Soal :
A. Uraikan sejarah RMR dan modifikasinya !
B. Uraikan sejarah Q-system dan modifikasinya !
C. Tentukan perbedaan antara RMR dan Q-system !
D. Apa itu Q-system? Cari persamaan yang menghubungkan Q dan RMR !
E. Daftar pustakanya.
Jawaban :
A. Sejarah RMR dan Modifikasinya
1) Sejarah Rock Mass Rating (RMR)
Klasifikasi Geomekanika (RMR) Rock Mass Rating, pertama kali
diperkenalkan oleh Bieniawski, 1973 yang mana sistem dari RMR ini
menyediakan data kuantitatif untuk mengetahui karakteristik massa batuan
secara langsung dan pemilihan penguatan terowongan yang modern seperti
rockbolt dan shotcrete.
Pada awalnya sistem RMR lebih diperuntukan untuk terowongan pada
undergound mines. Tetapi pada awal tahun 1975, sistem RMR ini mulai
dikembangkan oleh beberapa ahli sehingga dapat aplikasikan pada surface
mines.
Aplikasi sistem RMR pada surface mines diantaranya digunakan untuk
rock slopes & foundation (Bieniawski, 1973), penilaian ground rippability
(Weaver, 1975) serta masalah-masalah pertambangan lainnya pada tambang
terbuka (Laubscher, 1979. Moreno Tallon, 1982. Kendorski dan kawan-kawan,
1983). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 1.1).
1
Tabel 1.1
Pengembangan RMR system
Classification Originator and Date Origin Country Applications
Bieniawski, 1973 South Africa Tunnels, Mines, Slopes
RMR system Last modified, 1979-USA Foundations
Weaver, 1975 South Africa Rippability
Laubscher, 1977 South Africa Mining
Olivier, 1979 South Africa Weatherability
RMR system Ghose dan Raju, 1981 India Coal Mining
Moreno Tallon, 1982 Spain Tunneling
Kendosrski, et al., 1983 USA Hard Rock Mining
Sumber : Buku Mekanika Batuan, Dr. Ir. Made Astawa Rai & Dr. Ir. Suseno, Kramadibrata, ITB.
Tabel 1.2
Rock Mass Rating
Parameter Selang Nilai
Kuat PLI Untuk kuat tekan
>10 4-10 2-4 1-2
Tekan (MPa) rendah (UCS)
1 Batuan UCS 5-
>250 100-250 50-100 25-50 1-5 <1
Utuh (MPa) 25
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 <25
2
Bobot 20 17 13 8 3
2
Lanjutan Tabel 1.2
Parameter Selang Nilai
RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 <25
2
Bobot 20 17 13 8 3
Jarak Kekar (m) >2 0.6-2 0.2-0.6 0.06-0.2 <0.06
3
Bobot 20 15 10 8 5
Permukaan Permukaan Permukaan Permukaan Gouge
sangat agak kasar, agak kasar, slickensided lunak
kasara, tak pemisahan pemisahan atau gouge >5mm
Kondisi kekar menerus, <1mm, <1mm, <5mm, atau
4 tak terpisah, dinding dinding pemisahan pemisahan
dinding tak agak lapuk sangat 1-5mm, >5mm,
lapuk lapuk menerus menerus
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran air
per 10 m,
panjang kosong <10 10-25 25-125 >125
singkapan
Air (lt/men)
tanah Tekanan
5 air atau
tegangan 0 <0,1 0,1-0,2 0,2-0,5 >0,5
utama
major
Kondisi
Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
umum
Bobot 15 10 7 4 0
Sumber : Buku Geoteknik Tambang, Prof. Dr. Ir. Irwandi Arif, M.Sc.
3
Nilai SMR diperoleh dari nilai RMR yang ditambahkan dengan faktor-
faktor koreksi . F1, F2, dan F3, merupakan faktor koreksi terhadap konsisi kekar
(joints), sedangkan F4 merupakan faktor koreksi terhadap metode penggalian
yang digunakan pada lereng. Faktor-faktor koreksi yang dimaksud dapat
dilihat pada (Tabel 1.3) yang merupakan perkaian dari tiga faktor tersebut.
