Anda di halaman 1dari 20

V GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

5.1 Geoteknik
Geoteknik adalah salah satu dari cabang dari ilmu geologi yang erat
hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Beberapa kajian geoteknik berhubungan dengan bidang ilmu Teknik Sipil. Di
dalamnya diperdalam pembahasan mengenai permasalahan kekuatan tanah dan
batuan serta hubungannya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang
berdiri diatasnya. Cabang ilmu ini mempelajari lebih dalam dari ilmu-ilmu
mekanika tanah, mekanika batuan, dan teknik pondasi.
Sedangkan dalam bidang pertambangan Geoteknik atau dikenal sebagai
engineering geology merupakan bagian dari rekayasa perencanaan tambang (mine
plan) yang didasarkan pada pengetahuan yang terkumpul selama sejarah
penambangan. Seorang mine plan yang merancang terowongan, desain penyangga
pada tambang bawah tanah dan menganalisa kemantapan lereng atau yang lainnya
memerlukan suatu estimasi bagaimana tanah dan batuan akan merespon tegangan,
sehingga dalam hal ini penyelidikan geoteknik merupakan bagian dari uji lokasi
dan merupakan dasar untuk pemilihan lokasi. Bagian dari ilmu geoteknik yang
berhubungan dengan respon material alami terhadap gejala deformasi disebut
dengan geomekanika.(klinton dkk, 2020)

5.1.1 Akuisisi Data


5.1.1.1 Jenis
Jenis pengambilan data yang dilakukan yaitu pemetaan. Pemetaan
dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi geologi permukaan yang
terdiri dari geomorfologi, litologi, stratigrafi dan struktur geologi yang dapat
menggambarkan keadaan geologi daerah penelitian. Data yang diperlukan
sebelum melakukan penambangan di PT. Situ Bersaudara terlebih dahulu
menentukan geoteknik daerah berdasarkan data RMR yang didapatkan dari
pengujian sampel dari lapangan di laboratorium.

1
5.1.1.2 Jumlah
Data utama yang dibutuhkan sebagai dasar untuk suatu analisis kemantapan
lereng pada penambangan batugamping antara lain struktur batuan, serta sifat fisik
dan mekanik batuan. Berikut data yang didapatkan untuk pengujian geoteknik.

1.
2.

Tabel 5. 1 Sifat Fisik Batugamping PT. Sirtu Bersaudara

Parameter Nilai

Kadar air asli 4,37%

Bobot Isi Asli ( γ ) 12,5 kN/m3

Berat jenis 2,3 (Ton/m3)

Sumber: Wira Yuda, 2017

Tabel 5. 2 Sifat Mekanik Batugamping PT. Sirtu Bersaudara

Parameter Nilai

Kuat Tekan (PLI) 2,99 (Mpa)


Kohesi ( C ) 147 (kN/m2)
Sudut geser dalam 18 ᵒ
Sumber: Wira Yuda, 2017

5.1.1.3 Sebaran Data


Data yang digunakan PT. Sirtu Bersaudara merupakan data perhitungan
RMR yang dapatkan dari hasil pengujian sampel dari lapangan.
Tabel 5. 3 Hasil Uji Lapangan

No Parameter Nilai
1 Arah Kemiringan Lereng N 334° E
2 Arah Kemiringan Kekar rata-rata N 231° E
3 Kemiringan Lereng 55°
4 Kemiringan Kekar rata-rata 79°

