HORTIKULTURA
Disusun Oleh :
Kelompok 2 (Dua)
ANDIKA RAHMANSYAH HAKIM (11980214274)
ANNISAH NURUL FADHILLAH (12080220840)
DODY PRAYOGO (12080214227)
INDRI YANI (12080222791)
MUHAMMAD YAKUB SIREGAR (12080216949)
NOFIA DESRITA (12080220844)
REGI AGUSTA (12080210891)
SYAHRUL NURZA KHAIRI (12080216513)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini
dengan judul “Budidaya Kangkung (Ipomea reptans Poir) Dan Sawi (Brassica
chinensis) Dengan Sistem Urban Farming”. Shalawat dan salam tak lupa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang
mana berkat rahmat beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu
pengetahuan ini. Laporan Praktikum ini dibuat sebagai salah satu syarat dari mata
kuliah Hortikultura.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bakhendri Solfan, S.P.,
M.Sc. dan juga Ibu Tiara Septirosya, S.P., M.Si. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Hortikultura yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan
motivasi sehingga dapat diselesaikannya Laporan Praktikum Hortikultura ini. Dan
juga ucapan terimakasih Kepada seluruh rekan - rekan yang telah banyak
membantu penulis di dalam penyelesaian Laporan Praktikum ini, dan juga
pastinya Doa dari kedua Orangtua, penulis ucapkan terima kasih dan semoga
mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kemajuan kita semua
dalam menghadapi masa depan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kelancaran dalam penulisan Laporan Praktikum ini. Semoga Laporan Praktikum
ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang
akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3. Tujuan Laporan ........................................................................ 3
Gambar Halaman
2.1. Metode Vertikultur.............................................................................. 9
2.2. Metode Hidroponik............................................................................. 10
2.3. Metode Akuaponik….......................................................................... 11
2.4. Metode Wall Garden …...................................................................... 11
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
I. PENDAHULUAN
8
dengan potensi produktivitasnya yang mencapai 20-35 ton/ha. Rendahnya
produktivitas kangkung tersebut diantaranya disebabkan oleh faktor lingkungan
(iklim dan cuaca), serangan hama dan penyakit tanaman, potensi genetik, kondisi
kesuburan tanah yang rendah (Jamalludin, 2018), serta berkurangnya luas lahan,
yakni dari 52.541 ha pada tahun 2014, menjadi 48.353 ha pada tahun 2018 (BPS,
2019).
Pesatnya laju pertumbuhan populasi di perkotaan yang menimbulkan
masalah lingkungan, mulai dari konversi lahan sampai degradasi kualitas
lingkungan akibat polusi dan sampah. Apabila kondisi pertumbuhan populasi
penduduk lebih besar dibandingkan laju produksi bahan pangan, maka akan
terjadi bencana krisis pangan. Jumlah bahan pangan yang tidak cukup secara
paralel akan berdampak pada ketergantungan antara suatu kawasan/wilayah
terhadap kawasan lain. Hal ini terjadi terutama untuk wilayah perkotaan negara-
negara berkembang, dimana wilayah tersebut semakin menjadi pusat penduduk
serta permukiman dan kumpulan orang-orang dengan keragaman etnik (Jalil,
2005). FAO (2008) memprediksi bahwa pada tahun 2020, sekitar 75% penduduk
di negara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Latin akan tinggal di
kawasan perkotaan. Kondisi ini mendorong pemerintah maupun masyarakat untuk
di kawasan perkotaan harus mulai mencoba untuk memenuhi kebutuhan pangan
secara mandiri (Noorsya dan Kustiwan, 2013) serta memperbaiki kondisi
lingkungan agar tercipta lingkungan yang sehat dan berkualitas. Salah satu
solusinya adalah dengan menerapkan pertanian perkotaan.
Keberadaan pertanian dalam masyarakat perkotaan dapat dijadikan sarana
untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan sumberdaya alam yang ada di kota
dengan menggunakan teknologi tepat guna. Selain itu, masyarakat kota yang
umumnya sibuk karena bekerja, pertanian perkotaan dapat menjadi media untuk
memanfaatkan waktu luang. Mengoptimalkan penggunaan lahan serta
memanfaatkan waktu luang untuk beraktivitas dalam pertanian perkotaan akan
mendekatkan mereka terhadap akses pangan serta menjaga keberlanjutan
lingkungan dengan adanya ruang terbuka hijau.
