agronomi beberapa Populasi Padi Gogo
(Oryza sativa L.) Generasi F4 Hasil Silang Ganda. Skripsi. Program Studi
Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogoa. Bogor.
Samson, D.V. and L. J. Wade. 1998. Soil physical constrains affecting root
growth, water extracion, nutrient uptake in rainfed lowland rice. p. 231244. In J. K. Ladha (Ed.). Rainfed Lowland Rice: Advances in Nutriens
Management Research. IRRI. Manila-Philippines.
Supijatno. 2003. Pemanfaatan Sumbardaya Genetik Padi Gogo untuk Lahan
Kekering di Bawah Naungan. Umoutou.net/702_07134/supijatno.htm-73k.
[5 Januari 2009].
Tjondronegoro, P. D., S. Harran, dan Hamim. 1999. Fisiologi Tumbuhan Dasar
Jilid I. Jurusan Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogoa. Bogor.

LAMPIRAN

29
Tabel Lampiran 1. Genotipe-genotipe Padi Gogo yang Diuji pada Penelitian
No

Genotipe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4

30
Tabel Lampiran 1. Lanjutan
No

Genotipe

50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98

B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
TB368B-TB-25-MR-1-4
TB368B-TB-25-MR-1-6
B11598C-TB-4-1-1
Batutugi
B11577E-MR-B-13-4
B11577E-MR-B-13-5
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
TB490C-TB-1-2-1
B11598C-TB-2-1-B-7
TB356B-TB-47-3
B11602E-MR-1-1
B11602E-MR-1-3
Limboto
B10553E-KN-68-1-1
BP1351D-1-2-PK-3-1
B368B-TB-25-MR-2
B11580E-TB-17-1-1-1
B10580E-KN-28-1-1
TB409B-TB-14-3
B11593F-MR-11-B-2-8
IR65907-116-1-B-MR-4
IR60080-23
IR30176
Situpatenggang
B11597C-TB-2-24
B11338F-TB-26
B11587F-MR-4-1
BP1970-20-1B-TB-2-1
TB401B-TB-21-MR-1
TB401B-TB-21-MR-3
TB393C-TB-2-2-MR-2
B1976B-2-3-7-TB-1-1
B528B-TB-12-1-1
B511B-61-2-3-1
TB356B-TB-52-3
B11580E-MR-7-2-43
B11593F-MR-2-2
B11597E-TB-2-31-64-4
B12151E-MR-9
B12151E-MR-3
IR60080-46A
B11577E-MR-B-12-1-1
B11592F-MR-23-2
B11912C-TB-2-4
B9071F-TB-7

31
Tabel Lampiran 1. Lanjutan
No

Genotipe

99
100

Salumpikit
IR20

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)


dan Metode (5 Metode) terhadap Panjang Bibit
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi

Db
5
4
2
20
58
89

JK
1451.27
1311.43
39.53
166.69
585.51
3554.46

KT
290.25
327.85
19.76
8.33
10.09

Fhitung
28.75
32.48
1.96
0.83

Pr > F
0.0001
0.0001
0.1503
0.6737

KK : 12.21

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)


dan Metode (5 Metode) terhadap Panjang Tajuk
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi

Db
5
4
2
20
58
89

JK
792.76
401.60
39.83
99.47
386.85
1720.52

KT
158.55
100.40
19.91
4.97
6.66

Fhitung
23.77
15.05
2.99
0.75

Pr > F
0.0001
0.0001
0.0583
0.7628

KK : 15.60

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)


dan Metode (5 Metode) terhadap Panjang Akar

SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi
KK : 23.51

Db
5
4
2
20
58
89

JK
191.27
564.28
31.84
157.27
295.00
1239.69

KT
38.25
141.07
15.92
7.86
5.08

Fhitung
7.52
27.74
3.13
1.55

Pr > F
0.0001
0.0001
0.0511
0.1005

32
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)
dan Metode (5 Metode) terhadap Berat Kering Bibit
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi

Db
5
4
2
20
58
89

JK
280.42
94.12
43.19
7.23
205.95
680.93

KT
56.08
23.53
21.59
2.86
3.55

Fhitung
15.79
6.63
6.08
0.81

Pr > F
0.0001
0.0002
0.0040
0.6964

KK : 15.36

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)


dan Metode (5 Metode) terhadap Berat Kering Tajuk
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi

Db
5
4
2
20
58
89

JK
181.91
27.62
23.16
18.81
106.70
358.21

KT
36.38
6.90
11.58
0.94
1.83

Fhitung
19.78
3.75
6.30
0.51

Pr > F
0.0001
0.0088
0.0034
0.9508

KK : 15.13

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)


dan Metode (5 Metode) terhadap Berat Kering Akar
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi
KK : 33.72

Db
5
4
2
20
58
89

JK
14.31
45.51
3.34
27.76
71.92
162.86

KT
2.86
11.37
1.67
1.38
1.24

Fhitung
2.31
9.18
1.35
1.12

Pr > F
0.05
0.0001
0.2671
0.3562

33
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)
dan Metode (5 Metode) terhadap Persentase Daun Mati
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi

