Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kerja praktek yang berjudul “Plan of Further Development Lapangan
Isra” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai mata kuliah Kerja
Praktek pada Program Studi Teknik Perminyakan Institut Teknologi dan Sains
Bandung.
Pekerjaan dan proses penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang melimpah.
2. Ayah dan Ibu selaku orangtua penulis yang telah banyak memberi
dukungan salam segala bentuk yang tak terhitung.
3. Ir. Aries Prasetyo, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Perminyak di
Institut Teknologi dan Sains Bandung.
4. Ir. Aries Prasetyo, M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
5. PetroChina International Companies in Indonesia yang telah memberikan
bantuan selama kegiatan kerja praktek dalam bentuk data dan sarana
prasarana.
6. Pak Anton dan Ibu Fifi selaku HR PetroChina International Companies in
Indonesia.
7. Mas Arditya Puspiyantoro A. S. dan Mas Isra Febriyanto Soenarwi selaku
Pembimbing Kerja Praktek yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga,
pikiran, bimbingan, arahan, motivasi serta memaklumi segala kekurangan
penulis selama melakukan kegiatan kerja praktek.
8. Ramadhan Bentar Prakoso selaku teman seperjuangan Kerja Praktik di
PetroChina International Companies in Indonesia
9. Teman-teman seangkatan yang telah membantu dan mendukung.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan
bantuan yang telah diberikan dengan hal yang lebih baik. Penulis mengharapkan
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Pembentukannya ....................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Terbatasnya cadangan Minyak dan Gas yang semakin sedikit dan dengan lokasi
yang semakin sulit menyebabkan biaya eksplorasi di Indonesia semakin mahal.
Data 13 tahun terakhir menunjukkan, angka rata-rata Oil Reserve Replacement
Ratio (RRR) adalah sebesar 73,64 persen. Artinya, angka penemuan cadangan
Minyak lebih sedikit dibanding cadangan yang diproduksikan dan cadangan
Minyak di Indonesia akan terus berkurang. Itulah mengapa perlu dilakukan
kegiatan Eksplorasi secara masif. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
di tahun 2014 pernah melansir biaya yang harus dikeluarkan Investor dalam
kegiatan Eksplorasi, bahwa untuk menemukan satu sumber Migas baru di darat
atau Onshore, rata-rata diperlukan investasi minimal US$ 30 juta atau sekitar Rp
360 miliar. Sementara untuk kegiatan Eksplorasi di WK laut dalam atau
Deepwater Offshore, diperlukan investasi sekitar US$ 100 juta atau setara Rp 1,2
triliun. Investor membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk menentukan
cadangan Hidrokarbon yang ekonomis
Kegiatan Hulu Migas secara mendasar terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu
Eksplorasi dan Eksploitasi/Produksi. Kegiatan Eksplorasi adalah tahap awal dari
seluruh rangkaian kegiatan Hulu Migas, yang bertujuan untuk menemukan
cadangan Migas. Secara umum, aktivitas Eksplorasi meliputi studi Geologi, studi
Geofisika, Survei Seismik, dan Pengeboran Eksplorasi. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk menemukan cadangan baru baik di Wilayah Kerja yang sudah berproduksi
maupun di Wilayah Kerja yang belum diproduksikan.
POD I di Blok Jabung terdapat di lapangan North Geragai yang ditanda tangani
pada September 1996 dan mulai berproduksi pada awal Agustus 1997. POD
kedua adalah lapangan Makmur yang disetujui pada 1997 akhir dengan awal
produksi pada 1998. POD ketiga yaitu Betara Complex POD ditanda tangani pada
Januari tahun 2000.
1.2 Tujuan
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Penulis melakukan diskusi dengan pembimbing guna memperoleh
informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan topik permasalahan.
Dalam penyusunan karya tulis ini terbagi menjadi lima bab. Berikut ini adalah
uraian singkat mengenai sistematika penyusunan karya tulis:
BAB I Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang, tujuan, manfaat, waktu dan tempat pelaksanaan,
ruang lingkup kajian, metode pengumpulan data, dan sistematika penyusunan
karya tulis.
Bab ini memuat profil dan sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan
sebagainya.
Bab ini berisi tentang teori-teori terkait dengan kegiatan yang dilakukan dalam uji
laboratorium.
