Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

PEMATAHAN DORMANSI BIJI KARET (Hevea Brasiliensis)


DENGAN PERENDAMAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR
KELAPA MUDA

Oleh:

Dimas Febriandar
11780213680

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum
yang berjudul “Budidaya Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)” dengan baik.
Sholawat serta salam mari kita haturkan kepada junjungan alam yakni Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Amin
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, penulis mengalami beberapa
hambatan. Namun, semua itu dapat diatasi atas bantuan dari semua pihak. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-
teman yang telah mengapresiasi laporan praktikum ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan penulisan laporan praktikum berikutnya. Semoga laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pemerhati pendidikan
pada umumnya. Serta merupakan wujud sebuah pengabdian kami kepada Allah
SWT.

Pekanbaru,Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3


2.1. Tinjauan Umum Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) ...................... 3
2.1.1 Taksonomi................................................................................. 4
2.1.2 Morfologi .................................................................................. 4
2.2. Budidaya Tanaman Karet .................................................................. 6
2.2.1. Persyaratan Tumbuh Karet ...................................................... 6
2.2.2. Persiapan Lahan ....................................................................... 8
2.3. Pematahan Dormansi Biji Karet dengan Air Kelapa ......................... 9

III. METODOLOGI ...................................................................................... 11


3.1. Tempat dan Waktu ............................................................................. 11
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................... 11
3.3. Pelaksanaan Percobaan Praktikum .................................................... 11
3.3.1 Persiapan Media Tanam ............................................................ 11
3.3.2 Pemberian Perlakuan Pematahan Dormansi Benih................... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 14

V. PENUTUP ................................................................................................ 16
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 16
5.2. Saran.... .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17


LAMPIRAN..... ............................................................................................... 18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halamanan
4.1 Judul Tabel 1 .........................................................................................14

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Data Kelompok ...................................................................................... 18

2. Dokumentasi Kegiatan ........................................................................... 22

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara perkebunan karet terluas didunia, meskipun
tanaman karet sendiri baru diintroduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu
sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan
karet di Indonesia tersebut 84,5% diantaranya merupakan kebun milik rakyat
8,4% milik swasta dan hanya 7,4% merupakan milik negara (Setiawan dan
Andoko, 2005)
Tanaman karet adalah tanaman tropis yang berkembang dengan baik pada
zona antara 15°LS dan 15°LU dengan curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per
tahun. Tanaman ini tumbuh secara optimal pada ketinggian 200 m di atas
permukaan laut, suhu pertumbuhan antara 25-35°C dengan suhu optimal
28°C(Setyamidjaja, 1993). Tanaman karet berasal dari Brazil dan masuk
indonesia pada tahun 1876. Karet alam diperoleh dengan menyadap batang
tanaman karet. Karet alam yang baru disadap mengandung 36% Hidro
Carbonkaret sebagai fraksi padatan dan sisanya bahan bukan karet yang
jumlahnya relatif kecil. Sebagian besar larut dalam air, dan sebagian lagi
terdispersi pada permukaan partikel karet (Barney, 1973).
Karet dapat diolah menjadi berbagai bentuk olahan permesinan, salah satu
adalah pengolahan karet menjadi rubber bushing. Rubber bushing merupakan
komponen yang berupa karet yang berada pada titik tumpu antara roda dengan
lengan pencengkeramnya. Rubber bushingberguna untuk meredam getaran pada
sambungan antar komponen suspensi dari logam tersebut. Salah satu cara untuk
mengetahui kualitas rubber bushing adalah dengan melihat tingkat kekerasannya.
Sulfur adalah salah satu bahan aditif pencampurkaret kompondalam
pembuatan rubber bushingyang berfungsi untuk meningkatkan kekerasan.
Semakin banyak kandungan sulfur dalam karet kompon maka rubber bushing
akan semakin keras pula (Alfa, A. A. 2001).
Sangat penting untuk mengetahui tingkat kekerasan rubber bushing.
Dengan mengetahui kekerasan rubber bushing kita dapat mengetahui kualitasnya.

