Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

APLIKASI PUPUK ANORGANIK PADA TANAMAN KELAPA


SAWIT (Ellaeis guineensis Jacq) BELUM MENGHASILKAN
DIPT. ASAM JAWA

Oleh :

AGIT LIONTI
11782201864

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2019
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

APLIKASI PUPUK ANORGANIK PADA TANAMAN KELAPA


SAWIT (Ellaeis guineensis Jacq) BELUM MENGHASILKAN
DIPT. ASAM JAWA

Oleh :

AGIT LIONTI
11782201864

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapang ini dengan judul “ Aplikasi Pupuk Anorganik Pada Tanaman Kelapa
Sawit Belum Menghasilkan Di PT. Asam Jawa”. Shalawat dan salam tak lupa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasalam, yang mana
berkat rahmat beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu
pengetahuan ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:

1. Kedua orang tua penulis Ayahanda tercinta Wagito dan Ibunda tersayang Lili
Susanti yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik dalam bentuk
do’a, maupun materi.
2. Dosen pembimbing Rita Elfianis, S.P., M.Sc. yang telah memberikan
bimbingan, kritik, saran, serta motivasi dan arahan dalam pebulisan laporan
ini.
3. Ketua Program Studi Agroteknologi Dr. Syukria Ikhsan Zam, M.Si yang
telah membantu penulis sehingga dapat terlaksananya PKL ini.
4. Kepala Divisi B sekaligus pembimbing lapangan Bapak Harjanto Wahyu
Nugraha, Manager Kebun pengarungan Bapak Jarwadi, serta seluruh
pimpinan beserta karyawan PT. Asam Jawa tempat penulis melaksanakan
PKL.
Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi.Semoga laporan praktek
kerja lapang ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk masa
yang akan datang.

Pekanbaru, 18 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 3
1.3. Manfaat .............................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4


2.1. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit ........................................................ 4
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit ........................... 4
2.3. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ............................................................ 8
2.4. Pemupukan ......................................................................................... 9

III. METODEPELAKSANAAN .................................................................... 13


3.1. Tempat dan Waktu ............................................................................. 13
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 13
3.3. Metodologi ........................................................................................ 13
3.4. Pengamatan ....................................................................................... 14
3.5. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ........................................................ 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 15


4.1. Gambaran Umum Lokasi PKL ......................................................... 15
4.2. Aplikasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. 17

V. PENUTUP ................................................................................................ 23
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 23
5.2. Saran ................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24


LAMPIRAN .................................................................................................... 26

3
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Jenis Spesipikasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Majemuk yang Umum
DiRekomendasikan Untuk Tanaman Kelapa Sawit............................ 10

4.1. Rekomedasi Pemupukan Anorganik Pada Tanaman Belum


Menasilkan PT. Asam Jawa ………………………………................ 20

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
4.1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang ....................................................... 15

4.2. Kegiatan Apel Pagi dan Pengarahan..................................................... 17

4.3. Pengangkutan Pupuk Anorganik .......................................................... 18

4.4. Aplikasi Pemupukan dengan Cara DiTebar .......................................... 20

5
DAFTAR SINGKATAN

PKL Praktek Kerja Lapang

TBM Tanaman Belum Menghasilkan

TM Tanaman Menghasilkan

CPO Crude Palm Oil

SKU Satuan Karyawan Umum

BHL Buruh Harian Lepas

APD Alat Pelindung Diri

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Kegiatan Praktek Kerja Lapang .............................................................. 26

2. Jurnal Harian Praktek Kerja Lapang ....................................................... 29

3. Dokumentasi Praktek Kerja Lapang ....................................................... 30

7
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman
perkebunan unggulan di Indonesia. Prospek pengembangan tanaman kelapa sawit
di Indonesia ini masih prospektif. Tanaman ini merupakan salah satu penghasil
devisa non migas terbesar bagi negara kita. Pada sektor perkebunan kelapa sawit
merupakan komoditas ekspor yang berperan penting dalam pembangunan
perekonomian negara dan mampu meningkatkan kesejahteraan para petani
(Maryani dan Gusmawatati, 2010).
Volume ekspor minyak kelapa sawit menunjukan data yang terus
meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2015
mencapai 28,276,871ton dengan nilai US$ 16,943,095 dan pada tahun 2016
mengalami peningkatan dengan volume ekspor 25,276,426ton dengan nilai
US$16,020,548 (Ditjenbun, 2017).
Produksi minyak kelapa sawit dikancah internasional masih dikuasai
negara Indonesia dan Malaysia sebesar 85% dari total produksi minyak sawit
internasional. Indonesia dan Malaysia merupakan negara produksi minyak kelapa
sawit terbesar sehingga menjadi pemegang kontribusi dalam produksi minyak
kelapa sawit. Negara Indonesia memiliki luasan lahan perkebunan kelapa sawit
terbesar disusul oleh peringkat kedua yaitu negara Malaysia, akan tetapi tingkat
produksi masih dibawah potensi yang seharusnya sehingga produksi minyak
kelapa sawit masih lebih rendah dibandingkan dengan perkebunan Malaysia.
Faktor ini membuat negara Indonesia masih belum dapat menjadi pemegang
Market Leaderdalam minyak kelapa sawit. Hakim (2013) mengemukakan bahwa
rendahnya produktivitas di Indonesia disebabkan oleh karena teknis agronomi
tidak dijalankan sesuai dengan yang seharusnya, terutama pemupukan.
Menurut Sutarta dan Winarna (2003) pemupukan merupakan suatu upaya
untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan
vegetatif yang sehat dan produksi TBS hingga mencapai produktivitas maksimun.
Pemupukan pada perkebunan kelapa sawit dapat di bagi menjadi dua yaitu,
pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman

8
menghasilkan (TM). Perbedaan pemupukan ini di dasarkan pada tujuan
pemupukannya. Pemupukan pada TBM lebih di tujukan untuk memacu pada
pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pemupukan pada TM di tujukan untuk
mendukung pertumbuhan generatif. Secara umum pemupukan bermanfaat
menyediakan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi
dan produksi yang maksimal dapat tercapai (Qomar, 2010).
Secara umum jenis pupuk di bagi ke dalam 2 kelompok berdasarkan
kandungannya yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah
jenis pupuk yang memiliki kandungan yang bersal dari hewan maupun tumbuhan
yang berfungsi sebagai penyuplai unsur hara bagi tanah sehingga dapat
memperbaiki sifat dan struktur tanah baik fisik, kimia, dan biologi tanah menjadi
lebih baik (Nurhidayati dkk,2008).
Pupuk anorganik atau disebut pupuk kimia yang mengandung satu atau
lebih senyawa anorganik. Adapula jenis pupuk anorganik seperti Urea, TSP, SP-
36 dan KCL. Fungsi dari pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara
dalam waktu realtif cepat, dan dapat menghasilkan nutrisi lebih banyak, tidak
berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit.
Sedangkan kelemahannya ialah harganya realtif mahal dan mudah larut, dapat
menimbulkan polusi pada tanah apabila pemberian dalam dosis yang tinggi
(Leiwakabessy dan Sutandi,2004). Menurut PPKS(2010), jenis pupuk yang di
aplikasikan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu: pupuk ZA, TSP,
MOP, dan Kiserit.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan PKL
dengan judul Aplikasi Pupuk Anorganik Pada Tanaman Kelapa Sawit Belum
Menghasilkan Di PT Asam Jawa.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pupuk anorganik pada pertumbuhan tanaman kelapa
sawit belum menghasilkan di PT. Asam Jawa.
2. Menetahui jenis-jenis pupuk anorganik yang di gunakan pada tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan di PT. Asam Jawa.

9
3. Mengetahui cara aplikasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan di PT. Asam Jawa.
4. Mengaplikasikan teori yang didapat di bangku perkuliahan dengan
perkerjaan yang sebenarnya di perusahaan (sinergitas).
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah:
1. Menambah penetahuan tentang aplikasi pemupukan pada tanaman kelapa
sawit belum menasilkan.
2. Memperoleh pengalaman kerja terutama untuk menumbuhkan sikap
disiplin, propesional, dan bertanggung jawab dalam persiapan untuk
memasuki dunia kerja.
3. Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan untuk
penerapan dalam dunia nyata dan memperoleh pengalaman baru selama
praktek kerja lapang dilaksanakan.

10
II. TINJAUAAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang
diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan
dihutan belantara Negara tersebut.Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada
tahun 1848, di bawa dari Mauritius Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Bibit
kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah
dua batang dan pada tahun itu juga di tanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat
ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan di yakini sebagai nenek
moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagian keturunan kelapa sawit
dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera
Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan ke Indonesia oleh pemerintah
kolonial Belanda pada tahun 1848, tepatnya dikebun raya Bogor (s’Lands
Plantentuin Buitenzorg). Pada tahun 1876 Sir Yoseph Hooker mencoba menanam
700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera Utara.Sayangnya 10
tahun kemudian, tanaman yang benihnya dibawa dari Kebun Raya Kew (London)
ini ditebang habis dan digantikan dengan tanaman kelapa. Sesudah tahun 1911 K.
Schadt seorang berkebangsaan Jerman dan M. Adrien Hallet berkebangsaan
Belgia, mulai mempelopori budidaya tanaman kelapa sawit. Schadt mulai
mendirikan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Tanah Ulu (Deli), sedangkan
Hallet mendirikan perkebunan didaerah Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Lipat
(Aceh). Sejak itulah mulai di buka perkebunan-perkebunan baru. Pada tahun 1938
di Sumatera di perkirakan sudah ada 90.000 ha perkebunan kelapa sawit. Pada
saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan
kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produksi industri oleochemical.
Produksi minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak
nabati dunia (Pahan, 2013).
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit memiliki dua bagian penting, yaitu: bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun.

11
Bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan meliputi bunga dan
buah (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Menurut Pahan (2012), kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: Divisi: Tracheophyta; Sub Divisi: Pteropsida; Kelas: Angiospermeae; Sub
Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Cocoidae; Famili: Palmae; Sub Famili:
Cocoideae; Genus: Elaeis; Spesies: Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang
dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan
terdiri dari bunga dan buah (Fauzi et al., 2008).
Menurut Putranto (2010), akar kelapa sawit adalah akar serabut, yang
memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Kelapa sawit
merupakan tumbuhan monokotil. Pada saat dalam fase kecambah memiliki akar
tunggang yang memanjang ke bawah selama 6 bulan sampai 15 cm, dan kemudian
perakaran akan berubah menjadi akar serabut. Akar primer pada umumnya
berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal
dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Selanjutnya akar
primer membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder
bercabang membentuk akar tertier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya
bercabang lagi membentuk akar kuarterner.
Akar yang paling aktif dalam menyerap air dan unsur hara adalah akar
tersier dan kuarterner yang berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter
dari pangkal pohon (Lubis dan Agus Widanarko, 2011).
Menurut Wahyuni, M (2007) tanaman kelapa sawit berbatang lurus, tidak
bercabang. Bakal batang disebut plumula (seperti tombak kecil). Pada tanaman
dewasa diameternya mencapai 45-60 cm. Bagian batang bawah biasanya lebih
gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60-100 cm. Pertambahan tinggi batang
kelapa sawit dipengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk, kerapatan
tanam dan lain-lain.
Pertumbuhan batang kelapa sawit terbagi menjadi dua fase. Sejak ditanam
sampai berumur 3,5 tahun, pertumbuhan batang difokuskan pada pembentukan
pangkal batang hingga diameternya mencapai 60 cm dan pertumbuhan meninggi