Apabila ditinjau dari aspek ekologi, pengembangan pertanian perkotaan
dapat memberikan manfaat yaitu (1) konservasi sumber daya tanah dan air, (2)
9
memperbaiki kualitas udara, (3) menciptakan iklim mikro yang sehat, dan (4)
memberikan keindahan karena pertanian perkotaan sangat memperhatikan estetika
(Blyth and Menagh, 2006; Cofie et al., 2006; Koscica, 2014; Setiawan dan
Rahmi, 2004; Wolfe and Mc Cans, 2009) serta sebagai upaya mitigasi terhadap
perubahan iklim (Specht et al., 2014).
Haletky dan Taylor (2006) berpendapat bahwa pertanian kota adalah salah
satu komponen kunci pembangunan sistem pangan masyarakat yang berkelanjutan
dan jika dirancang secara tepat akan dapat mengentaskan permasalahan
kerawanan pangan. Dengan kata lain, apabila pertanian perkotaan dikembangkan
secara terpadu merupakan alternatif penting dalam mewujudkan pembangunan
kota yang berkelanjutan (Setiawan dan Rahmi, 2004).
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
11
Buah yang dimiliki oleh sawi adalah tipe buah polong. Bentuk polongnya
memanjang dan berongga. Tiap buah berisi 208 butir biji. Bijinya memiliki
bentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam – hitaman, berukuran
kecil, permukaannya licin megkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman
(Rukmana, 2007).
12
utara. Tanaman ini dapat ditemukan di semua daerah dengan iklim tropis.
Tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun.
Klasifikasi dan identifikasi daun kangkung darat adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae, Subkingdom: Tracheobionta, Super Divisi: Spermatophyta,
Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Sub Kelas: Asteridae, Ordo:
Solanales, Famili: Convolvulaceae, Genus: Ipomoea, Spesies: Ipomoea reptans
Poir.
Morfologi tanaman ini meliputi:
a. Daun
Tanaman kangkung darat mempunyai daun-daun yang panjang dengan
ujung yang runcing, berwarna hijau keputih-putihan, bunganya berwarna putih
bersih, dan buah muda berwarna hijau keputih-putihan yang akan berubah
menjadi coklat tua setelah dikeringkan. Tanaman kangkung darat termasuk
tanaman dikotil dan berakar tunggang. akarnya menyebar kesegala arah dan dapat
menembus tanag sampai kedalaman 50 cm lebih (Swastini 2015). Rahmah (2015)
menyatakan bahwa tanaman kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat
yang memperlihatkan hasil dalam waktu 4 – 6 minggu sejak dari benih.
b. Batang
Batang tanaman kangkung darat memiliki warna batang yang putih
kehijauan dengan ruas yang besar dan banyak mengandung air (herbaceous).
Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan percabangan
yang banyak. Kangkung memiliki akar yang berserabut, warna akar kangkung
darat lebih terang dari pada kangkung air, serta memiliki akar yang lebih kuat dan
panjang dibandingkan kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku
batang dan di ketiak daun terdapat mata yang dapat tumbuh menjadi percabangan
baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya meruncing atau
tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun
bagian bawah berwarna hijau muda.
c. Akar
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-
cabang akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman
13
60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih
(Djuariah, 2007).
Tanaman kangkung terdiri dari dua varietas yaitu kangkung darat atau
disebut kangkung cina (Ipomoea reptans P.) dan kangkung air (Ipomoea aquatica
F.) yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Menurut Maulana (2018)
perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga dan
bentuk batang serta daun. Kangkung air berbunga putih kemerahan, batang dan
daunnya lebih besar, warna batangnya hijau, sedangkan kangkung darat daunnya
panjang dengan ujung runcing berwarna hijau keputihan, bunganya berwarna
putih. Perbedaan jumlah biji yang dihasilkan berpengaruh terhadap perbanyakan
kangkung. Kangkung darat diperbanyak melalui biji sedangkan kangkung air
melalui stek pucuk batang (Sriharti dan Takiyah, 2007).
14
2.3. Urban Farming
Program Urban Farming adalah salah satu program dari Dinas Pertanian
yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin dalam memenuhi konsumsi
makanan yang bergizi dan untuk mengurangi pengeluaran keluarga (Junainah,
2016). Urban Farming dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan yang terbatas
diperkotaan untuk aktivitas pertanian. Salah satu contohnya adalah dengan
menanam sayuran di botol plastik bekas disekitar rumah, atau yang lain.
