Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM GEOTEKNIK PERTAMBANGAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Praktikum Geoteknik


Pertambangan Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta

Disusun Oleh :
Nama : Zulfikri Hakim Akbar
NIM : 11180980000029
Kelompok : 4 (empat)
Nama Asisten Dosen :
Rendy Adrista Farrand S.T
Muhammad Iqbal Asada (11170980000006)
Algifar Fadil Putra Dharma (11170980000008)
Aulia Rahmawati (11170980000015)
Rizqi Yudistira Wahyu (11170980000036)
Perdana
Adi Suhardi (11170980000040)

Program Studi Teknik Pertambangan


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2021
BAB II

Metode Kesetimbangan Batas

2.1 Hari dan Tanggal Praktikum


Praktikum dilakukan pada hari Kamis, 25 Maret 2021

2.2 Tujuan Praktikum


Praktikan mampu melakukan analisis kestabilan lereng dengan
menggunakan metode kesetimbangan batas melalui proses pemodelan lereng
homogen dan heterogen, dengan asumsi lereng dalam kondisi kering
menggunakan software slide.
2.3 Abstrak
Terdapat tiga buah problema lereng dan 4 metode kesetimbangan,
diantaranya metode Morgenstern-prince, Bishop Simplified dan Janbu
sinplified Dari hasil percobaan ketiga problema tersebut dapat dikatakan
hanya lereng problem “B” yang sangat aman, dikarenakan nilai FK > 1.25
menurut Bowles (1984), dikarenakan FK A rata – rata dibawah angka 1,07
sedangkan yang C rata – rata dibawah angka 0,7 Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi besar nya nilai FK suatu lereng antara lain : geometri lereng,
sifat fisik lapisan material, dan karakteristik, dan yang paling berpengaruh
yaitu sifat mekanis lapisan material (C, PHI).