Db
5
4
2
20
58
89

JK
6122.64
2709.33
1017.76
4482.04
10865.63
25197.39

KT
1224.53
677.33
508.88
244.10
187.33

Fhitung
6.54
3.62
2.72
1.20

Pr > F
0.0001
0.0107
0.0745
0.2906

KK : 41.80 dengan Tranformasi Arc Sin

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo (6 Genotipe)


dan Metode (5 Metode) terhadap Persentase Tanaman
Mati
SK
Genotipe
Metode
Ulangan
Genotipe*Metode
Galat
Total terkoreksi

Db
5
4
2
20
58
89

JK
908.98
7514.32
173.69
1520.37
2298.82
12416.19

KT
181.79
1878.58
86.84
76.01
39.63

Fhitung
4.59
47.40
2.19
1.92

Pr > F
0.0014
0.0001
0.1210
0.0283

KK : 63.89 dengan Tranformasi Arc Sin

Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Interaksi Genotipe
Padi Gogo (6 Genotipe) dan Metode (5 Metode)
terhadap Persentase Tanaman Mati
SK
Perlakuan
Kontras 1
Kontras 2
Kontras 3
Kontras 4
Kontras 5
Galat
Total terkoreksi

Db
29
1
1
1
1
1
58
89

JK
9943.68
118.78
0.0005
230.48
6.51
214.31
2298.82
12416.19

KT
342.88
118.78
0.0005
230.48
6.51
214.31
39.63

Fhitung
8.65
3.00
0.00
5.82
0.16
5.41

Pr > F
0.0001
0.0887
0.9970
0.0191
0.6866
0.0236

KK : 63.89 dengan Tranformasi Arc Sin


Keterangan : Kontras 1 = T1 & T2 & T3 vs P1 & P2 & P3 pada Motode Menggunakan Arang Sekam (M1)
Kontras 2 = T1 & T2 & T3 vs P1 & P2 & P3 pada Motode Menggunakan Sabut Kelapa (M2)
Kontras 3 = T1 & T2 & T3 vs P1 & P2 & P3 pada Motode Menggunakan Kompos (M3)
Kontras 4 = T1 & T2 & T3 vs P1 & P2 & P3 pada Motode Menggunakan Pasir (M4)
Kontras 5 = T1 & T2 & T3 vs P1 & P2 & P3 pada Motode Menggunakan Pakis (M5)

34
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi
Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
21647.40
102978.05
71123.96
195749.42

KT
10823.70
1040.18
359.21

Fhitung
30.13
2.90

Pr > F
0.0001
0.0001

KK : 53.05 dengan Tranformasi Arc Sin

Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe
Padi Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
97.15
548.27
490.98
1136.42

KT
48.57
5.53
2.47

Fhitung
19.59
2.23

Pr > F
0.0001
0.0001

KK : 32.04 dengan Tranformasi Akar-kuadrat (X+0.5)

Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Panjang Akar 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
0.059
1.378
1.815
3.254

KT
0.029
0.013
0.009

Fhitung
3.24
1.52

Pr > F
0.0412
0.0069

KK : 12.75

Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Panjang Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
KK : 16.52

Db
2
99
198
299

JK
541.11
426.91
371.49
1339.52

KT
270.55
4.31
1.87

Fhitung
144.20
2.30

Pr > F
0.0001
0.0001

35
Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Panjang Bibit 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
734.73
869.31
834.65
2438.71

KT
367.36
8.78
4.21

Fhitung
87.15
2.08

Pr > F
0.0001
0.0001

KK : 15.68

Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Berat Kering Akar 100 Genotipe Padi
Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
17.37
43.23
40.85
101.45

KT
8.69
0.44
0.21

Fhitung
42.10
2.12

Pr > F
0.0001
0.0001

KK : 15.24

Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk 100 Genotipe Padi Gogo
Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
143.12
396.31
260.92
800.34

KT
71.56
4.00
1.32

Fhitung
54.30
3.04

Pr > F
0.0001
0.0001

KK : 19.37

Tabel Lampiran 18. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi
Gogo Menggunakan Metode Terpilih
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
KK : 17.45

Db
2
99
198
299

JK
70.33
570.95
349.93
991.21

KT
35.16
5.77
1.77

Fhitung
19.90
3.26

Pr > F
0.0001
0.0001

36
Tabel Lampiran 19. Sidik Ragam Persentase Daun Mati 100 Genotipe Padi
Gogo di Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
4951.57
15773.70
24812.24
45537.52

KT
2475.78
159.33
125.31

Fhitung
19.76
1.27

Pr > F
0.0001
0.0787

KK : 13.25

Tabel Lampiran 20. Sidik Ragam Persentase Tanaman Mati 100 Genotipe
Padi Gogo di Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
160.98
590.97
732.65
1484.61

KT
80.49
5.96
3.70

Fhitung
21.75
1.61

Pr > F
0.0001
0.0024

KK : 29.69 dengan Tranformasi Akar-kuadrat (X+0.5)

Tabel Lampiran 21. Sidik Ragam Berat Kering Bibit 100 Genotipe Padi
Gogo di Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi

Db
2
99
198
299

JK
0.196
0.177
0.230
0.604

KT
0.098
0.001
0.001

Fhitung
84.35
1.54

Pr > F
0.0001
0.0053

KK : 4.43 dengan Tranformasi Akar-kuadrat (X+0.5)