1
Untuk mengetahui tingkat kekerasan rubber bushing kita dapat melakukan
pengujian kekerasan (Alfa, A. A. 2001).

1.2. Tujuan Praktikum


Pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan yaitu bertujuan
untuk mengetahui cara dan teknik budidaya tanaman karet dan untuk mengetahui
respon pertumbuhan bibit karet (Hevea brassiliensis L.) dengan beberapa cara
pematahan dormansi benih

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Karet


Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya
pertama kali padaumur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa
diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.Kayu tanaman karet,
bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan
bangunan, misalnya untuk membuatrumah, furniture dan lain-lain (Purwantadkk.,
2008).
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya
Brasil. Sebelum dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara
besar-besaran, penduduk asli Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah
memanfaatkan beberapa jenis tanaman penghasil getah. Karet masuk ke Indonesia
pada tahun 1864, mula-mula karet ditanam di kebun Raya Bogor sebagai tanaman
koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa
daerah sebagai tanaman perkebunan komersial (Setiawan dan Andoko, 2005).
Prospek industri karet masih terbuka luas sejalan dengan bergesernya
konsumsi karet dunia dari Eropa dan Amerika ke Asia. Untuk itu, industri karet
harus mampu berproduksi maksimal apalagi pasokan karet domestik semakin
besar pascapembatasan ekspor.Indonesia memiliki areal karet paling luas di dunia,
yaitu 3,4 juta ha dengan produksi karet per tahun 2,7 juta ton. Meski begitu,
produktivitasnya hanya 1,0 ton/ha, lebih rendah daripada Malaysia (1,3 ton/ha)
dan Thailand (1,9 ton/ha). Produksi karet di Indonesia, Thailand, dan Malaysia
berkontribusi 85% dari total produksi dunia. Namun, Indonesia memiliki
kesempatan paling besar untuk memimpin industrikaret dunia. Harga karet dunia
saat ini masih mengalami tekanan akibat turunnya permintaan. Oleh karena itu,
tiga negara utama produsen karet alam bersepakat menahan penurunan harga
dengan mengurangi ekspor sejak Agustus lalu. Artinya pasokan karet di dalam
negeri akan semakin melimpah(Kemenperin, 2012).Tanaman karet termasuk

3
dalamfamili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung,getah, gota, kejai
ataupun havea.

2.1.1 Taksonomi (Klasifikasi) Karet


Menurut Starsburgers (1964) sistematika tanaman karet adalah : Divisio
: Spermatophyta, Sub divisio : Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Sub
class : Monoclamydae, Ordo : Tricoccae, Famili : Euphorbiaceae, Genus :
Hevea, Species : Hevea brasiliensis Muell. Arg.

2.1.2 Morfologi Karet


A. Akar
Sistem perakaran tanaman karet yaitu sebagai berikut : (1) Tanaman karet
memiliki akar tunggang, akar lateral dan akar baru yang lateral menyebar kesegala
arah dimana perakaran hara vertikal sebagian besar berada pada kedalaman 0-75
cm dari tanah. (2) Pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada
lingkunganyang sempit disekitar pohon, pada tanaman dewasa akar cabang primer
mulai membentuk cabang pada jarak 50-150 cm dari pangkal. (3) Penyebaran
perakaran hara pada tanaman berumur lebih dari 5 tahun meningkat mulai jarak ±
60 cm dari pohon kearah ujung mencapai 300 cm setelah itu mulai berkurang. (4)
Pembentukan akar hara terjadi selama-lamanya membentuk tajuk baru dan secara
berangsur pembentukan akan menurun. (5) Pada umumnya akar tunggang
tanaman karetmampu mencapai kedalaman 2 meter atau lebih, sedang perakaran
lateral nya mampu menyebar sampai 20 meter atau lebih. Makin tiggi intensitas
sifat-sifat tanah dalam membatasi pertumbuhan dan perkembangan akar
menyebabkan penyebaran akar makin terbatas. Akibatnya ruang gerak dan
jangkauan perakaran tanaman dalam memperoleh unsur-unsur hara, air, dan udara
menjadi terbatas dan pada gilirannya pertumbuhan bagian atas tanaman terhambat
dan produksinya turun ( Siregar dan Nasution dalam PTPN VII, 1993).