2.4 Dasar Teori


Analisis kesetimbangan batas (limit equilibrium analysis) merupakan
metode yang mempertimbangkan kesetimbangan gaya sepanjang bidang
gelincir (Gurocak, Alemdag, & Zaman, 2008).
Analisa kestabilan lereng dengan metode keseimbangan batas atau
Limit Equilibrium Method (LEM) telah dilakukan sejak pertengahan tahun
1930.Semenjak itu banyak metode keseimbangan batas di kembangkan dan
beberapa masih digunakan secara umum. Kesetimbangan batas bukan
digunakan karena pembatasnnya, salah satu perbedaan dasar penggunaan
metode keseimbangan batas adalah penggunaan kondisi keseimbangan.
Beberapa kondisi memenuhi untuk keseimbangan gaya dan keseimbangan
momen sendangkan metode yang lain hanya memenuhi salah-satunya saja.
Dengan kata lain beberapa metode hanya memperhitungkan gaya normal saja
sedangkan metode yang lain memperhitungkan gaya normal, gaya tangensial
dan juga gaya-gaya antar irisan. Oleh karena itu hanya beberapa metode yang
memenuhi kondisi sebenarnya di lapangan. Metode Bishop yang
dikembangkan pada tahun 1950an adalah didasarkan pada kesetimbangan
momen. Metode ini dihitung dengan pendekatan solusi permukaan bidang
runtuh dianggap melingkar. Metode yang lain seperti Metode Janbu yang
disederhanakan didasarkan pada kondisi kesetimbangan gaya, metode ini
sangat cocok untuk kondisi tanah berlapis.(Aryal, 2006).
Mampu melakukan analisis kestabilan lereng dengan menggunakan
metode kesetimbangan batas melalui proses pemodelan lereng homogen dan
heterogen, dengan asumsi lereng dalam kondisi kering menggunakan software
slide. Pada metode ini diasumsikan terdapat bidang gelincir yang potensial,
dimana kondisi gaya (force) dan moment equilibrium ditentukan berada pada
kondisi statis. Analisis ini membutuhkan informasi tentang kekuatan material
(Swana, Muslim, & Sophian, 2012).
Perhitungan dilakukan dengan membagi tanah yang berada di atas
bidang longsoran menjadi irisan-irisan, sehingga metode ini dikenal juga
dengan nama metode irisan (slice method). Metoda irisan yang pertama kali
dipublikasikan oleh Fellenius merupakan cara yang paling sederhana dimana
semua gaya antar irisan diabaikan dan hanya memperhitungkan keseimbangan
momen. Kemudian Bishop mengembangkan cara yang lebih kompleks dengan
memasukkan gaya yang bekerja di sekitar bidang irisan dan memperhitungkan
keseimbangan momen. (Liong & Herman, 2012). Analisis kestabilan lereng
dengan metode kesetimbangan batas atau limit equilibrium method telah
dilakukan sejak pertengahan tahun 1930, semenjak itu banyak metode yang
mulai dikembangkan secara umum. Salah satu pembeda kondisi
keseimbangan batas yaitu kondisi keseimbangannya dimana mementingkan
keseimbangan gaya dan keseimbangan momen, itu yang membedakan dengan
metode lain yang tidak semuanya memperhatikan pertimbangan itu.
Metode Janbu merupakan suatu metode yang dapat mengasumsikan
bidang kelongsoran yang berbentuk circular dan non-circular yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa bagian/irisan, lalu dapat mencari solusi yang
tepat untuk meningkatkan kestabilan lereng. dalam membangun di daerah
lereng. Sementara untuk metode Morgenstern- Price merupakan metode yang
menggunakan asumsi yang sama dengan metode kesetimbangan batas umum
yaitu terdapat hubungan antara gaya geser antar-irisan dan gaya normal antar-
irisan. (Morgenstern, N. R. and Price, V. E., 1965).
Metode Bishop adalah Metode yang diperkenalkan oleh A.W. Bishop
menggunakan cara potongan dimana gaya-gaya yang bekerja pada tiap
potongan. Bishop dipakai untuk menganalisis permukaan gelincir (slip
surface) yang berbentuk lingkaran. Dalam metode ini diasumsikan bahwa
gaya-gaya normal total berada/bekerja dipusat alas potongan dan bisa
ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya pada potongan secara vertikal atau
normal. Persyaratan keseimbangan dipakai pada potongan-potongan yang
membentuk lereng tersebut. Metode Bishop menganggap bahwa gaya-gaya
yang bekerja pada irisan mempunyai resultan nol pada arah vertikal
(Bishop,1955).
Program Slide merupakan suatu produk softwere geoteknik yang
menggunakan teori kesetimbangan batas untuk menghitung faktor keamanan
dari suatu lereng. Dalam menganalisis suatu lereng penambangan dengan
softwere slide, maka dibutuhkan data masukan berupa hasil uji sifat fisik dan
mekanik dari tanah atau batuan penyusun lereng tersebut berupa bobot isi,
kohesi dan sudut geser dalam. Dari data-data masukan tersebut kemudian
diolah dengan bantuan softwere slide sehingga dihasilkan data keluaran yaitu
faktor keamanan untuk lereng yang dianalisis.Kestabilan lereng dipengaruhi
oleh factor geometri lereng, karakteristik fisik dan mekanik material
pembentuk lereng, air (hidrologi dan hidrogeologi), struktur bidang lemah
batuan (lokasi, arah, frekuensi, karakteristik mekanik), tegangan alamiah
dalam massa batuan, konsentrasi tegangan local, getaran (alamiah: gempa,
perbuatan manusia, efek ledakan, efek lalu Lalang alat berat) iklim, hasil
perbuatan pekerja tambang, sertas pengaruh Teknik. (Arif, Irwandy. 2016).
Penyebab tanah longsor bisa diakibatkan oleh banyak hal. Umumnya
disebabkan oleh faktor pendorong dan faktor pemicu. Apalagi di musim
hujan, ada saja kekhawatiran masyarakat akan bencana banjir dan tanah
longsor.Longsor atau gerakan tanah adalah peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai jenisnya, seperti
jatuhnya gumpalan tanah besar atau batuan. (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG), 2018).
Sementara untuk software yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah software slide, software slide merupakan perangkat lunak analisis
stabilitas lereng terlengkap yang tersedia, lengkap dengan analisis rembesan
air tanah elemen hingga, penarikan cepat, analisis sensitivitas dan
probabilistik, serta desain pendukung. Semua jenis lereng tanah dan batuan,
tanggul, bendungan tanah dan dinding penahan dapat dianalisis. Kemampuan
CAD yang canggih memungkinkan Anda membuat dan mengedit model
kompleks dengan sangat mudah. Slide memiliki kemampuan analisis
probabilistik yang luas - Anda dapat menetapkan distribusi statistik ke hampir
semua parameter input, termasuk properti material, properti pendukung,
beban, dan lokasi tabel air. Indeks probabilitas kegagalan / keandalan
dihitung, dan memberikan ukuran objektif dari risiko kegagalan yang terkait
dengan desain lereng. Analisis sensitivitas memungkinkan Anda untuk
menentukan pengaruh variabel individu terhadap faktor keamanan lereng.
(Civil engineering database mining,2016)
Slide menawarkan tidak kurang dari 17 model kekuatan material yang
berbeda untuk batuan dan tanah termasuk Mohr-Coulomb, Anisotropic dan
Generalized Hoek-Brown. Jenis pendukung termasuk tieback, ujung jangkar,
paku tanah, tiang mikro dan geotekstil. Analisis punggung memungkinkan
Anda untuk menentukan gaya pendukung yang diperlukan untuk faktor
keamanan tertentu. Algoritme pencarian lanjutan menyederhanakan tugas
untuk menemukan permukaan slip kritis dengan faktor keamanan terendah.
( Civil engineering database mining,2016)
Kestabilan Lereng ialah keadaan setimbang terhadap gaya gaya yang
bekerja pada tanah maupun batuan, baik gaya dari dalam maupun luar. jika
tanah dan batuan mengalami perubahan keseimbangan akibat pengangkatan,
penurunan, penggalian, penimbunan, erosi atau aktivitas lain, tanah dan
batuan tersebut akan secara alamiah berusaha untuk mencapai keseimbangan
yang baru.
Dalam menentukan kestabilan lereng dikenal istilah factor kemanan
(safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya – gaya yang
menahan gerakan terhadap gaya gaya yang menggerakan tanah tersebut
dianggap stabil. Menurut KEPMEN ESDM no.1827/k/30/MEM/2018 tentang
Pedoman Pengelolaan Teknis Pertambangan

