Anda di halaman 1dari 12

PAPER

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE


RMR dan SMR

Disusun Oleh :

Nama : Zulfikri Hakim Akbar

NIM : 11180980000029

Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini pendirian suatu kontruksi terus berkembang seiring dengan kebutuhan
manusia terhadap kegiatan tersebut yang terus meningkat. Kegiatan kontruksi
tersebut umumnya melibatkan pemotongan lereng batuan agar sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun perlu dipahami bahwa adanya
pemotongan lereng, batuan cenderung menjadi kurang atau bahkan tidak stabil.
Atau dengan kata lain bahwa potensi keruntuhan lereng batuan (rock slope
failure) akan semakin meningkat.
Pada klasifikasi suatu massa batuan dapat dikembangkan untuk mengatasi dari
adanya permasalahan yang dapat mengakibatkan pada saat terjadi sesuatu
dilapangan secara cepat dan tidak ditunjukan untuk mengatasi studianalitik,
observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgement. Dikarenakan
kompleknya suatu massa batuan yang didapat, beberapa peneliti terutama pada
perhitungan dari massa batuan tersebut berusaha untuk mencari suatu hubungan
antara desain galian batu dengan parameter massa batuan. Banyak dari adanya
metode – metode yang digunakan dan yang sudah dimodifikasikan oleh lainnya
dan sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal atau bahakan untuk desain
terakhir.
Adapun metode RMR ataupun metode SMR perlu melihat dari kondisi lereng
dan juga data yang didapat pada saat ingin melakukan percobaan terhadap lereng
tersebut. Dilihat dari adanya ini perlu memperhatikan tabel parameter dan juga
pembobotan untuk medapatkan nilai yang sanagt akurat dalam melihat kondisi
lereng tersebut apakah aman ataukah sangat jelek.
Untuk memastikan kestabilan suatu aktivitas pemotongan lereng, baik lereng
yang baru terbentuk maupun yang lama, dibutuhkan evaluasi bidang
diskontinuitas dari batuan tersebut. Oleh karena itu, mengenali potensi
permasalahan stabilitas lereng pada tahap awal sebuah kegiatan yang melibatkan
pembuatan lereng merupakan hal yang sangat penting. Adapun dalam penelitian
ini meliputi analisis struktur geologi berupa analisis kinematik dengan
menggunakan metode RMR (Rock Mass Rating) dan SMR (Slope Mass Rating)
dilokasi penelitian yang merupakan lereng batuan hasil kegiatan pertambangan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Studi kasus analisis kestabilan lereng dengan metode RMR dan SMR pada
suatu pertambangan komoditas tertentu.
2. Penjelasan tentang 5 metode pengupasan pada F4 Romano.
3. Resume tentang paralelisme orientasi kekar dan lereng.

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui informasi tenntang analisis kestabilan lereng menggunakan
metode RMR dan SMR.
BAB II
ISI

2.1. Rock Mass Rating (RMR)


Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai
Geomechanics Classification telah dimodifikasi berulang kali begitu informasi
baru dari studi-studi diperoleh dan menjadikannya sesuai dengan International
Standard dan prosedur.
Metode rating dipergunakan pada klasifikasi ini. Besaran rating tersebut
didasarkan pada pengalaman Bieniawski dalam mengerjakan proyek – proyek
terowongan dangkal. Metode ini telah dikenal luas dan banyak diaplikasikan
pada keadan dan lokasi yang berbeda – beda seperti pada tambang batuan kuat,
terowongan, tambang batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi.
Metode ini dikembangkan selama bertahun–tahun seiring dengan
berkembangnya studi kasus yang tersedia dan disesuaikan dengan standar dan
prosedur yang berlaku secara internasional (Bieniawski, 1984). Mengklasifikasi
massa batuan dengan metode RMR maka ada lima parameter yang harus
diperhatikan (Bieniawski, 1979).
Menurut Rai, dkk (2013) RMR terdiri dari 5(lima) parameter utama dan
1(satu) parameter pengontrol untuk membagi massa batuan, yaitu :
- Kuat Tekan Batuan Utuh (UCS)
- Rock Quality Designation (RQD)
- Jarak diskontinu/kekar
- Kondisi diskontinu/kekar
- Kondisi air tanah
- Koreksi dapat dilakukan bila diperlukan untuk orientasi diskontinu/kekar

Uniaxial Compressive Stress

Uniaxial Compressive Strength (UCS) merupakan kekuatan pada intact rock.