a. Nilai faktor koreksi F1 tergantung pada paralelisme antara kekar dan
kemiringan muka lereng (strike)
b. Nilai faktor koreksi F2 berhubungan dengan sudut dip kekar pada
kelongsoran bidang
c. Nilai faktor koreksi F3 menunjukkan hubungan antara kemiringan lereng
dan kemiringan kekar
d. Nilai faktor koreksi F4 tergantung pada metode penggalian lerengnya
Tabel 1.3
Bobot Pengatur Untuk Kekar : F1, F2, dan F3 (Ramona, 1983)
Kriteria
Sangat Tidak Sangat tidak
Kasus faktor Menguntungkan Sedang
menguntungkan menguntungkan menguntungkan
koreksi
P |αj – αs|
>30o 30o – 20o 20o – 10o 10o – 5o <5o
T |αj-αs – 180|
P/T F1 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
P |βj| <20o 20o – 30o 30o – 35o 35o – 45o >45o
P F2 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
T F3 1 1 1 1 1
Kuat tak Lemah
mudah longsor mudah longsor
P Βj – βs >10o 10o – 0o 0o 0o – (–10o) <(–10o)
T Β j + βs <100o 110o – 120o >120o – –
P/T F3 0 -6 -25 -50 -60
Sumber : Buku Geoteknik Tambang, Prof. Dr. Ir. Irwandi Arif, M.Sc.
Keterangan:
αj = Arah kemiringan kekar βj = Kemiringan kekar
αs = Arah kemiringan lereng βs = Kemiringan lereng
P = Longsoran bidang (Plane failure) T = Longsoran guling (Toppling failure)
4
Bobot pengatur untuk metode penggalian, F4:
a. Lereng alamiah = 15
b. Peledakan presplitting = 10
c. Peledakan smooth =8
d. Peledakan normal =0
e. Peladakan buruk = -8
f. Peledakan mekanis =0
Deskripsi untuk setiap kelas SMR serta kondisi kestabilan lereng, tipe
keruntuhan yang mungkin terjadi serta metode perbaikan yang sesuai
diperlihatkan pada (Tabel 1.4).
Tabel 1.4
Deskripsi Untuk Setiap Kelas SMR
Profil Massa
Deskripsi
Batuan
Nomor Kelas V IV III II I
SMR Rating 81-100 61-80 41-60 21-40 0-20
Kelas Massa
Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat jelek
Batuan
Stabil Sangat tidak
Kestabilan Sangat stabil Stabil Tidak stabil
sebagian stabil
Beberapa Bidang besar
Beberapa Bidang atau
Longsoran Tidak ada kekar atau atau seperti
blok baji besar
banyak baji tanah
Sewaktu- Sangat perlu Re-
Penyangga Tidak ada Sistematis
waktu perbaikan excavation
Sumber : Buku Geoteknik Tambang, Prof. Dr. Ir. Irwandi Arif, M.Sc.
5
Tabel 1.5
Bobot Pengatur SMR
6
Tabel 1.6
Bobot Numerik Maksium Untuk Parameter Klasifikasi RMS
Batuan utuh 20 18 14 10 5
Pelapukan 10 9 7 5 3
Jarak kekar 30 28 21 15 8
Orientasi
20 18 14 9 5
kekar
Lebar kekar 7 6 5 4 2
Kemenerusan
7 6 5 4 1
kekar
Aliran air
6 5 4 3 1
tanah
Sangat Sangat
Kuat Sedang Lemah
kuat lemah
Bobot total 100-91 90-71 70-51 50-26 <26
Sumber : http://fhendymining.blogspot.co.id.
Menurut Robertson, 1988 bila RMR lebih besar dari pada 40, kemantapan
lereng dikontrol oleh orientasi dan kekuatan bidang kontak kekar. Sedangkan
bila RMR lebih kecil daripada 30 kelongsoran lereng dapat terjadi pada
sembarang orientasi kekar.
7
Tabel 1.8
Orientation of Discontinuities
Orientasi Bidang Diskontinu Terhadap Arah Bukaan/Tunnel
Arah strike tegak lurus terhadap arah tunnel Strike searah terhadap arah tunnel
Searah dengan Dip 45 Searah dengan Dip
Dip 45 - 90 Dip 20 - 45
– 90 20 - 45
0 -2 -12 -5
Sangat Sangat Tidak
Menguntungkan Sedang
Menguntungkan Menguntungkan
Berlawanan dengan Berlawanan dengan Dip 0 - 20 Memotong Terhadap
Dip 45 - 90 Dip 20 - 45 Arah Tunnel = 10
-5 10 -5
Tidak
Sedang Tidak Menguntungkan
Menguntungkan
Sumber : Buku Mekanika Batuan, Dr. Ir. Made Astawa Rai & Dr. Ir. Suseno, Kramadibrata, ITB.
Tabel 1.9
Kelas Massa Batuan Dari Bobot Total RMR
8
Q-system didasarkan pada penelitian numerik dari kualitas massa
batuan dengan menggunakan enam parameter, yaitu:
a. RQD (Rock Quality Designation)
b. Angka pasangan kekar atau Joint Set Number (Jn)
c. Angka kekasaran kekar atau Joint Roughness Number (Jr)
d. Angka alterasi kekar atau Joint Alteration Number (Ja)
e. Angka air kekar atau Joint Water Number (Jw)
f. Faktor pengurangan tegangan atau Stress Reduction Factor (Srf)
Keterangan:
RQD = Rock Quality Designation
Jn = Angka pasangan kekar
Jr = Angka kekasaran kekar
Ja = Angka alterasi kekar
Jw = Angka reduksi karena air dalam kekar
SRF = Faktor pengurangan karena adanya tegangan
9
diskontinu tersebut, akan mengurangi kuat geser secara signifikan.