Kriteria Dapat Diterima


Keparahan Faktor Faktor
Jenis Lereng Probabilitas
Longsor Keamanan (FK) Keamanan
Longsor
Statis (min) (FK)
Dinamis
Lereng Rendah s.d
Tunggal Tinggi 1.1 Tidak Ada 25% - 50%
Rendah Menyiapkan
1.15 -alat
1.2 dan bahan. 1 25%
Inter-Ramp Menengah 1.2 - 1.3 1 20%
Tinggi 1.2 - 1.3 1.1 10%
Rendah 1.2 - 1.3 1 15% - 20%
Lereng
Keseluruhan Menengah 1.3 1.05 10%
Tinggi 1.5 1.1 5%

2.5 Langkah Kerja


2.5.1 Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
- Laptop - Data Lereng
- Modul Praktikum Geoteknik
- Aplikasi Snip & Sketch
- Software Slide 6.009

2.5.2 Prosedur Langkah Kerja


2.5.2 Diagram Alir Praktikum

Jalankan atau buka software slide.

Titik koordinat dihitung terlebih dahulu berdasarkan


Geometri lereng : tinggi lereng (H) dan kemiringan
lereng (α).
Setelah didapatkan 6 titik koordinat klik Boundaries –
Add external boundary – ketik “t” di pojok kanan
bawah – masukkan koordinat X dan Y.

Kemiringan lereng dan tinggi lereng di verifikasi, klik


Dimension Angle – Dimension Y – Dimension X – Dimension
Leneth.

Project dibuat dengan failure direction diubah sesuai bentuk


desain, klik Analysis – Project setting – general.

Tentukan metode yang akan digunakan klik Analysis


– Project setting – Methods.

Sifat fisik dan mekanik dimasukkan, klik Properties –


Define materials.

Nilai grid dimasukkan klik Surfaces – Auto Grid. Didapat


X (20) dan Y(20) sesuai defaultnya.

Nilai factor keamanan diproses dengan, klik Analysis –


Compute – save, file diberi nama.

Nilai Faktor keamanan hasil desain pilihan dengan klik


Analysis – Interpret.

2.6 Temuan dan Hasil Praktikum


2.6.1 Temuan
2.6.1.1 Perhitungan faktor keamanan dari suatu lereng bermaterial lunak,
homogen dan kondisi kering
Suatu lereng tunggal (single slope) dengan geometri seperti di bawah
dengan jenis material berupa claystone yang homogen.
Geometri lereng:
⮚ Tinggi lereng (H) : 8 meter
⮚ Kemiringan Lereng (α) : 30°
Kondisi lereng: kering

Material properties claystone (fisik dan mekanik), sebagai berikut:


Tabel 2.1 Properties Claystone
No Karakteristik Nilai
1 Kohesi (C) 1,29 kN/m2
2 Sudut geser dalam (ɸ) 10,37°
3 Bobot isi kering (ɣ dry) 12,58 kN/m3
4 Bobot isi basah (ɣ saturated) 19,96 kN/m3

2.6.1.2 Perhitungan faktor keamanan dari suatu lereng bermaterial keras,


homogen dan kondisi kering
Suatu lereng keseluruhan (overall slope) dengan geometri seperti di bawah
merupakan lereng dengan jenis material sandstone yang homogen.
Geometri lereng :
⮚ Tinggi lereng (H) : 30 meter
⮚ Kemiringan Lereng (α) : 65o

Kondisi lereng: Kering

Material properties sandstone (fisik dan mekanik), sebagai berikut:


Tabel 2.2 Properties Sandstone
No Karakteristik Nilai
1 Kohesi (C) 263,98 kN/m2
2 Sudut geser dalam (ɸ) 50,25°
3 Bobot isi kering (ɣ dry) 8,73 kN/m3
4 Bobot isi basah (ɣ saturated) 16,52 kN/m3

2.6.1.3 Perhitungan faktor keamanan dari suatu lereng bermaterial campuran,


heterogen dan kering

Suatu lereng keseluruhan dengan geometri seperti di bawah merupakan lereng


front nikel yang heterogen dan berlapis.
Geometri lereng :

⮚ Tinggi lereng (H) : 40,60 meter


⮚ Kemiringan Lereng (α) : 50o

Kondisi lereng : Kering

Material properties batuan (fisik dan mekanik), sebagai berikut:


Tabel 2.3 Properties Batuan Problem C
N Karakteristik Overburden Limonit Saprolit Bedrock
o
(Soil)
1 Kohesi (C) 4,35 kN/m2 18,56 25,67 143,97
kN/m2 kN/m2 kN/m2
2 Sudut geser 24,57° 18,05° 24,58° 29,14°
N Karakteristik Overburde Limonit Saprolit Bedrock
o n

(Soil)
3 Bobot Isi Kering (γ dry) 20,19 18,54 13,98 10,20 kN/m3
kN/m3 kN/m3 kN/m3
4 Bobot Isi Basah (γ 37,65 25,45 18,54 12,12 kN/m3
saturated) kN/m3 kN/m3 kN/m3
5 Tinggi lapisan 1,25 m 10,58 m 1/3 tinggi -
lapisan
limonit