4
B. Kulit
Susunan anatomi kulit karet berperanan penting dengan produksi lateks
dan produktivitas pohon tidak terlepas dari sifat anatomi dari sifat-sifat yang
diturunkan oleh pohon karet itu sendiri. Keret mempunyai struktur anatomi seperti
tanaman dikotil lainnya, secara umum jaringan kulit karet tersusun dan sel-sel
parenchymatis yang diantaranya terdapat jaringan pengangkut xilem dalam
pohon, keduanya dipisahkan oleh kambium (PTPN VII, 1993). Sesuai dengan
umur tanam, kulit dapat dibedakan menjadi (1) Kulit perawan (yang belum pernah
disadap) yangterdiri dari kulit keras dan kulit lunak. Kulit terdiri dari garis yang
terletak pada bagian yang paling luar dan bentuknya kasar dan bersisik. (2) Kulit
pilihan (yang sudah disadap) setelah disadap pembentukan phelloderm relatif
dibentuk lebih tebal dan secara langsung. Kadang kala regenerasi kulit pilihan
memakan waktu panjang (PTPN VII, 1993).

C. Daun
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm dan anak daun 3-10 cm. Biasanya ada tiga anak daun
yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis memanjang
dan tepinya rata dengan ujung meruncing. Disamping itu juga adanya interaksi
antar hara dan perbedaandari klondimana titik optimum dan titik kritis kadar hara
daun yang hubungannya dengan pertumbuhan pohon dan produksi yang maksimal
harus ditetapkan (PTPN VII, 1993).

D. Bunga, Buah, dan Biji


Bunga yang sempurna terdiri dari atas tiga bagian pokok yaitu dasar
bunga, perhiasan bunga dan persarian. Benang sari dandan putik ini terdapat
dalam satu bunga atau bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang
terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga
berbentuk lonceng. Pada ujung terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda
bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt. Ukurannya lebih besar sedikit dari
yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang
akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah.Bunga jantan
mempunyai seluruh benang sari yang tersusun menjadi satu tiang. Kepala sari

5
terbagi dalam dua karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung
adalah suatu bakal bakal buah yang tidak tumbuh sempurna (PTPN VII, 1993).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak maka akan pecah
dengan sendirinya. Pemecahan terjadidengan kuat menurut ruang-ruangnya.
Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara
alami. Biji-biji yang terlontar kadang-kadang sampai jauh, akan tumbuh dalam
lingkungan yang mendukung (PTPN VII, 1993).
Biji karet merupakan hasil persarian dari alat persarian terdiri dari benang
sari dan putik. Biji yang dihasilkan dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji
illegitim,legitim dan propalegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan
dari penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui dengan pasti,
sedangkan bunga jantannya tidak diketahui. Biji legitim merupakan biji yang
diperoleh dari penyerbukan silang yang bunga betina dan jantannya diketahui
dengan pasti. Sedangkan biji propalegitim merupakan biji yang diproleh dari
penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga jantannya
tidak pasti (PTPN VII, 1993).

2.2 Budidaya Tanaman Karet


2.2.1 Persyaratan Tumbuh tanaman karet
a) Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150
LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak
terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat (Suhendry, I.
2002).Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 °
C dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet
membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam
(Santosa. 2007.).
b) Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm
sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai

6
dengan 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi
hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
c) Tinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah
dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m
dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet
(Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
d) Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik
untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang
tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15
- 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi di atas.
e) Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih
mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan
Daslin, 1995).

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara
umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya
cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik.
Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0-pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan
> pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara
lain :
1. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
2. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air

7
3. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
4. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
5. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
6. Kemiringan tanah < 16% dan
7. Permukaan air tanah < 100 cm