Apabila setiap rumah tangga menerapkan urban farming dirumahnya, tentu
saja ini akan berdampak pada ekonomi rumah-tangganya. Kebutuhan sayur-mayur
maupun apotek hidup bisa dipenuhi sendiri, pada akhirnya hal ini akan menekan
permintaan akan komoditi tersebut, sehingga harganya akan relatif stabil. Selain
itu, rumah tangga yang melaksanakan urban farming akan mampu melakukan
penghematan, sehingga pendapatannya bisa dialokasikan untuk hal lain (Junainah,
2016).
FAO (Food and Agriculture Organization) menjelaskan Pertanian
Perkotaan sebagai industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan
produk pertanian, terutama memenuhi permintaan harian konsumen di dalam
perkotaan, dengan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang
sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman
kebutuhan pangan masyarakat Perkotaan (Smit et al., 1996). Council on
Agriculture, Science and Technology (CAST) menyatakan Pertanian Perkotaan
mencakup aspek kesehatan lingkungan, remediasi, dan rekreasi (Butler dan
Moronek, 2002)
Urban Farming adalah kegiatan memanfaatkan ruang-ruang terbuka yang
tidak produktif seperti lahan pekarangan atau lahan kosong yan tidak terpakai dan
sebagainya, menjadi lahan perkebunan produktif, sehingga dapat menjadi kegiatan
alternative masyarakat kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang
terbuka hijau. Penerapan urban farmng berdampak langsung terhadap ekonomi,
sosial, penggunaan energi, jejak karbon, polusi (udara, tanah, dan suara), serta
peningkatan ketersediaan dan kualitas bahan pangan (Alaimo et al., 2008)
Gerakan Gerakan urban farming di Indonesia muncul pada akhir tahun
2011 yang merupakan respon dari permasalahan perkotaan dan dapat diterapkan
15
oleh masyarakat di Kota Bandung. Pelopor dari gerakan urban farming ini adalah
Ridwan Kamil dan membuat Komunitas Indonesia Berkebun. Komunitas ini telah
berkembang dan menyebar di 33 kota di Indonesia.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menggiatkan urban
farming, antara lain Konsep Urban Farming untuk masadepan lingkungan :
Metode Vertikultur
Vertikultur adalah salah satu contoh urban farming yang diartikan sebagai
teknik budidaya tanaman secara vertikal dengan penanamandilakukan secara
bertingkat untuk memaksimalkan penggunaan lahan dalam menghasilkan
tanaman. Pemanfaatan teknik vertikultur memungkinkan untuk berkebun dengan
memanfaatkan tempat secara efisien (Sutarminingsih, 2003).
Menurut Damastuti (1997) sistem pertanian vertikultur adalah sistem budi
daya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok
diterapkan pada lahan sempit atau di pemukiman yang padat penduduknya.
Sistem ini dapat menjadi solusi kesulitan mencari lahan pertanian yang tergusur
oleh perumahan dan industri.
Kelebihan sistem pertanian vertikultur sebagai berikut: (1) efisiensi
penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan
sistem konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3)
kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, (4) dapat dipindahkan
dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, (5)
mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan (6) adanya atap plastik
memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b) menghemat
biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.
Kekurangannya adalah (1) rawan terhadap serangan jamur, karena
kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman adanya atap
plastik, (2) investasi awal cukup tinggi, (3) sistem penyiraman harus kontinyu,
dan diperlukan beberapa peralatan tambahan.
16
Gambar 2.2. Metode Vertikultur
17
Gambar 2.2. Metode Hidroponik
Akuaponik
Sistem Akuaponik merupakan metode budidaya tanaman dan ikan dalam
satu wadah (ember, kolam, aquarium dan lain sebagainya) di mana sistem tersebut
dapat memperbarui nutrisi yang ada, dengan bantuan air yang selalu mengalir
dalam alat tersebut sehingga ikan dan tanaman dapat tumbuh dengan baik (Rizal
et al., 2018). Kedua sistem tersebut saling melengkapi dimana amoniak yang
dihasilkan oleh ikan merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh. Tanaman berperan mengurangi kadar amoniak dalam air yang bisa
meracuni ikan.
