STUDYKELAYAKAN
(FEASIBILITY STUDY)
PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin dan
rahmatNya, sehingga Laporan Study Kelayakan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Laroenai
Bungsel Sorajai dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 1453 K/29/MEM/2000
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Studi Kelayakan.
Laporan ini memuat tentang kondisi umum wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai,
deskripsi organisasi dan investasi bidang ketenagakerjaan, peralatan, konstruksi dan program
K3L beserta analisi kelayakan usaha. Laporan ini juga sekaligus menjadi acuan bagi pihak
Perusahaan untuk perencanaan / kegiatan selanjutnya.
Dengan selesainya penyusunan laporan ini, kami menghaturkan banyak terimakasih kepada semua
pihak, khususnya Pihak Pemprop Sulawesi Tengah, dan Pemkab Morowali beserta masyarakat di
sekitar WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai yang telah memberikan dukungan dan bantuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan khususnya untuk kepentingan
Perusahaan, dan untuk keperluan pembangunan di bidang pertambangan di daerah ini pada
umumnya.
BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN LATERIT NIKEL .............................................. III-1
3.1 Geologi ............................................................................................................ III-1
3.1.1 Lithologi ................................................................................................. III-1
3.1.2 Struktur .................................................................................................. III-4
3.1.3 Geoteknik ................................................................................................ III-6
3.2 Keadaan Endapan Laterit Nikel ........................................................................ III-8
3.2.1 Bentuk dan Penyebaran Endapan Laterit Nikel ...................................... III-8 3.2.2
Sifat dan Kualitas Endapan Laterit Nikel ................................................. III-9 3.2.3
Cadangan ............................................................................................... III-13
2.1 Koordinat Wilayah IUP Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai......................... II-1
2.2 Koordinat Usulan Wilayah IUP Operasi Produksi PT. Laroenai Bungsel
Sorajai................................................................................................................... II-2
3.2 Jumlah Cadangan Terukur Potensi Laterit Nikel di Wilayah IUP Eksplorasi
PT. Laroenai Bungsel Sorajai ........................................................................... III-17
4.2 Jumlah Cadangan Bijih Nikel di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai...... IV-9
7.2 Daftar Peralatan K3-L Pertambangan PT. Laroenai Bungsel Sorajai ................ VII-6
8.1 Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap PT. Laroenai Bungsel
Sorajai ............................................................................................................... VIII-3
8.2 Tingkat Gaji dan Upah Tenaga Kerja PT. Laroenai Bungsel Sorajai ................. VIII-4
8.3 Pengaturan Jadwal Cuti Karyawan PT. Laroenai Bungsel Sorajai .................... VIII-7
9.1 Bagan Organisasi Pemasaran Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai ............ IX-2
10.1 Biaya Pengurusan Perizinan dan Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai....... X-1
10.2 Biaya Konstruksi dan Rekayasa PT. Laroenai Bungsel Sorajai .......................... X-2
10.9 Jumlah Investasi Tambang Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai ................ X-11
10.10 Aliran Dana Kas Operasional Pertambangan Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel
Sorajai................................................................................................................ X-12
2.2 Peta Rencana Usulan WIUP Operasi Produksi PT. Laroenai Bungsel Sorajai ..... II-3
2.3 Peta Aksesibilitas WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai ....................................... II-4
2.1 Peta Lokasi WIUP Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai ............................... II-2
2.2 Peta Rencana UsulanWIUP Operasi Produksi PT. Laroenai Bungsel Sorajai ..... II-3
2.3 Peta Aksesibilitas WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai ....................................... II-4
2.5 Peta Geomorfologi Detail di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai ........... II-7
2.6 Peta Pola Aliran Sungai di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai ................ II-8
2.7 Peta Kondisi Geohidrologi di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai ........... II-10
2.8 Peta Kondisi Topografi di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai ................ II-12
3.1 Peta Geologi Lokal Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai ......................... III-3 3.2
3.4 Peta Penyebaran Laterit Nikel dan Pembagian Block Potensial di Wilayah
IUP Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai ....................................................... III-9
3.5 Nikel Pada Mineral Mafik Sebagai Penggantian Mg dan Fe ................................ III-11
3.6 Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Menurut SME USA dan JORC Australia
(Sumber : The JORC Code 2004 Edition) ............................................................. III-15
3.7 Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan (SNI 13-4726-1998) ................... III-15
4.1 Diagram Alir Tata Cara Penambangan Bijih Nikel
PT. Laroenai Bungsel Sorajai..................................................................................................V-3
4.2 Tahapan Kegiatan Penambangan Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai........ ...IV-5 4.3
8.1 Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. Laroenai Bungsel Sorajai ......................... VIII-1
8.2 Struktur Organisasi Site PT. Laroenai Bungsel Sorajai ........................................ VIII-2
STUDY KELAYAKAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Laroenai Bungsel Sorajai adalah Salah satu perusahaan swasta Nasional yang bergerak
Saat ini tahap yang sudah dilakukan oleh PT. Laroenai Bungsel Sorajai adalah tahap
(dari terkira menjadi terukur) sehingga potensi bijih nikel yang diperoleh di WIUP PT.
kegiatan persiapan pembukaan tambang, sehingga perlu adanya peningkatan status IUP
Berdasarkan hal tersebut di atas, PT. Laroenai Bungsel Sorajai memandang perlu
melakukan studi kelayakan lebih lanjut serta detail agar dapat memuuskan tingkat
Kegiatan study kelayakan ini dimaksudkan untuk melakukan pengkajian dan atau analisa
terhadap data‐data potensi bijih nikel yang terdapat di dalam wilayah IUP PT. Laroenai
Tujuan daripada study kelayakan ini adalah untuk menentukan tingkat kelayakan
pengelolaan tambang bijih nikel dalam wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai yang
Ruang lingkup kajian Studi Kelayakan pertambangan nikel laterit yang akan dilakukan di dalam
wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai mengacu kepada Keputusan Menteri ESDM No.
sebagai berikut :
a. Tujuan
Kajian geologi tambang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengkaji semua data
geologi dan eksplorasi yang tersedia sehingga dapat dipergunakan untuk perancangan
tambang.
b. Lingkup
Kajian keadaan umum, kondisi geologi regional dan local daerah rencana
tambang.
2.Kajian Geoteknik
a. Tujuan
Kajian geoteknik bertujuan untuk menentukan geometri lereng yang mantap untuk
b. Lingkup
meliputi :
3. Perancangan Tambang
a. Tujuan
Sorajai.
b. Lingkup
a. Tujuan
pengangkutan nikel laterit dari area pit menuju ke stockpile di tambang serta
pemuatan (loading facility) ke luar lokasi tambang, ditinjau baik secara teknis
maupun ekonomis.
b. Lingkup
pengangkutan darat.
a. Tujuan
b. Lingkup
Lingkungan dengan mengacu kepada dokumen Amdal dan atau RKL ‐ RPL dari PT.
Pengelolaan Lingkungan.
penunjang).
Pemantauan Lingkungan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Organisasi.
Peralatan.
a. Tujuan
Kajian organisasi dan tenaga kerja bertujuan untuk menentukan bentuk organisasi,
b. Lingkup
Menentukan alternative pola kerja, perencanaan struktur organisasi, jumlah dan jenis
1.4Pelaksana Studi
Pelaksana study kelayakan ini adalah kerjasama antara tim perusahaan dengan tim
Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pertambangan Nikel Laterit PT. Laroenai Bungsel
Sulawesi Tengah ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat) bulan, mulai bulan April
sampai dengan bulan Juli 2018, seperti terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Study Kelayakan PT. Laroenai Bungsel Sorajai
BAB II
KEADAAN UMUM
Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Laroenai Bungsel Sorajai terletak di Desa Laroenai,
Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah. Luas WIUP
Eksplorasi sekitar 256 Hektar, sama dengan rencana untuk usulan IUP Operasi Produksi
Adapun koordinat WIUP Eksplorasi dan Usulan WIUP Operasi Produksi PT. Laroenai
Bungsel Sorajai, dapat dilihat paa tabel 2.1 dan 2.2, serta gambar 2.1 dan 2.2.
