Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

PERKECAMBAHAN BIJI PADI

Tim Penyusun:

ASNAH NORYANI 12280220201


ANANDA DARMAWAN 12280211332
MUHAMMAD SAFIKRI 12080216599
RAMADHAN 12280211414
SYAIF AL ARIF 12280215025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala. yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaian Laporan Pratikum
di Matakuliah Teknologi Benih. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam., yang mana berkat rahmat
beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini,
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama
pratikum di lapangan yaitu ayahanda dan ibunda tercinta kami.
2. Dosen pembimbing pratikum lapangan yaitu Novita Hera, S.P., M. dan Tiara
Septirosya, S.P., M.Si yang telah membimbing selama penyelesaian laporan ini.
3. Serta Teman-teman seperjuangan Asnah Noryani, Ananda Dermawan,
Muhammad Safikri, Ramadhan, Syaif Al Arif yang melaksanakan Pratikum
lapang bersama.
Penulis menyadari bahwa laporan Pratikum lapangan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan mendatang. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat hendaknya bagi kita
semua. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, Desember 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3


2.1. Klasifikasi Tanaman Padi ........................................................... 3
2.2. Morfologi.................................................................................... 4
2.3. Viabilitas Benih .......................................................................... 6
2.4. Vigor Benih................................................................................. 8

III. Materi dan Metode ............................................................................. 10


3.1. Tempat dan Waktu ...................................................................... 10
3.2. Bahan dan Alat ............................................................................ 10
3.3. Metode Pratikum ......................................................................... 10

IV. Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 12


4.1. Daya Kecambah .......................................................................... 12
4.2. Indeks Vigor................................................................................ 13
4.3. Kecepatan Tumbuh Benih........................................................... 14

V. Penutup............................................................................................... 16
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 16
5.2. Saran............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17


LAMPIRAN.............................................................................................. 18

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Cara kerja (Metode Uji diatas Kertas)........................................... .... 18
2. Hasil Pengamatan Perkecambahan Benih padi per Hari.................... 18

iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Padi (Oryza sativa, L) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi
sumber pangan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan
pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia berkaitan dengan ketersediaan pangan
terutama beras. Kementrian Pertanian menyebutkan bahwa perkiraan kebutuhan
dan ketersediaan beras nasional yaitu 139,15 kg/tahun dengan perkiraan jumlah
penduduk 252 juta jiwa (Deptan, 2014).
Benih merupakan salah satu input produksi yang berpengaruh terhadap hasil
produksi. Benih padi bersertifikat memiliki hasil produksi yang lebih tinggi
dibandingkan benih tidak bersertifikat. Mutu benih meliputi mutu genetik, mutu
fisik, dan mutu fisiologis. Benih berkualitas tinggi ditandai dengan sertifikat.
Sertifikat benih menunjukkan jaminan mutu menurut aturan masing-masing
kategori benih, termasuk mutu genetik, mutu fisiologis, dan mutu fisik (Sodikin,
2015).
Salah satu sentra benih di Indonesia adalah Provinsi Lampung. Kabupaten
yang menjadi sentra penghasil beras di Lampung adalah Lampung Tengah,
Lampung Timur, Lampung Selatan, Mesuji, dan Tulang Bawang. Kabupaten
Lampung Timur adalah kabupaten penghasil padi kedua dengan jumlah padi yang
diproduksi adalah sebesar 355.113 ton dan luas panen sebesar 131.913 hektar.
Kecamatan Pekalongan merupakan satu dari beberapa daerah sentral padi sawah
dengan luas panen 2.640 hektar dan produksi padi 16.104 ton (BP3K Kecamatan
Pekalongan, 2020).
Kadar air benih yang tinggi dapat meningkatkan laju kemunduran benih
pada tempat penyimpanan. Laju kemunduran benih dapat diperlambat dengan cara
kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih optimum (Tuwu et al. 2013).
Kadar air benih yang melebihi batas kritikalnya akan menyebabkan kerusakan
protein, diduga terbentuknya radikal bebas. Hasil penelitian Dewi dan Sumarjan
(2013) menunjukkan bahwa benih padi yang disimpan dalam kantong plastik bagor
selama 0-6 bulan mengalami peningkatan kadar air pada 5 bulan simpan yaitu
12,11% dan 6 bulan simpan 12,21%.

