Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PERTANIAN ORGANIK
KOMODITAS SAWI DAN BAWANG MERAH

Disusun Oleh:

Ria Fitri Rosalina 155040200111249


Syama Putri Sari 155040201111017
Wahyu Utomo 155040201111059
M. Aditya Maulana 155040201111080
Aji Muhamad Faisal 155040207111001
Ditasari Purboningtyas 155040207111128

Kelas F
Kelompok: Pak Coy (A6)
Asisten Kelas: Erinda Patmawati

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kemudahan yang tidak bisa dihitung sehingga mampu menyelesaikan praktikum
pertanian organik yang dipertanggungjawabkan pada laporan dengan judul
“Laporan Akhir Praktikum Pertanian Organik”. Laporan ini disusun sebagai
syarat akhir mata kuliah pertanian organik. Dalam menyelesaikan laporan ini,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada
penyusun sehingga dapat meyelesaikan Laporan Pertanian Organik
dengan segala pembelajaran.
2. Orang Tua yang selalu memberikan bantuan doa, materi, dan motivasi
untuk kesuksesan penyusun.
3. Dosen pengampu mata kuliah budidaya tanpa tanah.
4. Erinda Patmawati selaku Asisten pembimbing yang telah membimbing
penyusun untuk penyelesaian praktikum dan laporan akhir beserta
seluruh asisten praktikum pertanian organik.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan akhir ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan akhir ini masih terdapat
kekurangan, sehingga penyusun sangat mengharapkan masukan dan kritik yang
membangun untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat kepada Agama dan pertanian Indonesia

Malang, 19 Mei 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................2
2.1 Deskripsi Umum Tanaman Pakcoy ..........................................................2
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pakcoy.......................................
2.1.2 Syarat Tumbuh....................................................................................
2.2 Macam – macam Pupuk Organik..............................................................
2.3 Manfaat Pupuk Kandang...........................................................................
2.4 Pupuk Hijau Clotalaria juncea..................................................................
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi Crotalaria juncea......................................
2.4.2 Manfaat Pupuk Hijau Crotalaria juncea.............................................
2.5 Refugia dan Manfaatnya dalam Pertanian Organik..................................
2.6 Klasifikasi dan Pertumbuhan Tanaman Marygold....................................
BAB 3. BAHAN DAN METODE ......................................................................
3.1 Waktu Dan Tempat ..................................................................................13
3.2 Alat Dan Bahan (fungsi) ...........................................................................13
3.3 Metode Pelaksanaan.................................................................................13
3.3.1 Tanaman Crotalaria juncea................................................................
3.3.2 Tanaman Refugia................................................................................
3.3.3 Tanaman Pak Coy...............................................................................
3.3.4 Tanaman Bayam Hijau........................................................................
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................15
4.1 Hasil ..........................................................................................................15
4.1.1 Tanaman Pakcoy 1 MST.....................................................................15
4.1.2 Tanaman Bayam Hijau 1 MST dan 2 MST.........................................
4.1.2.1 Tinggi Tanaman (interpretasi hasil)...........................................
4.1.2.2 Jumlah Daun (interpretasi hasil).................................................
4.1.3 Tanaman Crotalaria juncea................................................................
4.1.3.1 Berat Segar Tanaman Crotalaria juncea 3 MST (Interpretasi
hasil)...........................................................................................
4.1.4 Keragaman Serangga Pada Tanaman Refugia (interpretasi hasil)......
4.2 Pembahasan...............................................................................................
4.2.1 Tanaman Pakcoy.................................................................................
4.2.2 Tanaman Bayamn Hijau......................................................................
4.2.3 Tanaman Crotalaria juncea................................................................
4.2.4 Keragaman Serangga Pada Tanaman Refugia....................................
BAB 5. PENUTUP ..............................................................................................
5.1 Kesimpulan................................................................................................30
5.2 Saran..........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................33
DAFTAR TABEL
Nomor Teks
Halaman