Tabel 2.1
Koordinat Wilayah IUP Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Garis Lintang
Garis Bujur (Bujur Timur / BT) (Lintang Utara (LU) / Lintang
NO Selatan (LS))
...◦ ...' ..." BT ...◦ ...' ..." LS
1 122 13 48,99 BT 3 4 49,09 LS
2 122 15 11,43 BT 3 4 49,08 LS
3 122 15 11,43 BT 3 5 14,92 LS
4 122 14 56,5 BT 3 5 14,92 LS
5 122 14 56,5 BT 3 5 13,24 LS
6 122 14 41,57 BT 3 5 13,24 LS
7 122 14 41,57 BT 3 4 53,19 LS
8 122 14 28,47 BT 3 4 53,19 LS
9 122 14 28,47 BT 3 5 17,45 LS
10 122 14 34,11 BT 3 5 17,45 LS
11 122 14 34,11 BT 3 5 22,88 LS
12 122 14 47,22 BT 3 5 22,88 LS
13 122 14 47,22 BT 3 5 25,62 LS
14 122 14 59,22 BT 3 5 25,62 LS
15 122 14 59,22 BT 3 5 27,52 LS
16 122 15 6,91 BT 3 5 27,52 LS
Tabel 2.2
Koordinat Usulan Wilayah IUP Operasi Produksi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Garis Lintang
Garis Bujur (Bujur Timur / BT) (Lintang Utara (LU) / Lintang
NO Selatan (LS))
...◦ ...' ..." BT ...◦ ...' ..." LS
1 122 13 48,99 BT 3 4 49,09 LS
2 122 15 11,43 BT 3 4 49,08 LS
3 122 15 11,43 BT 3 5 14,92 LS
4 122 14 56,5 BT 3 5 14,92 LS
5 122 14 56,5 BT 3 5 13,24 LS
6 122 14 41,57 BT 3 5 13,24 LS
7 122 14 41,57 BT 3 4 53,19 LS
8 122 14 28,47 BT 3 4 53,19 LS
9 122 14 28,47 BT 3 5 17,45 LS
10 122 14 34,11 BT 3 5 17,45 LS
11 122 14 34,11 BT 3 5 22,88 LS
12 122 14 47,22 BT 3 5 22,88 LS
13 122 14 47,22 BT 3 5 25,62 LS
14 122 14 59,22 BT 3 5 25,62 LS
15 122 14 59,22 BT 3 5 27,52 LS
16 122 15 6,91 BT 3 5 27,52 LS
17 122 15 6,91 BT 3 5 52,27 LS
18 122 14 49,34 BT 3 5 52,27 LS
19 122 14 49,34 BT 3 5 44,52 LS
20 122 14 38,22 BT 3 5 44,52 LS
21 122 14 38,22 BT 3 5 28,21 LS
22 122 14 25,01 BT 3 5 28,21 LS
23 122 14 25,01 BT 3 5 16,58 LS
24 122 13 48,99 BT 3 5 16,58 LS
Sumber : Laporan Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai, 2018
Gambar 2.1
Peta Lokasi WIUP Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Gambar 2.2
Peta Rencana Usulan WIUP Operasi Produksi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat
Kesampaian daerah atau aksesibilitas dari dan menuju lokasi wilayah IUP PT. Laroenai
Jakarta – Palu (lewat jalur udara) sekitar 2 jam, kemudian dilanjutkan perjalanan darat
(kendaraan roda empat) Palu – Parigi Moutong – Poso – Morowali Utara – Morowali
sekitar 14 jam. Dari Bungku (ibukota Morowali) menuju Desa Laroenai sekitar 2,5 jam.
Untuk mencapai lokasi WIUP (untuk saat ini) hanya dapat dijangkau dengan berjalan
Jakarta – Kendari (lewat jalur udara) sekitar 2 jam, kemudian dilanjutkan perjalanan
darat (kendaraan roda empat) Kendari – Konawe – Konawe Utara – Laroenai sekitar 5
jam. Untuk mencapai lokasi WIUP (untuk saat ini) hanya dapat dijangkau dengan
PALU
JAKARTA KENDARI
Gambar 2.3
Peta Aksesibilitas WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
2.3 Rona Lingkungan Awal
2.3.1 Iklim
Daerah WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai dipengaruhi oleh iklim tropis basah
yang dicirikan dengan suhu udara rata‐rata berkisar 22,3⁰C ‐ 23,8⁰C pada daerah
dataran tinggi, sedangkan pada daerah dataran rendah berkisar 31,1⁰ C, kelembaban
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 436 mm dan terrendah
2.3.2 Geomorfologi
Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai dibagi menjadi dua satuan geomorfologi yaitu
bentuk bentang alam yang bergelombang sedang, berada pada elevasi (675 – 900)
mdpl., dengan kemiringan lereng antara (16 – 35)⁰ atau (30 – 70)% sesuai
Satuan geomorfologi ini menempati bagian barat‐utara dan bagian timur ‐ selatan
dari WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai, meliputi area seluas 133,20 Hektar atau
batuan sedimen dari Formasi Matano (Km) seperti : serpih, rijang dan napal.
b. Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Kuat
bentang alam yang bergelombang sedang, berada pada elevasi (700 – 900) mdpl.,
dengan kemiringan lereng antara (35 – 55)⁰ atau (70 – 140)% sesuai Klasifikasi
Satuan geomorfologi ini menempati bagian timur ‐utara, bagian tengah dan sedikit
bagian timur‐selatan dari WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai, meliputi area
seluas 128,80 Hektar atau sekitar 49,16 % dari luas keseluruhan wilayah IUP.
Satuan geomorfologi ini tersusun oleh batuan ultrabasa / ultramafic dari Komplek
Pola aliran sungai di wilayah IUP adalah berpola aliran denritik yang menyerupai
percabangan pohon.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.4 dan 2.5.
Gambar 2.4
Kenampakan Bentuk Bentang Alam di Wilayah IUP
Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Gambar 2.5
Peta Geomorfologi Detail Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
2.3.3 Air Permukaan
Air permukaan yang terdapat di WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai berupa air
sungai berbentuk “V”) hingga dewasa (penampang sungai berbentuk “U”), aliran‐
aliran sungai tersebut membentuk pola aliran yang menyerupai percabangan pohon
(denritik) serta terdiri dari sungai permanen dan sungai periodik (hanya berisi air
Di daerah ini juga dijumpai beberapa mataair dengan debit ≤ 10 liter / detik, dan
Pola aliran sungai daerah WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai dapat dilihat pada
gambar 2.6.
Pola Aliran
Denritik
Gambar 2.6
Peta Pola Aliran Sungai di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
2.3.4 Air Tanah
Air tanah di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai dapat dibagi menjadi 2 (dua)
Air tanah dangkal pada kedalaman (2 ‐ 8) m, sedangkan air tanah dalam pada
Air tanah ini dipengaruhi oleh kondisi geohidrologi daerah WIUP PT. Laroenai
Bungsel Sorajai. Geohidrologi daerah ini dan sekitarnya terbagi menjadi 3 (tiga)
satuan, yaitu :
b. Satuan Geohidrologi Berakuifer Produktif Sedang, berada pada bagian Selatan‐ Timur
Peta Geohidrologi wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai dapat dilihat pada
gambar 2.7.
Jenis flora yang dijumpai di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai adalah berupa
tanaman masyarakat seperti : Coklat (kakao), kelapa, jambu mente, pisang, nangka,
papaya, tomat, cabe, dan buah‐buahan lainnya, serta sebagian masih berupa semak
belukar dan ilalang. Sedangkan jenis fauna yang dijumpai seperti : kera, babi hutan,
Satuan Akuifer
Produktif Sedang
Satuan Akuifer
Produktif Rendah
Gambar 2.7
Peta Kondisi Geohidrologi di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Penduduk yang bermukim di sekitar wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
adalah terdiri dari beberapa suku : Bungku, Tolaki, Bugis, Makassar, dan Jawa.