1
Penyimpanan benih padi dilakukan segera setelah tanaman selesai dipanen
dan melalui proses pengeringan untuk mengurangi kadar air benih. Metode
penyimpanan benih ada dua macam yaitu penyimpanan secara tradisional dan
modern. Penyimpanan secara tradisional diantaranya adalah dengan menyimpan
benih dalam kantong plastik, lumbung sederhana, keranjang yang terbuat dari daun
lontar atau benih-benih diikat kecil-kecil dan diletakkan diatas perapian (Dewi dan
Sumarjan, 2013).
Raganatha et el. (2014), menyatakan bahwa tingkat vigor awal benih tidak
dapat dipertahankan, dan benih yang disimpan selalu mengalami proses
kemunduran mutunya secara kronologis selama penyimpanan. Sifat kemunduran
ini tidak dapat dicegah dan tidak dapat balik atau diperbaiki secara sempurna. Laju
kemunduran mutu benih hanya dapat diperkecil dengan melakukan pengolahan dan
penyimpanan secara baik. Berapa lama benih dapat disimpan sangat bergantung
pada kondisi benih terutama kadar air benih dan lingkungan tempatnya menyimpan.
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsuranngsur
dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis
yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara
fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah
kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field
emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat
menurunkan produksi tanaman .
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk melakukan
penelitian guna mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kadar air benih dan lama
penyimpanan terhadap viabilitas dan vigor benih padi. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui kadar air benih yang optimum selama penyimpanan yang dapat
meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui metode pengujian
daya berkecambah benih yang langsung terkena cahaya matahari dengan
menggunakan tisu, untuk mengidentifikasi viabilitas benih pada kondisi optimum.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Padi


Menurut Santoso,(2008), tanaman padi merupakan tanaman semusim,
Termasuk golongan rumput-rumputan. Taksonomi tanaman padi sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermeae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza zativa L.
Menurut Alfandi, (2016), Padi (Oryza zativa L.) merupakan tanaman
pangan yang digunakan sebagai sumber makanan pokok. Padi berasal dari dua
benua, yaitu Asia dan Afrika Barat, tropis dan subtropis, sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian.
Menurut Yuniar H.P, (2015), Padi merupakan sumber makanan pokok
penduduk Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Oleh karena itu, permintaan beras semakin besar seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha serius
untuk menjaga ketahanan pangan nasional maupun rumah tangga. Upaya
peningkatan produksi padi untuk mempertahankan swasembada beras di Jawa
Timur menghadapi berbagai masalah. Masalah tersebut berupa kendala
fisik,biologis maupun sosial ekonomi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
maka pemerintah perlu mengambil kebijakan dalam pengembangan padi agar dapat
mencapai hasil yang lebih baik.
Menurut Yuniar H.P, (2015), Benih Ciherang adalah salah satu jenis padi
yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Tulungagung. Dikembangkannya jenis
ini dikarenakan kondisi geografisnya sangat mendukung. Dan sebagai hasilnya,
banyak petani di wilayah ini yang mendapatkan hasil yang memuaskan.

3
Menurut Melissa Syamsiah, S.Pd., M.Si, (2015), Padi varietas Mekongga
merupakan galur murni yang berasal dari hasil persilangan Populasi S4663-SD-
KN-5-3-3 (asal A2790/IR64) yang termasuk golongan cere.

2.2. Morfologi
2.2.1. Akar
Menurut Pratiwi, (2016), Padi tergolong tanaman Gramineae yang memiliki
sistem perakaraan serabut. Sewaktu berkecambah, akar primer muncul bersamaan
dengan akar lainnya yang disebut akar seminal. Selanjutnya, akar seminal akan
digantikan dengan akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah batang.
Menurut Dinda Prameswari dan Lela Apsari, (2017), Akar merupakan salah satu
bagian dari tumbuhan yang penting selain batang dan juga daun. Akar biasanya
memiliki berat sepertiga dari seluruh berat pada tumbuhan. Pada dasarnya, akar
tumbuh di bawah tanah namun ada pula akar yang tmbuh tidak pada tempatnya atau
tidak didalam tanah. Akar memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah akarsebagai
alat untuk menautkan tumbuhan ke dalam tanah, juga sebagai penyalur mnutrisi
dari daun sebagai tempat pembuatan atau dari tanah ke seluruh tubuh tumbuhan
serta akar sebagai aktivitas metabolis seperti respirasi, tempat penyimpanan
cadangan makanan.

