Oleh:
Dimas Febriandar
11780213680
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum
yang berjudul “Budidaya Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)” dengan baik.
Sholawat serta salam mari kita haturkan kepada junjungan alam yakni Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Amin
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, penulis mengalami beberapa
hambatan. Namun, semua itu dapat diatasi atas bantuan dari semua pihak. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-
teman yang telah mengapresiasi laporan praktikum ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan penulisan laporan praktikum berikutnya. Semoga laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pemerhati pendidikan
pada umumnya. Serta merupakan wujud sebuah pengabdian kami kepada Allah
SWT.
Pekanbaru,Mei 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................... 2
V. PENUTUP ................................................................................................ 16
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 16
5.2. Saran.... .............................................................................................. 16
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halamanan
4.1 Judul Tabel 1 .........................................................................................14
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Kelompok ...................................................................................... 18
iv
I. PENDAHULUAN
1
Untuk mengetahui tingkat kekerasan rubber bushing kita dapat melakukan
pengujian kekerasan (Alfa, A. A. 2001).
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
dalamfamili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung,getah, gota, kejai
ataupun havea.
4
B. Kulit
Susunan anatomi kulit karet berperanan penting dengan produksi lateks
dan produktivitas pohon tidak terlepas dari sifat anatomi dari sifat-sifat yang
diturunkan oleh pohon karet itu sendiri. Keret mempunyai struktur anatomi seperti
tanaman dikotil lainnya, secara umum jaringan kulit karet tersusun dan sel-sel
parenchymatis yang diantaranya terdapat jaringan pengangkut xilem dalam
pohon, keduanya dipisahkan oleh kambium (PTPN VII, 1993). Sesuai dengan
umur tanam, kulit dapat dibedakan menjadi (1) Kulit perawan (yang belum pernah
disadap) yangterdiri dari kulit keras dan kulit lunak. Kulit terdiri dari garis yang
terletak pada bagian yang paling luar dan bentuknya kasar dan bersisik. (2) Kulit
pilihan (yang sudah disadap) setelah disadap pembentukan phelloderm relatif
dibentuk lebih tebal dan secara langsung. Kadang kala regenerasi kulit pilihan
memakan waktu panjang (PTPN VII, 1993).
C. Daun
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm dan anak daun 3-10 cm. Biasanya ada tiga anak daun
yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis memanjang
dan tepinya rata dengan ujung meruncing. Disamping itu juga adanya interaksi
antar hara dan perbedaandari klondimana titik optimum dan titik kritis kadar hara
daun yang hubungannya dengan pertumbuhan pohon dan produksi yang maksimal
harus ditetapkan (PTPN VII, 1993).
5
terbagi dalam dua karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung
adalah suatu bakal bakal buah yang tidak tumbuh sempurna (PTPN VII, 1993).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak maka akan pecah
dengan sendirinya. Pemecahan terjadidengan kuat menurut ruang-ruangnya.
Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara
alami. Biji-biji yang terlontar kadang-kadang sampai jauh, akan tumbuh dalam
lingkungan yang mendukung (PTPN VII, 1993).
Biji karet merupakan hasil persarian dari alat persarian terdiri dari benang
sari dan putik. Biji yang dihasilkan dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji
illegitim,legitim dan propalegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan
dari penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui dengan pasti,
sedangkan bunga jantannya tidak diketahui. Biji legitim merupakan biji yang
diperoleh dari penyerbukan silang yang bunga betina dan jantannya diketahui
dengan pasti. Sedangkan biji propalegitim merupakan biji yang diproleh dari
penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga jantannya
tidak pasti (PTPN VII, 1993).
6
dengan 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi
hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
c) Tinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah
dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m
dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet
(Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
d) Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik
untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang
tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15
- 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi di atas.
e) Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih
mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan
Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara
umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya
cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik.
Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0-pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan
> pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara
lain :
1. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
2. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
7
3. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
4. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
5. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
6. Kemiringan tanah < 16% dan
7. Permukaan air tanah < 100 cm
8
Hubungan antar tanaman pada lahan datar atau agak miring dapat
berbentuk segitiga sama sisi, bujur sangkar atau hubungan jalan.
f) Penanaman penutup tanah
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat
tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman
dan harus berakhir sebelum musim kemarau.
Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata
tidur maupunbibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit siap
tanamadalah sebagai berikut :
Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus
sudah membengkak/mentis. Hal ini dapatdiperoleh dengan cara menunda
pencabutan bibit minimalseminggu sejak dilakukan pemotongan batang
bawah.
Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibityang sudah
ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yangdipakai maksimum
memiliki dua payung daun tua.
Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ketengah-tengah lubang
tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata okulasidiseragamkan
menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan pada tanah yang
berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras,
sedangkan bibit dalam polybag arah okulasimenghadap Timur.
Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah( sub-soil) dan
selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah
dipadatkan secarabertahap sehingga timbunan menjadi padat dankompak,
tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan
tanah di sekelilingnya.Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang
baik, ditandai dengan tidak goyangdan tidak dapat dicabutnya stum yang
ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan
dengan hati-hati mulai daribagian pinggir ke arah tengah.
9
mengendalikan pertumbuhan tanaman dan membantu dalam proses
perkecambahan biji. Farapti dan Sayogo (2014) menjelaskan buah kelapa
mencapai maturitas maksimal umur 12-13 bulan.Volume air kelapa mencapai
maksimal pada umur 6 – 8 bulan, dan seiringdenganbertambahnya umur buah
kelapa, volume air makin berkurang diganti kandungan kernel (daging buah) yang
makin keras dan tebal. Bersamaan dengan menebalnya kernel membuat
kandungan natrium dan kalium dalam air kelapa muda berkurang, begitupun
kandungan nutrisi pada air kelapa dan hormon di dalamnya, sehingga dipilihlah
kelapa yang memiliki volume air maksimaldandagingbuah belum terbentuk tebal
diharapkan kandungan hormon di dalamnya masih baik.
10
III. METODOLOGI
Kelas B
B0 : Tanpa perendaman
B1 : Perendaman air panas 2 menit
B2 : Perendaman air panas 4 menit
B3 : Perendaman air panas 6 menit
11
Kelas C
C0 : Benih tanpa digosok
C1 : Benih digosok hingga nampak mata embrio
Kelas D
D0 : Tanpa pemberian ekstrak bawang merah
D1 : Pemberian ekstrak bawang merah 1%
D2 : Pemberian ekstrak bawang merah 2%
D3 : Pemberian ekstrak bawang merah 3%
a. Penanaman
Penanaman dilakukan dalam polybag setelah dilakukan pematahan
dormansi pada masing-masing benih karet. Benih ditanam sedalam 1 cm di dalam
polybag. Setiap polybag ditanam 1 benih karet.
b. Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai kapasitas lapang dan
selanjutnya dikurangi bila keadaan tanah basah dan lembab.
c. Pengamatan
Ada beberapa parameter pengamatan yang dilakukan, diantaranya :
1. Waktu berkecambah (hari setelah tanam - HST)
Waktu perkecambahan dicatat saat pertama kali kecambah tanaman
muncul.
12
4. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman dapat dihitung setelah tanaman berumur 2 MST sampai 8
MST yang diukur mulai pangkal batang hingga titik tumbuh percabangan
pada batang tanaman karet.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada hasil daya kecambah di setiap tabel konsentrasi perendaman air kelapa
menunjukkan bahwasannya terdapat hasil yang berbeda nyata terhadap
pertumbuhan daya kecambah pada karet, yakni semakin besar konsentrasi
perendaman air kelapa yang diberikan maka semakin besar pula daya kecambah
pada biji karet tersebut. Dari hasil tabel diatas tersebut diperoleh daya kecambah
yang paling tinggi yaitu pada konsentrasi 50 % sebesar 37,50 % dan pada
konsentrasi 75% sebesar 25 %. Sedangkan persentase daya kecambah terendah
ditunjukan oleh perlakuan konsentrasi perendama air kelapa 0% sebesar 6.25 %.
Persentase Kecambah pada perlakuan ini hanya sekitar 6,25 %. Kemungkinan
benih karet yang digunakan masih dalam masa dormansi, seperti pernyataan
Harjadi (1993) bahwa pada perkecambahan ada serangkaian proses penting yang
terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh tergantung
viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok, dan usaha pemecahan dormansi.