Untuk mendapatkan kekuatan dari intact rock maka suatu sampel harus
dipreparasi terlebih dahulu agar sesuai dengan syarat-syarat pengujian.
Preparasi dapat dilakukan dilapangan saat pengambilan sampel maupun
dilaboratorium. Untuk mendapatkan nilai kuat tekan unaksial dibutuhkan uji
UCS, pengujian ini dilakukan menggunakan mesin tekan (compression
machine) dan dalam pembebanan mengikuti standar dari International Society
for Rock Mechanics (International Society for Rock Mechanics, 1981).
Sampel batuan yang akan digunakan dalam pengujian kuat tekan harus
memenuhi beberapa syarat. Kedua muka contoh batuan uji harus memenuhi
beberapa syarat. Kedua muka sampel batuan uji harus mencapai kerataan hingga
0,02 mm dan tidak melenceng dari sumbu tegak lurus lebih besar daripada
0,0001 radian (sekitar 3,5 min) atau 0,05 mm dalam 50 mm (0,06°). Demikian
juga sisi panjangnya harus bebas dari ketidakrataan sehingga kelurusannya
sepanjang contoh batu uji tidak melenceng lebih dari 0,003 mm. Perbandingan
antara tinggi diameter contoh batuan (L/D) akan mempengaruhi nilai kuat tekan
batuan. Jika digunakan perbandingan (L/D) = 1, kondisi tegangan triaksial
saling bertemu sehinga akan memperbesar nilai kuat tekan batuan. Sesuai
dengan ISRM (1981), untuk penguji kuat tekan digunakan rasio. (L/D) antara 2-
2,5 dan sebaliknya diameter (D) contoh batu uji paling tidak berukuran tidak
kurang dari NX, atau kurang lebih 54 mm. (Arif, 2016) Berikut merupakan
pembobotan pada UCS Table 2.1.

Tabel 2. 1. Uniaxial Compressive Strength


N
i
l
a
i
U
C
S

( B
M o
p b
a o
) t
>

2
5 1
0 5
1
0
0
-
2
5 1
0 2
5
0
-
1
0
0 7
2
5
-
5
0 4
5 2
-
2
5
5
1
-
5
5
5 1
<
1 0
Sumber: Bieniawski, 1979

Rock Quality Designation (RQD)


Pada tahun 1967 D.U. Deere memperkenalkan Rock Quality Designation
(RQD) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan kualitas dari massa
batuan secara kuantitatif. RQD didefinisikan sebagai persentasi dari perolehan
inti bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah
dan jumlah bagian yang utuh dengan panjang lebih besar dari 100 mm (4 inchi)
yang dijumlahkan kemudian dibagi panjang total pengeboran (core run) (Deere
& Deere, 1988). Diameter inti bor (core) harus berukuran minimal (54,7 mm
atau 2,15 inchi) dan harus berasal dari pemboran. Berikut merupakan
pembobotan pada RQD (Tabel 2.2.)
Tabel 2. 2. Rock Quality Designation

RQD Bobo
(%)

100
75-90
50-75
25-50
<25
Sumber: Bieniawski, 1979

RQD adalah ukuran sederhana dari presentasi perolehan batuan yang baik dari
sebuah interval kedalaman lubang bor. Metode pengukuran RQD menurut
(Deere & Deere, 1988) ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar 2. 1. Metode RQD Menurut Deere dan Deere (1988)

Jarak Antar Kekar


Jarak antar kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar

berurutan. Menurut ISRM jarak antar (spasi) kekar adalah jarak tegak lurus

antara bidang kekar yang berdekatan dalam satu set kekar. Pada perhitungan

nilai RMR, parameter jarak antar (spasi) kekar diberi bobot berdasarkan

nilai spasi kekarnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jarak Kekar

J
a
r
a
k

K
e
k
a
r B
o
( b
m o
) t
> 2
2 0
0 1
, 5
6
-
2
0
,
2
-
0
, 1
6 0
0
,
0
6
-
0
,
2 8
<
0
,
0
6 5
Sumber: Bieniawski, 1979

Kondisi Kekar
Pada parameter ini ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian
kondisi kekar yang meliputi kemenerusan (persistence), jarak antar permukaan
kekar (separation/aperture), kekasaran kekar (roughness), material pengisi
(infiling/gouge), dan tingkat kelapukan (weathering) (Bieniawski, 1984).
Tabel 2. 4. Kondisi Kekar

Kondisi Bo
Kekar bot
Permukaan
sangat
kasar, tak
menerus tak 30
terpisah,
dinding tak
lapuk
Permukaan
agak kasar,
pemisahan
25
<1 mm,
dinding
agak lapuk
Permukaan 20
agak kasar,
pemisahan
<1 mm,
dinding
sangat lapuk
Permukaan
slickensided
atau gouge
< 5 mm, 10
pemisahan
1-5 mm,
menerus
Gouge lunak
> 5 mm atau
pemisahan > 0
5 mm,
menerus
Sumber: Bieniawski, 1979

Kondisi Air Tanah


Debit air tanah atau tekanan air tanah akan mempengaruhi kekuatan massa

batuan. Oleh sebab itu perlu diperhitungkan dalam klasifikasi massa batuan.