2.2.2 Persiapan Lahan


a) Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman karet bisa berupa
lahan yang baru dibuka (perluasan/new planting), lahan bekas
tanaman karet yag dibongkar (peremajaan/replantig), atau lahan bekas
tanaman lain (konversi).
b) Kegiatan pada areal yang baru dibuka meliputi
1. Penebangan pohon,
2. pembongkaran tunggul,
3. pembabadan/penebasan semak, dan
4. pembersihan sisa-sisa tumbuhan tersebut (pembakaran).
c) Kegiatan pada pembukaan ulangan/peremajaan atau konversi meliputi
Pembongkaran tanaman tua dan pembersihan sisa-sisa tanaman
tersebut; pengolahan tanah; perbaikan teras, saluran dan jalan kebun.
d) Konservasi Lahan
Cara yang biasa digunakan untuk mencegah kerusakan lahan,
meliputi:
1. penanaman menurut kontur;
2. pembuatan teras (bisa berbentuk teras individu atau teras kolektif);
3. penanaman tanaman penutup tanah.
e) Pengajiran
Tujuanya adalah untuk memperoleh barisan tanaman yang teratur
sesuai jarak tanam dan naungan tanaman. Barisan tanaman karet yang
terbentuk ada dua macam:
(1) barisan lurus, untuk lahan yang datar dan agak miring;
(2) barisan kontur, pada lahan yang bergelombang atau berbukit.

8
Hubungan antar tanaman pada lahan datar atau agak miring dapat
berbentuk segitiga sama sisi, bujur sangkar atau hubungan jalan.
f) Penanaman penutup tanah
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat
tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman
dan harus berakhir sebelum musim kemarau.
Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata
tidur maupunbibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit siap
tanamadalah sebagai berikut :
 Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus
sudah membengkak/mentis. Hal ini dapatdiperoleh dengan cara menunda
pencabutan bibit minimalseminggu sejak dilakukan pemotongan batang
bawah.
 Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibityang sudah
ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yangdipakai maksimum
memiliki dua payung daun tua.
 Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ketengah-tengah lubang
tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata okulasidiseragamkan
menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan pada tanah yang
berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras,
sedangkan bibit dalam polybag arah okulasimenghadap Timur.
 Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah( sub-soil) dan
selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah
dipadatkan secarabertahap sehingga timbunan menjadi padat dankompak,
tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
 Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan
tanah di sekelilingnya.Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang
baik, ditandai dengan tidak goyangdan tidak dapat dicabutnya stum yang
ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan
dengan hati-hati mulai daribagian pinggir ke arah tengah.

2.3. Pematahan Dormansi Biji Karet Dengan Air Kelapa


Air kelapa sebagai salah satu zat pengatur tumbuh alami yang lebih murah
dan mudah didapatkan. Secara prinsip zat pengatur tumbuh bertujuan untuk

9
mengendalikan pertumbuhan tanaman dan membantu dalam proses
perkecambahan biji. Farapti dan Sayogo (2014) menjelaskan buah kelapa
mencapai maturitas maksimal umur 12-13 bulan.Volume air kelapa mencapai
maksimal pada umur 6 – 8 bulan, dan seiringdenganbertambahnya umur buah
kelapa, volume air makin berkurang diganti kandungan kernel (daging buah) yang
makin keras dan tebal. Bersamaan dengan menebalnya kernel membuat
kandungan natrium dan kalium dalam air kelapa muda berkurang, begitupun
kandungan nutrisi pada air kelapa dan hormon di dalamnya, sehingga dipilihlah
kelapa yang memiliki volume air maksimaldandagingbuah belum terbentuk tebal
diharapkan kandungan hormon di dalamnya masih baik.

10
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan ini dilakukan dilahan
percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, dilaksanakan mulai setiap hari senin tanggal 5 April sampai
dengan 20 Mei 2019 dan pada pukul 16.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum TPTP Perkebunan ini
adalah tanah benih karet klon PR 228, topsoil, polybag, benih karet, air kelapa, air
panas, ekstrak bawang merah, pupuk kandang, label. Sedangkan alat yang
digunakan adalah cangkul, paranet, meteran, alat tulis, penggaris dan gembor.

3.3. Pelaksanaan Percobaan Praktikum


3.3.1 Persiapan Media Tanam
Media tanam top soil dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1
dimasukkan kedalam polybag ukuran 10 kg setelah dilakukannya homegen antara
top soil dan pupuk kandang.