Data BPS (2016) menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan penduduk Desa Laroenai
adalah sebanyak 1.214 jiwa terdiri dari laki‐laki 651 jiwa, dan perempuan 563 jiwa
atau sekitar 10% dari total jumlah penduduk Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten
Morowali.
Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar wilayah IUP, umumnya sudah tamat
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), sebagian ada yang
Derajat kesehatan masyarakat di daerah ini termasuk cukup baik, hal ini dapat dilihat
dari kondisi lingkungan dan pekarangan setiap rumah, bersih, ada MCK dan tertata rapih.
Mata pencaharian masyarakat di sekitar wilayah IUP, umumnya sebagai petani dan
nelayan, sebagian sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan pedagang bahan campuran.
2.4Topografi dan Morfologi
Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai berada pada ketinggian 250 meter sampai 475 meter
di atas permukaan air laut, dengan bentuk bentang alam perbukitan; merupakan daerah
Kondisi topografi wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai dapat dilihat pada gambar
2.8.
Gambar 2.8
Peta Kondisi Topografi di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
STUDY KELAYAKAN
2018
BAB III
3.1 Geologi
3.1.1 Lithologi
Lithologi wilayah IUP Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai, tersusun oleh 2
Batuan sedimen yang terdapat di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai,
kekuningan, ditemukan berselangseling dengan napal (abu ‐abu tua) dan rijang (coklat
kemerahan). Tebal perlapisan (10 – 15) Cm. Batuan Sedimen menempati bagian
kandungan fosil Heterohelix sp, yang terdapat dalam batugamping dan Radiolaria
dalam rijang, Formasi Matano diperkirakan berumur Kapur Akhir (Budiman, 1980);
b. Satuan Ultrabasa
Batuan ultrabasa yang terdapat di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai, terdiri
dari harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit, dunit, diabas dan gabro.
Harzburgit berwarna hijau sampai kehitaman, padat dan pejal, setempat ada
penghalusan mineral, tersusun dari mineral halus sampai kasar, terdiri dari mineral
olivin.
Lherzolit berwarna hijau kehitaman, pejal dan padat, berbutir sedang sampai kasar.
Wehrlit berwarna kehitaman, pejal dan padat, berbutir halus sampai kasar. Batuan
Websterit berwarna hijau kehitaman padat dan pejal, tersusun oleh mineral olivin dan
piroksen, berbutir halus sampai sedang. Serpentin hasil ubahan olivin dan piroksen
Serpentinit berwarna kelabu sampai hijau kehitaman, pejal dan padat, tersusun dari
mineral antigorit, lempung dan magnetit, berbutir halus. Batuan ini umumnya sering
dijumpai berstruktur kekar dan terdapat cermin sesar (slicken side) yang dapat di lihat
Diabas berwarna kelabu, kelabu kehijauan sampai hitam kehijauan, padat dan pejal,
berbutir halus sampai sedang, tersusundari mineral plagioklas, orthoklas, piroksen dan
Dunit berbutir halus sampai sedang, berwarna kehijaun, kelabu kehijauan sampai
kehitaman, tersusun dari mineral olivin, piroksen, plagioklas dan mineral bijih, olivin
dan mineral piroksen terubah menjadi mineral serpentin, talkum dan klorit, batuan ini
Gabro berbintik hitam, berbutir sedang sampai kasar, paddat dan pejal, mineral
penyusun batuan ini terdiri dari plagioklas dan olivin. Batuan di jumpai berupa retas
Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Peta Geologi Lokal Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
3.1.2 Struktur
Indikasi struktur geologi yang dijumpai di wilayah IUP Eksplorasi PT. Laroenai
Bungsel Sorajai, seperti : kekar dan sesar (Gambar 3.1 dan 3.2) menunjukkan
bahwasanya daerah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai terletak dalam zona pengaruh
struktur utama di daerah ini berupa sesar dan lipatan. Sesar meliputi sesar turun, sesar
geser, sesar naik dan sesar sungkup. Penyesaran diduga berlangsung sejak
Sesar yang lain di daerah ini lebih kecil dan merupakan sesar tingkat kedua atau
Lipatan yang terdapat di Lembar ini tergolong lipatan terbuka, tertutup, dan
pergentengan :
1. Lipatan terbuka berupa lipatan lemah yang mengakibatkan kemiringan lapisan tidak
melebihi 35°. Lipatan ini terdapat dalam batuan yang berumur Miosen hingga
sampai baratlaut‐tenggara;
kemiringan lapisan dan 50° sampai tegak. Setempat, lapisan itu hingga terbalik.
Lipatan ini terdapat dalam batuan sedimen Mesozoikum, dengan sumbu lipatan
batuan, tetapi terutama dalam batuan beku dan batuan sedimen Mesozoikum.
3.1.3 Geoteknik
Penyelidikan geoteknik ini meliputi analisis data hasil uji pengujian laboratorium,
tersebut diperlukan beberapa pengujian sampel tanah yang meliputi pengujian sifat
fisik dan sifat mekanik tanah. Pengujian sifat fisik tanah dilakukan untuk
mendapatkan parameter berat jenis batuan (ρ), dan pengujian sifat mekanik tanah
Lereng penambangan terdiri dari 2 jenis, yaitu lereng tunggal dan lereng keseluruhan.
lereng keseluruhan adalah lereng total dari beberapa strip penambangan. Contoh model
mekanik batuan yang relatif homogen antara top soil, Limonit, dan Saprolit, maka
analisis dilakukan dengan menggunakan data pembobotan dari data hasil uji diatas.
Gambar 3.3.
Contoh Model Penampang Lereng Penambangan
Berdasarkan model sebaran endapan laterit yang akan ditambang, lereng tertinggi yang
tersusun dari endapan lateritik adalah 20 m. Pada kondisi ini lereng penambangan
Sorajai adalah 25 m dengan kemiringan 40◦ untuk lereng yang tersusun hanya dari
endapan lateritik.
Bentuk dan penyebaran endapan laterit nikel di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel
Sorajai relative cenderung mengikuti pola topografi dan kelerengan batuan. Adapun
luas penyebaran laterit nikel di wilayah IUP eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
adalah sekitar 69,90 Hektar, kemudian dapat dibagi menjadi 2 (dua) block potensial
masing‐masing dengan luasan : sebelah timur / Block 01 (13,50 Ha) dan sebelah
Batas Block
Block / PIT 02
(44,4 Ha)
Gambar 3.4
Peta Penyebaran Laterit Nikel dan Pembagian Block Potensial di
Wilayah IUP Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Batuan induk bijih nikel di daerah penyelidikan adalah batuan peridotit dan dunit
(kelompok batuan ultramafik yang kaya akan mineral olivin dan piroksin) yang
terdiri dari harzburgit, serpentinit dan wherlit. Menurut Vinogradov batuan ultrabasa
rata‐rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat
dalam kisi‐kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap
atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan
karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur‐unsur
menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia
dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu,
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan
(olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si
Bersama mineral‐mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus ke bawah selama larutannya
bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk
endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat
dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah‐celah
Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit
yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur ‐unsur lainnya seperti Ca dan Mg
yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa ke bawah sampai batas pelapukan dan
akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah‐celah atau
Penampang laterit dapat digambarkan sebagai empat lapisan yang berubah secara
berangsur‐angsur. Karena kedaaan setempat, yaitu batuan dasar maupun tingkat kikisan,
mungkin saja ada sebuah lapisan atau lebih yang tidak ditemukan. Keempat lapisan
itu adalah tudung besi, lapisan limonit, perkotakan silika (silica boxworks), dan
lajur saprolit. Tudung besi yang berwarna merah terdiri dari goethit dan limonit yang
menyerupai spon, berkadar besi tinggi, tetapi kadar nikelnya sangat rendah. Lapisan
limonit warnanya coklat merah atau kuning. Lapisan yang berbutir ini merupakan
selimut pada sebagian daerah. Pada lereng, selimut itu hanya tipis saja atau bahkan
telah terkikis habis. Perkotakan silika terdapat pada dasar lapisan limonit. Sampai
batas
tertentu, di sini masih dikenali struktur dan tekstur batuan aslinya. Endapan garnierit
supergen di dalam perkotakan silika ini mengakibatkan terjadinya bijih nikel silika
yang tinggi kadar nikelnya. Jalur saprolit merupakan peralihan dari limonit ke batuan
dasar yang keras dan belum lapuk. Jalur inilah yang merupakan tempat bijih dengan
saprolit tergantung pertama‐tama, pada sifat fisika dan mineralogi batuan dasar.