1. Nama alat dan fungsi........................................................................12


DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks
Halaman

1. Nama alat dan fungsi...........................................................................12


DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah sayur – sayuran yang masuk kedalam
keluarga Brassicaceae. Sebenarnya, pakcoy bukan tanaman komoditas asli
Indonesia, melainkan asli tanaman China. Pakcoy memiliki kandungan vitamin,
mineral dan protein yang berperan penting bagi kesehatan manusia. Menurut
Elzebroek (2008), pakcoy memiliki kandungan vitamin dan mineral seperti
Bkaroten, vitamin C, Ca, P, dan Fe.
Pakcoy merupakan tanaman yang tumbuh daerah dataran rendah maupun
dataran tinggi, tapi lebih optimal di dataran tinggi dan cukup sinar matahari.
Tahapan budidaya pakcoy di dataran tinggi dan dataran rendah tidak terlalu
berbeda yaiutu penyiapan benih, pengolahan lahan, Teknik penanaman,
penyediaan pupk dan pestisida, serta proses pemeliharaan tanaman (Sukmawati,
2012). Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan produksi menjadi salah satu
hal yang perlu diselesaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014),
produksi pakcoy di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013 sebesar 583.770 ton,
580.969 ton, 594.934 ton, dan 600,961 ton. Data tersebut menunjukan bahwa pada
tahun 2011 sempat mengalami penurunan hasil produksi tanamn pakcoy. Salah
satu penyebab menurunnya tingkat produksi tanaman adalah alih fungsi lahan
pertanian karena kualitas tanah menurun. Upaya untuk menggunakan pupuk
hayati pada tanaman sayuran secara organic sudah mulai digalakkan. Pupuk
organic menurut Syarifuddin (1993) telah memainkan peranan menentukan dalam
menghasilkan peningkatan produksi. Disamping itu, penggunaan pupk ikut pula
menentukan koefisien penggunaan air irigasi.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui proses budidaya pakcoy dari awal proses penyiapan lahan,
penanaman, persiapan pupuk, perawatan, dan panen
b. Mengetahui kegunaan pupuk organic
1.3 Manfaat
Pada kegiatan praktikum ini diharapkan mampu untuk memahami proses
budidaya sayuran dan perbedaan penggunaan pupuk organic sebagai
penunjang pertanian yang berlanjut.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Umum Tanaman Pakcoy dan Bayam Hijau
1. Deskripsi Umum Pakchoy
Pakchoy adalah sekelompok tanaman dari marga Brassica yang banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, baik dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk olahan. Penyebutan sawi di Indonesia mengacu pada sawi hijau atau
caisim (Brassica rapa var. Parachinensis), jenis lain dari sawi adalah sawi sendok
atau pakchoy (Brassica rapa var. chinensis) (Meriyanto 2016). Pakchoy diduga
berasal dari daratan China kemudian menyebar ke seluruh Asia. Pakchoy banyak
dibudidayakan di daerah tropis maupun sub-tropis, termasuk di Indonesia. Jenis
sawi ini kurang peka terhadap suhu jika dibandingkan dengan sawi putih, oleh
karena itu pakchoy memiliki daya adaptasi yang lebih luas (Tombe 2012).
Meskipun memiliki beberapa kesamaan, caisim lebih dikenal di masyarakat
daripada pakchoy. Hal ini dikarenakan caisim lebih banyak digunakan pada
makanan Indonesia dibandingkan pakchoy. Perlu adanya upaya untuk lebih
mengenalkan pakchoy kepada masyarakat luas mengingat manfaatnya yang cukup
besar (Rakhmawati 2011). Pakchoy memiliki kekerabatan yang sangat dekat
dengan caisim, oleh karena itu keduanya memiliki banyak kesamaan dalam teknis
budidayanya. Baik pakchoy maupun caisim dapat dibudidayakan di dataran
rendah hingga menengah dan cenderung menyukai suasana lembab. Walaupun
demikian, tanaman pakchoy tidak menghendaki air yang menggenang, oleh
karena itu pakchoy dan caisim lebih cocok bila ditanam pada akhir musim
penghujan (Haryanto 2003).
Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang
mudah diperoleh disetiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar
swalayan.Harganyapun dapat terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat.Tumbuhan bayam ini awalnya berasal dari negara Amerika beriklim
tropis, namun sekarang tersebar keseluruh dunia.Hampir semua orang mengenal
dan menyukai kelezatannya.Rasanya enak, lunak dan dapat memberikan rasa
dingin dalam perut dan dapat memperlancar pencernaan.Umumnya tanaman
bayam dikonsumsi bagian daun dan batangnya.Ada juga yang memanfaatkan biji
atau akarnya sebagai tepung, obat, bahan kecantikan, dan lain-lain.Ciri dari jenis
bayam yang enak untuk dimakan ialah daunnya besar, bulat, dan
empuk.Sedangkan bayam yang berdaun besar, tipis diolah campur tepung untuk
rempeyek (Yusni B, Nurudin Azis, 2001).
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pakcoy
Menurut United States Department of Agriculture atau USDA (2004),
taksonomi sawi sendok atau pakchoy (Brassica rapa var. chinensis) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Dilleniidae

Order : Capparales

Family : Brassicaceae

Genus : Brassica

Species : B. rapa .