Dalam bab ini membahas data hasil uji laboratorium mengenai analisa dan
evaluasi komposisi scaleremover.
BAB VI Kesimpulan
Dalam bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisa yang
dilakukan serta saran yang mungkin berguna pada uji laboratorium selanjutnya.
TINJAUAN UMUM
Pada tanggal 13 Agustus 1997 Asamera Oil Limited menjual sahamnya kepada
Gulf Indonesia Resources Limited (GIRL), kemudian pada tanggal 12Agustus
2002 Gulf Indonesia Resources menjualnya ke ConocoPhillips Ltd. Dan akhirnya
pada bulan september 2007 Ramba TAC diakuisisi dari ConocoPhilips, 15%
sahamnya dimiliki oleh Elnusa. Produksi blok ini pada akhir 2007 mencapai
sekitar 4500 barel per hari. Perseroan menguasai Blok Ramba melalui Elnusa
TriStar (Ramba) Ltd, anak usaha yang 25% sahamnya dimiliki perseroan dan juga
berdomisili di British Virgin Islands. Menurut data perseroaan, Blok Ramba
memilki potensi cadangan minyak sebesar 5,33 juta barel.
Visi : Menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas
dunia
Misi : Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan target
penekanan pada aspek komersial dan operasi yang baik serta tumbuh dan
1. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.
1. Petroleum Engineer
2. Operation Plan
3. Operation Production
4. Work Over and Well Service
5. Health Safety Security and Environment
6. Supply C Management
7. Human Relation Departement
8. Finance Departement
9. Legal and Relationship
10. Reability Asset Maintanance
Selain itu staf memiliki tugas dan wewenang masing-masing yang bekerja dan
bekerja secara harmonis demi kemajuan perusahaan. Berikut staf - staf yang
terdapat pada PT. Pertamina EP Asset 1 Field Ramba:
1. Field Superintendent
2. Operation
3. Contraction, yang terbagi menjadi 2 divisi :
a. Equipment service maitenance
b. Service equipment
4. Senior Administration Superintendent
5. Maintenance Superintendent
6. Senior Field Superintendent
7. Health, Safety and Environmental Superintendent
8. Engineering Superintendent
9. Project Superintendent
Para pekerja diharuskan dan diwajibkan untuk menanamkan selalu istilah yang
dibuat oleh PT Pertamina EP Asset 1 Field Ramba yaitu, Commite To Safety
yang mempunyai arti keselamatan melekat di dalam jiwa, istilah ini dibuat
mempunyai maksud dan tujuan agar para pekerja selalu mengutamakan
keselamatan dan kesehatan kerjanya pada saat melakukan pekerja. Sehingga
pekerja maupun orang lain yang berada di lingkungan tempat kerja.
Pulau Sumatra terletak di barat daya dari Kontinen Sundaland dan merupakan
jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah
5. Formasi Baturaja
Anggota ini dikenal dengan Formasi Baturaja. Diendapkan pada bagian
intermediate-shelfal dari Cekungan Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar
platform dan tinggian.Kontak pada bagian bawah dengan Formasi Talang
Akar atau dengan batuan Pra Tersier. Komposisi dari Formasi Baturaja ini
terdiri dari Batugamping Bank (Bank Limestone) atau platform dan
reefal. Ketebalan bagian bawah dari formasi ini bervariasi, namun rata-
ratta 200-250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan dari Formasi Baturaja di
Pegunungan Garba tebalnya sekitar 1700 feet (sekitar 520 m). Formasi ini
sangat fossiliferous dan dari analisis umur anggota ini berumur Miosen.
Fauna yang ada pada Formasi Baturaja umurnya N6-N7.
RAMBA
‘B’ POOL
RAMBA
‘A’ POOL
Central Ramba, terbagi atas dua pool yaitu Pool A dengan wilayah meliputi
Central Ramba dan West Ramba, serta pool B yaitu wilayah North Ramba.