2.6.2 Hasil Praktikum


2.6.2.1. Problema A

Tabel 2.4. Hasil Praktikum Problema A

No. C Sudut Geser Berat FK Keterangan


(Kohesi) Dalam Isi
BS JS MP
1. 1,29 10,37 12,58 0.470 0.447 0.465 Belum diubah
2.a 1,032 10,37 12,58 0.450 0.429 0.446 Kohesi dikurang
20%
2.b 1,548 10,37 12,58 0.491 0.464 0.485 Kohesi ditambah
20%
2.c 1,29 10,37 10,064 0.496 0.468 0.490 Berat Isi dikurang
20%
2.d 1,29 10,37 15,096 0.453 0.432 0.450 Berat Isi ditambah
20%
2.e 1,29 7,7775 12.58 0.390 0.368 0.386 Sud.ges.dal
dikurang 25%
2.f 1,29 12,963 12,58 0.578 0.552 0.575 Sud.ges.dal
ditambah 25%
Grafik 2.1 Hubungan Kohesi – FK “lereng material claystone”

Grafik 2.2 Hubungan Berat Bobot Isi – FK “lereng material claystone”


Grafik 2.3 Hubungan Sudut Geser Dalam – FK “lereng material claystone”

2.6.2.2. Problema B
Tabel 2.5. Hasil Praktikum Problema B
C Sudut Berat FK Keterangan
(Kohesi) Geser Isi
BS JS MP
Dalam

1. 263,98 50,25 8,73 7.781 8.133 9.256 Belum diubah


2.a 211,184 50,25 8,73 6.540 6.817 7.886 Kohesi dikurang
20%
2.b 316,776 50,25 8,73 9.032 9.032 10.62 Kohesi ditambah
5 20%
2.c 263,98 50,25 6,984 9.346 9.782 10.98 Berat Isi dikurang
9 20%
2.d 263,98 50,25 10,476 6.746 7.036 8.168 Berat Isi ditambah
20%
2.e 263,98 37,6875 8,73 7.229 7.589 8.563 Sud.ges.dal
dikurang 25%
2.f 263,98 62,8135 8,73 8.717 9.064 10.12 Sud.ges.dal
7 ditambah 25%

Grafik 2.4. Hubungan Kohesi – FK “Overall Slope Sandstone”

Grafik 2.5. Hubungan Berat Bobot Isi - FK “Overall Slope Sandstone”


Grafik 2.6. Hubungan Sudut Geser Dalam – FK “Overall Slope Sandstone”

2.6.2.3 Problema C
Tabel 2.5. Hasil Praktikum Problema C
Materia
No Soal l Kohesi Berat Isi Sudgesdal BS JS MP

1 Soil 4.35 20.19 24.57


  Limonit 18.56 18.54 18.05

  Saprolit 25.67 13.98 24.58 0,886 0,932 0,933

  Bedrock 143.97 10.2 29.14

2a Soil 3.48 20.19 24.57


  Limonit 14.848 18.54 15.05

  Saprolit 20.536 13.98 24.58 0,78 0,821 0,82

  Bedrock 115.176 20.2 29.14

2b Soil 5.22 20.19 24.57 1,044 0,996 1,044


  Limonit 22.272 18.54 15.05

  Saprolit 30.804 13.98 24.58


  Bedrock 172.764 20.2 29.14

2c Soil 4.35 16.152 24.57


  Limonit 18.56 14.832 15.05

  Saprolit 35.67 11.184 24.58 1,072 1,022 1,072

  Bedrock 143.97 8.16 29.14

2d Soil 4.35 24.228 24.57


  Limonit 18.56 22.248 15.05

  Saprolit 35.67 16.776 24.58 0,84 0,798 0,839

  Bedrock 143.97 12.24 29.14

2e Soil 4.35 20.19 18.4275


  Limonit 18.56 18.54 13.5375

  Saprolit 35.67 13.98 18.435 0,834 0,796 0,835

  Bedrock 143.97 20.2 21.855

2f Soil 4.35 20.19 30.7125


  Limonit 18.56 18.54 22.5625

  Saprolit 35.67 13.98 30.725 1,037 0,984 1,035

  Bedrock 143.97 20.2 36.425


Grafik 2.7. Hubungan Kohesi – FK “lereng front nikel”

Grafik 2.8. Hubungan Berat Bobot Isi - FK “lereng front nikel”


Grafik 2.9. Hubungan Sudut Geser Dalam – FK “lereng front nikel”

2.7 Bahasan Pertanyaan pada Modul


1. Apa itu metode kesetimbangan batas?
Jawab :
Metode kesetimbangan batas merupakan suatu metode kesetimbangan
antara gaya yang menahan longsor terhadap gaya yang menyebabkan
longsor. Metode kesetimbangan batas untuk kestabilan lereng membagi
massa bidang gelincir menjadi irisan-irisan kecil. Metode kesetimbangan
batas merupakan suatu metode yang dapat memperhitungkan rasio
perbandingan antara force equilibrium (gaya dorong) dan moment
equilibrium (gaya tahan) berdasarkan asumsi bidang longsoran yang
potensial dan beberapa irisan (slices) agar memudahkan perhitungan.

2. Jelaskan keterbatasan metode kesetimbangan batas di dalam analisis


kestabilan lereng!
Jawab :
Metode kesetimbangan batas merupakan salah satu metode untuk
menentukan kestabilan lereng. Limit Equlibrium Method (LEM) / metode
kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat populer untuk
digunakan dalam mengInterpretasi kestabilan lereng tipe gelinciran
translasional dan rotasional. Kekurangan Limit Equlibrium Method (LEM)
/ metode kesetimbangan batas yaitu dalam perhitungan Interpretasi
kestabilan lereng hanya digunakan kondisi kesetimbangan statik saja dan
mengabaikan adanya hubungan tegangan-regangan pada lereng.

3. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang angle of repose!


Jawab :
Angle of repose (Kemiringan alami dari tanah yang berbeda-beda)
merupakan sudut kemiringan maksimum yang terbentuk jika material
tertumpuk bebas sebelum butir butir material itu akan menggelinding atau
meluncur: besarnya bergantung pada macam material dan kandungan air;
pengukurnya dilakukan terhadap bidang. intinya Sudut lereng tercuram
dari sebuah tumpukan bahan endapan relative terhadap bidang horizontal
bahan.

4. Jelaskan hubungan antara karakteristik sifat fisik dan sifat mekanik


material berdasarkan hasil praktikum di atas!
Jawab :
Apabila semakin besar nilai kohesi dan sudut geser dalam, maka semakin
besar nilai FK karena kemampuan tanah atau batuan pada lereng akan
semakin meningkat untuk menahan beban dari luar.
Apabila semakin besar berat bobot isi kering material, maka nilai FK akan
semakin kecil. Maka dapat disimpulkan nilai kohesi dan sudut geser
dalam berbanding lurus dengan nilai FK, sedangkan nilai bobot isi kering
material berbanding terbalik dengan nilai FK.

5. Jika ketinggian lereng pada problem A ditambah sebesar 5 m, apakah


slope angle nya akan meningkat? Dan apakah akan mudah longsor?
Jelaskan !
Jawab :
Slope angle meningkat 5◦ menyebabkan lereng lebih mudah lagi untuk
longsor karena beban yang ditanggung oleh toe lereng menjadi lebih
besar. Hal ini dikarenakan semakin curam suatu lereng, maka semakin
cepat gaya penggerak dari material yang berada di lereng. dikarenakan
kemiringannya yang bertambah curam tersebut sehinga daya luncur pun
semakin besar

2.8 Pembahasan
⮚ Problem A

Pada percobaan problem A dimana suatu lereng tunggal (single slope) dengan
material berupa claystone yang homogen dengan ketinggian 12 meter, kemiringan
sebesar 30°, dan kondisi lereng kering, menghasilkan perhitungan angka faktor
keamanan dari tiap-tiap metode seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.4, dimana tiap-
tiap poin pada problem A dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kohesi (C) = 1,29 kN/m2; sudut geser dalam (ɸ) = 10,37°; dan berat isi kering (ɣ
dry) = 12,58 kN/m3 (material properties lereng belum diubah) menghasilkan FK
untuk metode Morgenstern-Price sebesar 0,465; metode Bishop Simplified sebesar
0,470; dan metode Janbu Simplified sebesar 0,447. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa metode Janbu memberikan hasil perhitungan nilai angka keamanan
yang lebih kecil. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,07
sehingga lereng dikatakan tidak aman.

2. a) Nilai kohesi dikurang 20% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price


sebesar 0,446; metode Bishop Simplified sebesar 0,450; dan metode Janbu Simplified
sebesar 0,429. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila nilai kohesi
dikurangi 20%, maka akan berdampak pada nilai FK yang dihasilkan, yaitu menjadi
lebih kecil dibanding nilai FK pada poin sebelumnya. Nilai FK pada setiap metode
dalam percobaan ini kurang dari 1,07 sehingga lereng dikatakan tidak aman.

b) Nilai kohesi ditambah 20% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price


sebesar 0,485; metode Bishop Simplified sebesar 0,491; dan metode Janbu Simplified
sebesar 0,429. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada saat nilai kohesi
ditambah 20%, nilai FK yang dihasilkan pada setiap metode menjadi naik nilainya
dan lebih besar dibanding nilai FK pada poin 1 dan 2.a. Nilai FK pada setiap metode
dalam percobaan ini kurang dari 1,07 sehingga lereng dikatakan tidak aman.

c) Berat isi dikurang 20% menghasilkan FK metode Morgenstern-Price sebesar


0,490; metode Bishop Simplified sebesar 0,496; dan metode Janbu Simplified sebesar
0,468. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variasi nilai FK yang dihasilkan
lebih naik dibanding poin-poin sebelumnya, kecuali pada poin 2.b, variasi nilainya
kurang lebih sama. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,07
sehingga lereng dikatakan tidak aman.
d) Berat isi ditambah 20% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price
sebesar 0,450; metode Bishop Simplified sebesar 0,453; dan metode Janbu Simplified
sebesar 0,432. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila berat isi ditambah
20%, maka akan menghasilkan nilai FK yang menurun dibanding nilai FK pada poin-
poin sebelumnya, tetapi variasi nilai FK pada poin ini kurang lebih sama dengan poin
2.a. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,07 sehingga
lereng dikatakan tidak aman.

e) Sudut geser dalam dikurang 25% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-


Price sebesar 0,386; metode Bishop Simplified sebesar 0,390; dan metode Janbu
Simplified sebesar 0,368. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila nilai
sudut geser dalam dikurang 25%, maka akan menghasilkan nilai FK yang lebih kecil
lagi dibanding nilai FK pada poin-poin sebelumnya. Pada problem A, poin 2.e ini
merupakan poin yang memiliki variasi nilai FK terkecil untuk setiap metodenya.
Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,07 sehingga lereng
dikatakan tidak aman.

f) Sudut geser dalam ditambah 25% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-


Price sebesar 0,575; metode Bishop Simplified sebesar 0,578; dan metode Janbu
Simplified sebesar 0,552. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila nilai
sudut geser dalam ditambah 25%, maka akan menghasilkan nilai FK yang begitu
besar dibanding nilai FK pada poin-poin sebelumnya. Pada problem A, poin 2.f ini
merupakan poin yang memiliki variasi nilai FK terbesar untuk setiap metodenya.
Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,07 sehingga lereng
dikatakan tidak aman.