2
5 Spasi Kekar Per Meter 0,37 m
Sumber: Wira Yuda, 2017
Dalam pengujian kestabilan lereng untuk mendapatkan faktor keamanan
atau FK dengan bantuan Software Slide 6.0.
1. Metode Rock Mass Rating
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan yang
disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rcok Mass Rating
(RMR). Klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating menggunakan 5 parameter
yaitu:
1. Kuat tekan uniaksial (PLI)
2. RQD
3. Spasi ketidak-menerusan
4. Kondisi rekahan, meliputi: kekasaran (roughness), lebar celah (aperture),
dan ketebalan bahan pemisah atau pengisi celah (width filled atau gouge),
tingkat pelapukan (weathered) dan kemenerusan kekar atau terminasi
(extension).
5. Kondisi air tanah.
Dalam mengklasifikasikan massa batuan berdasarkan sistem klasifikasi
RMR, Bieniawski menggunakan 5 parameter utama, yaitu:
1. Kuat Tekan Batuan Utuh (Strength of Intact Rock Material)
Kuat tekan batuan digunakan untuk menyatakan batas tegangan tertinggi
yang sanggup diterima oleh suatu massa batuan saat utuh, yang diperoleh dari
suatu percobaan di laboratorium. Kekuatan batuan dapat diketahui melalui alat –
alat yang digunakan untuk menggores atau memecahkan batuan. Ada dua cara
untuk mendapat kuat tekan batuan utuh yaitu pengujian di lapangan dengan point
load test dan pengujian di laboratorium menggunakan Uniaxial Compressive
Strenght Test (UCS).
a. Point Load Test
Uji Point Load dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan batuan
secara tidak langsung di lapangan. Dari uji point load didapat indeks point
load (Is) dan kuat tekan sc.
 Rumus mencari PLI

3
I(50) = ( 50dmm ) .
0,45 P
D2
Ket : d = diameter sampel (mm)
P = beban maksimum hingga percontoh pecah (N)
D = jarak antar konus penekan (mm)
Diketahui:
d = 25 mm
P = 2550 N
D = 25 mm
Maka I(50) sebesar

I(50) = ( 2550 mm
mm )
0,45
.
2550 N
25 mm ²
I(50) = 2,99 N/mm2, 1 N/mm2 sama dengan 1 Mpa
I(50) = 2,99 Mpa
Tabel 5. 4 Rating Kekuatan Material Batuan Utuh (Bieniawski, 1989)
Deskriptif Kualitatif UCS (Mpa) PLI (Mpa) Rating

Sangat kuat sekali (exceptionally strong) > 250 > 10 15

Sangat kuat (Very strong) 100 – 250 4 – 10 12

Kuat (Strong) 50 – 100 2–4 7

Sedang (Average) 25 – 50 1–2 4

Lemah (Weak) 5 – 25 2
Penggunaan
Sangat Lemah (Very weak) 1–5 UCS lebih 1
dianjurkan
Sangat lemah sekali (Extremely weak) <1 0

2. Rock Quality Designation (RQD)


RQD diperkenalkan pada tahun 1967 oleh D.U Deere sebagai sebuah
petunjuk untk memperkirakan kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. RQD
didefinisikan sebagai persentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara tidak
langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak
dari massa batuan yang diamati dari inti bor (core). RQD dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:

4
a. Dengan perhitungan jumlah kekar
Apabila tidak menggunakan pengeboran, maka RQD dapat diperkirakan
dari jumlah kekar-kekar persatuan volume, dimana jumlah kekar per meter untuk
masing-masing set kekar ditambahkan.
Apabila RQD pada suatu batuan diketahui maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai kondisi struktur pada batuan. Semakin kecil nilai RQD batuan tersebut
menunjukan bahwa batuan pada daerah tersebut memiliki banyak bidang
ketidakmenerusan atau bidang lemah seperti kekar, dan kekuatan dari batuan
tersebut rendah sehingga dapat mempersulit kegiatan pengeboran. Secara
matematis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. Massa batuan
menurut Rock Quality Designation dapat dilihat pada table 5.4

RQD ( 100 % ) =100 e−0.1 λ (0.1 λ +1)