Central Ramba memproduksikan minyak yang berasal dari 50 sumur produksi
dengan rincian 18 sumur produksi yang menggunakan alat lifting berupa HPU
(Hydraulic Pumping Unit), 20 sumur produksi yang menggunakan alat lifting
berupa SRP (SuckerRod Pump), 12 sumur produksi yang menggunakan alat lifting
berupa ESP (Electric Submersible Pump) dengan total Produksi SP Central PT
Pertamina EP Asset 1 Field Ramba per bulan Juli rata-rata adalah 1.000 BOPD.
Dari 50 sumur produksi tersebut semuanya sudah menggunakan metode Artificial
lift (pengangkatan buatan).
DASAR TEORI
3.1 Scale
Scale merupakan endapan yang terbentuk dari proses kristalisasi dan pengendapan
mineral yang terkandung dalam air formasi. Pembentukan scale biasanya terjadi
pada bidang-bidang yang bersentuhan secara langsung dengan air formasi selama
proses produksi, seperti pada matrik dan rekahan formasi, lubang sumur,
rangkaian pompa dalam sumur (downhole pump), pipa produksi, pipa selubung,
pipa alir, serta peralatan produksi di permukaan.
Penampang Pipa
Endapan Scale
A Matriks
Batuan Minyak
Aliran Air
Scale
B
Proses pembentukan endapan scale dapat dikategorikan dalam tiga tahapan pokok
yaitu:
3. Tahap Pengendapan
Kecepatan pengendapan kristal dipengaruhi oleh ukuran dan berat jenis
kristal yang membesar pada tahap sebelumnya. Selain itu proses
pengendapan juga dipengaruhi oleh aliran fluida pembawa, dimana kristal
B Supersaturation
Condition
Transient
Stability
Pasangan
Supersaturasi Ion
A
Further growth Imperfect Kation
at sites of crystal crystalites
Permukaan Pipa imperfections Anion
yang Kurang Sempurna
Scale terbentuk pada sistem air yang memiliki komponen utama yang harus
diketahui antara lain adalah ion-ion yang terkandung di dalam air, serta sifat fisik
air yang berhubungan dengan proses pembentukan scale. Tabel 3.1 berikut ini
menunjukkan komponen utama serta sifat fisik dari air formasi, sedangkan Tabel
3.2 menunjukkan sifat fisik air dalam keadaan murni.
Berat molekul 18
Densitas @4 ˚C 1 mg/lt
Titik beku 0 ˚C
Titik didih 100 ˚C
Kation-kation yang terkandung dalam air antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kalsium (Ca)
Kalsium umumnya merupakan komponen terbesar dalam air formasi,
dengan konsentrasi yang mencapai 30,000 mg Ca/lt air. Kalsium juga
merupakan komponen pembentuk scale yang paling dominan, karena
dapat bereaksi baik dengan ion karbonat maupun sulfat dan mengendap
untuk membentuk scale maupun padatan tersuspensi.
b. Magnesium (Mg)
c. Natrium (Na)
Natrium juga merupakan komponen yang dominan dalam air, tetapi
keberadaannya tidak menimbulkan masalah yang berhuibungan dengan
pengendapan scale yang tidak dapat larut, kecuali pengendapan natrium
klorida (NaCl) yang bersifat mudah larut, yang biasanya tejadi pada air
formasi dengan pH yang tinggi.
d. Besi (Fe)
Besi biasanya terkandung dalam air dengan konsentrasi yang relatif rendah
(kurang dari 1000 mg/lt), yang berupa ferric (Fe3+) dan ferro Fe2+) ataupun
dalam suatı suspensi yang berupa senyawa besi yang terendapkan. Ion besi
dengan konsentrasi yang tinggi biasanya menunjukkan adanya problem
korosi. Selain itu adanya pengendapan senyawa besi juga dapat
mengakibatkan penyumbatan.
e. Barium (Ba)
Konsentrasi barium dalam air cenderung rendah, meskipun demikian
reaksi barium dengan ion sulfat akan menimbulkan permasalahan besar,
karena padatan bentukan yang terendapkan berupa barium sulfat (BaSO4)
bersifat tidak larut.
f. Stronsium (Sr)
Anion-anion yang terkandung dalam air antara lain adalah sebagai berikut:
a. Klorida (Cl-)
Klorida merupakan jenis anion yang paling dominan dalam air formasi
maupun dalam air tawar. Ion klorida pada umumnya membentuk senyawa
dengan natrium sehingga dijadikan sebagai indikator harga salinitas dari
air. Kandungan ion klorida pada air tawar mencapai 3000 mg/lt,
sedangkan pada air formasi dapat mencapai 20000 sampai 30000 mg/lt.