Proses pemineralan endapan bijih nikel di daerah ini adalah diawali dengan proses
pelapukan batuan ultrabasa berumur Kapur yang terdapat di bagian utara dan selatan
daerah penyelidikan, yang terdiri dari dunit, harzburgit dan lherzolit sehingga
Nikel pada batuan ultrabasa terutama terdapat pada mineral mafik. Paling tinggi pada
olivine (0.2‐0.3%), sedang pada ortopiroksen (0.05‐0.1%), dan paling rendah pada
klinopiroksen (<0.05%). Jadi makin sedikit kandungan olivin pada batuan ultrabasa,
Nikel pada mineral mafik sebagian besar sebagai penggantian dari Mg. Nikel mungkin juga
terdapat sebagai penggantian dari atom Fe yang lebih besar (Gambar 3.5).
Pelapukan Proses utama yang dapat merubah sifat‐sifat fisik dan kimia batuan adalah
peleburan (pada suhu yang sangat tinggi), metamorfisme (suhu tinggi / tekanan /
tambahan), alterasi hidrotermal (dilalui fluida bersuhu tinggi), pelapukan (pada suhu dan
tekanan biasa).
biologis yang menghasilkan fasa‐fasa mineral yang lebih stabil. Pelapukan pada batuan
ultrabasa sehingga menjadi endapan laterit, bergantung pada perilaku dari MgO, SiO2,
tidak stabil dalam lingkungan pelapukan. Individu SiO4 tetrahedra terikat lemah oleh
kation. Sedangkan magnesia sangat dapat larut dalam air tanah, sehingga pembebasan
magnesia merusak struktur olivin yang membebaskan berbagai macam kation: MgO, FeO,
NiO, MnO.
tidak stabil dalam lingkungan pelapukan (tapi < Olivin). Individual SiO4 tertrahedra
diikat oleh oksigen, sehingga membebaskan magnesia yang mudah larut dalam air tanah.
berbagai macam kation: MgO, FeO, CaO.Al2O3.NiO, MnO. Pelapukan pada serpentin,
diawali oleh pelindian magnesia yang menghasilkan fasa silika terkayakan, atau
montmorilonit dan klorit. Nikel dan Fe dapat menggantikan magnesium yang terlindi,
sehingga menghasilkan besi yang mengandung serpentin dan nikel ferous serpentin.
Melalui proses yang sama nikel juga terdapat bersama dengan talk, klorit, dan smektit.
Data hasil uji laboratorium terhadap sampel pemboran, menunjukkan bahwa kualitas atau
kadar bijih nikel yang terdapat di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai adalah
bervariasi dari (0,03 s/d 2,23)%, secara umum dapat dikelompokkan menjadi kelompok
penghitungan sumber daya dan cadangan. Untuk setiap blok atau lubang dalam bijih
harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan menggunakan data hasil
Sumber Daya Mineral adalah konsentrasi atau keterjadian dari mineral yang
memiliki nilai ekonomis pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan
kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya
dapat diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi, dan
2011).
kepercayaan rendah. Hal ini direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi,
tetapi tidak diverifikasi kemenerusan geologi dan/atau kadarnya. Hal ini hanya
berdasarkan dari informasi yang diperoleh melalui teknik yang memadai dari
lokasi mineralisasi seperti singkapan, puritan uji, sumuran uji, dan lubang bor
conto yang didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi ‐lokasi mineralisasi
seperti singkapan, puritan uji, sumuran uji, “terowongan uji” dan lubang bor.
Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang atau spasinya belum tepat untuk
dimana tonase, densitas, bentuk, karakteristis fisik, kadar dan kandungan mineral
dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan
pada hasil eksplorasi rinci dan terpercaya, dan informasi mengenai pengambilan
dan pengujian conto yang diperoleh dengan teknik yang tepat dari lokasi‐lokasi
mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji, “terowongan uji” dan
lubang bor. Lokasi informasi pada kategori ini secara meruang adalah cukup
terunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan
material tersebut ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat
sudah dilakukan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang
keyakinan menjadi cadangan bijih terkira dan cadangan bijih terbukti (KCMI,
2011).
material dilusi dan “material hilang” yang kemungkinan terjadi pada saat
masuk akal.
terukur yang ekonomis untuk ditambang. Hal ini termasuk material dilusi
ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal.
Gambar 3.6
Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Menurut SME USA dan JORC Australia.
(Sumber : The JORC Code 2004 Edition)
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan
batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah laterite sendiri diambil
dari bahasa latin “later” yang berarti batubara merah (Bachanan, 1807).
Bagian dari cebakan yang tidak memiliki prospek yang beralasan pada akhirnya
material buangan, yang telah diestimasi dan diidentifikasi melalui eksplorasi dan
Estimasi sumberdaya adalah estimasi dari bijih endapan mineral yang mana
bagian dari perhitungan cadangan merupakan hal yang paling vital sebelum
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) adalah salah satu dari metode
interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih
jauh. Bobot (weight) akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya dengan
data sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel.
Metode ini biasanya digunakan dalam industry pertambangan karena mudah untuk
Nilai power yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan interpolasi
nearest neighbour dimana nilai yang didapatkan merupakan nilai dari data point
Kerugian dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai
yang ada pada data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi
dari minimum atau lebih besar dari data sampel. Jadi, puncak bukit dan lembah
terdalam tidak dapat ditampilkan dari hasil interpolasi model ini. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, sampel data yang digunakan harus rapat yang
berhubungan dengan variasi lokal. Jika sampelnya agak jarang dan tidak merata,
2008).
Secara garis besar metode ini adalah sebagai berikut (Latief, 2008) :
a. Suatu cara penaksiran dimana harga rata‐rata titik yang ditaksir merupakan
kombinasi linear atau harga rata‐rata terbobot (weighted average) dari data ‐
data lubang bor disekitar titik tersebut. Data di dekat titik yang ditaksir
memperoleh bobot yang lebih besar, sedangkan data yang jauh dari titik yang
ditaksir bobotnya lebih kecil. Bobot ini berbanding terbalik dengan jarak data
terhadap hasil taksiran. Semakin tinggi pangkat yang digunakan, hasilnya akan
semakin mendekati hasil yang lebih baik. Secara lanjut dapat dijelaskan
dengan rumus berikut. Jika d adalah jarak titik yang ditaksir, z dengan titik
Dimana :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sumberdaya dari endapan bijih nikel
topografi area yang dihitung dan kedalaman dari setiap titik bor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung sumberdaya endapan
bijih nikel laterit dengan menggunakan metode inverse distance weighted (IDW).
c. Data litologi adalah data litologi profil nikel laterit titik bor
1. Membuat database drill holes yang menjadi dasar dari proses selanjutnya
2. Membuat file DTM (Digital Terrain Model; adalah sebuah file yang terbentuk dari
koordinat X dan Y serta elevasi Z dari tiga titik yang membentuk segitiga) untuk
litologi ore.
3. Membuat blok model 3D (tiga dimensi) berdasarkan batas keleluruhan titik bor.
6. Menambahkan atribut Ni, setelah menambahkan atribut Ni maka bentuk blok model
dari litologi ore dengan perbedaan warna sesuai dengan kadar nikelnya.
