Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ANALISIS KESTABILAN LERENG PT.

RINNERIL
PRATAMA

OLEH :

KELOMPOK 21

INGKY WIJOYO ( R1D118095)

DERIL SISWANTO ( R1D118082)

HARINALDI ( R1D118098)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perencanaan tambang merupakan suatu proses penetapan desain tambang
dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam menentukan kelayakan
rancangan tambang dan tahapan pelaksanaan operasi penambangan guna
mencapai hasil yang telah ditentukan. Potensi sumberdaya mineral Indonesia yang
cukup banyak, tersebar hampir di seluruh nusantara dan merupakan salah satu
modal untuk kegiatan pembangunan, terbukti di bidang pertambangan indonesia
yang kaya karena sumberdaya mineral ini menghasilkan pemasukan yang cukup
besar bagi negara melalui pajak dan royalti setiap tahunnya. Nikel sebagai salah
satu sumberdaya mineral ekonomis di bumi ini perlu ditemukan keberadaannya
untuk dapat memenuhi kebutuhan dibidang perindustrian dan mempunyai sifat
tahan karat.
Dalam penambangan terbuka (open pit mining), desain lereng jalan final
adalah salah satu faktor terpenting dalam keberlangsungan pertambangan.
Beberapa cara yang dilakukan untuk membuat suatu desain final diantaranya
dengan analisis geomekanika dan geoteknik. Sedangkan untuk mendapat desain
lereng jalan tambang, diperlukan data geomekanik dari data lapangan, baik berupa
morfologi setempat, jurus-kemiringan, jenis batuan, kondisi air tanah, dan lainnya,
yang diperlukan untuk simulasi kestabilan lereng.
Dalam jalan tambang biasanya yang menimbulkan masalah ialah lereng
jalan tambang tersebut. Keruntuhan pada lereng jalan tambang tersebut, dapat
disebabkan oleh tidak sesuainya parameter geometri lereng terhadap kekuatan
material itu sendiri. Sehingga parameter-parameter dan faktor lain yang
mempengaruhi kemantapan lereng perlu diketahui dan disesuaikan dengan
kekuatan material, sehingga rancangan geometris lereng jalan penambangan dapat
dibuat.
Pada lokasi penambangan PT. RINNERIL PRATAMA akan membuka pit
baru, dalam rencana penambangan serta usaha untuk mendukung tercapainya
produksi nikel dan menjamin keamanan kerja pada PT.RINNERIL PRATAMA,
maka dibutuhkan suatu rekomendasi geoteknik untuk perancangan lereng jalan.
Atas dasar hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian mengenai analisis kestabilan
lereng pada lokasi tersebut.
1.2 Rumusah Masalah

Rumusan masalah pada laporan geotekni tambang adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor geoteknik


2. Menentukan analisis kestabilan lereng
3. Membuat desain pit
1.3 Tujuan masalah
Tujuan masalah pada laporan geoteknik tambang adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui faktor geoteknik
2. Mampu menentukan analisis kestabilan lereng
3. Mampu membuat desain pit
1.4 Batasan masalah
Adapun batasan masalah adalah agar dapat menentukan analisis kestabilan
lereng sehingga dapat membuat desain pit yang aman.
1.5 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat didapatkan adalah menambah pengetahuan


pembaca mengenai cara menganalisis kestabilan lereng sehingga menghasilkan
desain pit yang aman.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Geoteknik adalah suatu bagian dari cabang ilmu Teknik Sipil. Didalamnya
diperdalam pembahasan mengenai permasalahan kekuatan tanah dan
hubungannya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang berdiri
diatasnya. Pada dasarnya ilmu ini tergolong ilmu tua yang berjalan bersamaan
dengan tingkat peradaban manusia, dari mulai pembangunan piramid di mesir,
candi Borobudur hingga pembangunan gedung pencakar langit sekarang ini. Salah
satu contohnya ialah kemiringan menara pisa di italy disebabkan oleh kekurangan
kekuatan dukung tanah terhadap menara tersebut. Secara keilmuan, bidang teknik
sipil ini mempelajari lebih mendalam ilmu ilmu: mekanika tanah, mekanika
batuan, stuktur bawah tanah dan teknik pondasi

Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara
komputasi dan cara grafik (Pangular, 1985) sebagai berikut:

1) Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan


dengan membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau diperkirakan
bergerak dan yang yang tidak, cara ini memperkirakan lereng labil maupun
stabil dengan memanfaatkan pengalaman di lapangan (Pangular, 1985). Cara
ini kurang teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila
tidak ada resiko longsor terjadi saat pengamatan. Cara ini mirip dengan
memetakan indikasi gerakan tanah dalam suatu peta lereng.
2) Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus
(Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara
Fellenius dan Bishop menghitung Faktor Keamanan lereng dan dianalisis
kekuatannya. Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci utama gerakan
tanah adalah kuat geser tanah yang dapat terjadi : (a) tak terdrainase, (b)
efektif untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat sejalan peningkatan
konsolidasi (sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d) berkurang
dengan meningkatnya kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau terbentuknya
tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan air tanah. Dalam
menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis lereng tanah melalui
metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyai bidang gelincir saya yang
dapat dihitung.
3) Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor,
Hoek & Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk
material homogen dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri
atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan penggunaan rumus (cara
komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring Schmidt. (Schmidt Net
Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan dengan cara
mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.

Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng adalah sebagai


berikut :

2.1. Metode Fellenius

Metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939) ini banyak digunakan
untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan bidang
gelincirnya berbentuk busur (arc-failure). Menurut Sowers (1975), tipe longsorang
terbagi kedalam 3 bagian berdasarkan kepada posisi bidang gelincirnya, yaitu
longsorang kaki lereng (toe failure), longsorang muka lereng (face failure), dan
longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki lereng umumnya terjadi
pada lereng yang relatif agak curam (>450) dan tanah penyusunnya relatif
mempunyai nilai sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng
biasa terjadi pada lereng yang mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana
ketinggian lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan
lunak yang berada diatas lapisan keras berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar
lereng biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah lempung, atau bisa juga
terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak (soft seams).

2.2 Metode Bishop


a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop
mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran.

b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat
busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan.

c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan
pada longsoran busur dipergunakan grafik

Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer


dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana,
cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti.
Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang
memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti Metode Spencer atau Metode
Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok
digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk
busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum, metode Bishop sendiri
memperhitungkan komponen gaya-gaya (horizontal dan vertikal) dengan
memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing potongan.

2.3 Metode Janbu

a. Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya tidak
berbentuk busur lingkaran.

b. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan zona lemah
yang terdapat pada massa batuan atau tanah.

c. Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu yang
tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali untuk
mendapatkan bidang longsor yang memiliki faktor keamanan terendah.

2.4 Peran Geotek di Pertambangan


Sebenarnya tidak hanya melakukan perhitungan saja tetapi lebih mengarah
kepada memberikan panduan kepada pihak terkait mengenai potensi bahaya
geoteknik yang akan terjadi kepada pihak terkait (manajemen perusahaan,
institusi, mineplanner, dll). Sekilas contoh geoteknik dalam dunia tambang.

1. Eksplorasi dan mine development, geoteknik diperlukan untuk memandu


kepada arah pembuatan desain pit yang optimal dan aman (single slope
degree, overall slope degree, tinggi bench,potensi bahaya longsor yang ada ex:
longsoran bidang, baji, topling busur,dll) sesuai dengan kriteria SFnya. Disini
ahli geotek tidak hanya melakukan analisis namun juga ikut turun memetakan
kondisi geologi (patahan/lipatan/rekahan, dll) dilokasi yang akan dibuka
tambang. Selain itu juga geoteknik diperlukan dalam pembangunan
infrastruktur tambang seperti stockpile, port, jalan hauling diareal lemah, dll.
Disini, peran ahli geotek adalah memberikan analisis mengenai daya dukung
tanah yang aman, cut fill volume, serta langkah-langkah yang diperlukan
untuk memenuhi safety factor sehingga ketika dilakukan kontruksi dan
digunakan tidak terjadi kegagalan (failure)
2. Operasional Tambang pada kondisi ini ahli geotek berperan dalam
pengawasan kondisi pit dan infrastructur yang ada, sebagai contoh
pengawasan pergerakan lereng tambang, zonazona potensi longsor di areal
tambang (pit dan waste dump) akibat proses penambangan, prediksi kapan
longsor akan terjadi, apakah berbahaya untuk operasional di pit atau tidak,
langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mengantisipasi longsor seperti
mengevakuasi alat, melakukan push back untuk menurunkan derajat
kemiringan lereng, melakukan penguatan, melakukan pengeboran horizontal
untuk mengeluarkan air tanah,dll. Disini peran ahli geotek memandu tim
safety dalam pengawasn operasional tambang dan ahli geotek bisa melakukan
penyetopan operasional pit jika membahayakan keselamatan manusia dan alat.
Diinfrastruktur juga berlaku hal yang sama.

3. Post mining Setelah kegiatan penambangan selesai, geotek bekerja sama


dengan safety juga berperan untuk memastikan bahwa kondisi waste dump
dan pit dalam kondisi aman dan tidak terjadi longsor dalam jangka waktu
lama, karena setelah tambang selesai lahan tersebut akan dikembalikan kepada
pemerintah dan masyarakat dan menyangkut masalah citra perusahaan, bagi
perusahaan yang berstatus green company hal ini merupakan harga mati yang
tidak bisa ditawar.