Meskipun kandungan klorida yang besar dapat menyebabkan terjadinya
endapan natrium klorida, hal ini tidak akan menimbulkan masalah karena
bersifat mudah larut. Akan tetapi besarnya kandungan klorida
menunjukkan tingginya salinitas air, dan air dengan harga salinitas yang
tinggi cenderung menimbulkan korosi.
c. Sulfat (SO42-)
Kandungan ion sulfat dapat menjadi masalah jika bereaksi dengan
kalsium, barium ataupun stronsium. Reaksi dari ion-ion tersebut akan
c. Turbiditas
Turbiditas air formasi dapat disebut sebagai derajat kekotoran air formasi,
yang merupakan ukuran dari kandungan padatan tersuspensi dan
hidrokarbon dalam air formasi. Turbiditas dapat digunakan sebagai
d. Temperatur
Besarnya temperatur air formasi berpengaruh terhadap pH dan specific
gravity air formasi, kecenderungan pembentukan scale, serta kadar
kelarutan padatan dan gas dalam air formasi tersebut.
e. Specific Gravity
Specific gravity didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas sampel
air dengan densitas air murni, dengan satuan berat per unit volume (gr/ml).
Air murni mempunyai harga berat sebesar 1.0 gr/lt, sehingga air formasi
dengan specific gravity lebih besar dari 1.0 menunjukkan bahwa air
formasi mengandung zat-zat terlarut (anion, kation, gas, dan sebagainya).
Semakin besar harga specific gravity air formasi, maka semakin besar juga
zat-zat yang terlarut didalamnya. Sebagai perbandingan, specific gravity
dari air formasi dengan kandungan 2% KCl adalah sebesar 1.01 dengan
densitas 8.42 lbs/gal, sedangkan untuk air formasi yang terjenuhi kalsium
klorida mempunyai specific gravity 1.41 dengan densitas 11.76 lbs/gal.
3.2Penanganan Scale
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya scale yaitu dengan cara menjaga
kation-kation pembentuk scale tetap berada dalam larutannya. Zat-zat kimia yang
ditambahkan dalam air berfungsi sebagai pencegah terbentuknya scale
(scaleinhibitor) di dalam larutan tersebut.
Scale inhibitor merupakan suatu bahan kimia yang berfungsi untuk menjaga
anion-kation pembentuk scale tetap berada dalam larutannya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, diperlukan kecepatan injeksi yang didasarkan pada jumlah
produksi fluida total dan bahan kimianya yang harus dipompakan sedemikian
rupa, sehingga konsentrasinya tidak kurang dari batas minimum yang diijinkan
dan dosis yang digunakan. Setelah penentuan jenis scale inhibitor, perlu
diperhatikan beberapa hal berikut agar diperoleh hasil yang maksimal, yaitu:
Squeeze Treatment
Squeeze treatment ini merupakan suatu cara menginjeksikan inhibitor ke
dalam formasi dengan tekanan injeksi tertentu dibawah tekanan rekah
formasi dan diatas tekanan formasi.
Inhibitor dilarutkan dalam fluida pembawa yang disertai dengan zat aktif
permukaan untuk memperbaiki kebasahan batuan formasi. Dengan adanya
inhibitor ini, maka terbentuklah lapisan pelindung (protective film) pada
permukaan pipa selama operasi injeksi dan selama aliran fluida produksi
mengandung inhibitor dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
Batch Treatment
Batch treatment merupakan suatu cara dengan menempatkan scale
inhibitor ke dalam sumur melalui tubing dalam jumlah yang hampir sama
dengan jumlah air yang diproduksikan per hari. Dengan adanya aliran
fluida dari reservoir yang mengalir ke lubang sumur, maka fluida akan
bercampur dengan scale inhibitor yang ada. Akibatnya scale inhibitor
bercampur dengan fluida produksi dan selanjutnya akan terbawa ke atas
melalui peralatan-peralatan produksi.