Berdasarkan data hasil pemboran inti (core drilling) sebanyak 150 tiik/lubang dalam area
prospek 01 eksplorasi seluas 121,10 Ha, diketahui bahwa kedalaman pemboran bervariasi
Berdasarkan hal tersebut, sehingga diperoleh jumlah sumberdaya dan cadangan seperti
Tabel 3.1
Hasil Penghitungan Sumberdaya Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai
SUMBERDAYA
TEREKA TERUNJUK TERUKUR
NO BLOK TONASE KADAR LUAS TONASE KADAR LUAS TONASE KADAR LUAS
(Ton) (%) (Ha) (Ton) (%) (Ha) (Ton) (%) (Ha)
1 01 7.350.000 1,47 56,25 6.750.000 1,55 35,00 5.768.300 1,60 30,50
2 02 9.575.000 1,43 164,75 8.876.250 1,45 125,00 7.850.500 1,52 90,50
Jumlah 16.925.000 1,45 220,00 15.626.250 1,50 160,00 13.618.800 1,55 121,00
Tabel 3.2
Hasil Penghitungan Cadangan Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai
CADANGAN
TERKIRA TERBUKTI
NO BLOK TONASE KADAR LUAS TONASE (Ton) KADAR LUAS
(Ton) (%) (Ha) (%) (Ha)
1 01 785.600 1,65 124,00 588.172,80 1,82 13,50
2 02 11.257.600 1,55 100,00 10.509.427,20 1,68 44,40
Jumlah 12.043.200 1,6 224,00 11.097.600,00 1,75 57,90
STUDY KELAYAKAN
2018
BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN
Rencana penambangan bijih nikel oleh PT. Laroenai Bungsel Sorajai akan
menggunakan sistem tambang terbuka (open pit), dengan metoda selective mining
bulldozer, dan apabila terdapat pohon besar (ukuran diameter batang lebih dari 30
penambangan.
Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dilakukan dengan menggunakan alat
Kegiatan ini bertujuan untuk mengekspos keberadaan bijih nikel, serta untuk
keperluan reklamasi dan revegetasi pada saat lokasi tersebut dinyatakan sudah mine
out.
alat excavator, dan apabila terdapat anomaly kenampakan fisik ore (warna, bentuk,
kegiatan ore getting, metoda ini biasa disebut “selective mining”, untuk
Apabila kondisi fisik bijih nikel relative homogen, maka dapat langsung dilakukan
e.Pengangkutan ke Stockpile
Kegiatan pengangkutan dari area pit menuju area stockpile menggunakan alat
excavator dan dump truck. Dalam kegiatan pengangkutan ini juga dilakukan check
sampling pada saat pemuatan ke dump truck, dan pada saat selesai dumping di
Untuk lebih jelasnya, illustrasi tata cara penambangan bijih nikel dapat dilihat
CHECK SAMPLING
CHECK SAMPLING
CHECK SAMPLING
Gambar 4.1
Diagram Alir Tata Cara Penambangan Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai
4.2Tahapan Kegiatan Penambangan
Tahapan kegiatan penambangan bijih nikel, secara umum terbagi tiga yaitu : tahap pra
Tahap pra konstruksi, meliputi kegiatan : pembuatan jalan akses / jalan hauling;
pembuatan stockpile dan jembatan timbang; pembuatan gudang (ware house) dan
tangki penampungan bahan bakar cair; pembuatan bengkel (work shop), tempat
pencucian mobil dan rumah genset; pembuatan lahan pembibitan (nursery); serta
pengupasan dan penimbunan tanah pucuk (top soil); pengupasan dan penimbunan
penambangan bijih nikel (ore getting); pengangkutan bijih nikel ke area stockpile;
Gambar 4.2
Tahapan Kegiatan Penambangan Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai
4.3Rencana Produksi
Rencana produksi ore/bijih nikel di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai dalam
Rencana produksi tersebut dapat berubah karena beberapa hal, antara lain :
produksi.
b. Adanya regulasi baru dari Pemerintah, dapat mengakibatkan penurunan dan atau
c. Adanya perubahan harga dan atau permintaan pasar bijih (ore) nikel, dapat
d. Kondisi force majure, misalnya : terjadi bencana alam, adanya gangguan keamanan, dan hal‐
hal lainnya yang diluar kendali perusahaan, dapat mengakibatkan penurunan jumlah
4.4 Peralatan
Peralatan utama yang digunakan didalam kegiatan penambangan bijih nikel adalah sebagai
berikut :
5. Grader
6. Loader
Adapun peralatan penunjang kegiatan penambangan, antara lain seperti :
f. Lighting plant
g. Mobil Ambulance
Untuk lebih jelasnya, jumlah dan jenis peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan
penambangan bijih nikel di wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai, dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.1
Rencana Jumlah dan Jenis Peralatan Tambang PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Jumlah cadangan terkira bijih nikel yang terdapat dalam wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel
Sorajai sebesar 12.043.200 Ton, sedangkan jumlah cadangan terbukti sebesar 11.097.600 Ton,
terdiri dari jenis saprolite dengan kadar Ni 1,6% , seperti terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Jumlah Cadangan Bijih Nikel di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Rencana produksi bijih nikel (ore) adalah 66.666 Ton per bulan, atau sekitar 800.000 Ton
per tahun.
Berdasarkan jumlah rencana produksi tersebut, sehingga dapat diperkirakan bahwa umur
Rencana kegiatan penambangan akan dimulai di block 1 sekitar 3,23 tahun, kemudian ke
Adapun jadwal rencana produksi harian, dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Jadwal Harian Produksi Bijih Nikel di Wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Penanganan / perlakuan terhadap bijih nikel yang belum terpasarkan meliputi beberapa tahapan
c. Penutupan tumpukan bijih nikel dengan terpal, terutama pada saat turun hujan dan
malam hari.
Gambar 4.4
Salah Satu Kegiatan Penanganan/Perlakuan Bijih Nikel Yang Belum Terpasarkan
4.7 Rencana Pemanfaatan Bahan Galian dan Mineral Ikutan
Berdasarkan hasil eksplorasi menunjukkan bahwa tidak ditemukan bahan galian dan
mineral ikutan lainnya yang bernilai ekonomis yang berassosiasi dengan bijih nikel (ore) di
wilayah IUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai, sehingga tidak ada perencanaan berkaitan dengan
Rencana penanganan / perlakuan sisa cadangan bijih nikel yang belum tertambang oleh PT.
Laroenai Bungsel Sorajai, adalah dengan memberikan tanda pada lokasi yang masih terdapat
sisa cadangan tersebut mencakup antara lain ; koordinat, kedalaman, kadar Ni, dan jumlahnya,
sehingga apabila kondisi tertentu (nilai ekonomis tinggi) suatu saat memungkinkan untuk
BAB V
Untuk kondisi saat ini, PT. Laroenai Bungsel Sorajai belum merencanakan melakukan kegiatan
pengolahan dan pemurnian atau pencucian terhadap bahan galian laterit nikel (nickel ore) yang
terdapat di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan. Hal ini dikarenakan beberapa
a. Kandungan kadar rata‐rata Ni di bawah 2,0% atau termasuk klasifikasi nikel low grade.
b. Jumlah cadangan nikel termasuk kategori kecil yaitu antara (10 – 20) juta ton.
PT. Laroenai Bungsel Sorajai hanya merencanakan untuk menambang bijih nikel, kemudian menjadi
supplier bahan baku pabrik (smelter nikel) yang terdapat di sekitar wilayah izin usaha
pertambangan, atau pada smelter yang ada dalam wilayah Kabupaten Morowali, Propinsi
Sulawesi Tengah.
BAB VI
a. Pengangkutan dan penimbunan tanah pucuk dan lapisan penutup (over burden).
Setelah kegiatan land clearing selesai, maka terlebih dahulu dilakukan pengupasan tanah
pucuk (top soil) kemdian dilanjut ke lapisan tanah penutup (over burden) dengan
Lokasi penimbunan tanah pucuk (top soil) ini dipisah dengan lokasi penimbunan tanah
penutup (over burden) dan diberikan tanda, hal ini dilakukan untuk keperluan kegiatan
Timbunan tanah pucuk (top soil) dibiarkan berbentuk kerucut (bukit ‐bukit) untuk
menjaga unsur hara (zona pengakaran), sedangkan tanah lapisan penutup diratakan dengan
compactor.