Selanjutnya kontak antar permukaan bidang diskontinu yang mengalami
pergeseran juga akan mempertinggi potensi failure pada lubang bukaan.
c. Jw/SRF merepresentasikan parameter stress. Secara empiris Jw/SRF
mewakili active stress yang dialami batuan. Parameter Jw adalah ukuran
tekanan air yang dapat mempengaruhi kuat geser dari bidang diskontinu.
Parameter SRF dianggap sebagai parameter total stress yang dipengaruhi
oleh letak dari lubang bukaan.
Keterangan:
Jv = Jumlah joint per meter kubik
10
Tabel 2.1
Pembobotan Untuk Parameter RQD
Pemerian RQD Bobot RQD (%)
Sangat Jelek 0 – 25
Jelek 25 – 50
Sedang 50 – 75
Baik 75 – 90
Baik Sekali 90 – 100
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
Tabel 2.2
Join Set Number (Jn)
Joint set number (Jn) Nilai Jn
Masif, tidak ada atau sedikit joint 0,5 - 1
Satu joint set 2
Satu joint set dan random 3
Dua joint set 4
Dua joint set dan random 6
Tiga joint set 9
Tiga joint set dan random 12
Empat joint set atau lebih, random, core hancur 15
Core sangat hancur menyerupai tanah 20
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
11
Tabel 2.3
Joint Roughness Number (Jr)
Joint Roughness Number Nilai Jr
Untuk dinding joint yang langsung kontak
Untuk dinding joint yang disisipi material lunak kurang dari 10 cm
Joint tidak menerus 4,0
Bidang joint kasar atau iregular dan bergelombang 3,0
Permukaan bidang joint halus dan bergelombang 2,0
Permukaan bidang joint mirip slickenside dan bergelombang 1,5
Bidang joint kasar atau iregular dan datar 1,5
Permukaan bidang joint halus dan datar 1,0
Permukaan bidang joint mirip slickenside dan datar 0,5
Bidang joint tidak kontak disisipi material halus (clay)
Zona sisipan antar bidang kontak joint cukup tebal terisi oleh
1,0
material clay
Zona sisipan antar bidang kontak joint cukup tebal terisi pasir,
1,0
kerakal atau hancuran
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
Tabel 2.4
Penentuan Nilai Joint Alteration Number (Ja)
Joint Alteration Number (Ja) Nilai Ja Sudut Geser dalam
Kontak antar dinding joint
Dinding joint terekatkan oleh material keras, stabil tidak
0,75
berubah menjadi lunak, dan kedap air.
Dinding joint tidak terubah, tampak sedikit noda 1 (25⁰-35⁰)
Dinding joint sedikit terubah, tidak terdapat clay pada
2 (25⁰-30⁰)
bidang joint, hanya ada sedikit material pasir.
12
Lanjutan Tabel 2.4
Sisipan pada dinding jointterdiri dari material pasir
3 (20⁰-25⁰)
hanya sedikit clay ( material pengisi keras )
Bidang joint disisipi mineral clay lunak, seperti kaolin
dan mika, juga khlorite, talk, gypsum grafit, dan sedikit
4 (8⁰-16⁰)
mineral clay yang mengembang (tebal sisipan 1 - 2 mm
dan tidak menerus )
Sisipan antar dinding joint kurang dari 10 cm
Sisipan antar dinding joint terdiri atas material
4 (25⁰- 30⁰)
berukuran pasir tidak mengandung clay
Sisipan antar dinding joint menerus dengan ketebalan
kurang dari 5 mm mengandung mineral lempung tapi 6 (16⁰-24⁰)
masih tetap keras
Sisipan antar dinding joint tebal kurang dari 5 mm
8 (12⁰-16⁰)
menerus mengandung material clay agak lunak
Sisipan antar dinding joint mengandung material clay
yang mengembang, tebal kurang dari 5 mm dan
menerus. Nilai Ja tergantung dari presentase material 8 - 12 (6⁰-12⁰)
clayyang mengembang dan banyaknya air yang bisa
melewati sisipan antar bidang joint.