12
sangat kecil. Setelah 3,5 tahun, batang tumbuh ke atas dengan kecepatan hingga
60 cm/tahun, tetapi melambat pada umur di atas 15 tahun. Selain dipengaruhi
faktor genetik, kecepatan meninggi batang kelapa sawit juga oleh kompetisi
memperoleh cahaya matahari. Kekurangan cahaya matahari mendorong batang
kelapa sawit tumbuh cepat ke atas dan mengurangi potensi hasil. Jarak tanam
yang terlalu rapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi akibat penurunan hasil
(Andoko dan Widodoro, 2013).
Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar
terlepas, meskipun daun telang kering dan mati. Batang tanaman kelapa sawit
diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah itu pelepah yang
mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa
(Sunarko, 2009).
Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung. Terdapat tiga
tahap perkembangan daun kelapa sawit, yaitu: Lanceolate, daun awal berupa
helaian utuh yang keluar pada masa pembibitan; Bifurcate, bentuk daun dengan
helaian yang sudah pecah tetapi bagian ujung daun belum terbuka; Pinnate,
bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan arah anak
daun ke atas dan ke bawah (Tim Pengembangan Materi LPP, 2010). Pelepah
berduri di kedua sisinya. Anakan daun (foliage leaflet) berjumlah 80 - 120 helai
yang tersusun berbaris dua hingga ujung daun dan terbentuk dua daun per bulan
(20-24 daun per tahun). Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan
membentuk sudut 135o. Kelapa sawit memiliki kedudukan daun (phytotaxis) tiga
per delapan yang artinya dalam tiga putaran terdapat delapan helai daun. Letak
daun kesembilan berada satu garis dengan daun pertama (Sastrosayono, 2005).
Daun terdiri atas tangkai daun yang pada kedua tepinya terdapat dua baris
duri. Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama yang jauh lebih
panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya terdapat anak-anak daun. Tiap anak
daun terdiri atas tulang anak daun dan helai daun. Anak daun yang terpanjang
(pada pertengahan daun) dapat mencapai 1,2 meter. Jumlah anak daun dapat
mencapai 250-300 helai per daun. Jumlah produksi daun adalah 30-40 daun
pertahun pada pohon-pohon yang berumur 5-6 tahun, setelah itu produksi daun
menurun menjadi 20-25 daun per tahun (Soepadiyo, 2005).

13
Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya
bunga jantan dan bunga betina berada pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan
yang sama. Tanaman kelapa sawit yang berumur 3 tahun sudah mulai dewasa dan
mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk
lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantara angin dan atau serangga penyerbuk (Putranto, 2010).
Perbandingan bunga betina dan jantan (sex ratio) sangat dipengaruhi oleh
pupuk dan air. Jika tanaman kekurangan pupuk atau kekurangan air, bunga jantan
akan lebih banyak keluar. Produktivitas akan menjadi baik jika unsur hara dan air
tersedia dalam jumlah yang banyak dan seimbang. Sex ratio mulai terbentuk 24
bulan sebelum dipanen. Artinya, calon bunga (primordia) telah terbentuk dua
tahun sebelum panen. Karena itu, perencanaan produksi di hitung minimal tiga
tahun sebelumnya, sehingga perencanaan pemupukan dapat dijadwalkan
(Sunarko, 2009).
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA= free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya. Buah terkumpul didalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar
1.600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20-22 tandan per tahun. Jumlah
tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan
sekitar 25–35 kg. Buah terdiri dari tiga lapisan:
1. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
2. Mesoskarp, serabut buah Merupakan bagian yang mengandung minyak
dengan paling tinggi
3. Endoskarp, cangkang rendemen pelindung inti. Merupakan lapisan keras
dan berwarna hitam (Darnoko, 2000).
2.3. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

14
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropis
diantara 15o LU - 15o LS pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan
kelembaban 80-90 persen. Sedangkan intensitas penyinaran matahari yang cocok
untuk penanaman kelapa sawit adalah sekitar 5-7 jam per hari 24o-38o (Hartanto,
2011).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti
podsolik cokelat, podsolik kuning, podsolik merah kuning, hidromorfik kelabu,
alluvial regosol, gley humik, organosol (tanah gambut) (Risza, 2010). Penilain
kesesuaian lahan ditujukan terhadap setiap satuan peta tanah (SPT) yang
ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka sifat fisik
lingkungan suatu wilayah dirinci ke dalam suatu kualitas lahan (land qualities)
dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri satu atau lebih karakteristik lahan (land
characteristic) (Sulistyo, 2010).
Curah hujan yang ideal bagi kelapa sawit yakni 2.000– 2.500 mm pertahun
dan tersebar merata setiap tahun. Musim kemarau selama tiga bulan atau lebih
dapat menurunkan produksi kelapa sawit. Sedangkan curah hujan yang tinggi
tidak berpengaruh buruk terhadap produksi kelapa sawit, asalkan drainase dan
penyinaran matahari cukup baik (Sastrosayono, 2003).
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu
pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran
sangat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa
sawit antara 5-7 jam/hari. Beberapa daerah seperti Riau, Jambi, dan Sumatera
Selatan sering terjadi penyinaran matahari kurang dari 5 jam pada bulan-bulan
tertentu. Penyinaran yang kurang akan menyebabkan berkurangnya asimilasi dan
gangguan penyakit (Hartonoet al, 2002).
Kelembaban udara dan angin adalah faktor penting yang menunjang
pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban udara dapat mengurangi penguapan,
sedangkan angin berfungsi untuk membantu penyerbukan secara alamiah. Namun,
angin yang bersifat kering justru dapat menyebabkan penguapan yang lebih besar,
mengurangi kelembaban, dan kelayuan (Sunarko, 2009).

15
Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80-90 %.
Manfaatkan keadaan iklim selama pertumbuhan untuk mencapai kelembaban
optimum dengan cara penyimpanan air di waktu musim hujan dan membuat
sumur serapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban adalah suhu, sinar
matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranpirasi (Sunarko, 2009).
2.4. Pemupukan
produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit ini tidak
terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan merupakan upaya
perawatan yang sangat penting pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq). Aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit merupakan investasi yang
cukup besar dalam rangka mencapai produksi kelapa sawit yang optimal.
Mengingat hal tersebut, pupuk harus dapat di gunakan secara efisien dan tepat
sasaran. Ada 4T yang harus dijadikan pedoman dalam pemupukan yaitu tepat
jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara (Poelongan et al. 2000).
Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat di kelompokkan dalam lima
kelompok yaitu: pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk majemuk, pupuk lambat
tersedia (Tablet) dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk oleh pihak kebun
disarankan agar hati-hati, hal ini mengingat telah banyak jenis pupuk yang telah
beredar dipasar dengan berbagai bentuk dan komposisi hara. (Winarna, dkk,
2000).
2.4.1. Jenis-Jenis Pupuk Anorganik
a. Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah kelompok pupuk yang hanya mengandung satu jenis
unsur hara utama. Pupuk tunggal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hara N, P, K, Mg, dan Ca pada tanaman kelapa sawit. Pupuk tunggal merupakan
pupuk yang paling umum di gunakan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit,
utamanya untuk tanaman menghasilkan.
Kelebihan dari pupuk tunggal adalah mudah di dapat dan harga lebih
murah, kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang dibutuhkan,
kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman. Sedangkan
kelemahan dari pupuk tunggal adalah pupuk secara kelarutan cepat sehingga
tingkat lossis ataupun kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci, menguap

16
(Urea), pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti menimbulkan
pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah.