Pengangkutan dan penimbunan bijih nikel yang sudah tergali (tertambang) setelah
stockpile. Penimbunan di area stockpile dipisahkan sesuai dengan kandungan kadar Ni rata‐
diberikan tanda yang mencakup ; lokasi PIT, jenis ore (limonit / saprolit), kadar Ni, dan
jumlah Tonase.
Penutupan dengan terpal terhadap tumpukan / timbunan bijih nikel tersebut dilakukan
terutama pada malam hari dan pada saat turun hujan, agar dapat menjaga kadar air
(moisture content).
Adapun pengangkutan bijih nikel dari area stock pile untuk keperluan pemasaran
Illustrasi tata cara pengangkutan dan penimbunan terhadap tanah pucuk (top soil),
lapisan penutup (over burden), dan bijih nikel (ore) ini dapat dilihat pada gambar 6.1,
Bulldozer dan
atau Excavator
Excavatorr dan
Dump Truck
Gambar 6.2
Illustrasi Tata Cara Pengangkutan dan Penimbunan Tanah
Penutup (Over Burden)
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan dan penimbunan terhadap tanah
pucuk, tanah penutup, dan bijih nikel (ore), adalah sebagai berikut:
a. Bulldozer : untuk pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (over burden).
b. Excavator : untuk pengupasan tanah pucuk (top soil), tanah penutup (over burden),
pengambilan ore (ore getting), pemuatan ke dump truck (dari PIT ke Stockpile atau
disposal).
c. Dump truck : sarana pengangkutan tanah pucuk, tanah penutup, dan bijih nikel.
disposal.
BAB VII
7.1 Lingkungan
7.1.1Dampak Kegiatan
Kegiatan pertambangan bijih nikel yang akan dilakukan oleh PT. Laroenai Bungsel
Adapun perkiraan dampak penting yang dapat terjadi berkaitan dengan tahapan
Tabel 7.1
Dampak Penting Hipotetik Akibat Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel
Oleh PT. Laroenai Bungsel Sorajai
A. Pengelolaan Limbah
Limbah yang potensil dihasilkan dari kegiatan penambangan bijih nikel hanya
berupa material batu dan tanah yang berasal dari bongkahan ‐bongkahan batuan
longsoran dan kekeruhan air pada saat musim hujan, sehingga langkah‐langkah
b. Pemantapan lereng timbunan material waste dan over burden di area disposal,
dinyatakan mine out. Adapaun tahapan kegiatan reklamasi adalah sebagai berikut :
b. Pembibitan
c. Penanaman / revegetasi
d. Pemupukan
f. Pemeliharaan
Pemanfaatan lahan pascatambang adalah dijadikan kawasan konservasi dan atau
Air asam tambang jarang dan atau hampir tidak pernah ditemukan dalam dampak
kegiatan pertambangan bijih nikel, karena batuan asal dari bijih nikel bersifat basa
sebulan, di semua lokasi kegiatan tambang dan bekas lokasi kegiatan tambang.
mengevaluasi data dan informasi sebagai bahan untuk penilaian kinerja suatu
lapangan.
dampak.
7.2.1 Organisasi
Gambar 7.1
Struktur Organisasi Pelaksanaan Program K3‐L Pertambangan PT. Laroenai Bungsel Sorajai
7.2.2 Peralatan
Tabel 7.2
Daftar Peralatan K3‐L Pertambangan PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Pemerintah, dan merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) baik IUP eksplorasi, maupun IUP
karyawan baru, karyawan baru selesai cuti, dan tamu mengenai : peraturan
dan kondisi terbaru lokasi tambang, termasuk kalau ada perubahan‐ perubahan
4. Pemberian alat pelindung diri (APD) kepada seluruh karyawan dan tamu sebelum
6. Pemasangan rambu‐rambu jalan, baik jalan akses, jalan tambang, maupun jalan
hauling.
bertahap, baik berupa in house training maupun dengan mengutus karyawan untuk
9. Mengadakan pertemuan dan evaluasi program K3‐L secara periodic (mingguan dan
bulanan).
10. Memberikan materi tools box meeting setiap sebelum dimulainya jam kerja (per
tahunan.
Dalam tahapan kegiatan penambangan bijih nikel yang akan dilakukan oleh PT.
Laroenai Bungsel Sorajai tidak ada kegiatan peledakan atau blasting, sehingga tidak
Proses penambangan bijih nikel yang akan dilakukan oleh PT. Laroenai Bungsel
Sorajai juga tidak menggunakan bahan‐bahan kimia, dan tidak ada kegiatan
Adapun penanganan bahan bakar minyak, minyak pelumas, grease, dan bahan‐ bahan
kimia untuk keperluan analisa laboratorium, akan dibuatkan tempat atau gudang
khusus, misalnya :
KETENAGAKERJAAN
8.1 Organisasi
Organisasi ketenagakerjaan PT. Laroenai Bungsel Sorajai terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu
a. Organisasi di kantor pusat Jakarta ; terdiri dari jajaran komisaris dan direksi beserta
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8.1 dan 8.2.
Keterangan :
Garis Komando
Garis Koordinasi
Gambar 8.1
Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Jumlah tenaga kerja yang akan diserap oleh kegiatan pertambangan bijih nikel PT.
lapangan. Tahap pertama direncanakan menyerap sebanyak 156 orang, dan 85%
Tabel 8.1
Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Tingkat gaji dan upah karyawan PT. Laroenai Bungsel Sorajai mengikuti standard dan atau
menyesuaikan dengan jenis tugas dan tanggungjawab masing‐masing karyawan, seperti pada
tabel 8.2.
Tabel 8.2
Tingkat Gaji dan Upah Tenaga Kerja PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Sistem kerja di perusahaan PT. Laroenai Bungsel Sorajai dapat dibagi menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu :
a. Non shift
Sistem kerja non shift yaitu karyawan bekerja setiap hari kerja (Senin s/d Jumat) mulai
jam 07.00 s/d 17.00, istirahat jam 12.00 s/d 13.00. Hari libur pada setiap Sabtu dan
Minggu, serta hari‐hari libur resmi lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Karyawan yang bekerja di sistem non shift ini, umumnya adalah staff kantor seperti :
staff admin, office boy, beserta karyawan pada posisi level superintendent dan manajer.
b. Shift
Sistem kerja shift diberlakukan untuk semua unit kerja, kecuali yang telah disebutkan
Sistem kerja shift dibagi menjadi 2 (dua) shift, yaitu setiap (Minggu s/d Jumat) :
Shift 1 / Siang : jam 07.00 s/d 17.00; istirahat jam 12.00 s/d 13.00
Shift 2 / Malam : jam 19.00 s/d 05.00; istirahat jam 00.00 s/d 01.00
Dalam kondisi tertentu, semua karyawan dapat sewaktu ‐waktu ditugaskan untuk bekerja
Adapun pemberian hak cuti karyawan akan diatur seperi pada tabel 8.3.
Tabel 8.3
Pengaturan Jadwal Cuti Karyawan PT. Laroenai Bungsel Sorajai
BAB IX
PEMASARAN
Prosedur pemasaran bijih nikel hasil produksi tambang PT. Laroenai Bungsel Sorajai
a. Penawaran harga, jumlah, dan spesifikasi kandungan kadar Ni (1,3% dan 1,6%), oleh bagian
pemasaran perusahaan (PT. Laroenai Bungsel Sorajai) dengan pihak pembeli (buyer),
b. Proses negoisasi dan peninjauan lapangan (site visit) oleh pihak pembeli (buyer) diantar
oleh bagian pemasaran dan site manager, ke lokasi stockpile dan tambang PT. Laroenai
Bungsel Sorajai.
c. Pengambilan dan pengujian sampel bijih nikel yang terdapat di area stockpile, oleh pihak
laboratorium independent yang disepakati pihak perusahaan dan pihak pembeli (buyer).
d. Pembuatan dan penandatanganan dokumen perjanjian jual beli bijih nikel, antara
e. Pengangkutan bijih nikel dari area stockpile perusahaan ke lokasi smelter pihak pembeli.