Tabel Lampiran 22. Sidik Ragam Jumlah Daun 100 Genotipe Padi Gogo di
Rumah Kaca
SK
Ulangan
Genotipe
Galat
Total terkoreksi
KK : 15.67

Db
2
99
198
299

JK
7 5.29
58.17
83.78
217.25

KT
37.64
0.58
0.42

Fhitung
88.97
1.39

Pr > F
0.0001
0.0266

37
Tabel Lampiran 23. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian Rumah Kaca dan
Laboratorium pada Peubah Persetase Daun Mati
No

Rumah Kaca
Genotipe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

B12498C-MR-1
B11580E-MR-7-2-43
B12159D-MR-52
B12493C-MR-24
Salumpikit
B11592F-MR-23-2
TB368B-TB-25-MR-1-6
B11593F-MR-11-B-2-8
B11599D-TB-5-2-4
B12474C-TB-1-21
B12489C-MR-42
B11855E-MR-16
B11577E-MR-B-13-5
TB401B-TB-21-MR-3
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22
IR60080-23
B12478C-TB-2-14
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
B11598C-TB-2-1-B-7
B11598C-TB-2-1-B-7
B12159D-MR-1gk
B11597E-TB-2-31-64-4
B1976B-2-3-7-TB-1-1
TB393C-TB-2-2-MR-2
TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-52-3
TB401B-TB-21-MR-1
B11912C-TB-2-4
TB356B-TB-47-3
B11886E-MR-7
TB368B-TB-25-MR-1-4
B11598C-TB-4-1-1
B12155D-MR-21
B12644F-MR-3
B12648F-MR-1
B11602E-MR-1-1
B12489C-MR-65
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
Batutugi
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
B11338F-TB-26

B11593F-MR-2-2
B11577E-MR-B-13-4
B11850E-TB-1
B12489C-MR-51
BP303/MBO-2-1-1
B12150D-MR-23
B11599D-TB-5-3-2
B11942D-MR-2-1
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati

Laboratorium
PDM

Genotipe

PDM

67.1
67.71
68.62
71.35
71.35
72.14
72.31
73.71
74.25
74.68
74.77
75.59
75.66
75.97
76.36
79.59
76.72
76.96
77
77.16
77.36
77.47
78.56
78.91
79.58
79.96
79.58
80.14
80.49
80.55
80.67
80.96
81.67
81.95
82.07
82.12
82.38
82.7
82.56
82.58
82.71
82.76

B11592F-MR-16-1-5-4
Salumpikit
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B12489C-MR-51
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1
TB393C-TB-2-2-MR-2
B12479C-TB-2
TB356B-TB-52-3
B11592F-MR-16-1-5-1
B11593F-MR-11-B-2-8

B12489C-MR-54
B12159D-MR-1gk

8.81
10.77
11.54
14
15.32
15.77
16.46
16.46
16.46
16.74
16.87
17.36
17.71
17.71
18.42
19.2
20.17
20.66
20.96
22.13
22.13
22.13
23.42
24.12
25.02
25.35
25.37
25.54
27.13
27.13
27.2
27.2
27.83
28.62
28.62
28.79
28.99
29.07
29.79
29.79
30.38
30.73

83.12
83.26
83.5
83.55
83.69
83.81
83.86
84.02

B12498C-MR-1
B11599D-TB-5-2-4
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1
B11577E-MR-B-13-5
B11850E-TB-1
B368B-TB-25-MR-2
B11593F-MR-2-2
TB368B-TB-25-MR-1-6

31.53
32.04
33.04
33.04
33.19
33.49
33.64
33.83

BP1351D-1-2-PK-3-1
B12150D-MR-23
B11177G-TB-1-1
B11597E-TB-2-31-64-4
B12474C-TB-1-21
TB356B-TB-47-3
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
B12165D-MR-33
IR60080-23
B12489C-MR-42
TB409B-TB-14-3
B12493C-MR-24
B12489C-MR-49
B11855E-MR-16
B11602E-MR-1-3
B11577E-MR-B-13-4
B12489C-MR-65
B12489C-MR-62
B12489C-MR-55
B11338F-TB-26
B11580E-TB-17-1-1-1
B12159D-MR-52
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
B1976B-2-3-7-TB-1-1
BP1970-20-1B-TB-2-1
B12489C-MR-69
TB401B-TB-21-MR-3
B11912C-TB-2-4
B12478C-TB-2-14
B10580E-KN-28-1-1

38
Tabel Lampiran 24. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Tanaman Mati di
Rumah Kaca dan di Laboratorium
No