Tabel 1.1. Jenis dan spesifikasi pupuk tunggal dan pupuk majemuk yang umum di
rekomendasikan untuk tanaman kelapa sawit.
Hara Pupuk Spesifikasi
N UREA 46% N
ZA 21% N; 23% S
P SP-36  P2O (total) ; 36%
 P2O5(larut dalam asam sitrat) ;
34%
 S: 5%
Rock Phosphate (RP)  P2O (total) ; min 28%
SNI kualitas A  P2O (larut dalam asam sitrat 2%) :
min 8%
 Ca+Mg (setara CaO0 : min 40%
 Al2O2+Fe2O3: maks 3%
 Kadar air : maks 3%
 Kehalusan (lolos saringan 80
mesh) : min 50%
 Kehalusan (lolos saringan 25
mesh) : min 80%
K MOP K2O: 60%
Mg Kieserite MgO: 25%; S: 21%
Dolomite  MgO : min 18%
 CaO : min 30%
 Kadar air : maks 5%
 Ni : maks 5ppm
 Kehalusan (lolos saringan 100
mesh) : min 80%

17
NPKMg Majemuk  12% N
15:15:15  12% P205
 17% K2O
 2% MgO
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
b. Pupuk Majemuk/tablet
Pupuk majemuk berisi beberapa unsur hara yang di kombinasikan dalam
satu formulasi. Jika dibuat secara benar setiap butir pupuk majemuk mengandung
hara yang sama. Keuntungan aplikasi pupuk majemuk adalah semua unsur hara
utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Namun demikian biaya untuk
unit hara mungkin lebh tinggi secara nyata dibandingkan pupuk tunggal atau
pupuk campur dan perbandingan hara yang diperlukan tidak dapat di penuhi.
Pada saat ini diperkenalkan berbagai pupuk majemuk yang berbentuk
tablet yang mempunyai sifat lambat larut (slowrelease) sehingga dapat
mengurangi kehilangan hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan
menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu aplikasinya dapat
dilakukan hanya sekali selama masa pembibitan atau selama satu tahun pada
tanaman dilapangan.
Pertumbuhan vegetatif yang maksimal pada TBM dihasilkan dari
pemupukan yang optimal. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang tepat
dosis. Tepat dosis berarti pupuk harus diberikan sesuai dengan kebutuhan
tanaman, tidak boleh berlebihan dan juga tidak boleh kekurangan. Dasar penentu
dosis pupuk untuk pemupukan TBM adalah umur tanaman, jenis tanah, kondisi
penutup tanah, dan kondisi visual tanaman. Dosis tiap jenis pupuk berbeda-beda
sesuai umur tanaman (Sulistyo, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemupukan seperti tepat
waktu. Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), ada tiga waktu yang harus
diperhatikan saat ingin melakukan pemupukan.
a. Pupuk rock phosphate atau fosfat alam tidak boleh diberikan bersamaan
dengan pupuk ZA.
b. Pupuk ZA, MOP, dan kieserite dapat diberikan dalam waktu yang
berdekatan.

18
c. Jarak waktu pemberian pupuk ZA (yang diberikan lebih dahulu) dengan
fosfat alami adalah 4 minggu. Pupuk fosfat dapat diberikan lebih cepat,
jika turun hujan miniman 5 mm.
Ada dua cara memupuk yang umum dipakai pada tanaman kelapa sawit
yaitu sistem pocket (dibenam) dan sistem tabur langsung diatas piringan pohon
(Sulistyo, 2010).
Teknik penaburan pupuk agar dilakukan sesuai dengan anjuran sebagai
berikut:
a. Pupuk harus ditabur ke daerah dimana akar tersier paling banyak, yaitu
pada daerah piringan pohon/ disekitar bawah tajuk.
b. Pupuk yang ditabur harus gembur/remah dan tidak menggumpal terutama
pupuk N.
c. Pupuk harus ditabur meratapada permukaan tanah piringan pohon. d.
Penaburan pupuk N pada tanaman umur 1 bulan, mulai dari pangkal pohon
sampai dengan radius 30 cm dari pangkal pohon.
d. Sebelum pelaksanaan pemupukan agar Asisten Afdeling atau Mandor
Besar memberi contoh/ peragaan bagaimana menabur pupuk yang benar.
Pemupukan dilakukan dengan sistem tabur dan sistem poket. Pada sistem
tabur, pupuk ditaburkan di piringan pada jarak 0,5 meter hingga pinggir tanaman
pada tanaman muda, dan pada jarak 1-2,4 meter pada tanaman dewasa. Pada
tanaman belum menghasilkan pupuk di tebar pada piringan sedekatmungkin
dengan tanaman agar penyerapan oleh tanaman dapat maksimal,namun berjarsak
15 cm dari pangkal pohon (Malangyoedo, 2014).