⮚ Problem B

Pada percobaan problem B dimana suatu lereng keseluruhan (overall slope)


dengan material berupa sandstone yang homogen dengan ketinggian 25 meter,
kemiringan sebesar 65°, dan kondisi lereng kering, menghasilkan perhitungan angka
faktor keamanan dari tiap-tiap metode seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.6,
dimana tiap-tiap poin pada problem B dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kohesi (C) = 263,98 kN/m2; sudut geser dalam (ɸ) = 50,25°; dan berat isi kering
(ɣ dry) = 8,73 kN/m3 (material properties lereng belum diubah) menghasilkan FK
untuk metode Morgenstern-Price sebesar 9,256; metode Bishop Simplified sebesar
7,781; dan metode Janbu Simplified sebesar 8,133. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa metode Janbu memberikan hasil perhitungan nilai angka keamanan
yang lebih besar. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini lebih dari 1,25
sehingga lereng dikatakan aman.

2. a) Nilai kohesi dikurang 20% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price


sebesar 7,886; metode Bishop Simplified sebesar 6,540; dan metode Janbu Simplified
sebesar 6,817. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila nilai kohesi
dikurangi 20%, maka akan berdampak pada nilai FK yang dihasilkan, yaitu menjadi
lebih kecil dibanding nilai FK pada poin sebelumnya. Nilai FK pada setiap metode
dalam percobaan ini lebih dari 1,25 sehingga lereng dikatakan aman.

b) Nilai kohesi ditambah 20% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price


sebesar 10,625; metode Bishop Simplified sebesar 9,032; dan metode Janbu
Simplified sebesar 9,032. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada saat nilai
kohesi ditambah 20%, nilai FK yang dihasilkan pada setiap metode menjadi naik
nilainya dan lebih besar dibanding nilai FK pada poin 1 dan 2.a. Nilai FK pada setiap
metode dalam percobaan ini lebih dari 1,25 sehingga lereng dikatakan aman.

c) Berat isi dikurang 20% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price sebesar


10,989; metode Bishop Simplified sebesar 9,346; dan metode Janbu Simplified
sebesar 9,782. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variasi nilai FK yang
dihasilkan lebih naik dibanding poin-poin sebelumnya, kecuali pada poin 2.b, variasi
nilainya kurang lebih sama. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini lebih
dari 1,25 sehingga lereng dikatakan aman.
d) Berat isi ditambah 20% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price
sebesar 8,168; metode Bishop Simplified sebesar 6,746; dan metode Janbu Simplified
sebesar 7,036. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila berat isi ditambah
20%, maka akan menghasilkan nilai FK yang menurun dibanding nilai FK pada poin-
poin sebelumnya, tetapi variasi nilai FK pada poin ini kurang lebih sama dengan poin
1. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini lebih dari 1,25 sehingga lereng
dikatakan aman.

e) Sudut geser dalam dikurang 25% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-


Price sebesar 8,563; metode Bishop Simplified sebesar 7,229; dan metode Janbu
Simplified sebesar 7,589. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila nilai
sudut geser dalam dikurang 25%, maka akan menghasilkan nilai FK yang lebih kecil
lagi dibanding nilai FK pada poin-poin sebelumnya. Pada problem B, poin 2.e ini
merupakan poin yang memiliki variasi nilai FK pada poin ini kurang lebih mendekati
sama dengan poin 1 dan 2a. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini lebih
dari 1,25 sehingga lereng dikatakan aman.

f) Sudut geser dalam ditambah 25% menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-


Price sebesar 10,127; metode Bishop Simplified sebesar 9,064; dan metode Janbu
Simplified sebesar 8,717. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa apabila nilai
sudut geser dalam ditambah 25%, maka akan menghasilkan nilai FK yang begitu
besar dibanding nilai FK pada poin-poin sebelumnya. Pada problem B, poin 2.f ini
merupakan poin yang memiliki variasi nilai FK lebih besar dibandingan dengan poin
2.f. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini lebih dari 1,25 sehingga lereng
dikatakan aman.

⮚ Problem C

Pada percobaan problem C dimana suatu lereng bermaterial campuran,


dengan material berupa nikel heterogen dan berlapis yaitu overburden (soil), limonit,
sapolit, bedrock dengan ketinggian 40,60 meter, kemiringan sebesar 55°, dan kondisi
lereng kering, menghasilkan perhitungan angka faktor keamanan dari tiap-tiap
metode seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.7, dimana tiap-tiap poin pada problem
C dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kohesi (C) = Overburden 4,35 kN/m2; Limonit 18,56 kN/m2; Saprolit 25,67
kN/m2; Bedrock 143,97 kN/m2. Sudut geser dalam (ɸ) = Overburden 24,57°;
Limonit 18,05°; Saprolit 24,58°; Bedrock 29,14°. dan berat isi kering (ɣ dry) =
Overburden 20,19 kN/m3; Limonit 18,54 kN/m3; Saprolit 13,98 kN/m3; Bedrock
10,20 kN/m3. (material properties lereng belum diubah) menghasilkan FK untuk
metode Morgenstern-Price sebesar 0,933; metode Bishop Simplified sebesar 0,886;
dan metode Janbu Simplified sebesar 0,932. Dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa metode Janbu memberikan hasil perhitungan nilai angka keamanan yang
paling kecil. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,07
sehingga lereng dikatakan tidak aman.