Morfologi Pakchoy merupakan salah satu tanaman dari jenis kubis


(Brassica) yang tidak menghasilkan kepala atau krop. Tanaman ini memiliki
tangkai daun yang mengandung banyak air (sukulen) yang tumbuh dari ujung
batang. Tangkai daun tanaman pakchoy dapat berbentuk relatif panjang ataupun
pendek dan tebal dengan warna hijau atau putih cerah. Daun pakchoy memiliki
tekstur halus, tidak kaku, dan pada umumnya berwarna hijau muda hingga hijau
gelap (Green 2004). Daun pakchoy berbentuk oval dengan tepian rata. Daun yang
masih muda berbentuk sedikit cekung, sedangkan pada daun yang relatif tua,
cekungan tersebut tidak terlalu nampak (Heenan 2005). Sistem perakaran tanaman
sawi sendok berupa akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang
berbentuk bulat panjang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50
cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain untuk menyerap air dan unsur hara dari
dalam tanah, serta memperkokoh berdirinya tanaman. Batang tanaman memiliki
ruasruas dan berukuran sangat pendek sehingga tidak terlalu terlihat. Batang ini
merupakan pangkal dimana batang daun terbentuk (Rukmana 1994). Bunga pada
tanaman pakchoy dapat muncul jika tanaman telah memasuki stadia generatif dan
kondisi lingkungan tempat tumbuhnya mendukung untuk pembentukan bunga.
Pembentukan bunga pada pakchoy dipengaruhi oleh suhu dan fotoperiodisitas.
Bunga muncul dari cabang lateral, bunga ini memiliki empat petal berwarna
kuning cerah dan tersusun menyilang. Terdapat enam stamen yang saling
berhadapan dengan stylus, akan tetapi dua stamen terletak jauh dari stylus dan
berukuran lebih pendek dari stylus, sedangkan empat stamen yang lain berukuran
lebih panjang dan lebih dekat dengan stylus. Biji tumbuh pada bagian yang
menyerupai polong, biji tersebut berukuran kecil, kurang lebih 1,5 mm. Saat
pertama kali dipanen, biji berwarna coklat cerah dan cenderung menjadi lebih
gelap seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan (McCormack 2005).

2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy


Tanaman pakchoy dapat tumbuh baik di tempat dengan udara panas
maupun udara dingin sehingga dapat dibudidayakan di daerah dataran rendah
maupun dataran tinggi. Daerah dengan ketinggian antara 5 - 1200 meter dpl dapat
ditanami pakchoy, walaupun demikian budidaya pakchoy lebih banyak dilakukan
di dataran menengah dengan ketinggian antara 100-500 meter dpl. Pakchoy
menghendaki tanah yang gembur, banyak mengandung humus, serta memiliki
drainase baik karena tidak menghendaki adanya genangan air (Haryanto 2003).
Menurut McCormack (2005), pakchoy akan tumbuh baik pada tempat dengan
kelembaban yang relatif tinggi. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar
antara 10-25 °C. Suhu udara yang melebihi 27 °C akan menghambat, bahkan
menghentikan, pertumbuhan tanaman. Menurut Firmansyah (2009), suhu yang
tinggi pada budidaya tanaman introduksi, misalnya pakcoy, dapat diatasi dengan
pemberian naungan. Pemberian naungan akan mengurangi intensitas cahaya
sebesar 32% dan menurunkan suhu antara 2-3 °C. Suhu memiliki pengaruh
penting pada pertumbuhan tanaman, terutama dalam proses respirasi, fotosintesis,
dan penyerapan unsur hara. Menurut Hamdani (2009), suhu tanah yang terlalu
tinggi akan menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan suhu tanah adalah dengan pemberian mulsa. Selain
suhu tanah, suhu udara juga memiliki pengaruh yang cukup penting pada
budidaya tanaman. Suhu udara yang terlalu tinggi akan menyebabkan respirasi
dan transpirasi berjalan lebih cepat, jika jumlah air yang diserap tanaman lebih
sedikit dari jumlah air yang menguap, maka tanaman akan menunjukkan gejala
kelayuan. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhannya
berkisar antara 6-7. Pengaturan pH tanah dapat dilakukan dengan pemberian
kapur pertanian seperti dolomit. Pemberian dolomit selain untuk mengubah nilai
pH juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur Ca dan Mg pada tanah (Prasetyo
2006).