Menurut Brady dan Brown pengamatan terhadap kondisi air tanah ini dapat

dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan lalu dari hasil

pengamatan tersebut dapat diberi bobot (Brady & Brown, 2004). Pembobotan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2. 5. Kondisi Air Tanah

B
o
Air b
Tan o
ah t
Ker 1
ing 5
Le
mba 1
b 0
Bas
ah 7
Me 4
nete
s
Me
ngal
ir 0
Sumber: Bieniawski, 1979

Tabel 2.6. Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total RMR

Sumber : Rizal, 2017

2.2. Slope Mass Rating (SMR)


Slope Mass Rating dikembangkan berdasarkan 87 kasus studi di Valencia dan
jenis kelongsoran bidang dan topping. Romana (1985, 1993, 1995) mengusulkan
modifikasi pada konsep penggunaan RMR (Bieniawski, 1983) dalam Rai dkk
(2013) khususnya untuk kemantapan lereng.
Seperti halnya pada RMR parameter tertentu dalam SMR adalah bidang
diskontinu. Namun demikian, agak berbeda dengan RMR, jika material berupa
tanah dan batuan lunak yang sulit diidentifikasi adanya bidang diskontinu, maka
SMR tidak dapat dipakai untuk menilai kondisi stabilitas.
Terdapat 4 pendekatan untuk mendapatkan nilai SMR, yaitu :
1. Hall (1985), memberikan nilai SMR, sebagai berikut :
SMR = 0,65 X RMR +25
2. Orr (1922), memberikan nilai SMR sebagai berikut :
SMR = 35 ln RMR – 71
3. Laubscher (1975), membahas hubungan RMR dan SMR sebagai berikut :

4. Romano (1990),
Pada klasifikasi massa batuan lereng (SMR) ini ada penambahan satu
faktor penyesuaian, F4 yaitu faktor koreksi terhadap metode penggalian
sehingga faktor penyesuaian keseluruhan menjadi empat (F1, F2, F3, dan F4).
Slope Mass Rating (SMR) diperoleh dengan menjumlahkan faktor
penyesuaian yang bergantung pada orientasi bidang diskontinuitas dan
metode penggalian.
Usulan Slope Mass Rating didapat dari RMR dengan mengurangkan faktor
penyesuaian yang bergantung pada kekar – hubungan lereng dan
menambahkan suatu faktor bergantung pada metode penggalian. Dan
didefinisikan sebagai berikut:

SMR = RMR + (F1 x F2 x F3) + F4

Keterangan :
F1 = Tergantung pada kesejajaran antara kekar dan jurus lereng
F2 = Merujuk pada kemiringan kekar pada model keruntuhan bidang
F3 = menunjukkan hubungan antara muka lereng dengan kemiringan lereng
F4 = Berhubungan dengan metode penggalian leren

Pada F4 yang berhubungan dengan metode pengupasan terdapat 5


metode pengupasan, natural, presplitting, smooth blasting, blasting or
mechanical dan deficient blasting. Pada metode natural dimana metode ini
tidak menggunakan blasting, untuk presplitting, smooth blasting dan deficient
blasting adalah metode pengupasan yang menggunakan blasting namun untuk
presplitting digunakan untuk tambang bawah tanah. Dan metode blasting or
mechanical adalah metode yang paling menguntungkan dimana metode ini
menggunakan drill excavator.
Metode mechanical dikatakan menguntungkan karena tidak
menggunakan blasting sehingga area tersebut tidak terdampak oleh peledakan
dan juga dari segi biaya akan lebih murah.

2.3. Paralelisme orientasi kekar dan lereng


Yang dimaksud dengan pralelisme orientasi kekar dan lereng adalah
arah jurus atau arah diskontinuitas maju ke arah kemiringan lereng atau tegak
lurus, dalam table pembobotan hal ini dikatakan sangat menguntungkan dan
menguntungkan sesuai dengan dip nya. Hal tersebut karena lereng akan lebih
stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, I. (2010): Geoteknik Tambang. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


Askari, Rijal, Ibnu & Febi. 2017. Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode
Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong,
Aceh Besar. Vol 1, No. 1 (45-49)

International Society for Rock Mechanics. (1981). Rock Characterization. Oxford.

Lollong, Malinus Matius, dkk. 2019. ANALISIS KESTABILAN LERENG


DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING (RMR) DAN
METODE SLOPE MASS RATING (SMR) PADA PENAMBANGAN BATUPASIR
DAERAH BUKIT PINANG KECAMATAN SAMARINDA ULU KOTA
SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.Vol 7, No. 1 (50-60)

Paramesywara, Teguh Samudera & Setiawan Budhi. 2019. ANALISIS


KESTABILAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE RMR, SMR,
DAN KESETIMBANGAN BATAS PADA TAMBANG TERBUKA KABUPATEN
BELITUNG TIMUR. Vol 1, No. 1 (1-16)

Rachmansyah, Muhammad Zulfikar. 2020. “OPTIMASI FAKTOR KEAMANAN


LERENG MENGGUNAKAN ROCSCIENCE SLIDE V 6.0 KUARI CENGKEH PT
LOTUS SG LESTARI”. Jakarta.

Siswanto & Anggraini, Dyah. 2017. Perbandingan Klasifikasi Massa Batuan


Kuantitatif : Q, RMR, dan RMi. Vol 1 (67-73)

Anda mungkin juga menyukai