(Li et al., 2018). Kadar oksigen dalam air dipelihara dengan daur ulang air
menggunakan teknologi sederhana yang tepat guna. Selain menggunakan
tekonologi yang sederhana, keunggulan aquaponic lainnya adalah lebih hemat air,
mendapat hasil panen sayur dan ikan bersamaan serta dapat diterapkan pada lahan
yang sempit.
18
Wall garden
Wall gardening merupakan teknik budidaya tanaman secara vertikal yang
memanfaatkan dinding sebagai model pertanaman. Teknik ini hampir sama
dengan vertikultur, yang membedakan adalah pada teknik wall gardening
biasanya berpusat pada tanaman hias bukan tanaman sayuran. Banyak gedung-
gedung perkantoran atau pusat pembelanjaan yang sudah memakai teknik
budidaya ini. Media tanam yang digunakan adalah tanah, sehingga pemupukan
dalam pemenuhan unsur hara perlu diperhatikan dalam teknik ini agar tanaman
hias tetap cantik untuk d ipandang.
19
Manfaat kesehatan
Penggunaan media non pestisida mengakibatkan tanaman lebih organic
dan lebih sehat untuk dikonsumsi. Membantu memenuhi kebutuhan pangan yang
berkualitas; di wilayah yang padat penduduk, urban farming menjadi salah satu
strategi yang dalam membantu rumah tangga ekonomi lemah untuk memperbaiki
keamanan pangan serta konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan aman.
Menciptakan lapangan pekerjaan
Urban farming dapat digunakan sebagai peluang bisnis, menciptakan
lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat yang hidup diperkotaan.
Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran segar
Urban farming juga memungkinkan masyarakat sekitar untuk lebih sering
mengonsumsi buah dan sayuran segar karena bisa diakses dengan mudah dan
cepat.
Baik untuk kesehatan tubuh dan mental
Kegiatan urban farming juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana melatih
fisik menjadi lebih kuat dan membuat tubuh menjadi lebih bugar. Urban farming
membantu kita untuk kembali terhubung dengan alam. Kegiatan ini dapat
menurunkan tingkat stres, serta menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.
Menciptakan lingkungan sehat;
Urban farming juga merupakan wujud upaya merevitalisasi lingkungan,
menciptakan lahan hijau, mengurangi panas dan polusi udara, serta menurunkan
risiko banjir dan tanah longsor.
Pemandangan indah
Lanskap pertanian, perairan, dan bangunan yang dekoratif, memberikan
banyak manfaat, termasuk untuk kegiatan rekreasi sambil menikmati
pemandangan indah dan udara berkualitas di ruang terbuka.
20
pembibitan memperhatikan arah sumber cahaya matahari, agar pertumbuhan
tanaman mendapat cukup cahaya matahari dan arah tumbuhnya sesuai dengan
media tanam yang digunakan.
2.4.2. Penyiangan
Dalam hal penyiangan, walaupun kangkung dan sawi merupakan tanaman
siklus cepat adakalanya tanaman mudah kalah bersaing dengan rumput. Terutama
saat penebaran benih awal, pertumbuhan dari benih menjadi tanaman relatif agak
lama sehingga potensi tersalip gulma cukup tinggi. Apabila terjadi hal seperti ini,
gulma tersebut harus cepat disingkirkan dengan dicabut.
21
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.3.2. Pembenihan
Tanaman kangkung darat diperbanyak dengan menggunakan biji (benih)
yang disebar di atas permukaan tanah yang telah diolah. Benih kangkung darat
yang baik dipilih dengan cara disortir, salah satu cara untuk mengetahuinya adalah
22
dengan merendamnya dalam air, jika biji terapung maka biji tersebut tidak baik
untuk digunakan. Kebutuhan benih kangkung darat untuk penanaman seluas satu
hektar adalah ± 10 kg (Putri, 2019). Persemaian Selain disebar secara langsung di
lahan, benih kangkung dapat disemai terlebih dahulu di tray semai atau wadah
yang telah diisi campuran tanah, pupuk kandang, maupun arang sekam. Wadah
semai harus selalu disiram setiap pagi atau sore hari. Simpan wadah semai pada
tempat yang cukup terkena sinar matahari namun tidak terlalu panas. Setelah satu
minggu benih yang tumbuh baik dan memiliki tiga daun pertama dapat
dipindahkan kedalam polybag atau pot yang telah berisi media tanam (Irawati dan
Salamah, 2013).