2.1.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Bayam Hijau


Klassifikasi botani tanaman bayam adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

class : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Family : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus L

Tanaman bayam sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh
tegak, batangnya tebal berserat dan ada beberapa jenisnya mempunyai duri.
Daunnya biasa tebal atau tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu
kemerahan (pada jenis bayam merah). Bunganya berbentuk pecut, muncul di
pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya. Bijinya berukuran sangat kecil
berwarna hitam atau coklat dan mengilap. Tanaman bayam sangat toleran
terhadap perubahan keadaan iklim. Bayam banyak ditaman di dataran rendah
hingga menengah, terutama pada ketinggian antara 5-2000 meter dari atas
permukaan laut. Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi,
dimana pertumbuhan optimum dengan suhu rata-rata 20-300 C, curah hujan
antara 1000-2000 mm, dan kelembaban di atas 60 %. Oleh karena itu, bayam
tumbuh baik bila ditanam di lahan terbuka dengan sinar matahari penuh atau
berawan dan tidak tergenang air/becek (Yusni B, Nurudin Azis, 2001).

2.1.4 Syarat Tumbuh Bayam Hijau


Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja pada waktu musim hujan atau
kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling tepat
ditanam saat awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober-November. Bisa juga
ditanam pada awal musim kemarau, sekitar bulan Maret-April. Bayam dapat
ditanam pada setiap jenis tanah, yang terpenting tanah tersebut banyak
mengandung bahan-bahan organik (Nazaruddin, 1998). Tanaman bayam banyak
tumbuh didaerah tropika dan sub tropika, didataran rendah dengan ketinggian
mencapai 200 mdpl, pH tanah 6-7 tetapi juga bisa hidup pada pH tanah 8.5
maupun tanah masam. Sedangkan temperatur yang dikehendaki antara 35-40° C
dengan curah hujan antara 1.000-2.000 milimeter. Keistimewaan bayam adalah
berproduksi tinggi dan cepat panen, mudah diusahakan sebagai tanaman
perkarangan serta tidak mudah terserang penyakit. Disamping itu akan lebih baik
jika dipanen sebelum berbunga (Arief, 1990).

2.2 Macam-macam Pupuk Organik

a. Pupuk Kandang
Pupuk kandang/kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian
antara lain adalah kotoran ayam, sapi, kerbau, dan kambing. Komposisi hara pada
masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis
makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah
daripada pupuk kimia. Oleh karena itu biaya aplikasi pemberian pupuk kandang
(pukan) ini lebih besar daripada pupuk anorganik.
b. Pupuk Hijau
Pupuk organik yang berasal dari tanaman/tumbuhan atau berupa sisa
panen. Bahan dari tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau
segera setelah dikomposkan (FFTC, 1995). Tujuan pemberian pupuk hijau adalah
untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah,
sehingga terjadi perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya
berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap
erosi.
c. Kompos
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-
alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme
pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.
Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman. Sisa
tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa
bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan sumber
bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena perannya yang sangat
penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, namun bila sisa
hasil tanaman tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif terhadap
lingkungan, seperti mengakibatkan rendahnya keberhasilan pertumbuhan benih
karena imobilisasi hara, allelopati, atau sebagai tempat berkembangbiaknya
patogen tanaman. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam
keadaan basah dan lembap, seperti halnya daundaun menjadi lapuk bila jatuh ke
tanah dan menyatu dengan tanah. Selama proses perubahan dan peruraian bahan
organik, unsur hara akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap
tanaman. Sebelum mengalami proses perubahan, sisa hewan dan tumbuhan ini
tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara masih dalam bentuk terikat yang
tidak dapat diserap oleh tanaman.

2.3 Manfaat Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor,


kalium, dan lainnya. Bagaimanapun, nitrogen adalah salah satu hara utama bagi
sebagian besar tanaman yang dapat diperoleh dari pukan. Kekurangan kalium
pada sebagian lokasi tertentu tidak dapat dikoreksi dengan takaran umum pukan.
Kebutuhan beberapa tanaman dapat diperoleh dengan aplikasi pukan >25 t ha-1.
Nitrogen dari pukan umumnya dirubah menjadi bentuk nitrat tersedia. Nitrat
adalah mudah larut dan bergerak ke daerah perakaran tanaman. Bentuk ini sama
dengan bentuk yang bisa diambil oleh tanaman dari sumber pupuk anorganik dari
pabrik. Pupuk kandang mengandung unsur hara dengan konsentrasi yang
bervariasi tergantung jenis ternak, makanan, umur, dan kesehatan ternak.
Biasanya petani selain mengusahakan lahan juga mengusahakan ternak, sehingga
pukan merupakan komponen pupuk pertanian. Akan tetapi pukan yang tersedia
kurang mencukupi kebutuhan, sehingga penggunaannya kadang kurang
memberikan peningkatan hasil yang berarti dan kontinu. Penggunaan pukan
sebagai pupuk tanaman merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat
bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam yang
terbarukan, disisi lain penggunaan pukan dapat mengurangi unsur hara yang
bersifat racun bagi tanaman.