2.2.2. Batang
Menurut Pratiwi, n.d, (2016), Batang tanaman padi tersusun atas beberapa
ruas. Pemanjangan beberapa ruas batang terjadi ketika tanaman padi memasuki fase
reproduktif.
Menurut Tjitrosoepomo dan Rosanti dalam Dewi Rosanti, (2018), Batang
merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu
tubuh tumbuhan. Pertumbuhan batang dapat dilihat dari percabangannya,
kebanyakan tumbuhan melakukan percabang walaupun sedikit. Pada dasarnya,
morfologi batang pada tingkat pertumbuhan batang pokok inilah yang akan menjadi
arsitektur tumbuhan.

4
2.2.3. Daun
Menurut Makarim dan Suhartatik dalam Pratiwi, n.d, (2016), Padi memiliki
daun berbentuk lanset dengan urat tulang daun sejajar tertutupi oleh rambut yang
halus dan pendek. Pada bagian teratas dari batang, terdapat daun bendera yang
ukurannya lebih lebar dibandingkan dengan daun bagian bawah.
Menurut Ir. Hadisunarso, (2018), Daun merupakan organ vegetatif
tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis.
Dalam proses fotosintesis, air dan karbondioksida diubah menjadi glukosa dan
ksigen.

2.2.4. Bunga
Menurut Hanum dalam Rosadi, n.d, (2013), Bunga padi adalah bunga
telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal
buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis,
kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua
tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna
ada umumnya putih atau ungu. Menurut Grist dalam Rosadi, n.d,(2013), Pada dasar
bunga terdapat ladicula (daun bunga yang telah berubah bentuknya). Ladicula
berfungsi mengatur dalam pembuahan palea, pada waktu berbunga ia menghisap
air dari bakal buah, sehingga mengembang. Pengembangan ini mendorong lemma
dan palea terpisah dan terbuka.
Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada
malai dinamakan spikelet. Bunga tanaman padi terdiri atas tangkai, bakal buah,
lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat
inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri
atas cabang primer dan cabang sekunder. Tiap unit bunga padi adalah floret yang
terdiri atas satu bunga. Satu bunga terdiri atas satu organ betina dan 6 organ jantan.

2.2.5. Buah
Menurut Makarim et al.dalam Pratiwi, n.d, (2016), Buah padi yang sehari-
hari kita sebut biji padi atau bulir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah

5
padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Lemma dan 4 palea serta bagian lain akan
membentuk sekam atau kulit gabah, lemma selalu lebih besar dari palea dan
menutupi hampir 2/3 permukaan beras, sedangkan sisi palea tepat bertemu pada
bagian sisi lemma. Gabah terdiri atas biji yang terbungkus sekam. Sekam terdiri
atas gluma rudimenter dan sebagian dari tangkai gabah /pedicel.

2.3. Viabilitas Benih


Menurut Sadjad dalam Sulizawati, (2016), viabilitas benih merupakan
kemampuan benih untuk hidup yang ditunjukkan oleh fenomena pertumbuhan
benih atau gejala metabolisnya. Benih dikatakan berkecambah apabila benih
tersebut dapat menghasilkan kecambah dengan bagian-bagian yang normal atau
mendekati normal.
Widajati et al., dalam Sulizawati, (2016), menyatakan bahwa viabilitas
benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam metode
pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Salah satu
contoh pengujian tersebut adalah pengujian daya berkecambah (DB) dan berat
kering kecambah normal (BKKN). Daya berkecambah atau daya tumbuh benih
adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Viabilitas benih dapat dilihat
melalui persentase daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang ditunjukkan oleh
gejala metabolisme benih dan/atau gejala pertumbuhan Sutopo dalam Sulizawati,
(2016).
Menurut Kuswanto dalam Sulizawati, (2016), Benih mencapai masak
fisiologis merupakan kualitas benih yang paling baik untuk produksi benih karena
pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya
maksimum. Setelah masak fisiologi benih cenderung menurun sampai pada
akhirnya benih tersebut kehilangan viabilitas, vigor dan benih tersebut mati. Proses
penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis disebut dengan deteriorasi.
Menurut Justice dan Bass dalam Sulizawati, (2016), pada suatu kelompok
benih, proses kehidupan individu benihnya tidak berlangsung dalam laju yang sama
antara satu dengan yang lainnya. Laju kemunduran benih ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya, kondisi benih,

6
kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, bila kondisi
penyimpanannya memungkinkan pertumbuhannya.