3.3.3. Persemaian
Selain disebar secara langsung di lahan, benih kangkung dapat disemai
terlebih dahulu di tray semai atau wadah yang telah diisi campuran tanah, pupuk
kandang, maupun arang sekam. Wadah semai harus selalu disiram setiap pagi atau
sore hari. Simpan wadah semai pada tempat yang cukup terkena sinar matahari
namun tidak terlalu panas. Setelah satu minggu benih yang tumbuh baik dan
memiliki tiga daun pertama dapat dipindahkan kedalam polybag atau pot yang
telah berisi media tanam (Irawati dan Salamah, 2013).
3.3.4. Penanaman
Waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan, karena
kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman kangkung tercukupi. Benih kangkung
dapat ditanam dengan cara disebar, yakni benih ditabur secara merata di atas
permukaan bedengan, kemudian ditimbun dengan tanah tipis. Cara lain adalah
dengan sistem persegi panjang atau bujur sangkar, yakni dengan mengatur jarak
tanam 20 x 5 cm, atau 20 x 20 cm. Tanaman kangkung yang ditanam dengan
teratur seperti pada sistem persegi panjang akan memudahkan dalam pengendalian
gulma dan pelaksanaan panen (Edi, 2013).
23
3.3.5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman yang dilakukan setiap pagi
atau sore hari, penyiangan gulma untuk menjaga persaingan dan kualitas tanah,
serta pemupukan. Pemupukan diperlukan untuk memacu pertumbuhan kangkung
yang diberikan pada umur 10 hari setelah tanam (HST), 20 HST, dan 30 HST.
Kangkung biasanya dipupuk dengan urea, SP-36, dan KCL yang diberikan dengan
cara pengocoran atau penyiraman (Suroso dan Antoni, 2017).
3.3.6. Panen
Kangkung yang ditanam selama 28 – 45 hari sudah dapat dipanen.
Pemanenan bias dilakukan dengan cara dicabut sampai seluruh akar atau bisa
dengan dipangkas. Pemanenan dengan cara dipangkas bisa dilakukan saat
tanaman berumur tiga bulan. Ujung tanaman dipangkas sekitar 30 cm agar
tumbuh banyak cabang. Pemungutan hasil selanjutnya dilakukan dengan cara
ujung cabang dipangkas setiap 15 hari sekali. Tanaman yang terawat baik dan
sehat dapat menghasilkan 10 – 16 ton kangkung per hektar dalam setahun (Susilo,
2015).
24
3.4.3 Berat Basah 4 MST
Berat basah diukur sesaat setelah panen dilakukan dengan cara menimbang
setiap sampel yang sudah dibersihkan akarnya dari tanah maupun gulma yang
terpanen menggunakan timbangan analitik. Berat segar tanaman dapat dilihat pada
tabel ……..(sambungkan dengan tabel sebelumnya)
Tabel……
Sampel Kangkung Sawi
Urban Konvensional Urban Konvensional
1 5,1 4 6,7 2
2 8,7 6 5,6 5
3 12,6 5 6,5 4
4 11,8 4 8,4 3
5 11,8 4 6,2 4
6 5,9 8 2,4 4
7 7,4 6 3,4 7
8 9,1 8 3,7 5
9 9,9 6 3,1 4
10 11,4 4 2,7 2
∑ 93,6 55 48,7 40
Rata-
Rata 9,4 5.5 4,87 4
25
mempengaruhi produktivitas segar tajuk dengan baik. Disampaikan juga oleh
Livy Winata (2017) bahwa tingginya unsur hara N dan kandungan air pada tanah
dapat mempengaruhi produktivitas segar tajuk. Aplikasi unsur hara N pada dosis
yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan metabolism
tanaman, pembentukan protein, karbohidrat, akibatnya pertumbuhan dan produksi
tanaman meningkat. Namun meskipun kedua lahan diberi pupuk urea dengan
dosis yang sama tetapi ketersediaan unsur hara nya berbeda.
Seperti yang disampaikan oleh Gusta dkk. (2014) menyampaikan
bahwatanah top soil sangat berpengaruh dalam mengoptimalkan pertumbuhan
bibit, kesuburan tanah lapisan ini sulit tergantikan. Diketahui bahwa tanah top soil
memiliki unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan memiliki bahan organik
yang tinggi. Bahan organik akan memperbaiki sifat biologi tanah sehingga
tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman sehingga akar dapat
menyerap unsur hara yang lebih banyak (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008).