2.4 Pupuk Hijau Crotalaria juncea

Tanaman orok-orok atau Crotalaria juncea L adalah tanaman leguminosa


yang termasuk ke dalam keluarga perdu dan semak yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan berpotensi sebagai pupuk hijau. Crotalaria juncea L
merupakan spesies yang tinggi nilainya, karena menghasilkan produksi serat yang
mempunyai peranan penting untuk dipakai sebagai industri pakan. Crotalaria
juncea L termasuk tanaman leguminosa yang mampu mengikat N secara bebas
dari udara, dapat menghasilkan biomassa dengan cepat, tinggi kandungan air dan
N dan memiliki perakaran yang dalam sehingga dapat memompa unsur hara ke
permukaan tanah. Di berbagai negara tropika Crotalaria juncea L, di tanam dalam
rotasi tanaman dengan padi, jagung, tembakau, kapas, nanas, kopi dan digunakan
sebagai tanaman penutup tanah dalam perkebunan. Tanaman ini dapat menjadi
sumber N yang berasal dari bagian vegetatif tanaman dan hasil fiksasi N2 udara
maupun N dalam tanah oleh bintil akar tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium sp sehingga diharapkan mampu menambah kandungan N dalam tanah
(Bang, 1990; Julianto et al., 2011).

2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi Crotalaris juncea


Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliosida

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Crotalaria L.

Spesies : Crotalaria juncea L.

Tanaman orok-orok memiliki ciri batang berbentuk silindris dan daun


berbentuk runcing sampai lonjong yang tumbuh mengelilingi batang, serta bunga
berwarna kuning. Bentuk biji tanaman ini menyerupai ginjal dengan ukuran kecil
(18.000 – 30.000 biji/kg), dan mengandung sekitar 25% protein (Djajadi, 2004).
Crotalaria juncea L sebagai bahan organik berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah
antara lain dapat memperbaiki struktur tanah, sumber hara (N, P, K) dan unsur
mikro, menambahkan kemampuan tanah untuk menahan air dan unsur hara,
meningkatkan KTK tanah, serta sumber energi bagi mikroorganisme tanah
(Hardjowigeno, 1995). Pada umur 14 hari setelah tanam, tanaman orok – orok
mengandung 5,25% N dan 69,55% bahan organik, pada umur 30 hari setelah
tanam mengandung 4,29% N dan 66,85% bahan organik, sedangkan pada saat
umur 42 hari setelah tanam mengandung 2,49% N dan 66,78% bahan organik
(Julianto et al., 2011).

2.4.2 Manfaat Pupuk Hijau Crotalaria juncea


Tanaman orok-orok ini mempunyai perakaran yang dalam sehingga dapat
memompa unsur hara ke lapisan permukaan (Sutejo, 2002). Selain itu Crotalaria
juncea L. ialah tanaman dapat menjadi sumber N yang berasal dari bagian
vegetatif tanaman dan hasil fiksasi N2 udara maupun N dalam tanah oleh bintil
akar tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp sehingga
diharapkan mampu menambah kandungan N dalam tanah. Kandungan nitrogen
maksimum dalam tanaman orok – orok terjadi pada saat sebelum awal masa
pembungaan (Anonymous, 2002). Pada umur 14 hari setelah tanam, tanaman orok
– orok mengandung 5.25% N dan 69.55% bahan organik, pada umur 30 hari
setelah tanam mengandung 4.29% N dan 66.85% bahan organik, sedangkan pada
saat umur 42 hari setelah tanam mengandung 2.49% N dan 66.78% bahan organik
(Noviastuti, 2006).

2.5 Refugia dan manfaatnya dalam Pertanian Organik

Penggunaan tanaman refugia nyata meningkatkan populasi musuh alami


dan menekan tingkat serangan penggerek batang padi pada dua varietas tanaman
padi. Penanaman bunga matahari berpengaruh nyata dalam meningkatkan
populasi musuh alami dan menekan tingkat serangan penggerek batang padi pada
dua varietas tanaman padi. Bunga matahari nyata memiliki diameter bunga dan
tinggi tanaman lebih besar dari pada buna kenikir sehingga nyata meningkatkan
populasi musuh alami dan menekan tingkat serangan penggerek batang padi pada
dua varietas tanaman padi.