Scale inhibitor ditempatkan pada beberapa kaki (ft) dibawah lubang
sumur, ketika fluida mengalir ke lubang sumur. Namun demikian, ternyata
scale inhibitor yang ditempatkan di dasar sumur ini tidak dapat bertahan
lama, sehinggia scale inhibitor hanya berguna dalam waktu yang relatif
singkat.
Continous Treatment
Penunınan temperatur yang sangat besar akan terjadı pada saat fluida mengalir
dipermukan. Hal ini dapat menyebabkan mengendapnya partikel scale pada
bagian-bagian pipa yang memungkinkan, seperti pada sambungan-sambungan
pipa, belokan yang menyebabkan adanya perubahan arus, serta pada bagian pipa
dengan permukaan dalam yang kurang sempurna. Untuk mengatasi ini dapat
diterapkan metode untuk menjaga agar penurunan temperatur tidak terlalu tinggi,
baik itu dengan menggunakan pemanas (heater) ataupun melapisi pipa dengan
peredam panas.
Berdasarkan pada keterangan diatas, maka dalam perencanaan air untuk injeksi,
pencampuran dua jenis air harus dihindari, karena hal tersebut akan menimbulkan
masalah apabila kedua jenis air tersebut tidak kompatibel. Permasalahan akan
menjadi semakin kompleks apabila air injeksi juga tidak kompatibel dengan air
formasi, yang dapat dipastikan akan saling kontak pada formasi, walaupun dengan
bidang kontak yang terbatar. Akan tetapi keadaan menjadi lain setelah air injeksi
menerobos (breakthrough) dan ikut terproduksi, dimana bidang kontak antara air
injeksi dengan air formasi akan semakin luas, sehingga reaksi yang terjadi antara
ion-ion komponen pembentuk scale akan semakin sering terjadi.
Untuk menghindari hal tersebut, dalam perencanaan air injeksi perlu diperkirakan
kompatibilitas masing-masing jenis air. Metode yang paling sederhana untuk
memperkirakan derajat kompatibilitas dua jenis air adalah dengan
membandingkan komposisi kimia dari masing-masing jenis air tersebut, kemudian
diperkirakan reaksi antar ion yang akan terjadi. Sebagai contoh adalah data
komposisi kimia dua jenis air hasil analisis sebagai berikut:
Dalam merencanakan air injeksi yang kompatibel dengan air formasi, upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mengubah komposisi air dan menghilangkan zat-
zat yang memungkinkan untuk terbentuknya komponen scale.
2. Mengontrol pH
Adanya penurunan harga pH, maka akan menaikkan kelarutan komponen
besi dan menurunkan kecenderungan pembentukan scale karbonat. Tetapi
hal itu akan membuat air formasi semakin korosif, yang akan
menimbulkan masalah korosi, sehingga perlu dikontrol pH larutan
mendekati harga pH normal dan dilakukan optimasi injeksi scale inhibitor
dan corrosion inhibitor.
Zat-zat pembentuk scale yang dapat dieliminir keberadaannya antara lain adalah
gas terlarut yang mendukung terbentuknya scale, serta ion Ca2+, Mg2+, SO42-, dan
HCO3-. Gas-gas yang terlarut, seperti H2S, CO2, dan O2, dapat dihilangkan dari air
dengan cara kimia atau mekanis. Sedangkan untuk menghilangkan ion-ion seperti
Ca2+, Mg2+, SO42-, dan HCO3-, dapat dilakukan dengan proses pelunakan air
Untuk menanggulangi scale CaCO3 pada berbagai kondisi, cara yang paling
mudah dan murah adalah menggunakan HCl dengan konsentrasi 5%, 10%, atau
15%.
Corrosion inhibitor juga harus ditambahkan ke dalam asam untuk menjaga agar
tidak melarutkan besi. Sering juga ditambahkan surfaktan untuk menghilangkan
film minyak dari scale yang mengandung deposit organik.
Kemudian CaCO3 yang terbentuk dilarutkan oleh HCl, dengan reaksi sebagai
berikut:
CO2 yang terbentuk akan membantu melepaskan endapan yang sangat padat.