Adapun bagan organisasi pemasaran bijih nikel hasil produksi tambang PT. Laroenai
Gambar 9.1
Bagan Organisasi Pemasaran Bijih Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai
9.2 Prospek Pemasaran
Untuk target pemasaran bijih nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai akan memprioritaskan
penjualan ke perusahaan pemilik smelter (pabrik peleburan bijih nikel) yang ada dalam
Prospek pemasaran bijih nikel cukup besar untuk beberapa tahun kedepan, hal ini
dikarenakan selain untuk ekspor, juga untuk pemenuhan bahan baku smelter dalam negeri.
Dalam wilayah Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah ada beberapa yang akan
dibangun, beberapa sementara pembangunan, beberapa telah persiapan operasi, dan ada
Target produksi smelter masing‐masing perusahaan pemilik smelter bervariasi, mulai dari
100.000 Ton NPI / Tahun sampai 500.000 Ton NPI / Tahun. Berdasarkan hal tersebut,
dapat diperkirakan bahwa beberapa tahun kedepan, jumlah keseluruhan produksi NPI
(Nickel Pig Iron) dari Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah dapat mencapai
Sementara untuk menghasilkan 1 Ton NPI (nickel pig iron) dibutuhkan bahan baku bijih
nikel sebanyak 7,5 Ton, maka dapat diperkirakan bahwa kebutuhan bahan baku (bijih
nikel) smelter sebesar 7.500.000 Ton per Tahun, atau 625.000 Ton per Bulan.
STUDY KELAYAKAN
2018
BAB X
10.1 Investasi
Biaya pengurusan perizinan dan eksplorasi yang telah dan akan diinvestasikan
Tabel 10.1
Biaya Pengurusan Perizinan dan Eksplorasi PT. Laroenai Bungsel Sorajai
B. Pembebasan Lahan
Sehubungan sebagian besar lahan dalam WIUP PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Rp.464.700.000,‐ sebagian besar untuk keperluan jalan hauling dan jalan akses
Adapun luas lahan yang akan dibebaskan adalah sepanjang 15,96 km atau
Tabel 10.2
Biaya Konstruksi dan Rekayasa PT. Laroenai Bungsel Sorajai
D. Peralatan
Tabel 10.3
Biaya Pengadaan Peralatan PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Modal kerja yang dipersiapkan oleh PT. Laroenai Bungsel Sorajai, meliputi hal ‐ hal
sebagai berikut :
A.Gaji/Upah Karyawan
pada tabel 10.4, dan akan mengalami kenaikan 10% setiap tahun berikutnya.
Tabel 10.4
Biaya Gaji/Upah Karyawan PT. Laroenai Bungsel Sorajai Per Tahun
Proyeksi biaya pemakaian bahan bakar minyak (BBM) solar untuk operasi
Tabel 10.5
Jumlah dan Biaya Pemakaian Bahan Bakar Minyak
(BBM) PT. Laroenai Bungsel Sorajai Per Tahun
Tabel 10.6
Biaya Perawatan (Maintenance) Peralatan
Tambang PT. Laroenai Bungsel Sorajai Per
Tahun
D. Konsumsi
Proyeksi biaya untuk kebutuhan konsumsi 156 orang karyawan adalah sebesar
Rp.50.000,‐ X 156 Orang X 30 Hari = Rp. 234.000.000,‐ per bulan atau Rp.
Development (Comdev) PT. Laroenai Bungsel Sorajai adalah sebesar 2% dari total
biaya produksi atau sebesar Rp. 83.960.000 per bulan atau sebesar Rp.
10.1.3Sumber Dana
Biaya produksi tambang bijih nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai meliputi biaya ‐ biaya
sebagai berikut :
a. Gaji/Upah Karyawan
c. Perawatan Peralatan
d. Konsumsi Karyawan
e. Pengembangan Masyarakat
Adapun rincian biaya produksi per tahunnya, dapat dilihat pada tabel 10.7.
Tabel 10.7
Biaya Produksi Tambang Bijih Nikel
PT. Laroenai Bungsel Sorajai Per
Tahun
Berdasarkan penghitungan umur tambang PT. Laroenai Bungsel Sorajai yaitu selama
26 tahun apabila target produksi bijih nikel 50.000 ton per bulan atau
Proyeksi jumlah pendapatan penjualan bijih nikel dari produksi tambang PT.
Untuk penghitungan aliran dana kas (cash flow) perlu dimasukkan komponen
Sehubungan dengan hal tersebut, maka jumlah dana untuk modal investasi awal
Tabel 10.9
Jumlah Investasi Tambang Bijih
Nikel PT. Laroenai Bungsel
Sorajai
Perhitungan discounted cash flow rate of return / internal of return (IRR), payback
period, dan net present value (NPV) dapat dilihat pada tabel 10.11.
Tabel 10.11
Perhitungan IRR, PP dan NPV Proyek Pertambangan Bijih
Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Break even point terjadi di bulan ke 30, dengan perhitungan seperti pada tabel
10.12.
Tabel 10.12
Perhitungan Break Even Point Proyek Pertambangan Bijih
Nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai
Waktu pengembalian modal adalah selama 16,76 bulan atau 1,39 tahun.
10.2.7. Analisa Kepekaan dan Resiko
melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan‐
Hasil perhitungan analisis sensitifitas PT. Laroenai Bungsel Sorajai, dapat dilihat pada
BAB XI
KESIMPULAN
Proyek pertambangan bijih nikel PT. Laroenai Bungsel Sorajai yang terletak di Desa Topogaro,
Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah, dapat dinyatakan layak
a. Payback Period atau masa pengembalian modal lebih kecil daripada masa proyek (umur
b. Net Present Value (NPV) lebih besar daripada Rp. 0,00,‐ yaitu Rp. 367.608.678.802,55,‐
c. Internal Rate of Return (IRR) lebih besar daripada tingkat bunga bank, yaitu 72 % ˃ 12%.