2.3.1. Daya Kecambah.


Menurut Santoso dan Purwoko (2008), Proses perkecambahan benih
merupakan kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan
biokimia,dan yang menjadi factor-faktornya ialah : tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansai,dan penghambat perkecambahan. Benih dapat
berkecambah apabila dalam keadaan sehat atau terbebas dari pathogen yang berupa
bakteri , virus, kotoran dll atau dengan kata lain benih tersebut dalam kondisi
optimum. Informasi tetang daya kecambah benih itu sendiri yang ditentukan di
laboratorium adalah kondisi yang optimum karena keadaan yang suboptimum dapat
mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan
selanjutnya. Secara ideal, semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga apabila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta dapat berproduksi tinggi dengan kualitas baik,
diaman vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tetang viabilitas. Masing-
masing berisi tentang kekuatan tumbuh dan daya simpan. Kedua nilai fisiologis ini
menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuuh menjadi
tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum /
sesudah benih melapaui suatu periode simpan yang lama.
Menurut Santoso dan Purwoko (2008), Perkecambahan adalah aktivitas
pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan biji menjadi
tanaman muda. Peristiwa perkecambahan ini akan terjadi beberapa proses yang
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu perkecambahan yaitu penyerapan air,
aktivitas enzim, pertumbuhan embrio, pecahnya kulit biji dan kemudian
membentuk tanaman kecil. Proses imbibisi mengakibatkan sel menjadi bengkak
dan kulit biji bersifat permiable bagi oksigen dan karbondioksida. Proses imbibisi
yang merupakan proses penyerapan air oleh biji merupakan awal proses dimulainya
perkecambahan dan efektivitasnya di lapang pertanaman ditentukan oleh posisi
mikropil maupun permeabilitas kulit biji. Danuarti (2005), Daya berkecambah
suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian

7
penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk
tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian
daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari
jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu
yang telah ditentukan. Berikut adalah jenis-jenis kecamba benih :

2.3.2. Potensi Tumbuh Maksimum


Menurut (Rusmin et al., 2016), Potensi tumbuh maksimum (PTM)
merupakan persentase jumlah kecambah normal dan abnormal dari seluruh benih
yang ditanam. Penghitungan dilakukan pada hari terakhir berkecambah.

2.3.3. Keserampakan Tumbuh


Menurut Tefa, (2017), Keserempakan tumbuh dihitung berdasarkan
persentase kecambah normal pada 6 HST. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah
bibit normal diantara hitungan pertama dan hitungan kedua. Pada benih padi
pengamatan keserempakan tumbuh dilakukan pada hari ke-6.

2.4. Vigor benih


Menurut Sulizawati, (2016), kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
berproduksi normal pada kondisi suboptimum disebut vigor. Kondisi suboptimum
sangat bervariasi seperti kekeringan, konsentrasi oksigen rendah, intensitas cahaya
rendah, dan adanya penyakit disekitar benih.
Sutopo dalam Sulizawati,(2016), menyatakan bahwa vigor benih
dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuatan
tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada
kemungkinan kemampunnya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun
keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui
suatu periode simpan yang lama. Pada saat masak fisiologis bobot kering benih dan
vigor benih mencapai maksimum. Sejak itu, benih perlahan-lahan kehilangan vigor,
dan akhirnya mati.
Widajati et al dalam Sulizawati, (2016), menyatakan bahwa tolok ukur
vigor, kekuatan tumbuh adalah kecepatan tumbuh (KCT) dan keserempakan

8
tumbuh (KST) benih. Benih bervigor tinggi lebih cepat tumbuh dibandingkan
dengan benih vigor rendah. Kecepatan tumbuh benih mencerminkan vigor
individual benih yang dikaitkan dengan waktu. Tolok ukur keserempakan benih
menunjukkan vigor suatu lot benih. Suatu lot benih yang kurang vigor tumbuh
bervariasi, sehingga kecambah yang tumbuh normal dapat dikelompokkan menjadi
normal kuat dan normal kurang kuat.