Genotipe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
71.35
Peka
74.77
Peka
92.34
Sangat Peka
83.55
Sangat Peka
86.53
Sangat Peka
95.77
Sangat Peka
93.78
Sangat Peka
88.6
Sangat Peka
88.41
Sangat Peka
91.19
Sangat Peka
84.95
Sangat Peka
76.72
Sangat Peka
87.77
Sangat Peka
82.7
Sangat Peka
67.1
Peka
75.59
Sangat Peka
80.67
Sangat Peka
83.81
Sangat Peka
95.13
Sangat Peka
82.12
Sangat Peka
82.07
Sangat Peka
81.95
Sangat Peka
74.68
Peka
92.77
Sangat Peka
77.36
Sangat Peka
68.62
Peka
88.95
Sangat Peka
94.44
Sangat Peka
86.88
Sangat Peka
84.02
Sangat Peka
96.51
Sangat Peka
93.88
Sangat Peka
83.5
Sangat Peka
87.28
Sangat Peka
87.39
Sangat Peka
93.95
Sangat Peka
86.6
Sangat Peka
74.25
Peka
83.69
Sangat Peka
82.71
Sangat Peka
76.96
Sangat Peka
95.33
Sangat Peka
97.77
Sangat Peka
83.86
Sangat Peka
93.88
Sangat Peka
88.49
Sangat Peka
95.97
Sangat Peka
79.96
Sangat Peka
94.54
Sangat Peka
86.25
Sangat Peka
88.21
Sangat Peka

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
22.13
Sedang
22.13
Sedang
23.42
Sedang
14
Toleran
27.13
Sedang
25.54
Sedang
48.25
Peka
28.79
Sedang
56.81
Peka
64.62
Sangat Peka
62.87
Peka
29.79
Sedang
30.38
Sedang
25.37
Sedang
31.53
Sedang
24.12
Sedang
53.25
Peka
17.36
Sedang
40.15
Peka
36.29
Sedang
41.75
Peka
42.34
Peka
18.42
Sedang
34.56
Sedang
30.73
Sedang
27.2
Sedang
20.66
Sedang
35.58
Sedang
43.49
Peka
41.29
Peka
36.29
Sedang
16.46
Toleran
33.19
Sedang
17.71
Sedang
45
Peka
16.46
Toleran
8.81
sangat toleran
32.04
Sedang
60.21
Peka
20.17
Sedang
40
Sedang
48.25
Peka
62.17
Peka
38.56
Sedang
46.66
Peka
40.6
Peka
42.89
Peka
27.83
Sedang
11.54
Toleran
48.25
Peka
15.32
Toleran