Pengeluaran :
a. Gaji Karyawan 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00
b. BBM Solar 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00
c. Maintenance 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00
d. Konsumsi 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00
e. CSR/Comdev 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00
f. Iuran IUP ($4/Ha) 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00
g. Royalti (5%) 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00
h. Penyusutan Alat 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00
i. Amortisasi 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00
Total Pengeluaran 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00
161,400,000,000.00
161,400,000,000.00
11,284,000,000.00
34,784,000,000.00
1,500,000,000.00
2,808,000,000.00
1,007,520,000.00
13,772,800.00
8,070,000,000.00
3,905,000,000.00
5,138,352,000.00
68,510,644,800.00
92,889,355,200.00
23,222,338,800.00
69,667,016,400.00
3,905,000,000.00
5,138,352,000.00
78,710,368,400.00
Aliran kas bersih Sisa Investasi Tingkat bunga
Investasi awal -109,983,842,800.00 12.00%
Tahun ke-1 78,710,368,400.00 -31,273,474,400.00
Tahun ke-2 78,710,368,400.00 47,436,894,000.00
Tahun ke-3 78,710,368,400.00 126,147,262,400.00
Tahun ke-4 78,710,368,400.00 204,857,630,800.00
Tahun ke-5 78,710,368,400.00 283,567,999,200.00
Tahun ke-6 78,710,368,400.00 362,278,367,600.00
Tahun ke-7 78,710,368,400.00 440,988,736,000.00
Tahun ke-8 78,710,368,400.00 519,699,104,400.00
Tahun ke-9 78,710,368,400.00 598,409,472,800.00
Tahun ke-10 78,710,368,400.00 677,119,841,200.00
Tahun ke-11 78,710,368,400.00 755,830,209,600.00
Tahun ke-12 78,710,368,400.00 834,540,578,000.00
Tahun ke-13 78,710,368,400.00 913,250,946,400.00
Tahun ke-14 78,710,368,400.00 991,961,314,800.00
Teknik Penilaian Investasi Penilaian
Payback Period (PP) Tahun 1.39 ˂ 14.00 Project is feasible
Net Present Value (NPV) Rp,- 367,608,678,802.55 > 0.00 Project is feasible
Internal Rate of Return (IRR) % 0.72 > 0.12 Proyek is feasible
Aliran Dana Kas Operasional Pertambangan Bijih Nikel PT.Laroenai Bungsel Sorajai
Kenaikan 5%
Cash Flow Pertambangan Bijih Nikel Dalam Rupiah
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Investasi Awal 109,983,842,800.00
Penerimaan :
Penjualan Bijih Nikel 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00
Total Penerimaan 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00 169,470,000,000.00
Pengeluaran :
a. Gaji Karyawan 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00
b. BBM Solar 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00
c. Maintenance 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00
d. Konsumsi 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00
e. CSR/Comdev 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00
f. Iuran IUP ($4/Ha) 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00
g. Royalti (5%) 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00
h. Penyusutan Alat 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00
i. Amortisasi 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00
Total Pengeluaran 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00
169,470,000,000.00 169,470,000,000.00
169,470,000,000.00 169,470,000,000.00
11,284,000,000.00 11,284,000,000.00
34,784,000,000.00 34,784,000,000.00
1,500,000,000.00 1,500,000,000.00
2,808,000,000.00 2,808,000,000.00
1,007,520,000.00 1,007,520,000.00
13,772,800.00 13,772,800.00
8,070,000,000.00 8,070,000,000.00
3,905,000,000.00 3,905,000,000.00
5,138,352,000.00 5,138,352,000.00
68,510,644,800.00 68,510,644,800.00
100,959,355,200.00 100,959,355,200.00
25,239,838,800.00 25,239,838,800.00
75,719,516,400.00 75,719,516,400.00
3,905,000,000.00 3,905,000,000.00
5,138,352,000.00 5,138,352,000.00
84,762,868,400.00 84,762,868,400.00
Aliran kas bersih Sisa Investasi Tingkat bunga
Investasi awal -109,983,842,800.00 12.00%
Tahun ke-1 84,762,868,400.00 -25,220,974,400.00
Tahun ke-2 84,762,868,400.00 59,541,894,000.00
Tahun ke-3 84,762,868,400.00 144,304,762,400.00
Tahun ke-4 84,762,868,400.00 229,067,630,800.00
Tahun ke-5 84,762,868,400.00 313,830,499,200.00
Tahun ke-6 84,762,868,400.00 398,593,367,600.00
Tahun ke-7 84,762,868,400.00 483,356,236,000.00
Tahun ke-8 84,762,868,400.00 568,119,104,400.00
Tahun ke-9 84,762,868,400.00 652,881,972,800.00
Tahun ke-10 84,762,868,400.00 737,644,841,200.00
Tahun ke-11 84,762,868,400.00 822,407,709,600.00
Tahun ke-12 84,762,868,400.00 907,170,578,000.00
Tahun ke-13 84,762,868,400.00 991,933,446,400.00
Tahun ke-14 84,762,868,400.00 1,076,696,314,800.00
Teknik Penilaian Investasi Penilaian
Payback Period (PP) Tahun 1.29 ˂ 14.00 Project is feasible
Net Present Value (NPV) Rp,- 403,427,418,267.90 > 0.00 Project is feasible
Internal Rate of Return (IRR) % 0.77 > 0.12 Proyek is feasible
Aliran Dana Kas Operasional Pertambangan Bijih Nikel PT. Raihan Catur Putra
Penurunan 5%
Cash Flow Pertambangan Bijih Nikel Dalam Rupiah
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Investasi Awal 109,983,842,800.00
Penerimaan :
Penjualan Bijih Nikel 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00
Total Penerimaan 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00 153,330,000,000.00
Pengeluaran :
a. Gaji Karyawan 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00 11,284,000,000.00
b. BBM Solar 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00 34,784,000,000.00
c. Maintenance 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00
d. Konsumsi 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00 2,808,000,000.00
e. CSR/Comdev 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00 1,007,520,000.00
f. Iuran IUP ($4/Ha) 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00 13,772,800.00
g. Royalti (5%) 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00 8,070,000,000.00
h. Penyusutan Alat 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00 3,905,000,000.00
i. Amortisasi 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00 5,138,352,000.00
Total Pengeluaran 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00 68,510,644,800.00
153,330,000,000.00 153,330,000,000.00
153,330,000,000.00 153,330,000,000.00
11,284,000,000.00 11,284,000,000.00
34,784,000,000.00 34,784,000,000.00
1,500,000,000.00 1,500,000,000.00
2,808,000,000.00 2,808,000,000.00
1,007,520,000.00 1,007,520,000.00
13,772,800.00 13,772,800.00
8,070,000,000.00 8,070,000,000.00
3,905,000,000.00 3,905,000,000.00
5,138,352,000.00 5,138,352,000.00
68,510,644,800.00 68,510,644,800.00
84,819,355,200.00 84,819,355,200.00
21,204,838,800.00 21,204,838,800.00
63,614,516,400.00 63,614,516,400.00
3,905,000,000.00 3,905,000,000.00
5,138,352,000.00 5,138,352,000.00
72,657,868,400.00 72,657,868,400.00
Aliran kas bersih Sisa Investasi Tingkat bunga
Investasi awal -109,983,842,800.00 12.00%
Tahun ke-1 72,657,868,400.00 -37,325,974,400.00
Tahun ke-2 72,657,868,400.00 35,331,894,000.00
Tahun ke-3 72,657,868,400.00 107,989,762,400.00
Tahun ke-4 72,657,868,400.00 180,647,630,800.00
Tahun ke-5 72,657,868,400.00 253,305,499,200.00
Tahun ke-6 72,657,868,400.00 325,963,367,600.00
Tahun ke-7 72,657,868,400.00 398,621,236,000.00
Tahun ke-8 72,657,868,400.00 471,279,104,400.00
Tahun ke-9 72,657,868,400.00 543,936,972,800.00
Tahun ke-10 72,657,868,400.00 616,594,841,200.00
Tahun ke-11 72,657,868,400.00 689,252,709,600.00
Tahun ke-12 72,657,868,400.00 761,910,578,000.00
Tahun ke-13 72,657,868,400.00 834,568,446,400.00
Tahun ke-14 72,657,868,400.00 907,226,314,800.00
Teknik Penilaian Investasi Penilaian
Payback Period (PP) Tahun 1.51 ˂ 14.00 Project is feasible
Net Present Value (NPV) Rp,- 331,789,939,337.21 > 0.00 Project is feasible
Internal Rate of Return (IRR) % 0.66 > 0.12 Proyek is feasible
KEPLTFL ’GJBElNURGUKA1VPJf7R\OKH
.|N1&1?E. / -4’IV/ Z6
d.
Mcog:n
Hoi;*o1 %?R);
KEP.RAM.LAROEN€DUNGV¥sc?W.<
pp6O0.0ODQ0;-
IEDLA
i
4.
R.
]l.
lfi.
{7.
1^1.
Numu Rems:rhuun PT. Ru i an C'ntur fi trn
Name Usr .Ah CFU HStAWAH
Rp. 7.:S€'O:0fiO,.
coastx
Cipinang Lsnmr RT.OU, REV POS,
bupe
Tvn%nei : Goiomedi Tengnh
h. Rtiri Kck mksnnWnmz 1 Tcnun
*eecoepstbiodadpjaba*y$o#derweosom.
KF.TM.S
K-.RCWE-T..*.N
AMmOROmnW,
TTD
rAEubtJor
5 1993 L5
EUP#TI DIORCM¥ALI
O.
Seuajiban
9 Mc_oun<i; letenmvn peipojzlun s uud dt:
.kcL‹uitumu pc airmu p‹u udângu
%angan;
.*'°P?D i
BLOCK 01
(TAHUN
KE 01 – 4)
STUDY KELAYAKAN
(FS) 2018