2. a) Nilai kohesi dikurang 20% menjadi Kohesi (C) = Overburden 3,48 kN/m2;
Limonit 14,848 kN/m2; Saprolit 20,536 kN/m2; Bedrock 115,176 kN/m2.
Menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price sebesar 0,82; metode Bishop
Simplified sebesar 0,78; dan metode Janbu Simplified sebesar 0,821. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa apabila nilai kohesi dikurangi 20%, maka akan
berdampak pada nilai FK yang dihasilkan, yaitu menjadi lebih kecil dibanding nilai
FK pada poin sebelumnya. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang
dari 1,07 sehingga lereng dikatakan tidak aman.

b) Nilai kohesi ditambah 20% menjadi Kohesi (C) = Overburden 5,22 kN/m2;
Limonit 22,272 kN/m2; Saprolit 30,804 kN/m2; Bedrock 172,764 kN/m2.
Menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price sebesar 1,044; metode Bishop
Simplified sebesar 1,044; dan metode Janbu Simplified sebesar 0,996. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa pada saat nilai kohesi ditambah 20%, nilai FK yang
dihasilkan pada setiap metode menjadi naik nilainya dan lebih besar dibanding nilai
FK pada poin 1 dan 2.a. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari
1,25 sehingga lereng dikatakan tidak aman atau kritis.

c) Berat isi dikurang 20% menjadi berat isi kering (ɣ dry) = Overburden 16,152
kN/m3; Limonit 14,832 kN/m3; Saprolit 11,184 kN/m3; Bedrock 8,16 kN/m3.
Menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price sebesar 1,072; metode Bishop
Simplified sebesar 1,072; dan metode Janbu Simplified sebesar 1,022. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa variasi nilai FK yang dihasilkan lebih naik dibanding
poin-poin sebelumnya, kecuali pada poin 2.b, variasi nilainya kurang lebih sama.
Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,25 sehingga lereng
dikatakan kritis.

d) Berat isi ditambah 20% menjadi berat isi kering (ɣ dry) = Overburden 24,228
kN/m3; Limonit 22,248 kN/m3; Saprolit 16,776 kN/m3; Bedrock 12,24 kN/m3.
Menghasilkan FK untuk metode Morgenstern-Price sebesar 0,839; metode Bishop
Simplified sebesar 0,84; dan metode Janbu Simplified sebesar 0,798. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa apabila berat isi ditambah 20%, maka akan
menghasilkan nilai FK yang menurun dibanding nilai FK pada poin-poin
sebelumnya, tetapi variasi nilai FK pada poin ini kurang lebih sama dengan poin 2.a.
Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan ini kurang dari 1,07 sehingga lereng
dikatakan tidak aman.

e) Sudut geser dalam dikurang 25% menjadi sudut geser dalam (ɸ) = Overburden
18,4275°; Limonit 13,5375°; Saprolit 18,435°; Bedrock 21,855°. Menghasilkan FK
untuk metode Morgenstern-Price sebesar 0,835; metode Bishop Simplified sebesar
0,834; dan metode Janbu Simplified sebesar 0,796. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa apabila nilai sudut geser dalam dikurang 25%, maka akan
menghasilkan nilai FK yang lebih kecil lagi dibanding nilai FK pada poin-poin
sebelumnya. Pada problem A, poin 2.e ini merupakan poin yang memiliki variasi
nilai FK terkecil untuk setiap metodenya. Nilai FK pada setiap metode dalam
percobaan ini kurang dari 1,07 sehingga lereng dikatakan tidak aman.

f) Sudut geser dalam ditambah 25% menjadi sudut geser dalam (ɸ) = Overburden
30,7125°; Limonit 22,5625°; Saprolit 30,725°; Bedrock 36,425°. Menghasilkan FK
untuk metode Morgenstern-Price sebesar 1,035; metode Bishop Simplified sebesar
1,037; dan metode Janbu Simplified sebesar 0,984. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa apabila nilai sudut geser dalam ditambah 25%, maka akan
menghasilkan nilai FK yang begitu besar dibanding nilai FK pada poin-poin
sebelumnya. Pada problem C, poin 2.f ini merupakan poin yang memiliki variasi nilai
FK terbesar untuk setiap metodenya. Nilai FK pada setiap metode dalam percobaan
ini kurang dari 1,25 sehingga lereng dikatakan kritis.

Dari hasil yang telah didapatkan, menunjukkan bahwa lereng problem A dalam
kondisi tidak aman dari setiap kondisi dikarenakan nilai FK –nya dibawah 1, 25,
lereng problem B dalam kondisi aman dari setiap kondisi dikarenakan nilai FK rata –
ratanya diatas 1,25 menurut Bowless , dan lereng problem C dalam kondisi tidak
aman atau kritis dari setiap kondisi dikarenakan rata-rata nilai FK yang dihasilkan
diatas 1,07 tetapi tidak sampai 1,25 jadi dikatakan kondisi yang kritis sehingga harus
dilakukan analisis kembali untuk dilakukannya supporting untuk menyelamatkan
lereng menjadi FK yang lebih aman. Berdasarkan stadar keamanan nilai FK yang
baik harus berada pada range FK > 1,25. Untuk nilai FK < 1,07 berarti lereng berada
pada kondisi tidak aman, menurut Bowless dan untuk nilai FK diantara 1,07 dan 1,25
dianggap kritis sehingga kemungkinan akan terjadi longsoran.