Dalam menghilangkan endapan CaSO4 digunakan organic converter, seperti
natrium sitrat, kalsium glikolat, dan kalium asetat. Zat-zat tersebut dapat bereaksi
dengan endapan CaSO4 dan akan menyebabkan endapan tersebut membengkak
(swell), sehingga menjadi lunak dan mudah dihilangkan dengan cara mendorong
dengan air. Zat kimia ini mahal dan membutuhkan waktu kontak beberapa jam
untuk endapan yang tebal, sehingga sebaiknya dicoba terlebih dahulu pada
laboratorium sebelum digunakan.
Selain zat-zat di atas, juga digunakan EDTA (Etylene Diamine Tetra Acetit Acid),
natrium hidroksida (caustic) yaitu 10% NaOH akan melarutkan 12.5% berat scale.
Juga digunakan air asin yang mengandung 55000 mg/L NaCl akan melarutkan
gipsum pada 100˚F, yang besar kelarutannya tiga kali lebih besar dibandingkan
dengan air tawar pada temperatur yang sama.
Metode yang digunakan untuk mengatasi endapan scale barium sulfat dalam pipa
adalah sebagai berikut:
Penambahan EDTA
Penambahan NaCl
Penambahan garam NaCl akan melarutkan BaSO4. Tenaga melarutkannya
naik seiring meningkatnya temperatur.
Untuk melarutkan komponen besi digunakan HCl. Apabila HCl digunakan, maka
harus ditambahkan corrosion inhibitor untuk mencegah korosi pada pipa. Sering
juga ditambahkan iron squeeztering agent yang akan mencegah pengendapan besi
kembali. Pembentukan scale ini dapat terjadi apabila asam habis dan PH naik
tinggi.
Penghilangan scale dalam sumur dan formasi terdiri dari pembersihan scale di
tubing maupun permukaan formasi, yaitu ruang pori dan rekahan. Pembersihan
scale di tubing pada dasarnya hanya dapat dilakukan dengan cara kimia. Jika
scale di tubing sulit dihilangkan, maka tubing harus dikeluarkan dan dibersihkan
di permukaan.
Permasalahan yang disebabkan oleh scale dapat menghambat kinerja pada suatu
kegiatan produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan untuk
menanggulangi masalah yang timbul akibat endapan scale yaitu dengan cara
perendaman scale dengan larutan asam. Dalam uji laboratorium ini digunakan
scaleremover sebagai bahan kimia yang akan digunakan dalam pelarutan scale.
1 Neraca Digital
2 Gelas Becker
4 pH meter
Ridifchem 709 -
5
Scale Remover
6 Sampel Scale
Setelah diperoleh sampel scale, maka dilakukan uji laoratorium, dimana dicari
persentase scale terlarut melalui perendaman larutan oleh praktikan. Uji
laboratorium diawali dengan menentukan rasio pengenceran yakni air dengan
komposisi scale remover, kemudian ditentukan nilai pH larutan dan massa awal
scale. Setelah itu dilakukan perendaman selama 1 jam dan ukur massa akhir scale
tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan besar persentase
scale terlarut. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini merupakan input dan output yang
akan diperoleh pada tahap uji laboratorium ini.
Telah diberikan hasil persentase scale terlarut pada masing – masing sampel. Pada
sampel BN – XX menunjukkan persentase tertinggi pada rasio komposisi 110
dengan persentase sebesar 65, sedangkan sampel BN – YY menunjukkan
persentase tertinggi pada rasio komposisi 110 dengan persentase sebesar 50.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai rasio yang digunakan maka
persentase akan semakin meningkat. Gambar 4.6 menunjukkan suatu
perbandingan massa scale sebelum dilakukan perendaman larutan asam.
Kemudian, Gambar 4.7 menunjukkan suatu perbandingan scale terlarut pada
setiap sampel. Grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 meunjukkan bahwa
sampel BN - XX lebih mudah larut daripada BN – YY dengan perbandingan
massa yang relatif sama.
Evaluasi kebutuhan scale remover dilakukan guna mendapatkan hasil yang tepat
berdasarkan nilai ekonomis dan tingkat keberhasilan terlarutnya scale yang
ditunjukkan melalui persentase scale terlarut.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk uji laboratorium terkait dengan analisa
komposisi scale remover yaitu dengan memperbanyak variasi rasio sehingga
dapat menampilkan hasil yang lebih akurat dan memudahkan dalam pemilihan
rasio yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Sumur Produksi BN – XX