Dimana RQD adalah Rock Quality Designation (%), λ adalah jumlah kekar per
meter.
Diketahui λ = 41,5445 cm atau 0,41 meter ( Hasil Penjumlahan JS1 dan
JS2 Pada Lampiran C)
1
λ=
jarak spasi rata−rata terkoreksi
1
= = 2,44 kekar/meter
0,41 meter
Dik : λ = 2,44 kekar/meter
-0,1(2,44)
RQD = RQD = 100e x (0,1(2,44) + 1)
RQD = 97,53%
Tabel 5. 5 Hubungan RQD dan Kualitas Massa Batuan (Deere, 1967 dalam Wira
Yuda 2017)
Persen RQD Kualitas Batuan
< 25 Sangat Jelek
25 – 50 Jelek
50 – 75 Sedang
75 – 90 Baik
90 – 100 Sangat Baik

5
Tabel 5. 6 Tabel 5. 5 Klassifikasi dan Pembobotan RMR (Bieniawski, 1976 dalam Wira Yuda 2017)

No Parameter Selang Nilai


PLI (Mpa) > 10 4-10 2-4 1-2 Untuk Kuat tekan rendah perlu
1
UCS
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
2 RQD(%) 90-100 70-90 50-75 25-50 < 25
Bobot 20 17 13 8 3
Jarak diskontinu >20 0,6-2 0,2-0,6 0,06-0,2 <0,06
3
Bobot
(m) 20 15 10 8 5

Sangat kasar, tidak Agak kasar, Agak kasar, pemisahan <5 Slicken sided/tebal
Gougle lunak tebal > 5 mm atau
Kondisi diskontinu menerus, tidak ada pemisahan 1 mm, atau pemisahan 1-5 gouge <5 mm, atau
4 pemisahan >5 mm, menerus
pemisahan, dingding mm dinding mm menerus pemisahan 1-5 mm
batu tidak lapuk agak lapuk menerus
Bobot 30 25 20 10 0

Aliran /10 m panjang None < 10 10-25 25-125 >125


tunnel liter/menit
Tekanan air pada
Air tanah pada kekar/ maksimal teg 0 0.1-0.2 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
Kekar utama
5
Kondisi Umum Kering lembab Basah menetes mengalir

Bobot 15 10 7 4 0

6
Tabel 5. 7 Hasil Pembobotan RMR

Parameter Nilai / Bobot


Kuat Tekan Batuan (PLI) Kondisi
2,99 Mpa 7

Spasi Kekar 0,41 10


RQD meter%
97,53 20
Kemenerusan kekar 1 – 3 m

Kondisi Kekar , bukaan kekar 1 - 5 mm, 20


permukaan kasar, t

idak ada material pengisi, dan

sedikit lapuk
Kondisi Air Tanah Kering 15
Nilai RMR 72
Kelas Massa Batuan (Berdasarkan table 5.8) II (Baik)
Sumber: Wira Yuda, 2017

Tabel 5. 8 Tabel Kelas Masa Batuan, Kohesi Dan Sudut Geser Dalam
Berdasarkan Nilai RMR ( Bieniawski. 1989 )
PROFIL MASA
DESKRIPSI
BATUAN

Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-1

Sangat Sangat
Kelas Massa Batuan Baik Sedang Jelek
Baik Jelek

Kohesi >40 kPa 30-40 kPa 20-30 kPa 10-20 kPa <10 kPa
O O O O O
Sudut Geser dalam >45 35-45 25-35 15-25 >15

5.1.2 Analisis Geoteknik


5.1.2.1 Kemampugalian dan Kemampugaruan
Operasi penambangan terdiri dari penggalian, pemuatan dan pengangkutan.
Pemilihan metode dalam operasi penambangan mutlak akan mempengaruhi
efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Penggalian langsung, penggaruan dan
peledakan adalah tiga metode utama yang digunakan dalam pembongkaran dan
pemberaian batuan, penggaruan adalah proses pemberaian batuan dengan
menggunakan ripper yang ditarik oleh bulldozzer.