Sedangkan pada perlakuan kontrol tidak dilakukan upaya untuk mematahkan
dormansi. Dormansi pada biji disebabkan oleh rendahnya giberelin endogen
dalam biji (Wattimena, 1998). Danoesastro (1997) mengemukakan bahwa auksin
dapat mendukung daya kecambah dan kecepatan perkecambahan.
Pada tabel perlakuan 25 % air kelapa muda, benih mulai berkecambah pada
minggu ke-2. Persentase kecambah pada perlakuan ini mencapai 18,75 % dan
nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menggunakan perlakuan kontrol
(Lampian 2). Hal ini diduga karena hormon sitokinin yang terkandung pada
kelapa muda mampu mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi
14
jaringan dalam merangsang pertumbuhan tunas. Auksin yang terkandung dalam
air kelapa muda diserap oleh jaringan tanaman dan meningkatkan pembelahan sel
dan akhirnya membentuk tunas (Nazara, dkk., 2019). Menurut George dan
Sherrington (1984), pada pembentukan tunas adventif diperlukan sitokinin dalam
konsentrasi yang tinggi dan auksin dalam konsentrasi yang rendah.
Berdasarkan (Muazzinah,2017) menyatalkan bahwa pemberian air kelapa
pada biji karet dengan konsentrasi 50% dan 75% ini mengandung zat pengatur
tumbuh alami berupa auksin dan sitokini ini berpengaruh nyata dan mampu
menyebabkan perubahan metabolisme pada jaringan stum lebih terpacu sehingga
menyebabkan waktu melantis yang semakin cepat.
Tetapi, hal ini sangat berbeda nyata dengan penilitian Yunitra (2011) yang
menyatakan bahwa perendaman dengan air kelapa dengan konsentrasi 25%
mampu meningkatkan daya kecambah benih markisa. Dan juga pada penelitian
(Muazzinah,2017), menunjukkan bahwa dengan konsentrasi rendah air kelapa
pada biji karet sebesar 25% mampu meningkatkan tinggi pekecambahan pada biji
karet. Perbedaan tersebut di pengaruhi oleh faktor – faktor tertentu bahwasahnya
pada setiap tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap pemberian zat
pengatur tumbuh. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang tepat
dapat meningkat pertumbuhan tanaman (Harjadi,2009).
15
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada kesimpula praktikum ini yaitu air kelapa muda mempunyai pengaruh
yang sangat nyata bagi pertumbuhan dan pematahan dormansi pada biji karet. Ini
dikarenakan pada air kelapa muda ini mempunyai kandungan sitokinin auksin,
dan giberelin yang berfungsi untuk membantu benih yang sedang dalam fase
dormansi agar dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik. Hasil terbaik pada
perlakuan air kelapa muda adalah dengan konsentrasi 50% yang persentase
kecambahnya mencapai 37,.5%
5.2 Saran
Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai
pematahan dormansi dengan air kelapa muda.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hedty, Mukarlina dan Masnur Turnip. 2014. Pemberian H2SO4 dan Air Kelapa
pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.). Fakultas
MIPA, Universitas Tanjugppura. Pontianak.
Nazara, Marniati., idwar, Fetmi Silvina. 2019. Pengaruh Air Kelapa Muda dan
Ekstrak Bawang Merah Terhadap Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet
(Hevea brassiliensis L.) Klon PB 260. Fakultas Pertanian, Universitas
Riau. Pekanbaru
17
LAMPIRAN
4.1. KELOMPOK 1 (0 %)
Tabel 1. Waktu Berkecambah HST/MST
JUMLAH KECAMBAH YANG TUMBUH PER MINGGU
BARIS KE MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 2 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0
18
RATA 34,5 5,5 47 9,5
19
1 28,
4 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0
0 5
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 36, 35,
6 0 15 0 0 3 0 3 0 0 0 0 3 0 3 0
4 4 6
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16, 38,
8 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0
4 8
RAT
13,63 3 28,93 3
A
20
4.4 KELOMPOK 4 (75 %)
Tabel 1. Waktu Berkecambah (HST / MST)
JUMLAH KECAMBAH YANG TUMBUH PER MINGGU
BARIS KE MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 1 0 0
3 0 0 0 1 0 2 0 0
4 0 0 0 0 0 2 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 1 0 0
7 0 0 0 0 0 1 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0
21
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
22