2.6 Klasifikasi dan Pertumbuhan Tanaman Marygold

Marigold merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko yang biasa


digunakan sebagai obat tradisional masyarakat Meksiko. Tanaman ini memiliki
banyak kegunaan antara lain, sebagai anti nematoda, fungisida, dan sebagai bunga
tabur atau karangan bunga dalam tujuan sosial dan keagamaan (Vasudevan et al.,
1997). Marigold juga telah digunakan pada bidang farmasi dan pengobatan
tradisional karena memiliki aktivitas seperti antibakteri, antimikroba, antioksidan
dan antinematoda karena kandungan terpenoid dan flavonoidnya (Gopi et al.,
2012). Tanaman ini juga biasa digunakan sebagai pewarna makanan karena
karena terdapat karotenoid. dan dapat menjadi sumber pewarna alami pada
suplemen pakan ayam yang dapat menghasilkan warna kuning bagi kulit ternak
unggas dan telur (Vargas dan Lopes, 1997; Bocanegra et al., 2004). Marigold
(Tagetes erecta) sering disebut sebagai kenikir, randa kencana, ades (Indonesia),
dan tahi kotok (Sunda). berdasarkan Gopi et al. (2012) marigold diklasifikasikan
ke dalam sistem taksonomi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Ordo : Asterales
Family : Asteraceae Genus : Tagetes Jenis : Tagetes Erecta Tanaman ini
merupakan herbal yang sangat mudah tumbuh di Indonesia dan mempunyai aroma
menyengat. Marigold merupakan tumbuhan tahunan, dapat tumbuh pada tanah
dengan pH netral di daerah yang panas, cukup sinar matahari, dan drainase yang
baik. Tanaman ini tumbuh tegak dengan tinggi 0,6 - 1,3 m, daun menyirip
berwarna hijau gelap dengan tekstur yang bagus, berakar tunjang, dan dapat
berkembang biak dengan biji. Marigold mempunyai bunga berukuran 7,5 - 10 cm
dengan susunan mahkota bunga rangkap, warna cerah, yaitu putih, kuning, oranye
hingga kuning keemasan atau berwarna ganda. Bunga berbentuk bonggol, tunggal
atau terkumpul dalam malai rata yang jarang, dan dikelilingi oleh daun pelindung
(Winarto, 2010). 4 Zat warna utama dalam marigold adalah lutein, karoteniod
yang larut dalam lemak (Vargas, 1997). Karotenoid yang terdapat dalam marigold
adalah karotenoid yang berwarna kuning seperti karoten (α dan β karoten) dan
xantofil (lutein dan zeaxantin) (Handelman, 2001). Bunga marigold mengandung
karotenoid sebesar 680 mg/kg dan xantofil 156,32 mg/kg (Piccaglia et al., 1998;
Hasin et al., 2006). Selain karotenoid tanaman ini juga mengandung flavonoid,
polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan alami (Ariana et al., 2011).
BAB 3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan praktikum lapang, yang dilaksanakan mulai 4 Maret
2018 sampai 19 Mei 2018. Praktikum dilakukan di lahan percobaan Fakultas
Pertanian yang berlokasi di .

3.2. Alat dan Bahan dan Fungsi


Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum Pertanian Organik adalah:

1. Ember : untuk wadah ketika mengambil Pupuk Kandang


2. Botol : untuk menyiram pertanaman
3. Cangkul : untuk mengolah lahan
4. Meteran : untuk mengukur tinggi tanaman bayam merah
5. Cetok : untuk membuat larikan yang akan ditanami bayam merah
6. Alat tulis : mencatat hasil pengamatan
7. Kamera : mendokumentasikan hasil dan kegiatan
8. Papan label: untuk menandai petak pengamatan
Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum pertania organik
adalah sebagi berikut:

1. Bibit pakcoy : sebagai bahan pengamatan


2. Pupuk Kandang : sebagai faktor pembanding hasil pengamatan
3. Tanaman Crotalaria juncea : sebagai faktor pembanding hasil pengamatan
4. Tanaman Refugia : sebagai tanaman pagar
5. Pasir : sebagai campuran media penyemaian refugia
3.3. Pelaksanaan (Diagram Alir)
3.3.1. Tanaman Crotalaria juncea

Menyiapkan alat dan bahan

Tanah disiram dengan air kemudian diolah

Membuat larikan untuk penanaman Crotalaria juncea

Menyebar benih Crotalaria juncea pada larikan, lalu ditutup dengan


tanh dan disiram dengan air

Setelah berumur 2 mst, C. juncea di babat dan dibenamkan dalam tanah


sebagai pupuk

3.3.2. Tanaman Refugia

Mencampur pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:3

Memasukkan campuran pupuk kandang dan pasir ke dalam tray sebagai


media penyemaian

Meletakkan benih tanaman refugia, 1 kotak 1 benih

Menyiram semaian menggunakan air denga cara dipercikkan

Memindahkan bibit tanaman refugia ke lahan setelah ... mst


3.3.3. Tanaman pakcoy

Menimbang Pupuk Kandang sebanyak .... kg (100%)

Menyebar pupuk kandang pada petak pengamatan dan meratakannya


dengan tanah

Membuat lubang yang akan digunakan untuk menanam pakcoy dengan


jarak tanam antara….