7
Pemilihan alat gali yang sesuai tidak lepas dari studi lapangan dan uji
laboratorium mengenai sifat-sifat material, terutama kekuatan batuan. Di lapangan
selalu dijumpai material dengan ragam kekuatan. Oleh sebab itu, ada material
yang sangat mudah digali, mudah digali, sulit digali, sangat sulit digali atau
bahkan tidak dapat digali.
Kemampugalian merupakan suatu ukuran apakah material dapat digali, yang
kemudian diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemudahan penggalian.
Kemampugalian didasarkan pada sifat-sifat material dan kondisi geologi, seperti
kekerasan, RQD, struktur, pelapukan dan air tanah, yang diperoleh dari studi
lapangan dan uji laboratorium. Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan
penggaruan yang melibatkan parameter mesin penggaru dan sifat-sifat fisik,
mekanik dan dinamik massa batuan diberikan oleh Klasifikasi Kemampugaruan.
Kriteria klasifikasi penggalian didasarkan pada pembobotan total dari
parameter pembentuknya. Parameter yang dipakai dalam klasifikasi ini adalah
RQD, kekerasan batuan, tingkat pelapukan, jarak kekar, kemenerusan kekar, jarak
pemisahan kekar dan kondisi air tanah atau lebih jelasnya didasarkan pada
pembobotan RMR. Adapun rekomendasi peralatan adalah sebagai berikut.
Tabel 5. 9 Rekomendasi Alat Garu untuk Penambangan Batugamping (Ashabul
Kahfi. 2018)
Total Rating 100 – 90 90 – 70 70 – 50 50 – 25 < 25

Extremely Easy
Rippability Hard Very Hard Hard Ripping
Blasting
Assesment Riping and Riping Riping and Direct
Blasting Digging

Tractor
- DD9G/D9G D9/D8 D8/D7 D7
Selection

Horse
- 770/385 385/270 270/180 180
Power

Kilowatts - 570/290 290/200 200/135 135

Berdasarkan hasil pembobotan pada table 5.9 direkomendasi penggaruan


dilakukan dengan menggunakan alat mekanis dan peledakan.
5.1.2.2 Kestabilan Lereng

8
Kestabilan dari suatu lereng tunggal dikontrol oleh kondisi geologi daerah
setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air tanah.
Suatu indikator yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng
batuan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara
gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
menyebabkan terjadinya longsor. Berdasaarkan Kepmen ESDM 1827 tahu 2018
tentang Pengolahan Teknis Pertambangan, nilai faktor keamanan tertera pada
table 5.10.
Tabel 5. 10 Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang

Kriteria dapat diterima

Keparahan
Longsor Probabilitas
Jenis (Consequences Faktor
Longsor
Lereng Faktor Keamanan
of Failure/ (Probability
Keamanan (FK) of Failure)
CoF) (maks)
(FK) Statis Dinamis
(Min) (min) PoF (FK≤1)

Rendah s.d.
Lereng
1,1 Tidak ada 25-50%
tunggal Tinggi

Rendah 1,15-1,2 1,0 25%

Inter-ramp Menengah 1,2-1,3 1,0 20%

Tinggi 1,2-1,3 1,1 10%

Rendah 1,2-1,3 1,0 15-20%


Lereng
Menengah 1,3 1,05 10%
Keseluruhan
Tinggi 1,3-1,5 1,1 5%

Sumber: Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018


Kriteria lereng dikatakan stabil dan tidak stabil sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
F > 1,1 = lereng dalam keadaan stabil

9
F = 1,1 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)
F < 1,1 = lereng dalam keadaan tidak stabil.

A. Tipe Longsoran Pada Penambangan


Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan di
tambang terbuka (Hoek and Bray, 1981) yaitu:

1. Longsoran bidang (plane failure)


Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa sesar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan.

Gambar 5. 1 Longsoran Bidang


2. Longsoran baji (wedge failure)
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara
bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya.

10
Gambar 5. 2 Longsoran Baji
3. Longsoran Busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur
disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material
yang bersifat seperti tanah. Antara partikel tanah tidak terikat satu sama lain.
Dengan demikian, longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat
lapuk serta banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan)
batuan hancur.

Gambar 5. 3 Longsoran Busur


4. Longsoran Guling (toppling failure)
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Keadaan

11
tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah
bidang miring.