19
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu


Kegiatan praktek kerja lapang dilaksanakan di PT. Asam Jawa-Torgamba
Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 8 Juli
sampai dengan tanggal 3 Agustus 2019.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu pupuk jenis Urea, MoP, NPK, triple super
phospat (TSP),dan dolomite.
Alat yang digunakan antara lain yaitu: ember, gendongan/pengikat, pisau,
mangkok, serta alat pelindung diri seperti penutup kepala, sarung tangan dan
sepatu boot, serta peralatan budidaya lainnya.
3.3. Metodologi
Metode yang dilakukan didalam melakukan kegiatan praktek kerja
lapangan yaitu :
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah mahasiswa mengumpulkan data dengan
mengamati secara langsung kelapangan untuk melihat serta mengamati keadaan
yang sebenarnya dilapangan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan dilapangan. Adapun observasi yang dilakukan mahasiswa termasuk
dalam jenis observasi partisifatif. Yaitu mahasiswa terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data sekunder dan Pengenalan secara umum tentang aspek budidaya
tanaman kelapa sawit yang akan digunakan sebagai data sekunder.
2. Studi Pustaka
Mahasiswa mencari referensi untuk melengkapi data-data sekunder agar
memperoleh hubungan antara teori dan aplikasi dilapangan tempat praktek kerja
lapang. Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal ilmiah, skripsi, informasi dari
internet yang bersifat informatif dan relevan.
3. Metode Sosialisasi dan Wawancara

20
Dalam metode ini setiap mahasiswa melakukan dialog dan bertanya
langsung kepada orang-orang yang terkait tentang Pengenalan secara umum
tentang aspek budidaya kelapa sawit dan mekanisasi kelapa sawit. dan terlibat
langsung dalam pelaksanaan dilapangan.
4. Metode Dokumentasi
Mahasiswa mengambil foto-foto kegiatan selama dilapangan, hal ini
digunakan untuk memperkuat isi laporan yang akan disusun serta membantu
mengingat apa saja kegiatan yang dilakukan pada saat PKL .
5. Praktek Dilapangan Secara Langsung
Mahasiswa Melakukan praktek secara langsung kelapangan dalam
kegiatan pemupukan anorganik pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
(TBM), setelah memahami atau menggali informasi dari sumber-sumber yang
berhubungan dengan kegiatan praktek kerja lapang (PKL).
3.4. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan yaitu mengenai informasi umum kebun lokasi
praktek kerja lapang meliputi (sejarah berdirinya kebun, luas areal, dan curah
hujan), data rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan (jenis
dan dosis pupuk), dosis pupuk yang digunakan di PT Asam Jawa, serta data
pelaksanaan pemupukan yang meliputi (persiapan, aplikasi lapangan dan
pengawasan).
3.5. Kegiatan Praktek Kerja Lapang
Kegiatan praktek kerja lapang dilakukan dengan mengikuti semua
kegiatan yang berada dilapangan dimana kegiatan dilaksanakan setiap hari Senin
sampai dengan hari kamis mulai pukul 06.30 Wib sampai dengan 12.00 Wib.
Pada hari jum`at dan sabtu tidak ada kegiatan lapangan. Praktek kerja lapang di
PT. Asam Jawa Kabupaten Labuhan Batu-Torgamba Provinsi Sumatera Utara.

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi PKL


PT. Asam Jawa-Torgamba adalah perusahaan perkebunan besar swasta
nasional didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) No. 6 tahun 1968 dan No. 12 tahun 1970, dan perseroan ini
didirikan berdasarkan akte No. 37 tanggal 16 Januari 1982 dan akte No. 53
tanggal 24 Oktober 1983 dihadapan Barnang Armino Pulungan, SH, notaris di
Medan. Mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan Nomor C2-3259 HT. 01 tahun 1984 tanggal 6 Juni 1984
yang dimuat dalam Lembaran Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.
62 tanggal 3 Agustus 1984. Sesuai dengan bunyi Surat Keputusan Menteri
Pertanian dalam hal ini Dirjen Perkebunan, Perkebunan PT. Asam Jawa
dinyatakan sebagai perkebunan besar swasta nasional, sedangkan legalitas usaha
sebagai perusahaan PMDN dinyatakan dalam Surat Persetujuan Tetap (SPT)
BKPM dalam Negeri No. 261/1/PMDN/1983 tanggal 13 Desember 1983.

Gambar 4.1. Peta lokasi PT Asam Jawa

PT. Asam Jawa-Torgamba, terletak diantara dua Kecamatan yaitu:


Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan Kecamatan Simpang

22
Kanan Kabupaten Rokan Hilir. Batas-batas wilayah perusahan ini adalah sebagai
berikut;
1. Sebelah Barat: Bebatasan dengan Dusun Sumberjo dan Desa Bunut
2. Sebelah Timur: Berbatasan dengan PT. SMA dan Kampung Tujuh
3. Sebelah Utara: Berbatasan dengan PT. SMA Sidodadi, Desa Bunut, PT.
Milano dan Desa Pangarungan
4. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan kecamatan simpang kanan, desa
pangarungan, PT. Milano dan Sulum
PT. Asam Jawa-Torgamba adalah perusahaan perkebunan besar swasta
nasional didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) No. 6 tahun 1968 dan No. 12 tahun 1970, dan perseroan ini
didirikan berdasarkan akte No. 37 tanggal 16 Januari 1982 dan akte No. 53
tanggal 24 Oktober 1983 dihadapan Barnang Armino Pulungan, SH, notaris di
Medan. Mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan Nomor C2-3259 HT. 01 tahun 1984 tanggal 6 Juni 1984
yang dimuat dalam Lembaran Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.
62 tanggal 3 Agustus 1984. Sesuai dengan bunyi Surat Keputusan Menteri
Pertanian dalam hal ini Dirjen Perkebunan, Perkebunan PT. Asam Jawa
dinyatakan sebagai perkebunan besar swasta nasional, sedangkan legalitas usaha
sebagai perusahaan PMDN dinyatakan dalam Surat Persetujuan Tetap (SPT)
BKPM dalam Negeri No. 261/1/PMDN/1983 tanggal 13 Desember 1983.
Perkebunan PT. Asam Jawa adalah perusahaan swasta nasional yang
bergerak dalm bidang perkebunan kelapa sawit yang cukup besar untuk ukuran
perkebunan swasta selama ini. PT. Asam Jawa mengelola perkebunan kelapa
sawitnya dengan memakai sistem swakelola, artinya perkebunan diawasi oleh
perusahaan sendiri dan terjun langsung, mulai dari bahan-bahannya, pendanaan
hingga penjualannya.Melihat kondisi lahan tanaman, dalam penanamannya ada
tanaman yang sudah menghasilkan dan ada pula tanaman yang belum
menghasilkan. Tanaman menghasilkan (TM) maksudnya adalah tanaman yang
telah menghasilkan buah kelapa sawit masak/tua maka akan dipanen dan setelah
itu akan diproses menjadi CPO, Kernel (inti sawit).