Sedangkan lahan konvensional merupakan lahan praktikum yang ditanami
setiap tahunnya oleh mahasiswa, sehingga ketersediaan unsur hara dan airnya
berbeda dengan tanah pada lahan urban farming. Seperti yang dikatakan oleh
(Sutedjo, 2010) bahwa nutrisi yang terkandung pada tanah-tanah pertanian
sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan
akan terserap oleh akar tanaman untuk pertumbuhan batang, daun dan buah. Oleh
karena itu maka dalam setiap pemanenan banyak unsur hara yang terangkut dari
dalam tanah. Dengan demikian maka jelaslah penanaman dan pemanenan yang
terus menerus dilakukan tanpa memperhatikan pemeliharaan tanah akan
mengakibatkan merosotnya hasil dan bahkan pada akhirnya tanah tidak mampu
lagi menunjukkan produktivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N., Haryono dan Tujiyanta. 2016. Respon macam pupuk organik macam
mulsa terhadap hasil tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). Jurnal Ilmu
Pertanian Tropika dan Subtropika, 1 (1) : 44-51.
Winata, L. 2017. Effect Of Plant Density And Nitrogen Fertilization On Growth
And Quality Of Mustard Greens Plants. J. Agric Sc,. 6(3) : 56-63.
26
Gusta, A. R., Kusumastuti, A., dan Parapasan, Y. (2017). Pemanfaatan Kompos
Kiambang dan Sabut Kelapa Sawit sebagai Media Tanam Alternatif pada
Prenursery Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 15(2).
Pangaribuan, D., & Pujisiswanto, H. (2008, November). Pemanfaatan Kompos
Jerami Untuk Meningkatkan Produksi Dan Kualitas Buah Tomat. In:
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II
Sutedjo, Mul Mulyani, 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H., Idris, r., Haryanto, S., & Mahmud, S. A. (2022). Uji Pertumbuhan
dan Produktivitas Tanaman Sawi Melalui Aplikasi Pupuk Hijauan
Clotalaria Juncea L. Jurnal Inovasi Penelitian, 3027-3034.
Bareja, Ben G. 2010: Intensify Urban Farming, Grow Crops in the City
http://www.cropsreview.com/urban-farming.html. Diakses pada 14 Mei
2015.
BPS. Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan
Menurut Provinsi di Indonesia. Badan Pusat Statistik dan Direktoral
Jenderal Hortikultura. Jakarta.
28
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/689/jbptunikompp-gdl-akibsyafei-34441-7-
9babii.pdf. Diakses pada 11 November 2022.
Irawati, Salamah Z. 2013. Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea
reptans Poir.) dengan Pemberian Pupuk Organik Berbahan Dasar Kotoran
Kelinci. Jurnal Bioedukatika, 1(1): 1-96.
Maulana D. 2018. Raih Untung dari Budidaya Kangkung. Trans Idea Publishing.
Yogyakarta.
Putri KS. 2019. Budidaya Sayuran Sawi, Kangkung, Katuk, dan Bawang Daun.
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jawa Barat.
Samadi, B. 2017. Teknik budidaya sawi dan pakchoy. Pustaka Mina. Depok
Timur.
Santosa HB. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Siahan, O.F. 2012. Respons Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.)
terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair. Skripsi. Program Studi
Agroteknologi Universitas Sumatera Utara.
29
Sidik AJ. 2019. Kinerja Pengabut Gendong Bermotor untuk Liquid Fertilizing
pada Sistem Budidaya Vertikultur Tanaman Terung. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Smit, J., A. Ratta, J. Nasr 1996. Urban Agriculture: Food, Jobs, and Sustainable
Cities. United Nations Development Programme (UNDP), New York.
Suryani, L. 2016. Pengaruh Media dan Interval Waktu Pemberian Hara terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L) Secara
Hidroponik Sistem Substrat. Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
Susilo DE. 2015. Pertimbangan Visual dan Fisiologis sebagai Kriteria Panen
Kangkung Darat Akibat Pemberian Kapur Dolomit di Tanah Gambut.
Anterior Jurnal, 15(1): 76-84.
30