Gambar 5. 4 Longsoran Guling

Gambar 5. 5 Hubungan antara Orientasi Bidang-Bidang Diskontinu dengan Tipe


Longsoran (Hoek & Bray, 1981) dalam Wira Yuda 2017

B. Analisis Tipe Longosoran Dengan Metode Stratigrafi

Analisis Tipe Longsoran dengan metode Streografi adalah analisis untuk


mengetahui jenis/tipe longsoran yang akan terbentuk pada suatu massa batuan

12
dengan menggunakan beberapa parameter seperti Arah kemiringan Lereng (Dip
Direction), Kemiringan lereng, Arah dan Kedudukan Kekar, serta nilai
Sudut geser dalam.
Dari proses pengelompokan kekar dengan menggunakan program Dips
6 dan didapatkan dua set kekar pada PT. Sirtu Bersaudara yaitu JS1 dan JS2.
o o
Kedudukan umum JS1 adalah N 309 E / 82 dan kedudukan umum JS2 adalah
o o
N 138 E / 79 Lampiran C.

Gambar 5. 6 Interpretasi set kekar pada PT. Sirtu Bersaudara menggunakan


program Dips 6 Wira yuda ,2017)
Berdasarkan salah satu syarat kinematik yang ditetapkan untuk jenis
longsoran baji yaitu ϕi < Ψi < Ψf , dapat dikatakan bahwa longsorn baji dapat
terjadi pada PT. Sirtu Bersaudara dan telah memenuhi syarat – syarat terjadinya
longsoran tersebut analisis stereografi pada PT. Sirtu Bersaudara dengan
menggunakan program Dips 6
yang menunjukkan jenis
longsoran baji.

Gambar 5. 7 Hasil analisis


stereografi pada PT. Sirtu
Bersaudara dengan

13
menggunakan program Dips yang menunjukkan jenis longsoran baji
(Wira yuda ,2017)

14
C. Analisis Geometri Lereng
1. Lebar Lereng
Lebar lereng sangat dipengaruhi oleh alat-alat mekanis yang digunakan,
berdasarkan Head Quarter of US Army (pits and Quary Technical Bulletin No 5-
352) dimana dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb (4.4)
Dengan Wmin adalah lebar jenjang minimum (m), Y adalah lebar yang
disediakan untuk pengeboran (m), Wt adalah lebar yang disediakan untuk alat gali,
muat dan angkut (m), Ls adalah Panjang alat gali tanpa boom (m), G adalah radius
lantai kerja yang terpotong oleh alat gali (m) dan Wb adalah lebar broken material.
Sehingga lebar jenjang dapat dihitung sebagai berikut.
Diketahui: Y =-
Wt = 2,45 m (alat angkut Hino 500) + 3,17m (Cat 320)
Ls = 3,65 m
Wb =2m
Wmin = - + (2,45 m + 3,17 m) + 53,65 m + 2 m
= 11,27 m ≈ 12 m
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh lebar jenjang PT. Sirtu Bersaudara adalah
12 m.
2. Tinggi Lereng
Tinggi Lereng yang didapatkan dari maximal cutting height alat gali. Untuk
keterangan lebih lanjut, dimensi alat dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hal
tersebut maka tinggi jenjang yang dibuat oleh PT. Sirtu Bersaudara adalah 9
meter.
D. Analisis Faktor Keamanan

Berdasarkan Tabel 5.10 maka analisis faktor keamanan pada PT. Sirtu
Bersaudara menggunakan Software Slide 6.0 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tinggi Lereng : 9 meter
Lebar Lereng : 12 meter
Single Slope : 60°
Multi Slope : 28°
Overall Slope : 28°