39
Tabel Lampiran 24. Lanjutan
No

Genotipe

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi

52

TB368B-TB-25-MR-1-4

80.96

Sangat Peka

43.41

Peka

53

TB368B-TB-25-MR-1-6

72.31

Peka

33.83

Sedang

54

B11598C-TB-4-1-1

81.67

Sangat Peka

34.33

Sedang

55

Batutugi

82.58

Sangat Peka

48.25

Peka

56

B11577E-MR-B-13-4

83.26

Sangat Peka

25.35

Sedang

57

B11577E-MR-B-13-5

75.66

Sangat Peka

33.04

Sedang

58

TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1

82.56

Sangat Peka

33.04

Sedang

59

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22

76.36

Sangat Peka

38.04

Sedang

60

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29

79.58

Sangat Peka

54.76

Peka

61

TB490C-TB-1-2-1

91.66

Sangat Peka

36.75

Sedang

62

B11598C-TB-2-1-B-7

77

Sangat Peka

44.55

Peka

63

TB356B-TB-47-3

80.55

Sangat Peka

19.2

Sedang

64

B11602E-MR-1-1

82.38

Sangat Peka

63.32

Sangat Peka

65

B11602E-MR-1-3

88.96

Sangat Peka

25.02

Sedang

66

Limboto

85.07

Sangat Peka

49.91

Peka

67

B10553E-KN-68-1-1

77.16

Sangat Peka

38.41

Sedang

68

BP1351D-1-2-PK-3-1

86.92

Sangat Peka

16.87

Sedang

69

B368B-TB-25-MR-2

93.79

Sangat Peka

33.49

Sedang

70

B11580E-TB-17-1-1-1

87.46

Sangat Peka

27.2

Sedang

71

B10580E-KN-28-1-1

90.48

Sangat Peka

29.79

Sedang

72

TB409B-TB-14-3

85.69

Sangat Peka

22.13

Sedang

73

B11593F-MR-11-B-2-8

73.71

Peka

16.74

Toleran

74

IR65907-116-1-B-MR-4

90.27

Sangat Peka

51.96

Peka

75

IR60080-23

79.59

Sangat Peka

20.96

Sedang

76

IR30176

88.49

Sangat Peka

50

Peka

77

Situpatenggang

84.3

Sangat Peka

41.29

Peka

78

B11597C-TB-2-24

91.07

Sangat Peka

39.79

Sedang

79

B11338F-TB-26

82.76

Sangat Peka

27.13

Sedang

80

B11587F-MR-4-1

95.92

Sangat Peka

37.14

Sedang

81

BP1970-20-1B-TB-2-1

85

Sangat Peka

28.62

Sedang

82

TB401B-TB-21-MR-1

80.14

Sangat Peka

46.59

Peka

83

TB401B-TB-21-MR-3

75.97

Sangat Peka

28.99

Sedang

84

TB393C-TB-2-2-MR-2

78.91

Sangat Peka

15.77

Toleran

85

B1976B-2-3-7-TB-1-1

78.56

Sangat Peka

28.62

Sedang

86

B528B-TB-12-1-1

84.21

Sangat Peka

41.75

Peka

87

B511B-61-2-3-1

88.18

Sangat Peka

38.04

Sedang

88

TB356B-TB-52-3

79.58

Sangat Peka

16.46

Toleran

89

B11580E-MR-7-2-43

67.71

Peka

50

Peka

90

B11593F-MR-2-2

83.12

Sangat Peka

33.64

Sedang

91

B11597E-TB-2-31-64-4

77.47

Sangat Peka

17.71

Sedang

92

B12151E-MR-9

93.76

Sangat Peka

69.83

Sangat Peka

93

B12151E-MR-3

88.61

Sangat Peka

36.15

Sedang

94

IR60080-46A

92.09

Sangat Peka

47.65

Peka

95

B11577E-MR-B-12-1-1

88.58

Sangat Peka

35.24

Sedang

96

B11592F-MR-23-2

72.14

Peka

40.33

Peka

97

B11912C-TB-2-4

80.49

Sangat Peka

29.07

Sedang

98

B9071F-TB-7

93.19

Sangat Peka

36.45

Sedang

99

Salumpikit

71.35

Peka

10.77

Toleran

100

IR20

91.67

Sangat Peka

55.67

Peka

40
Tabel Lampiran 25. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah
Kaca dan Peubah Persentase Tanaman Mati di Laboratorium
No

Genotipe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
71.35
74.77
92.34
83.55
86.53
95.77
93.78
88.6
88.41
91.19
84.95
76.72
87.77
82.7
67.1
75.59
80.67
83.81
95.13
82.12
82.07
81.95
74.68
92.77
77.36
68.62
88.95
94.44
86.88
84.02
96.51
93.88
83.5
87.28
87.39
93.95
86.6
74.25
83.69
82.71
76.96
95.33
97.77
83.86
93.88
88.49
95.97
79.96
94.54
86.25
88.21

Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sangat Peka

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
32.66
34.44
49.39
40.23
44.07
39.91
64.81
44.81
63.74
62.22
48.14
25.38
57.41
46.76
0
24.07
44.44
58.15
69.37
24.96
16.72
38.89
32.73
63.89
44.44
25.76
54.63
77.78
68.01
41.01
82.81
58.89
41.79
48.15
18.52
61.28
45.45
13.89
45.4
58.73
40.56
50.46
79.37
46.3
60.61
46.11
56.94
43.52
70.45
58.89
42.22

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sangat Toleran
Toleran
Sedang
Peka
Peka
Toleran
Toleran
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sedang
Toleran
Peka
Sedang
Toleran
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sangat Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang

41
Tabel Lampiran 25. Lanjutan
No

Genotipe

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi

52

TB368B-TB-25-MR-1-4

80.96

Sangat Peka

46.75

53

TB368B-TB-25-MR-1-6

72.31

Peka

31.02

Sedang

54

B11598C-TB-4-1-1

81.67

Sangat Peka

44.84

Sedang

55

Batutugi

82.58

Sangat Peka

48.23

Sedang

56

B11577E-MR-B-13-4

83.26

Sangat Peka

43.72

Sedang

57

B11577E-MR-B-13-5

75.66

Sangat Peka

31.46

Sedang

58

TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1

82.56

Sangat Peka

37.73

Sedang

59

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22

76.36

Sangat Peka

21.48

Toleran

60

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29

79.58

Sangat Peka

35.93

Sedang

61

TB490C-TB-1-2-1

91.66

Sangat Peka

32.28

Sedang

62

B11598C-TB-2-1-B-7

77

Sangat Peka

33.8

Sedang

63

TB356B-TB-47-3

80.55

Sangat Peka

47.78

Sedang

64

B11602E-MR-1-1

82.38

Sangat Peka

45.15

Sedang

65

B11602E-MR-1-3

88.96

Sangat Peka

44.2

Sedang

66

Limboto

85.07

Sangat Peka

57.26

Peka

67

B10553E-KN-68-1-1

77.16

Sangat Peka

35.19

Sedang

68

BP1351D-1-2-PK-3-1

86.92

Sangat Peka

43.21

Sedang

69

B368B-TB-25-MR-2

93.79

Sangat Peka

68.06

Peka

70

B11580E-TB-17-1-1-1

87.46

Sangat Peka

54.05

Peka

71

B10580E-KN-28-1-1

90.48

Sangat Peka

44.76

Sedang

72

TB409B-TB-14-3

85.69

Sangat Peka

37.88

Sedang

73

B11593F-MR-11-B-2-8

73.71

Peka

28.86

Sedang

74

IR65907-116-1-B-MR-4

90.27

Sangat Peka

68.25

Peka

75

IR60080-23

79.59

Sangat Peka

21.48

Toleran

76

IR30176

88.49

Sangat Peka

48.34

Sedang

77

Situpatenggang

84.3

Sangat Peka

50.93

Peka

78

B11597C-TB-2-24

91.07

Sangat Peka

74.03

Peka

79

B11338F-TB-26

82.76

Sangat Peka

47.14

Sedang

80

B11587F-MR-4-1

95.92

Sangat Peka

72.22

Peka

81

BP1970-20-1B-TB-2-1

85

Sangat Peka

49.26

Sedang

82

TB401B-TB-21-MR-1

80.14

Sangat Peka

49.93

Peka

83

TB401B-TB-21-MR-3

75.97

Sangat Peka

63.89

Peka

84

TB393C-TB-2-2-MR-2

78.91

Sangat Peka

40

Sedang

85

B1976B-2-3-7-TB-1-1

78.56

Sangat Peka

18.28

Toleran

86

B528B-TB-12-1-1

84.21

Sangat Peka

47.27

Sedang

87

B511B-61-2-3-1

88.18

Sangat Peka

63.49

Peka

88

TB356B-TB-52-3

79.58

Sangat Peka

25

Toleran

89

B11580E-MR-7-2-43

67.71

Peka

34.72

Sedang

90

B11593F-MR-2-2

83.12

Sangat Peka

59.05

Peka

91

B11597E-TB-2-31-64-4

77.47

Sangat Peka

40.48

Sedang

92

B12151E-MR-9

93.76

Sangat Peka

50.46

Peka

93

B12151E-MR-3

88.61

Sangat Peka

48.86

Sedang

94

IR60080-46A

92.09

Sangat Peka

64.44

Peka

95

B11577E-MR-B-12-1-1

88.58

Sangat Peka

48.89

Sedang

96

B11592F-MR-23-2

72.14

Peka

38.45

Sedang

97

B11912C-TB-2-4

80.49

Sangat Peka

36.9

Sedang

98

B9071F-TB-7

93.19

Sangat Peka

67.5

Peka

99

Salumpikit

71.35

Peka

31.02

Sedang

100

IR20

91.67

Sangat Peka

58.84

Peka

Sedang

42
Tabel Lampiran 26. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Tanaman Mati di
Rumah Kaca dan di Laboratorium
No

Genotipe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
13.6
18.92
14.31
18.95
24.79
31.25
40.66
44.13
63.29
57.48
38.44
21.34
18.55
16.91
19.28
19.72
32.1
23.51
38.56
29.94
49.8
16.81
25.36
36.52
38.76
23.02
10
46.91
23.8
44.51
27.62
22.7
22.78
11.67
24.07
18.31
11.01
19.6
58.21
14.69
25.43
54.29
62.17
31.88
34
39.09
27.8
19.33
6.88
57.79
22.59

Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Sedang
Peka
Peka
Sangat Peka
Sangat Peka
Sedang
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Toleran
Sedang
Toleran
Sedang
Sedang
Peka
Toleran
Toleran
Sedang
Sedang
Toleran
Sangat Toleran
Peka
Toleran
Peka
Sedang
Toleran
Toleran
Sangat Toleran
Toleran
Toleran
Sangat Toleran
Toleran
Sangat Peka
Toleran
Toleran
Peka
Sangat Peka
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Toleran
Sangat Toleran
Sangat Peka
Toleran

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
32.66
34.44
49.39
40.23
44.07
39.91
64.81
44.81
63.74
62.22
48.14
25.38
57.41
46.76
0
24.07
44.44
58.15
69.37
24.96
16.72
38.89
32.73
63.89
44.44
25.76
54.63
77.78
68.01
41.01
82.81
58.89
41.79
48.15
18.52
61.28
45.45
13.89
45.4
58.73
40.56
50.46
79.37
46.3
60.61
46.11
56.94
43.52
70.45
58.89
42.22

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sangat Toleran
Toleran
Sedang
Peka
Peka
Toleran
Toleran
Sedang
Sedang
Peka
Sedang
Sedang
Peka
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sangat Peka
Peka
Sedang
Sedang
Toleran
Peka
Sedang
Toleran
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sangat Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Sedang
Peka
Peka
Sedang