2.9 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan Analis kesetimbangan


batas (limit equilibrium analysis), dapat disimpulkan bahwa hasil analisis
kestabilan lereng dengan menggunakan software slide menunjukkan bahwa pada
lereng problem A dimana suatu lereng tunggal (single slope) dalam keadaan tidak
aman, problem B dimana suatu lereng keseluruhan (overall slope) dalam keadaan
aman, problem C dimana suatu lereng bermaterial campuran dalam keadaan tidak
aman atau kritis. Sedangkan hasil lereng secara keseluruhan menggunakan
software slide menunjukan bahwa lereng dalam keadaan tidak aman atau kritis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kestabilan lereng adalah geometri
lereng yang meliputi sudut, tinggi, dan lebar lereng serta parameter sifat fisik
material pembentuk lereng yang meliputi kohesi, sudut geser dalam, total unit
weight, dan tekanan air pori. Salah satu cara penanggulangan kestabilan lereng
pada percobaan ini dengan mengubah bentuk atau geometri lereng sehingga
diperoleh nilai faktor kemanan >1.25.
Saran untuk hasil data yang didapat dari problem A sampai problem C
dikarenakan FKnya masih dibawah 1 maka harus dilakukan analisis kembali
agar lereng lebih optimal (mengoptimalisasikan).

2.10 Daftar Pustaka


Aryal , Krishna Prasad. 2006. Slope Stability Evaluations by Limit Equilibrium
and Finite Element Methods,Norwegian University of Science and
Technology, Trondheim, Norway.
Bishop, 1955, Engineering Geology and Geotechnics, NewnessButterworths,
LondonCivil engineering database mining,2016. Journal software civil
engineering database mining.
Chowdhury, R. 2010. Geotechnical Slope Analysis. Taylor & Francis Group,
London, UK
Gurocak, Z., Alemdag, S., & Zaman, M. M. (2008). Rock slope stability and
excavatability assessment of rocks at the Kapikaya dam site , Turkey,
96, 17–27.
Hartono, Wijaya. 1997. Studi Perbandingan Berbagai Metode Analisa
Kestabilan Lereng, Tugas Akhir, Universitas Kristen Petra
KEPMEN ESDM No. 1827K/30/MEM/ 2018 Tentang Pedoman Pengelolaan
Teknis Pertambangan
Liong, G. T., & Herman, D. J. (2012). Analisa Stabilitas Lereng Limit
Equilibrium vs Finite Element Method. In HATTI-PIT-XVI. Jakarta.
Morgenstern, N. R. and Price, V. E., 1965, The analysis of the stability of
general slipe surface, Geotechnique, Vol. 15, No. 1, pp. 70-93.
Swana, G. W., Muslim, D., & Sophian, I. (2012). Desain Lereng Final Dengan
Metode Rmr, Smr dan Analisis Kestabilan Lereng: pada Tambang
Batubara Terbuka, di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Selatan. Buletin Sumber Daya Geologi, 7, 92–108.
Zabier, Mohamad Zoelfikar dan Dewi Ayu Kusumaningsih. 2020. Modul
Praktikum Geoteknik Pertambangan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
2.11 Lampiran
A. Problema A
Koordinat Geometri

1. Belum diubah
Metode JS Metode BS
Metode MP

2.a. Nilai C dikurangi 20%


Metode JS Metode BS
Metode MP

2.b. Nilai C ditambah 20%


Metode JS Metode BS
Metode MP

2.c. Nilai ɣ dikurangi 20%


Metode JS Metode BS
Metode MP

2.d. Nilai ɣ ditambah 20%


Metode JS Metode BS
Metode MP

2.e. Nilai sudut geser dalam dikurangi 25%


Metode JS Metode BS
Metode MP

2.f. Nilai sudut geser dalam ditambah 25%


Metode JS Metode BS
Metode MP

B. Problema B
Koordinat Geometri
1. Belum diubah
Metode JS Metode BS

Metode MP
2.a. Nilai C dikurangi 20%
Metode JS Metode BS
Metode MP
2.b. Nilai C ditambah 20%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.c. Nilai ɣ dikurangi 20%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.d. Nilai ɣ ditambah 20%
2.e. Nilai sudut geser dalam dikurangi 25%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.f. Nilai sudut geser dalam ditambah 25%
Metode BS Metode JS
Metode MP

C. Problema C
Koordinat Geometri

1. Belum diubah
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.a. Nilai C dikurangi 20%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.b. Nilai C ditambah 20%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.c. Nilai ɣ dikurangi 20%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.d. Nilai ɣ ditambah 20%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.e. Nilai sudut geser dalam dikurangi 25%
Metode BS Metode JS

Metode MP
2.f. Nilai sudut geser dalam ditambah 25%
Metode BS Metode JS

Metode MP
Mengetahui,
Asisten Dosen,

Algifar Fadil Putra Darma

Anda mungkin juga menyukai