2.4.1. Indeks Vigor


Menurut Ista dalam Tefa, (2017), Pengamatan indeks vigor dilakukan
terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (first count) yaitu pada
hari ke-5.Sutopo dalam Sulizawati,(2016), menyatakan bahwa vigor benih
bicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuatan
tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada
kemungkinan kemampunnya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun
keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui
suatu periode simpan yang lama. Pada saat masak fisiologis bobot kering benih dan
vigor benih mencapai maksimum. Sejak itu, benih perlahan-lahan kehilangan vigor
van akhirnya mati.

9
III. MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum perkecambahan benih padi ini dilakukan di Jalan Garuda Sakti
km 2, Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Riau, pada tanggal 08
Desember sampai 14 Desember 2023.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan yaitu benih padi, kertas tissue dan air. Sedangkan
alat yang di gunakan yaitu wadah tanam, wadah perendaman, pinset, handsprayer,
alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.

3.3. Metode Praktikum


Adapun metode praktikum atau cara kerja pada praktikum perkecambahan
benih padi adalah sebagai berikut :
1. Rendam benih padi selama 5 menit untuk memisahkan antara benih yang bernas
dan yang tidak. Benih bernas ditandai dengan benih yang tenggelam selanjutnya
benih ditiriskan.
2. Siapkan kertas tissue sebanyak 8-10 lembar lalu gunting atau lipat sesuai
dengan ukuran wadah tanam.
3. Masukkan tissue kedalam wadah tanam lalu semprotkan air sampai dengan
media menjadi lembab tidak tergenang.
4. Susun benih yang sudah ditiriskan keatas media yang sudah lembab secara zig
– zag (disusun 10 benih kesamping 10 ke bawah atau 20 kesamping 10 benih
kebawah sehingga terdapat 100 benih (menyesuaikan cawan petridish).
5. Kemudian simpan ditempat yang terlindungi matahari dan lakukan pengecekan
dan penyiraman media setiap pagi dan sore hari selama 7 hari. Penyiram
dilakukan hingga media kertas tissue Kembali dalam keadaan lembab.
6. Pengamatan :
a. Daya Berkecambah
Pengamatan daya berkecambah dilakukan dengan mengamati benih yang
berkecambah normal pada 5 Hari Setelah Tanam (HST) dan 7 HST. Kemudian
dihitung menggunakan rumus

10
∑ 𝑲𝑵 𝑯𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑰+∑ 𝑲𝑵 𝑯𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑰𝑰
DB (%) = x 100%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒆𝒏𝒊𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎
Keterangan
DB : Daya Berkecambah
KNI : Kecambah normal pada hitungan pertama
KNII : Kecambah normal pada hitungan kedua

b. Indeks Vigor
Pengamatan indeks vigor dilakukan terhadap kecambah normal pada
hitungan pertama (first count) yaitu pada hari ke-5 dengan rumus :
∑ 𝒌𝒆𝒄𝒂𝒎𝒃𝒂𝒉 𝒏𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂
IV (%) = x 100%
∑ 𝒃𝒆𝒏𝒊𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎

c. Kecepatan Tumbuh Benih


𝐾𝑁 𝑁
Kct = (% 𝑒𝑡𝑚𝑎𝑙 ) = ∑𝑡𝑛
0 𝑡

Keterangan :
T : waktu pengamatan ke-i
N : persentase kecambah normal
tn : waktu akhir pengamatan
1 etmal : 24 jam

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Daya Berkecambah


Pengamatan daya berkecambah dilakukan dengan mengamati benih yang
berkecambah normal pada 5 Hari Setelah Tanam (HST) dan 7 HST. Kemudian
didapat bahwa pada 5 Hari Setelah Tanam (HST) tidak terdapat benih padi yang
berkecmbah normal dan 7 Hari Setelah Tanam (HST) juga tidak terdapat benih padi
yang berkecmbah normal. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

∑ 𝐊𝐍 𝐇𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐈 + ∑𝐊𝐍 𝐇𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐈𝐈


𝐃𝐁 (%) = 𝐗𝟏𝟎𝟎%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐛𝐞𝐧𝐢𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐚𝐦

Keterangan :
DB : Daya Berkecambah
KN I : Kecambah normal pada hitungan pertama
KN II : Kecambah normal pada hitungan kedua
Berdasarkan rumus tersebut dilakukan perhitungan :

∑𝟎 + ∑𝟎
𝐃𝐁 (%) = 𝐗 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟎𝟎
𝟎
𝐃𝐁 (%) = 𝐗 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟎𝟎
𝐃𝐁 (%) = 𝟎 𝐗 𝟏% = 𝟎%

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan bahwa DB nya adalah 0%. Ini


dikarenakan tidak ada benih yang berkecambah karena sudah melewati batasnya
atau kadaluarsa sehingga mengalami penurunan DB. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Putu Shantiawan Prabawa, dkk. (2020) yang menyatakan benih yang
telah kadaluarsa menyebabkan kemampuan benih menurun atau disebut deteorasi
yang berdampak pada penurunan mutu, viabilitas dan vigor benih.

Benih kadaluarsa umumnya memiliki kelemahan yaitu kemunduran dalam


berkecambah dan memiliki viabilitas yang rendah, sehingga perlu kiranya
dilakukan perlakuan sebelum tanam dalam upaya mengembalikan kualitas benih

12
tersebut. selain dari pada itu benih kadaluarsa mengalami penurunan dalam
berkecambah (Adnan, dkk., 2017).

4.2. Indeks Vigor


Pengamatan indeks vigor dilakukan terhadap kecambah normal pada hitungan
pertama (first count) yaitu pada hari ke-5 dengan rumus :

∑ 𝐊𝐞𝐜𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐧𝐨𝐫𝐦𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚


𝐈𝐕(%) = 𝐗𝟏𝟎𝟎%
∑ 𝐁𝐞𝐧𝐢𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐚𝐦
Keterangan :
DB : Daya Berkecambah
KN I : Kecambah normal pada hitungan pertama
KN II : Kecambah normal pada hitungan kedua

∑𝟎
𝐈𝐕(%) = 𝐗 𝟏𝟎𝟎%
∑ 𝟏𝟎𝟎
𝟎
𝐈𝐕(%) = 𝐗 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟎𝟎
𝐈𝐕(%) = 𝟎 𝐗 𝟏% = 𝟎%

Setelah dilakukan perhitungan juga didapatkan bahwa IV nya adalah 0%. Ini
juga dikarenakan tidak ada benih yang berkecambah karena sudah melewati
batasnya atau kadaluarsa sehingga mengalami penurunan IV. Hasanuddin, dkk.
(2016) menyatakan benih merupakan organisme hidup yang akan mengalami
kemunduran dan akhirnya mati. Kemunduran benih atau deteriorasi adalah
turunnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di
dalam benih baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang dapat mengakibatkan
menurunnya viabilitas dan vigor benih.
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing- masing
kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan
benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau kondisi sesudah
benih melampaui suatu periode simpan yang lama, meskipun demikian
kemunduran benih tidak dapat dicegah, tidak dapat dihindari (inexorable) dan tidak

13
dapat kembali (irreversible) tetapi dapat diperlambat dengan teknik penyimpanan
yang tepat. Sampai batas kemunduran tertentu benih masih dapat ditingkatkan vigor
dan viabilitasnya. Perlakuan invigorisasi pada benih yang telah disimpan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tumbuh dan memperlambat laju
kemunduran dari benih (Hasanuddin, dkk., 2016).

4.3. Kecepatan Tumbuh Benih

𝐊𝐍 𝐭𝐧 𝐍
𝐊𝐜𝐭 = (% )=∑
𝐞𝐭𝐦𝐚𝐥 𝟎 𝐭

Keterangan:
T : waktu pengamatan ke-i
N : persentase kecambah normal
tn : waktu akhir pengamatan
1etmal : 24 jam

𝐊𝐍 𝐭𝐧 𝐍
𝐊𝐜𝐭 = (% )=∑
𝐞𝐭𝐦𝐚𝐥 𝟎 𝐭
𝟎 𝟕𝟎
𝐊𝐜𝐭 = (% )=∑
𝟏𝟔𝟖 𝟎𝟕
𝟎 𝟕𝟎
𝐊𝐜𝐭 = (% )=∑
𝟏𝟔𝟖 𝟎𝟕
𝟕𝟎
𝐊𝐜𝐭 = (𝟎%) = ∑
𝟎𝟕
𝐊𝐜𝐭 = (𝟎%) = ∑ 𝟎