Menanam bibit pakcoy pada lubang yang telah di buat.

Melakukan pengamatan tiap 1 minggu sekali


BAB 4 PEMBAHASAN

4.1.2 Tanaman Crotalaria juncea

Tanaman Crotalaria juncea merupakan salah satu tanaman yang dapat


digunakan sebagai pupuk hijau, dimana tanaman Crotalaria juncea ditanam
hingga berumur 3 minggu setelah tanam kemudia diaplikasikan pada lahan
bersamaan dengan pengolahan tahan (penggemburan tanah). Sebelum
diaplikasikan ke dalam tanah sebelumnya diambil sampel tanaman sebanyak 3
tanaman kemudian ditimbang berat basahnya. Berikut adalah hasil berat basah
dari 3 sampel tanaman Crotalaria juncea :
4.1.2.1 Berat Segar Tanaman Crotalaria juncea 3 MS
Ulangan Berat Segar (gram)
1 6
2 3
3 10
Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

Pemilihan tanaman Crotalaria juncea sebagai pupuk hijau didasari karena


tanaman Crotalaria juncea dapat menfikssi unsur N di udara dan mengubahnya
menjadi N tersedia bagi tanaman karena memiliki bintil akar. Selain karena dapat
menghasilkan n pupu hijau dari Crotalaria juncea dapat memberikan bahan
organik pada tanah. Setiap tahapan pertumbuhan tanaman Crotalaria juncea
mengandung tingkat n dan bahan organik yang berebeda semakin lama umur
tanaman maka landungan N dan bahan organik tanaman akan menurun. Sehingga
berat segar tanaman akan mempengaruhi jumlah N dan juga jumlah bahan organik
yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sutejo (2002)
yng menyatakan bahwa tanaman Crotalaria juncea L. Ialah tanaman
Leguminoceae yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan berpotensi
sebagai pupuk hijau. Selain itu tanaman tersebut dapat menghasilka biomassa
dengan cepat, tinggi kandungan air dan N serta mempunyai perakaran yang dalam
sehingga dapat memompa unsur hara ke lapisan permukaan.
Selain itu Crotalaria juncea L. Ialah tanaman dapat menjadi sumber N
yang berasal dari bagian vegetatif tanaman dan hasil fiksasi N2 udara maupun N
dalam tanah oleh bintil akar tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium sp sehingga diharapkan mampu menambah kandungan N dalam tanah.
Kandungan Nitrogen maksimum dalam tanaman orok – orok terjadi pada saat
sebelum awal masa pembungaan. Pada umur 14 hari setelah tanam, tanaman orok
– orok mengandung 5.25% N dan 69.55% bahan organik, pada umur 30 hari
setelah tanam mengandung 4.29% N dan 66.85% bahan organik, sedangkan pada
saat umur 42 hari setelah tanam mengandung 2.49% N dan
66.78% bahan organik (Noviastuti, 2006).

4.1.3 Keragaman Serangga pada Tanaman Refugia

Selain menanam tanaman utama pada sekitar lahan juga ditanamai dengan
tanaman refugia ramigold. Tanaman ramigold ditanam bertujuan untuk
mendatangkan serangga terutama serangga yang berperan sebagai musuh alami
bagi hama tanaman utama, tanaman utama yang ditanam pada lahan adalah
tanaman pakcoy dan bayam hijau. Berikut adalah keragaman serangga yang
ditemukan pada tanaman refugia :

Tabel... Keragaman Serangga pada Tanaman Refugia


No
Nama Umum dan Latin Peran Dokumentasi
.

1 Belalang Hijau Hama

Musuh
Kumbang Kubah Spot Alami /
2
M Serangga
lain

3 Belalang Batu Hama


4 Ulat Bulu Hama

Serangga yang banyak ditemukan pada tanaman refugia rata-rata memiliki


peran sebagai hama, sedangkan hanya 1 serangga yang berperan sebagai musuh
alami/serangga lain. Serangga yang berperan sebagai hama yang ditemukan
adalah belalang hijau 3 ekor ,belalang batu 2 ekor , dan ulat bulu 1 ekor.
Sedangkan musuh alami atau serangga lain hanya ditemukan kumbang kubah spot
m yang berjumlah 2 ekor. Dimana bunga Marigold atau biasa disebut tanaman
Gumitir merupakan bunga majemuk. Bunga ini berbentuk cawan dengan tangkai
yang panjang. Memiliki organ-organ bunga yang lengkap, berupa putik dan
benang sari pada tengah bunga, warnanya kuning. Gumitir ( Tagetes erecta L)
termasuk kedalam keluarga Compositae (Asteraceae) dan mempunyai 59 species.
Tanaman ini merupakan salah satu herba hias yang biasa digunakan sebagai
tanaman pagar dan pembatas. Secara komersial sebagai bunga potong, karena
mempunyai bentuk bunga yang unik dan warnanya yang mencolok. Serangga
cenderung memiliki kebiasaan tertarik pada tanaman yang memiliki warna
menarik khususnya serangga yang berperan sebagai musuh alami (Sejati, 2010).