3.3.2 Pemberian Perlakuan Pematahan Dormansi Benih


Teknik pematahan dormansi yang dilakukan pada praktikum ini :
Kelas A
A0 : Tanpa Perlakuan
A1 : Air kelapa muda dengan konsentrasi 25%
A2 : Air kelapa muda dengan konsentrasi 50%
A3 : Air kelapa muda dengan konsentrasi 75%

Kelas B
B0 : Tanpa perendaman
B1 : Perendaman air panas 2 menit
B2 : Perendaman air panas 4 menit
B3 : Perendaman air panas 6 menit

11
Kelas C
C0 : Benih tanpa digosok
C1 : Benih digosok hingga nampak mata embrio

Kelas D
D0 : Tanpa pemberian ekstrak bawang merah
D1 : Pemberian ekstrak bawang merah 1%
D2 : Pemberian ekstrak bawang merah 2%
D3 : Pemberian ekstrak bawang merah 3%

a. Penanaman
Penanaman dilakukan dalam polybag setelah dilakukan pematahan
dormansi pada masing-masing benih karet. Benih ditanam sedalam 1 cm di dalam
polybag. Setiap polybag ditanam 1 benih karet.

b. Pemeliharaan Tanaman
 Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai kapasitas lapang dan
selanjutnya dikurangi bila keadaan tanah basah dan lembab.

c. Pengamatan
Ada beberapa parameter pengamatan yang dilakukan, diantaranya :
1. Waktu berkecambah (hari setelah tanam - HST)
Waktu perkecambahan dicatat saat pertama kali kecambah tanaman
muncul.

2. Persentase kecambah (%)


∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
PK= ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 x 100 %

3. Jumlah Daun (helai)


Jumlah daun dihitung setiap pengamatan dilakukan.

12
4. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman dapat dihitung setelah tanaman berumur 2 MST sampai 8
MST yang diukur mulai pangkal batang hingga titik tumbuh percabangan
pada batang tanaman karet.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persentase Perkecambahan


Tabel 4.1 Persentase Daya Kecambah (%)
No. Konsentrasi Perlakuan % Persentase Daya Perkecambahan %
1 0% 6.25
2 25% 18.75
3 50% 37.50
4 75% 25

Pada hasil daya kecambah di setiap tabel konsentrasi perendaman air kelapa
menunjukkan bahwasannya terdapat hasil yang berbeda nyata terhadap
pertumbuhan daya kecambah pada karet, yakni semakin besar konsentrasi
perendaman air kelapa yang diberikan maka semakin besar pula daya kecambah
pada biji karet tersebut. Dari hasil tabel diatas tersebut diperoleh daya kecambah
yang paling tinggi yaitu pada konsentrasi 50 % sebesar 37,50 % dan pada
konsentrasi 75% sebesar 25 %. Sedangkan persentase daya kecambah terendah
ditunjukan oleh perlakuan konsentrasi perendama air kelapa 0% sebesar 6.25 %.
Persentase Kecambah pada perlakuan ini hanya sekitar 6,25 %. Kemungkinan
benih karet yang digunakan masih dalam masa dormansi, seperti pernyataan
Harjadi (1993) bahwa pada perkecambahan ada serangkaian proses penting yang
terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh tergantung
viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok, dan usaha pemecahan dormansi.
Sedangkan pada perlakuan kontrol tidak dilakukan upaya untuk mematahkan
dormansi. Dormansi pada biji disebabkan oleh rendahnya giberelin endogen
dalam biji (Wattimena, 1998). Danoesastro (1997) mengemukakan bahwa auksin
dapat mendukung daya kecambah dan kecepatan perkecambahan.
Pada tabel perlakuan 25 % air kelapa muda, benih mulai berkecambah pada
minggu ke-2. Persentase kecambah pada perlakuan ini mencapai 18,75 % dan
nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menggunakan perlakuan kontrol
(Lampian 2). Hal ini diduga karena hormon sitokinin yang terkandung pada
kelapa muda mampu mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi

14
jaringan dalam merangsang pertumbuhan tunas. Auksin yang terkandung dalam
air kelapa muda diserap oleh jaringan tanaman dan meningkatkan pembelahan sel
dan akhirnya membentuk tunas (Nazara, dkk., 2019). Menurut George dan
Sherrington (1984), pada pembentukan tunas adventif diperlukan sitokinin dalam
konsentrasi yang tinggi dan auksin dalam konsentrasi yang rendah.
Berdasarkan (Muazzinah,2017) menyatalkan bahwa pemberian air kelapa
pada biji karet dengan konsentrasi 50% dan 75% ini mengandung zat pengatur
tumbuh alami berupa auksin dan sitokini ini berpengaruh nyata dan mampu
menyebabkan perubahan metabolisme pada jaringan stum lebih terpacu sehingga
menyebabkan waktu melantis yang semakin cepat.
Tetapi, hal ini sangat berbeda nyata dengan penilitian Yunitra (2011) yang
menyatakan bahwa perendaman dengan air kelapa dengan konsentrasi 25%
mampu meningkatkan daya kecambah benih markisa. Dan juga pada penelitian
(Muazzinah,2017), menunjukkan bahwa dengan konsentrasi rendah air kelapa
pada biji karet sebesar 25% mampu meningkatkan tinggi pekecambahan pada biji
karet. Perbedaan tersebut di pengaruhi oleh faktor – faktor tertentu bahwasahnya
pada setiap tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap pemberian zat
pengatur tumbuh. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang tepat
dapat meningkat pertumbuhan tanaman (Harjadi,2009).

15
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kesimpula praktikum ini yaitu air kelapa muda mempunyai pengaruh
yang sangat nyata bagi pertumbuhan dan pematahan dormansi pada biji karet. Ini
dikarenakan pada air kelapa muda ini mempunyai kandungan sitokinin auksin,
dan giberelin yang berfungsi untuk membantu benih yang sedang dalam fase
dormansi agar dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik. Hasil terbaik pada
perlakuan air kelapa muda adalah dengan konsentrasi 50% yang persentase
kecambahnya mencapai 37,.5%

5.2 Saran
Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai
pematahan dormansi dengan air kelapa muda.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2007. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah


disampaikan pada Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet. Jakarta
Chairil Anwar, 2007.Manajemen dan Teknologi BudidayaKaret. Makalah
disampaikan pada Pelatihan TeknoEkonomi Agribisnis Karet,18 Mei
2006. Jakarta
[Ditjenbun]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Produksi, Luas Areal dan
Produktivitas Perkebunan di Indonesia.
Island Boerhendy.2010.Manajemen dan TeknologiBudidaya Tanaman Karet,Balai
Penelitian Sembawa.
Novalina. 2009. Pewarisan beberapa karakter kualitatif pada tanaman karet. J.
Agronomi. 13(1):17-20.
Puslitbang Tanaman Industri. 1998.Peremajaan, Rehabilitasidan Diversifikasi
Usaha Tani Karet, 1998
Rosyid, Jahidin. 1994.Pola Tanam Perkebunan Karet Rakyat,Palembang, Balai
Penelitian Sembawa.
Setiawan, D.H., Andoko, A. 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Jakarta
(ID): AgroMedia Pustaka.
Harjadi, Srisetyadi. 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.

Hedty, Mukarlina dan Masnur Turnip. 2014. Pemberian H2SO4 dan Air Kelapa
pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.). Fakultas
MIPA, Universitas Tanjugppura. Pontianak.

Kartasapoetra. A.G. 1986. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan


Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.

Muazzinah, U. S. 2017. Pemberian Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh


Alami pada Stum Mata Tidur Beberapa Klon Tanaman Karet. Skripsi.
Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru.

Nazara, Marniati., idwar, Fetmi Silvina. 2019. Pengaruh Air Kelapa Muda dan
Ekstrak Bawang Merah Terhadap Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet
(Hevea brassiliensis L.) Klon PB 260. Fakultas Pertanian, Universitas
Riau. Pekanbaru

17
LAMPIRAN

4.1. KELOMPOK 1 (0 %)
Tabel 1. Waktu Berkecambah HST/MST
JUMLAH KECAMBAH YANG TUMBUH PER MINGGU
BARIS KE MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 2 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Tiggi Tanaman dan Jumlah Daun


PERLAKUAN AIR KELAPA 0%
2 MST 4 MST
BARIS
TINGGI JUMLAH TINGGI JUMLAH
KE
TANAMAN DAUN TANAMAN DAUN
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RATA 0 0 0 0