43
Tabel Lampiran 26. Lanjutan
No

Genotipe

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi

52

TB368B-TB-25-MR-1-4

61.74

Sangat Peka

46.75

53

TB368B-TB-25-MR-1-6

25.22

Toleran

31.02

Sedang
Sedang

54

B11598C-TB-4-1-1

19.7

Toleran

44.84

Sedang

55

Batutugi

33.06

Sedang

48.23

Sedang

56

B11577E-MR-B-13-4

14.02

Toleran

43.72

Sedang

57

B11577E-MR-B-13-5

31.15

Sedang

31.46

Sedang

58

TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1

25.67

Toleran

37.73

Sedang

59

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22

9.57

Sangat Toleran

21.48

Toleran

60

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29

42.38

Peka

35.93

Sedang

61

TB490C-TB-1-2-1

33.31

Sedang

32.28

Sedang

62

B11598C-TB-2-1-B-7

25.5

Toleran

33.8

Sedang

63

TB356B-TB-47-3

16.65

Toleran

47.78

Sedang

64

B11602E-MR-1-1

75.32

Sangat Peka

45.15

Sedang

65

B11602E-MR-1-3

18.4

Toleran

44.2

Sedang

66

Limboto

49.07

Peka

57.26

Peka

67

B10553E-KN-68-1-1

34.55

Sedang

35.19

Sedang

68

BP1351D-1-2-PK-3-1

14.81

Toleran

43.21

Sedang

69

B368B-TB-25-MR-2

20.18

Toleran

68.06

Peka

70

B11580E-TB-17-1-1-1

20.3

Toleran

54.05

Peka

71

B10580E-KN-28-1-1

21.88

Toleran

44.76

Sedang

72

TB409B-TB-14-3

47.33

Peka

37.88

Sedang

73

B11593F-MR-11-B-2-8

16.31

Toleran

28.86

Sedang

74

IR65907-116-1-B-MR-4

40.05

Sedang

68.25

Peka

75

IR60080-23

21.97

Toleran

21.48

Toleran

76

IR30176

63.34

Sangat Peka

48.34

Sedang

77

Situpatenggang

41.61

Peka

50.93

Peka

78

B11597C-TB-2-24

33.48

Sedang

74.03

Peka

79

B11338F-TB-26

32.21

Sedang

47.14

Sedang

80

B11587F-MR-4-1

15.45

Toleran

72.22

Peka

81

BP1970-20-1B-TB-2-1

27.21

Toleran

49.26

Sedang

82

TB401B-TB-21-MR-1

37.16

Sedang

49.93

Peka

83

TB401B-TB-21-MR-3

9.55

Sangat Toleran

63.89

Peka

84

TB393C-TB-2-2-MR-2

16.2

Toleran

40

Sedang

85

B1976B-2-3-7-TB-1-1

20.57

Toleran

18.28

Toleran

86

B528B-TB-12-1-1

30.61

Sedang

47.27

Sedang

87

B511B-61-2-3-1

36.28

Sedang

63.49

Peka

88

TB356B-TB-52-3

26.12

Toleran

25

Toleran

89

B11580E-MR-7-2-43

37.28

Sedang

34.72

Sedang

90

B11593F-MR-2-2

24.76

Toleran

59.05

Peka

91

B11597E-TB-2-31-64-4

16.84

Toleran

40.48

Sedang

92

B12151E-MR-9

48.48

Peka

50.46

Peka

93

B12151E-MR-3

31.9

Sedang

48.86

Sedang

94

IR60080-46A

42.3

Peka

64.44

Peka

95

B11577E-MR-B-12-1-1

28.91

Sedang

48.89

Sedang

96

B11592F-MR-23-2

39.12

Sedang

38.45

Sedang

97

B11912C-TB-2-4

8.89

Sangat Toleran

36.9

Sedang

98

B9071F-TB-7

27.39

Sedang

67.5

Peka

99

Salumpikit

11.36

Sangat Toleran

31.02

Sedang

100

IR20

16.88

Toleran

58.84

Peka

44
Tabel Lampiran 27. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi
Kekeringan pada Peubah Persentase Tanaman Mati di
Rumah Kaca dan Peubah Persentase Daun Mati di
Laboratorium
No

Genotipe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

B12493C-MR-24
B12489C-MR-42
B12489C-MR-49
B12489C-MR-51
B12489C-MR-55
B12489C-MR-62
B12489C-MR67
B12489C-MR-69
B12489C-MR-70
B12486C-MR-1
B12479C-TB-1-7
B12478C-TB-2-14
B12489C-MR-54
B12489C-MR-65
B12498C-MR-1
B11855E-MR-16
B11886E-MR-7
B12150D-MR-23
B12151D-MR-22
B12648F-MR-1
B12644F-MR-3
B12155D-MR-21
B12474C-TB-1-21
B12159D-MR-1gb
B12159D-MR-1gk
B12159D-MR-52
B12165D-MR-33
B12165D-MR-1
B11908D-MR-2
B11942D-MR-2-1
B12479C-TB-2-1
B12479C-TB-2
B11850E-TB-1
B11177G-TB-1-1
B11177G-TB-1-2
B11592F-MR-16-1-5-1
B11592F-MR-16-1-5-4
B11599D-TB-5-2-4
BP303/MBO-2-1-1
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-1
BP2008-16-3-TB-4-1-2-1-1
TB406B-TB-2-1-3-MR-1-3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11599D-TB-5-3-2
B11923C-TB-3-1
B11606E-TB-3-2-4-1
B11216-4-PN-3-4-3-3-2-5-2
BP741F-2-3-PK-2-2-3-3-2
TB356B-TB-12-2-2-2-4
B11577E-MR-13-1-2-5-1
TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1-1

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi
13.6
Sangat Toleran
18.92
Toleran
14.31
Toleran
18.95
Toleran
24.79
Toleran
31.25
Sedang
40.66
Peka
44.13
Peka
63.29
Sangat Peka
57.48
Sangat Peka
38.44
Sedang
21.34
Toleran
18.55
Toleran
16.91
Toleran
19.28
Toleran
19.72
Toleran
32.1
Sedang
23.51
Toleran
38.56
Sedang
29.94
Sedang
49.8
Peka
16.81
Toleran
25.36
Toleran
36.52
Sedang
38.76
Sedang
23.02
Toleran
10
Sangat Toleran
46.91
Peka
23.8
Toleran
44.51
Peka
27.62
Sedang
22.7
Toleran
22.78
Toleran
11.67
Sangat Toleran
24.07
Toleran
18.31
Toleran
11.01
Sangat Toleran
19.6
Toleran
58.21
Sangat Peka
14.69
Toleran
25.43
Toleran
54.29
Peka
62.17
Sangat Peka
31.88
Sedang
34
Sedang
39.09
Sedang
27.8
Sedang
19.33
Toleran
6.88
Sangat Toleran
57.79
Sangat Peka
22.59
Toleran