Penyebab lebih banyaknya hama jika dibandingkan dengan musuh alami


yang ada dikarenakan kurang efektifnya tanaman refugia dalam mengundang
musuh alami bagi hama tanaman utama sehingga masih banyak ditemukan hama
pada lahan, selain itu musuh alami yang datang kurang memiliki peran karena
mangsa atau serangga hama tidak ditemukan di lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, T.R., Wibisono, G. & Praptiningsih, R.S., 2015. Pengaruh Perasan Buah
Lemon Terhadap Peningkatan Warna Gigi. Media Dental Intelektual,
2(1), pp.74–78.
Hartatik dan L.R. Widowati. 2010. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. . Diakses
16 Mei 2018
Tombe, dan Hendra. 2010. Kompos Biopestisida. Yogyakarta: Kanisius.
Dadang. 1999. The Development of Botanical Insecticides As Alternative Insect
Pest Control In Indonesia, pp 16-22. Tokyo University of Agriculture,
Tokyo.
Gangrade, G. A. 1974. Insect of Soybean. Directure of Research Services,
Jawaharlal Nehru Krishi Vidyalaya. Jabalpur, Madya Pradesh, India. 88
p
Kardinan, A. 1999. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya,
Jakarta.80 hlm
Koernati, S., M. Iskandar, Taryono.1994. Plasmanutfah Tanaman Berkadar Racun
di Balitro. Hlm. 241- 247. dalam Djiman S. et al. (Eds). Prosiding
Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati,
1-2 Des. Bogor.
Noviastuti, E.T. 2006. Pengaruh jarak tanam dan jumlah tanaman perlubang
tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman orok-orok ( Crotalaria
juncea L.) Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. pp. 24
Sastrosiswojo, S. 1984. Status Pengendalian Hayati Hama Plutella xylostella Oleh
Parasitoid Diadegma eucerophaga di Jawa Barat. Dalam Risalah
Seminar Hama dan Penyakit Sayuran. Cipanas, 29-30 Mei 1984.
Sejati, Ria Wahyu. 2010. Studi Jenis Dan Populasi Serangga-Serangga Yang
Berasosiasi Dengan Tanaman Berbunga Pada Pertanaman Padi Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. pp. 17
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
pp.177
Tengkano, W., Ruhendi, B. Soegiarto, P. Panudju. 2000. Efektifitas dan Efisiensi
Beberapa Cara Pengendalian Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli) pada
Tanaman Kedelai. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 3 (19).
Vasudevan, P., S. Kashyap, S. Sharma. 1997. Tagetes: A Multipurpose Plant.
Bioresource Technology 62 (1997) : 29-35
Rahmawati, D. Awalia, M. M. Mustadjab, Fahriyah. 2012. Upaya Peningkatan
Pendapatan Petani melalui Penggunaan Pupuk Organik. Studi Kasus
pada Petani Jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi,
Kabupaten Lamongan. Universitas Brawijaya. Malang.
Saptana, H. Mayrowani, A. Agustian, Sunarsih. 2006. Analisis Kelembagaan
Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Hortikultura. Laporan Penelitian.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Sugino, T. and H. Mayrowani. 2010. Perspective of Organik Vegetable
Production in Indonesia under the Regional Economic Integration-Case
study in West Java-, Sutheast Agriculture-Opportunities and Challenges
under Economic Integration. JIRCAS Working Report.
Sugino, T. 2010. Kebijakan Pertanian Daerah di Indonesia pada Era Otonomi
Daerah. Laporan Penelitian. JIRCAS. Sutanto, R. 2002. Penerapan
Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangan. Kanisius.
Jakarta.
Tadisau, P. dan Herniwati, 2011. Prinsip Dasar Pengembangan Pertanian Organik.
Buletin No. 5 Tahun 2011. BPTP Sulawesi Selatan. Badan Litbang
Kementrian Pertanian.
Trisanti, E. 2002. Analisis Pendapatan Petani Organik di Kecamatan Delanggu
Kabupaten Klaten. JDSE, Vol. 3 No. 1- Juni 2002

Anda mungkin juga menyukai