PERLAKUAN AIR KELAPA 0%


6 MST 8 MST
BARIS
TINGGI JUMLAH TINGGI JUMLAH
KE
TANAMAN DAUN TANAMAN DAUN
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 32 37 0 0 5 6 0 0 0 41 53 0 0 9 10 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18
RATA 34,5 5,5 47 9,5

4.2 KELOMPOK 2 (25 %)

Tabel 1. Waktu Berkecambah HST/MST


JUMLAH KECAMBAH YANG TUMBUH PER MINGGU
BARIS KE MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 1 0 0 0 0 0 0
4 0 1 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 2 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 1 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Tiggi Tanaman dan Jumlah Daun


PERLAKUAN AIR KELAPA 25%
2 MST 4 MST
BARIS TINGGI
JUMLAH TINGGI JUMLAH
KE TANAMA
DAUN TANAMAN DAUN
N
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,3 0 0 0 2 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6,8 0 0 0 2 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5,5 0 6,5 0 2 0 2 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5,6 0 0 0 2 0 0 0
RATA 0 0 5,78 2

PERLAKUAN AIR KELAPA 25%


6 MST 8 MST
BARI
S KE TINGGI JUMLAH TINGGI JUMLAH
TANAMAN DAUN TANAMAN DAUN
12, 34,
1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0
4 3
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 4
3 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0
4 0

19
1 28,
4 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0
0 5
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 36, 35,
6 0 15 0 0 3 0 3 0 0 0 0 3 0 3 0
4 4 6
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16, 38,
8 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0
4 8
RAT
13,63 3 28,93 3
A

4.3 KELOMPOK 3 (50 %)

Tabel 1. Waktu Berkecambah (HST/MST)


JUMLAH KECAMBAH YANG TUMBUH PER MINGGU
BARIS KE MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 0 0 2 0 0 0 0
2 0 0 0 1 0 0 0 0
3 0 0 0 2 0 0 0 0
4 0 0 0 1 0 0 0 0
5 0 0 0 1 0 0 0 0
6 0 0 0 1 0 0 0 0
7 0 0 0 2 0 0 0 0
8 0 0 0 2 0 0 0 0

Tabel 2. Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun


PERLAKUAN AIR KELAPA 75%
2 MST 4 MST
BARIS
KE TINGGI JUMLAH TINGGI JUMLAH
TANAMAN DAUN TANAMAN DAUN
1 0 0 0 0 0 0 0 0 29 0 30 0 2 0 1 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20,5 0 29 0 1 0 1
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 29 0 0 1 1 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 0 0 0 2 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 40,5 0 0 0 1 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 25 0 0 1 1 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38 38 0 0 0 0
RATA 0 0 12,484375 0,375

20
4.4 KELOMPOK 4 (75 %)
Tabel 1. Waktu Berkecambah (HST / MST)
JUMLAH KECAMBAH YANG TUMBUH PER MINGGU
BARIS KE MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 1 0 0
3 0 0 0 1 0 2 0 0
4 0 0 0 0 0 2 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 1 0 0
7 0 0 0 0 0 1 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Tiggi Tanaman dan Jumlah Daun


PERLAKUAN AIR KELAPA 75%
2 MST 4 MST
BARIS
KE TINGGI JUMLAH TINGGI JUMLAH
TANAMAN DAUN TANAMAN DAUN
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6,5 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RATA 0 0 0.23 0

PERLAKUAN AIR KELAPA 75%


6 MST 8 MST
BARIS
KE TINGGI JUMLAH TINGGI JUMLAH
TANAMAN DAUN TANAMAN DAUN
1 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 6 0 0 0
2 0 0 28 0 0 0 4 0 0 28 0 0 0 2 0 0
3 6 30 0 0 0 9 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0
4 34 0 0 27 8 0 0 6 0 0 0 20 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 30 0 0 0 5 28 0 0 0 0 3 0 0
7 0 29 0 0 0 10 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0
RATA 6,571428571 1,5 5,071428571 0,392857143

21
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

22

Anda mungkin juga menyukai