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi
22.13
Sedang
22.13
Sedang
23.42
Sedang
14
Toleran
27.13
Sedang
25.54
Sedang
48.25
Peka
28.79
Sedang
56.81
Peka
64.62
Sangat Peka
62.87
Peka
29.79
Sedang
30.38
Sedang
25.37
Sedang
31.53
Sedang
24.12
Sedang
53.25
Peka
17.36
Sedang
40.15
Peka
36.29
Sedang
41.75
Peka
42.34
Peka
18.42
Sedang
34.56
Sedang
30.73
Sedang
27.2
Sedang
20.66
Sedang
35.58
Sedang
43.49
Peka
41.29
Peka
36.29
Sedang
16.46
Toleran
33.19
Sedang
17.71
Sedang
45
Peka
16.46
Toleran
8.81
sangat toleran
32.04
Sedang
60.21
Peka
20.17
Sedang
40
Sedang
48.25
Peka
62.17
Peka
38.56
Sedang
46.66
Peka
40.6
Peka
42.89
Peka
27.83
Sedang
11.54
Toleran
48.25
Peka
15.32
Toleran

45
Tabel Lampiran 27. Lanjutan
No

Genotipe

Pengujian di Rumah Kaca


Persentase
Tingkat
Tanaman Mati
Toleransi

Pengujian di Laboratorium
Persentase
Tingkat
Daun Mati
Toleransi

52

TB368B-TB-25-MR-1-4

61.74

Sangat Peka

43.41

Peka

53

TB368B-TB-25-MR-1-6

25.22

Toleran

33.83

Sedang

54

B11598C-TB-4-1-1

19.7

Toleran

34.33

Sedang

55

Batutugi

33.06

Sedang

48.25

Peka

56

B11577E-MR-B-13-4

14.02

Toleran

25.35

Sedang

57

B11577E-MR-B-13-5

31.15

Sedang

33.04

Sedang

58

TB490C-TB-1-2-1-MR-1-1

25.67

Toleran

33.04

Sedang

59

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-22

9.57

Sangat Toleran

38.04

Sedang

60

TB490C-TB-1-2-1-MR-4-29

42.38

Peka

54.76

Peka

61

TB490C-TB-1-2-1

33.31

Sedang

36.75

Sedang

62

B11598C-TB-2-1-B-7

25.5

Toleran

44.55

Peka

63

TB356B-TB-47-3

16.65

Toleran

19.2

Sedang

64

B11602E-MR-1-1

75.32

Sangat Peka

63.32

Sangat Peka

65

B11602E-MR-1-3

18.4

Toleran

25.02

Sedang

66

Limboto

49.07

Peka

49.91

Peka

67

B10553E-KN-68-1-1

34.55

Sedang

38.41

Sedang

68

BP1351D-1-2-PK-3-1

14.81

Toleran

16.87

Sedang

69

B368B-TB-25-MR-2

20.18

Toleran

33.49

Sedang

70

B11580E-TB-17-1-1-1

20.3

Toleran

27.2

Sedang

71

B10580E-KN-28-1-1

21.88

Toleran

29.79

Sedang

72

TB409B-TB-14-3

47.33

Peka

22.13

Sedang

73

B11593F-MR-11-B-2-8

16.31

Toleran

16.74

Toleran

74

IR65907-116-1-B-MR-4

40.05

Sedang

51.96

Peka

75

IR60080-23

21.97

Toleran

20.96

Sedang

76

IR30176

63.34

Sangat Peka

50

Peka

77

Situpatenggang

41.61

Peka

41.29

Peka

78

B11597C-TB-2-24

33.48

Sedang

39.79

Sedang

79

B11338F-TB-26

32.21

Sedang

27.13

Sedang

80

B11587F-MR-4-1

15.45

Toleran

37.14

Sedang

81

BP1970-20-1B-TB-2-1

27.21

Toleran

28.62

Sedang

82

TB401B-TB-21-MR-1

37.16

Sedang

46.59

Peka

83

TB401B-TB-21-MR-3

9.55

Sangat Toleran

28.99

Sedang

84

TB393C-TB-2-2-MR-2

16.2

Toleran

15.77

Toleran

85

B1976B-2-3-7-TB-1-1

20.57

Toleran

28.62

Sedang

86

B528B-TB-12-1-1

30.61

Sedang

41.75

Peka

87

B511B-61-2-3-1

36.28

Sedang

38.04

Sedang

88

TB356B-TB-52-3

26.12

Toleran

16.46

Toleran

89

B11580E-MR-7-2-43

37.28

Sedang

50

Peka

90

B11593F-MR-2-2

24.76

Toleran

33.64

Sedang

91

B11597E-TB-2-31-64-4

16.84

Toleran

17.71

Sedang

92

B12151E-MR-9

48.48

Peka

69.83

Sangat Peka

93

B12151E-MR-3

31.9

Sedang

36.15

Sedang

94

IR60080-46A

42.3

Peka

47.65

Peka

95

B11577E-MR-B-12-1-1

28.91

Sedang

35.24

Sedang

96

B11592F-MR-23-2

39.12

Sedang

40.33

Peka

97

B11912C-TB-2-4

8.89

Sangat Toleran

29.07

Sedang

98

B9071F-TB-7

27.39

Sedang

36.45

Sedang

99

Salumpikit

11.36

Sangat Toleran

10.77

Toleran

100

IR20

16.88

Toleran

55.67

Peka

46

Anda mungkin juga menyukai