23
Tanaman belum menghasilkan (TBM) maksudnya adalah tanaman yang
belum menghasilkan buah kelapa sawit tanaman yang masih muda dan
memerlukan perawatan yang khusus mulai dari penyiraman bibit sampai
pemupukannya. Didalam mengelola kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit PT.
Asam Jawa menghasilkan produksi yang bermutu untuk mendapatkan kualitas
minyak kelapa sawit yang baik, agar dalam melaksanakan transaksi baik dalam
negeri maupun luar negeri tidak mengecewakan konsumen.
4.2. Aplikasi pupuk anorganik pada tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan di PT. Asam Jawa
Aplikasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit dilaksanakan seluruh baik
dari BHl, SKU, serta para mandor yang bertugas. Pemupukan pada tanaman
kelapa sawit belum mengasilkan diareal perkebunan divisi B PT Asam Jawa
dengan pupuk kimia berupa pupuk TSP (triple super phospate) dengan kebutuhan
tenaga kerja 11 anggota BHL dan diarahkan serta diawasi langsung oleh mandor 1
untuk melakukan pemuppukan pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
umur 1 tahun.

Gambar 4.1 Apel pagi dan pengarahan

Pengangkutan pupuk dilakukan dengan menggunakan johndeer dan di-


awasi oleh mandor 1 dan juga konduktor. Pada satu johndeer dapat membawa
pupuk sebanyak 8-10 ton. Pengangkutan pupuk dari gudang menuju ancak
membutuhkan 3 orang tenaga kerja, yang terbagi atas 2 anak buah dan 1 orang

24
bertugas sebagai supir johndeer. Lalu pupuk dibawa keancak yang telah
ditentukan sebelumnya.

Gambar 4.2. Pengangkutan pupuk anorganik

Untuk mengetahui dosis pupuk yang harus ditambahkan ke dalam tanah


yaitu dengan mempertimbangkan jumlah hara yang diserap tanaman, status hara
dalam daun, hara yang terangkut bersama hasil panen, hara yang kembali ke
tanah, hara yang hilang dari zona perakaran, dan kemampuan tanah dalam
menyediakan unsur hara (Siahaan et all,2010). Praktiknya rata-rata petani
memupuk sawit dengan jumlah 1,0 kg untuk sawit muda dan 2,0 kg per pohon
untuk sawit produktif, terdiri dari pupuk N, P dan K untuk setiap semesternya.
Jumlah pupuk yang diberikan ini masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan oleh
tanaman sawit dimana berdasarkan anjuran perusahaan kebutuhan sawit muda dan
produktif akan pupuk masing-masing sebanyak 4,0 kg dan 8,0 kg/pohon/6 bulan.
Kondisi tersebut didorong oleh beberapa diantaranya dalam memperoleh pupuk,
masalah transportasi dan cara pemberian pupuk (Pahan,2008).
Pada Jadi dapat dihitung, jika dalam 1 hari kerja dengan 10 orang tenaga
pemupuk, apabila dosis pupuk 2 kg/tanaman. Maka, luasan lahan yang mampu di
pupuk adalah:

borongan/orang x berat 1 sak∶ dosis/tanaman


=
populasi per ha x jumlah tenaga pemupuk

20 x 50 x 2
=
143 x 10

25
= 34,96 ha

Jadi, luasan lahan yang mampu di pupuk 10 oarang tenaga pemupuk dalam
1 hari kerja (hk) yaitu 34,96 ha.

Cara Pemberian pupuk anorganik di PT Asam Jawa sesuai dengan prinsip


4T yaitu: tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat tempat adapun
jenis-jenis pupuk anorganik yang digunakan yaitu: Urea, NPK, MOP, Dolomit,
dan TSP. cara atau teknik pemupukan baiasanya dilakukan dengan dua cara yaitu
ditebar (broadcast) dan ditanam (pocket). Namun, Pada lahan perkebunan kelapa
sawit divisi B hanya menggunakan metode tebar saja pada tanaman yang belum
menghasilkan. Hal ini diketahui lebih mempermudah penyebaran pupuk pada para
BHL.
Tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan.
Ada yang di dalam bokoran di tempat yang bersih dari gulma, ada juga yang
ditempatkan di luar bokoran dimana gulma lunak masih dapat tumbuh. Sebelum
kegiatan pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang
tidak boleh dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling
tidak ada jarak sekitar 12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk
lainnya.
Tempat penyebaran pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM)
dengan umur 1 bulan sampai pelepah menutupi bokoran adalah seluruh tempat di
bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus ditaburkan di luar bokoran, di atas
penutup tanah. Cara tersebut juga dilakukan pada TBM yang pelepahnya sudah
melewati bokoran yaitu melingkar diarea piringan yang telah dibersihkan dengan
jarak paling pendek yaitu 50 cm untuk pupuk kimia yang mengandung natrium
(N), sedangkan pada jarak 1 sampai 3 meter untuk pupuk kimia yang
mengandung fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg) dari pokok batang
hingga menyeluruh.
Sebelum pemupukan dimulai, pembersihan piringan sawit dilakukan
terlebih dahulu dan juga pembuatan pasar pikul untuk akses jalan para anggota
BHL. Piringan sawit merupakan bulatan yang berada disekeliling tanaman kelapa

26
sawit. Hal ini, dilakukan agar hama tidak mengganggu proses pemupukan.
Beberapa hal lainnya sebelum melakukan pemupukan adalah:
 Bersihkan tanaman dari alang-alang, rumput serta kotoran lain
 Pupuk ditabur merata dari 0,5 m dari pohon hingga pinggir areal yang
ditetapkan
 Pada areal berteras pupuk disebarkan pada piringan dengan takaran ¾ dari
dosis yang diberikan dibagian dalam teras yang berada dekat dengan
dinding bukut dan 1/3 dosis pada bagian luar teras.