15
Gambar 5. 8 Single Slope Statis Berdasarkan Slide V 6.0

Gambar 5. 9 Single Slope Dinamis Berdasarkan Slide V 6.0

16
Gambar 5. 10 Multi Slope Statis Berdasarkan Slide V 6.0

Gambar 5. 11 Multi Slope Dinamis Berdasarkan Slide V 6.0

17
Gambar 5. 12 Overall Slope Statis Berdasarkan Slide V 6.0

Gambar 5. 13 Overall Slope Dinamis Berdasarkan Slide V 6.0

5.1.3 Rekomendasi Geoteknik


5.1.3.1 Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan

18
Berdasarkan hasil analisis geometri lereng maka didapatkan hasil lebar
lereng sebesar 12 meter dengan tinggi 9 meter dan rekomendasi alat untuk
penggalian adalah backhoe dengan jangkauan galian lebih besara atau sama
dengan 9 meter, sehingga alat penggalian yang digunakan PT. Sirtu Bersaudara
adalah backhoe CAT 320.
Hasil pembobotan Rock Mass Rating pada lokasi perencanaan tambang PT.
Sirtu Bersaudara menunjukkan nilai 72 yang mendeskripsikan kondisi batuan
Baik. Berdasarkan nilai tersebut, material yang terdapat di lokasi penelitian
bersifat dapat digaru (Rippable) yang berarti metode penggalian yang disarankan
adalah dengan cara penggaruan (Ripping and Blasting). Adapun rekomendasi
peralatan terlihat pada table 5.9 dengan tractor menggunakan D9G dan memiliki
770/385 tenaga kuda.
5.1.3.2 Rekomendasi Geometri Lereng
Berdasarkan analisis geometri lereng dan analisis faktor keamanan
disimpulkan bahwa:
Lebar lereng : 12 meter,
Tinggi lereng : 9 meter
Single slope : 60°
Multi Slope : 28°
5.1.3.3 Rekomendasi Faktor Keamanan Statis dan Dinamis, Probalitas
longsor dan Tingkat Keparahan Longsor
Berdasarkan analisis tipe longsoran pada daerah PT. Sirtu Bersaudara
dengan metode stratigrafi didapatkan jenis longsoran baji dan untuk faktor
keamanan pada lereng dengan kondisi statis dan dinamis (diberikan beban secara
vertikal dengan magnitude 100 Kpa) sebagai berikut :
1. Faktor keamanan Lereng Tunggal
Statis : 8,189
Dinamis : 3,136
2. Faktor keamanan Inter-Ramp
Statis : 1,778
Dinamis : 1,564
3. Faktor keamanan Keseluruhan

19
Statis : 1,322
Dinamis : 1,247
Sehingga dapat ditarik kesimpulan berdasarkan tabel 5.10 untuk lereng
tunggal tingkat keperahan longsoran rendah karen niali faktor keamanan lebih
besar dari faktor keamanan minimum dan probabilitas longsor dibawah 25%, pada
lereng Multi (Inter-Ramp) pada keadaan statis maupun dinamis dipatkan hasil
faktor keamanan lebih besar dari faktor keamanan minimum dengan probabilitas
longsor sebesar 10% dan pada lereng keseluruhan dalam keadaan statis dan
dinamis dipatkan hasilnilai faktor keamanan lebih besar dari faktor keamanan
minimum dengan probalitas longsog sebesar 5%.
5.1.3.4 Rekomendasi Pemantauan Geoteknik
Dalam melakukan pemantauan lereng PT. Sirtu bersaudara menggunakan
alat pemantauan Geoteknik berupa Kamera Fotogrametri. Metode Fotogrametri
(Photogrammetry) merupakan salah satu cara dalam menghasilkan pencitraan 3D.
Metode ini digunakan untuk memetakan suatu area dengan bantuan kamera
khusus, metode ini memiliki kelebihan karena dapat memantau area yang luas
secara ,menyeluruh, bukan hanya sejumlah titik seperti pada metode survei. Pada
metode ini daerah yang akan diamati difoto minimal dari dua titik yang berbeda,
sesuai dengan konsep Triangulasi. Dengan demikian, metode fotogrametri dapat
memeberikan hasil berupa koordinat 3D (x,y,z) yang tepat dari titik yang
dipantau.(Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc)

Gambar 5. 14 Kamera khusus yang digunakan pada metode fotogrametri


(Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc)

20

Anda mungkin juga menyukai