𝐊𝐜𝐭 = 𝟎%

Setelah dilakukan perhitungan pada Kct benih juga didapatkan bahwa Kct
nya adalah 0%. Ini juga dikarenakan tidak ada benih yang berkecambah karena
sudah melewati batasnya atau kadaluarsa sehingga mengalami penurunan. Kct.
Ernawati, dkk., (2017) menyatakan benih yang bermutu juga dapat mengalami
penurunan kualitas akibat penyimpanan yang kurang tepat atau benih telah
melampaui masa hidupnya (kadaluarsa). Benih kadaluarsa merupakan benih yang
telah melampaui masa anjuran penanaman yang telah ditentukan oleh produsen

14
benih. Benih yang telah mengalami kemunduran sulit untuk berkecambah karena
viabilitasnya telah menurun. Benih yang telah mengalami kemunduran masih
mungkin digunakan sebagai bahan tanam dengan memberikan perlakuan –
perlakuan invigorasi yang tepat.

15
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan
tumbuh benih padi, disimpulkan bahwa benih yang sudah melewati batasnya atau
kadaluarsa mengalami penurunan kualitas. Hal ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa benih kadaluarsa memiliki viabilitas rendah
dan memerlukan perlakuan khusus sebelum tanam. Oleh karena itu, perlakuan
invigorisasi pada benih kadaluarsa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
tumbuh dan memperlambat kemunduran benih.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil praktikum diatas, tim penulis mengemukakan beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Melihat kendala yang dialami oleh para praktikan, penulis berharap untuk
kedepannya praktikum ini dilaksanakan dengan lebih teliti dan tetap mengingat
disiplin waktu selama melaksanakan praktikum.
2. Keterbatasan alat dan bahan dimiliki membuat praktikan kurang dalam
penguasaan model praktikum, semoga kedepannya fasilitas serta bahan dan alat
praktikum dapat dimaksimalkan kembali dalam tahap persiapannya.
3. Melakukan praktikum per-parameter secara mendalam, karena hal ini dapat
membantu praktikan dalam melakukan pemahaman dan pengembangan ilmu serta
pengalaman yang didapat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, dkk., 2017. Pengaruh Konsentrasi Dan Lamaperendaman Dalam Zpt


Auksin Terhadapviabilitas Benih Semangka (Citurullus lunatus)
Kadaluarsa. AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian, 4(1).
Anna Tefa. 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa, L.) selama
Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang Berbeda. Fakultas Pertanian,
Universitas Timor, Kefamenanu, TTU – NTT, Indonesia.
Belliani , D. A.H. Lestari , A.Nugraha. 2023. Analisis Pengendalian Dan Penilaian
Persediaan Serta Efisiensi Pemasaran Benih Padi Inbrida Di Pt Shs Cabang
Lampung. Lampung. Volume 7, Nomor 3 (2023): 1211-1224.
Ernawati, dkk., 2017. Respon Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Kadaluarsa Pada Lama Perendaman Air Kelapa Muda Terhadap
Viabilitas, Vigor Dan Pertumbuhan Bibit. Agritrop, 15(1).
Hasanuddin, dkk., 2016. Perlakuan Biopriming Kombinasi Air Kelapa Muda Dan
Trichoderma Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Cabai Kadaluarsa
(Capsicum annuum L.). Jurnal Agrotek Lestari , 2(2).
Melinda, (2020). Uji Viabilitas Dan Vigor Benih Padi (Oriza Zativa, L.) Varietas
Mengkongga Dan Ciherang Pada Kadar Air Optimal. (Skripsi Sarjana,
Universitas Bosowa Makasar)
Prabawa, P. S., dkk., 2020. Invigorasi Benih Sawi Pagoda (Brassica narinosa)
Kadaluarsa Dengan Berbagai Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Alami.
Agro Bali : Agricultural Journal, 3(1): 91-97.

17
LAMPIRAN

1. Cara kerja (Metode Uji diatas Kertas)

2. Hasil Pengamatan Perkecambahan Benih padi per Hari

18
19

Anda mungkin juga menyukai