Gambar 4.2. Aplikasi pupuk anorganik dengan cara ditebar

Menurut Sastrosayono (2003), cara menempatkan pupuk akan


mempengaruhi jumlah pupuk yang di serap akar tanaman. Penempatan pupuk juga
berpengaruh terhadap hasil TBS (PPKS,2003). Cara pemupukan yang di-
rekomendasikan oleh PPK berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
adalah dengan cara menabur pupuk (P, K, Mg) secara merata di piringan pada
jarak 1,5 m dari pangkal batang ke arah pinggir piringan, sedangkan pupuk N
dianjurkan agar dibenam dalam tanah. Pada daerah piringan yang belum
dilengkapi dengan tapal kuda, pemupukan dianjurkan dilakukan dengan cara
dibenamkan (untuk seluruh jenis pupuk) pada beberapa lubang di sekitar pohon.
Jenis pupuk yang diaplikasikan dengan cara di tebar yaitu Urea, mop,
dolomite,Tsp dan NPK. Dosis pupuk pada tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan di tentukan berdasarkan berbagai faktor, antara lain hasil analisa
daun, kesuburan tanah, produksi tanaman, percobaan lapangan, dan pengamatan

27
visual tanaman yang dilakukan oleh tim research and develovment PT. Asam
jawa. Berikut adalah tabel rekomendasi pupuk yang diaplikasikan pada tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan di PT. Asam Jawa dalam satu tahun.

Tabel 4.1. Rekomendasi pemupukan anorganik pada tanaman belum


menghasilkan (TBM) PT. Asam Jawa
Pemupukan Dosis
Aplikasi Dolomit MOP Triple super Urea NPK
phosphate
Semester 1 1 kg 0.75 kg 0.75 kg 1.25 kg 2 kg
Semester 2 1 kg 0,75kg 1.25 kg 1.25 kg 2 kg

Jumlah 2 kg 1,5 kg 2 kg 2.5 kg 4 kg

Pemupukan anorganik dilakukan 2 kali dalam satu tahun, yang dibagi


kepada dua semester. Waktu pemupukan umumnya dilakukan pada pagi hari
hingga menjelang siang, untuk menghindari penguapan yang mungkin terjadi
apabila dilakukan pada siang atau sore hari, dan juga untuk memudahkan proses
pengaplikasian. Urutan pemupukan disesuaikan dengan jenis pupuknya yaitu RP-
dolomit-Tsp-Mop-Urea. Jangka waktu pemberian seluruh jenis pupuk pada setiap
aplikasi per semester nya diusahakan dalam waktu kurang dari 2 bulan.
Pupuk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman kelapa sawit
belum menghasilkan (TBM) salah satunya yaitu pupuk kimia TSP, Dolomite,
Urea, dan puuk MOP. Namun pupuk yang digunakan pada PT.Asam Jawa pada
saat itu hanya pupuk Dolomite dan TSP . Pupuk TSP (Tripel Super Phospate)
yang memiliki rumus kimia Ca(H2PO4)2H2O, dengan kadar unsure hara utama 44-
52% P2O5, reaksi kemasaman netral , bentuk butiran (granulat), berwarna abu-
abu, dan kelarutan dalam airnya mudah larut. Dan pupuk dolomite yang memiliki
rumus kimia Camg(CO3)2, kadar unsure utama 18-22% MgO dan 40% Ca0, reaksi
keasamannya basa, bentuk tepung berwarna putih atau utih keabu-abuan,
kelarutannya sukar larut.
Menurut Adiwiganda (2007) waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan
oleh keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan

28
kondisi relief, dan proses pengadaan pupuk. Setyamidjaja (2006) menambahkan
bahwa waktu pemberian pupuk pada TBM didasarkan kepada umur tanaman.
Jadi, pemupukan tidak dilaksanakan pada patokan pemupukan pada awal atau
akhir musim hujan. Pahan (2010) menyatakan bahwa manfaat pemupukan secara
maksimal didapat pada bulan-bulan dengan curah hujan berkisar 100-250
mm/bulan. Pada masa ini, kondisi tanah cukup basah (tetapi belum jenuh),
sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman.
Penentuan kebutuhan pupuk untuk tanaman dapat menggunakan kurva
respon umum tanaman (generalized curve) terhadap pemupukan. Kebutuhan
pupuk dilakukan agar tanaman dapat mencapai hasil maksimum (Amisnaipa et
al.,2009). Perhitungan dosis optimum dilakukan dengan menurunkan persamaan
regresi kurva respon kuadratik peubah pertumbuhan dan perlakuan yang
memberikan pengaruh interaksi yang nyata terhadap peubah morfologi tanaman.

29
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan praktek kerja lapang dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaplikasian pupuk anorganik dengan dosis dan jenis pupuk yang tepat
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan yang baik pada
tanaman kelapa sawit belum menghasilkan di PT. Asam Jawa.
2. Jenis pupuk anorganik yang di guanakan di PT. Asam Jawa yaitu pupuk
NPK, Urea, MOP, TSP dan Dolomite.
3. Aplikasi pupuk di PT. Asam Jawa di lakukan sesuai prinsip 4T yaitu (tepat
jenis, tepat aplikasi, tepat dosis dan tepat waktu)
5.2. SARAN
Disarankan dalam perwatan tanaman kelapa sawit hendaknya benar-benar
dilakukan dengan baik dan optimal sehingga hasil yang di inginkan bisa tercapai
dengan baik. Serta pada saat pemupukan diharapkan pada buruh harian lepas
memakai alat pelindung diri, agar tidak berdampak bagi kesehatan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Adi,Putranto. 2010. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit Seri pertanian modern.
Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Adiwiganda,R. 2005. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005. Pusat Penelitian


Kelapa Sawit, Medan.

Adiwiganda. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Perkebunan Kelapa


Sawit.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Amisnaipa, A. D. Susila, R. Situmorang dan D.W. Purnomo. 2009. Penentuan


Kebutuhan Pupuk Kalium untuk Budidaya Tomat Menggunakan Irigasi
Tetes dan Mulsa Polyethylene. Jurnal Agronomi Indonesia 37(2) :115–
122.

Andoko, Agus dan Widodoro. 2013. Berkebun Kelapa Sawit si Emas Cair.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Offset.