2.5 Slide

SLIDE adalah program 2D kemantapan lereng untuk mengevaluas faktor


kemananan (FK) atau kemungkinan longsoran, baik longsoran permukaan circular
atau non-cirucular pada tanah atau batuan lereng. SLIDE sangat mudah
digunakan, dan model komplit dapat dibuat dan dianalisis cepat dan mudah.
Memuat keadaan luar, muka air tanah dan mendukung semua model pada
keanekaragaman cara. SLIDE menganalisis stabilitas dari permukaan miring
dengan menggunakan metoda kesetimbangan batas (misal Bishop, Janbu,
Spencer, etc.). Permukaan dapat dianalisis atau dapat menggunakan metoda yang
dapat diaplikasikan untuk melihat lokasi dari permukaan longsoran yang kritikal
dari lereng yang telah diberikan. Sehingga Faktor Keamanan dapat dianalisis.
Beberapa keistimewaan SLIDE:

 Permukaan kritikal yang dapat menggunakan metoda untuk longsoran busur


maupun bukan longsoran busur
 Metoda analisis meliputi Bishop, Janbu, Spencer, GLE/Morgenstern-Price
 Banyak material
 Anisotrop, material Mohr-Coulomb non-linier
 Analisis Probabilistik – menghitung kemungkinan runtuhan, reliability index
 Analisis sensitivitas
 Permukaan air tanah-piezo, Faktor Ru, Grid tekanan pori, elemen batas,
analisis air tanah, faktor Bbar
 Tension crack (terisi air atau kering)
 Tekanan atau gaya eksternal, terdistribusi merata atau seismic
 Penyanggaan
 Analisis balik yang diperlukan untuk gaya penyanggaan untuk faktor
keamanan
 Melihat beberapa atau semua permukaan dengan pencarian
 Hasil analisis detail dapat di plot untuk permukaan longsoran tunggal dengan
program SLIDE

SLIDE memiliki kapabilitas untuk menggunakan elemen batas yang


berdasarkan analisis seepage dari air tanah, untuk keadaan jenuh ataupun tidak
jenuh, dan kondisi aliran tunak. Analisis air tanah di SLIDE membuat pemakai
dengan mudah mendefinisikan dan analisis masalah air tanah, menggunakan
model yang sama seperti yang digunakan untuk masalah kestabilan lereng. Batas
dari masalah hanya perlu didefinisikan sekali, dan akan digunakan untuk analisis
air tanah dan analisis kestabilan lereng. Walaupun analisis air tanah di SLIDE
dilengkapi ke arah kalkulasi dari tekanan pori untuk masalah kestabilan lereng,
dan tidak dibatasi untuk konfigurasi geometri lereng. Pemodelan air tanah dan
analisis kestabilan di SLIDE, dapat digunakan untuk menganalisis arbitrase,
masalah air tanah 2D, untuk jenuh dan tidak jenuh. Analisis air tanah di SLIDE
dapat mempertimbangkan dengan program analisis air tanah yang secara lengkap,
dan dapat digunakan dengan sendiri dari kestabilan lereng.
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Analisis Kestabilan Lereng

Berikut hasil nilai faktor keamanan lereng lapisan limonit dan lapisan
saprolit menggunakan metode bishop adalah sebagai berikut :

a) Metode Bishop

Metode Bishop merupakan metode sangat populer dalam analisis


kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan
memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan
metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi
semua kondisi kesetimbangan seperti metode spencer atau metode
kesetimbangan batas umum, jarang lebih besar dari 5%.
 Lapisan Limonit

Gambar 3.1 Nilai Faktor Keamanan Lereng Lapisan Limonit Menggunakan


Metode Bishop
Dari gambar diatas dapat dilihat nilai faktor keamanan lereng lapisan
limonit dengan menggunakan metode Bishop menunjukan nilai 1,182.

 Lapisan Saprolit

Gambar 3.2 Nilai Faktor Keamanan Lereng Lapisan Saprolit Menggunakan


Metode Bishop

Dari gambar diatas dapat dilihat nilai faktor keamanan lereng lapisan
saprolit dengan menggunakan metode Bishop menunjukan nilai 1,144.

Seperti yang kita ketahui nilai untuk memenuhi standar faktor keamanan
lereng untuk pembuatan desain pit adalah 1,1. Dari hasil nilai analisis
kestabilan lereng untuk lapisan limonit menunjukan angka 1,182 dan lapisan
saprolit menunjukan angka 1,144 yang artinya bahwa berdasarkan data tersebut

di lokasi pertambangan PT. RINNERIL PRATAMA telah dapat membuat


desain pit
3.2 Desain Pit

Gambar 3.3 Desain Pit


BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1) Dapat mengetahui faktor geoteknik


2) Dapat menentukan analisis kestabilan lereng
3) Dapat membuat desain pit
4.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah mengenai praktikum, harapan


saya pada saat praktikum agar diajarkan cara mengaplikasikan software yang akan
digunakan dalam mengerjakan laporan.

Anda mungkin juga menyukai