Darnoko, D. and Cheryan, M. 2000. Kinetics of Palm Oil Transesterification in a -


Batch Reactor. Journal of the American Oil Chemists’ Society. 77:
1263-1267.

Fauzi Y, Widyastuti, Satyawibawa, Hartono. 2012. Kelapa Sawit Budi Daya


Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisis Usaha & Pemasaran. Penebar
Jakarta : Swadaya.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Hartanto H. 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa Sawit. Cetakan I. Yogyakarta:


Citra Media Publishing.

Hartanto, H., 2002, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Lubis, E dan Agus Widanarko. 2011. Kelapa Sawit. PT AgroMedia


Pustaka, Jakarta.
Mangoensoekarjo,S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya
Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agro Media Pustaka.


Jakarta. 130 hlm.

Pahan, Iyung. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

31
Pahan. I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir.Jakarta. Penebar Swadaya.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja, D., 2006. Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Sianturi, H.S.D,. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas


Sumatera Utara, Medan.

Sulistyo,B.2010. Budidaya Kelapa Sawit. Balai Pustaka. Jakarta.

Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan


Sistem Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit.
Tanggerang: Agromedia Pustaka.

Sutarta, E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro dan Winarna. 2003. Peranan unsur


hara dan sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit, hal. 81.
Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Sutarta, E. S., et al., 2003, Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan. Indonesia.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Tomat. Bandung: Yrama Widya.
Tinggi Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Medan.

Wahyuni, M. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit. Bahan Ajar Sekolah

Winarna,W. Darmosarkoro, dan E. S Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan


Tanaman Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E. G. Sutarta, dan
Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Jadwal Kerja Praktek Kerja Lapang di PT. Asam Jawa
No Hari/Tanggal Kegiatan
1. Senin /  Mahasiswa UIN Suska diterima oleh Perusahaan PT.
8 Juli 2019 Asam Jawa-Torgamba
 Mahasiswa UIN Suska diberi pengarahan di kantor
besar PT. Asam Jawa, serta pemberian tempat tinggal
2. Selasa /  Apel pagi di pembibitan bersama kepala divisi
9 Juli 2019 pembibitan dan peternakan, mandor dan para pekerja
 Perawatan pembibitan main nursery
3. Rabu /  Apel pagi serta pengarahan oleh mandor pengolahan
10 Juli 2019 limbah cair dan padat
 Pembuatan pupuk bokashi dan pupuk cair lcks
4. Kamis/  Mahasiswa di antar ke divisi masing-masing oleh
11 Juli 2019 manager
 Penerimaan dan penyambutan oelh kepala divisi B
dan para mandor
5. Jum’at/  Pemberian materi tentang rencana anggaran bulanan
12 Juli 2019 (RAT), dan rencana anggaran tahunan (RAT) oleh
kepala divisi B
 Praktek menghitung angka kerapatan panen bersama
mandor panen
6. Sabtu/  Pengendalian hama kumbang tanduk secara manual
13 Juli 2019 larva kumbang tanduk yang berada ditankos
7. Senin/  Pemberian materi mengenai cara membuat estimasi
15 Juli 2019 per divisi dan per mandoran oleh kepala divisi
 Praktek menghitung losis berondolan bersama
mandor panen

33
8. Selasa/  Pemberian materi mengenai kastrasi oleh manager
16 Juli 2019  Mengawasi serta mengamati operator alat berat
dalam pembuatan parit dan badan jalan baru
9. Rabu/  Pemupukan jenis urea pada tanamab belum
17 Juli 2019 menghasilkan (TBM)
10. Kamis/  Pengendalian hama kumbang tanduk dengan
18 Juli 2019 menacari larva kumbang tanduk yang berada di
janjangan kosong
11. Jum’at/  Pemupukan jenis urea pada tanaman menghasilkan
19 Juli 2019 (TM)
12. Sabtu/  Diskusi mengenai bagaimana mencari luasan, dan
20 Juli 2019 tonase per hari, serta fraksi (tingkat kematangan
buah) bersama kepala divisi dan para mandor panen
13. Senin/  Apel Pagi di kantor divisi B bersama mandor
22 Juli 2019 perawatan dan para pekerja buruh harian lepas (BHL)
 Pembuatan lubang pemupukan
14. Selasa/  Apel Pagi di kantor divisi B bersama mandor
23 Juli 2019 perawatan dan para pekerja buruh harian lepas (BHL)
 Pemupukan pupuk jenis urea+mop dan npk pada
tanaman menghasilkan denagn cara di benam
(pocket)
15. Rabu/  Apel Pagi di kantor divisi B bersama mandor
24 Juli 2019 perawatan dan para pekerja buruh harian lepas (BHL)
 Penyemprotan gulma yang ada di piringan dan pasar
pikul
16. Kamis/  Apel Pagi di kantor divisi B bersama mandor
25 Juli 2019 perawatan dan para pekerja buruh harian lepas (BHL)
 Penyemprotan gulma yang ada di piringan dan pasar
pikul
17. Jum’at/  Diskusi mengenai penyemprotan gulma
26 Juli 2019  Evaluasi cara mencari kebutuhan herbisida per ha

34
bersama mandor perawatan
18. Sabtu/  Apel Pagi di kantor divisi B bersama mandor
27 Juli 2019 perawatan dan para pekerja buruh harian lepas (BHL)
 Penyemprotan gulma sarang buaya
20. Selasa/  Apel Pagi di kantor divisi B bersama mandor
30 Juli 2019 perawatan dan para pekerja buruh harian lepas (BHL)
 Belajar menjadi seorang kerani kantor

35
Lampiran 2. Jurnal Harian PKL

JURNAL HARIAN PKL

Nama : Agit Lionti


NIM : 11782201864
Hari / Tanggal : Senin, 8 juli 2019

No. Kegiatan
1. Lembar ini diisi setiap hari dengan tulis tangan dan ditandatangani oleh
pembimbing lapangan

36
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan PKL

Proses pembuatan solid pupuk dolomite

Persiapan pemupukan Pupuk TSP

Pupuk KCL Wadah Penabur Pupuk

37

Anda mungkin juga menyukai