Dinding joint tidak kontak
Sisipan antar dinding joint menerus dengan ketebalan
kurang dari 5 mm mengandung mineral lempung tapi 6
masih tetap keras
Sisipan antar dinding joint tebal kurang dari 5 mm
8
menerus mengandung material clay agak lunak
Sisipan antar dinding joint mengandung material clay
yang mengembang seperti tebal kurang dari 5 mm dan
8 - 12 (6⁰- 24⁰)
menerus. Nilai Ja tergantung dari presentase clay yang
mengembang dan banyaknya air yang bisa melewati.
Sisipan lanau atau pasir lempungan, kandungan
5
lempung sedikit ( secara umum masih keras)
Sisipan lempung tebal, panjang dan menerus 10 - 13 (6⁰- 24⁰)
Sisipan antar dinding joint menerus dengan ketebalan
kurang dari 5 mm mengandung mineral lempung tapi 13 - 20
masih tetap keras
Sisipan antar dinding join tebal kurang dari 5mm
13 - 20
menerus mengandung clay agak lunak
Sisipan antar dinding joint mengandung material clay
yang mengembang, tebal kurang dari 5 mm dan
menerus. Nilai Ja tergantung dari presentase material 13 - 20
clayyang mengembang dan banyaknya air yang bisa
melewati sisipan antar bidang joint.
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
13
5. Angka Air Kekar atau Joint Water Number (Jw)
Pada adit atau drift, debit aliran air tanah dalam liter per menit untuk
setiap 10 meter penggalian perlu diketahui. Hal ini dikarenakan dapat
mengurangi ketahanan material pengisi pada kekar, sehingga stabilitas antar
blok ikut berkurang. Cara lain untuk mengetahui air pada kekar adalah dengan
mengetahui kondisi umum yang dapat dinyatakan sebagai kering, lembab,
basah, menetes, dan mengalir. Pembobotan dipengaruhi oleh tekanan air.
Tabel 2.5
Joint Water Number (Jw)
Joint Water Number (Jw) Nilai Jw Tekanan air (Kpa)
Front kering atau aliran air kecil dan perkiraan
1 <1
debit air < 5 liter/menit
Aliran air sedang, kadang - kadang melarutkan
0,66 1,0 - 2,5
material sisipan antar dinding joint
Aliran air besar, tekanan air tinggi melewati celah
0,5 2,5 - 10,0
antar dinding joint yang keras
Aliran air besar, tekanan air tinggi dapat
melarutkan sisipan material pengisi antar dinding 0,33 2,5 - 10,0
joint
Aliran air deras sesaat setelah blasting dan makin
0,22 - 0,10 >10
lama aliran air makin kecil
Aliran air deras secara terus menerus tanpa ada
0,10 - 0,05 > 10
penurunan debit menurut waktu
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
14
Tabel 2.6
Stress Reduction Factor (SRF) Untuk Kondisi (a)
Zona lemah yang terpotong oleh terowongan dapat mengakibatkan keruntuhan
massa batuan pada saat pembuatan terowongan
Keterangan SRF
Banyak zona lemah saling berpotongan mengandung clay membentuk
10,0
blok - blok yang mudah runtuh, terlepas
Zona lemah hanya satu mengandung clay, batuan mudah terlepas oleh
5,0
adanya sisipan (kedalaman ekskavasi < 50 m)
Zona lemah hanya satu mengandung clay, batuan mudah terlepas oleh
2,5
adanya sisipan (kedalaman ekskavasi > 50 m)
Banyak sisipan (shear zone) antar dinding joint pada batuan keras,
7,5
batuan mudah terlepas (pada berbagai kedalaman)
Zona lemah tidak mengandung clay (shear zone) hanya satu pada
5,0
batuan keras ( kedalaman ekskavasi < 50 m)
Zona lemah tidak mengandung clay (shear zone) hanya satu batuan
2,5
keras (kedalaman ekskavasi > 50m)
Joint terbuka lepas - lepas, terkekarkan intensif berbentuk kubus (pada
5,0
berbagai kedalaman)
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
Tabel 2.7
Stress Reduction Factor (SRF) Untuk Kondisi (b)
Batuan keras, dengan tekanan tinggi (kedalaman tinggi)
Keterangan SRF
Tekanan kecil, dekat permukaan 2,5
Medium stress 1,0
Tekanan tinggi, retakan joint sangat rapat (pada
umumnya stabil, tetapi kemungkinan terjadi spalling 0,5 - 2,0
pada dinding lubang bukaan)
Rock burst ringan pada batuan keras 5,00 - 10,0
Rock burst besar pada batuan keras 10,00 - 20,0
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
15
Tabel 2.8
Stress Reduction Factor (SRF) Untuk Kondisi (c)
Batuan mengembang, plastis, lunak di bawah tekanan insitu tinggi
Keterangan SRF
Batuan mengembang sedang dibawah tekanan tinggi 5,0 - 10,0
Batuan sangat mengembang di bawh tekanan tinggi 10,0 - 20,0
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
Tabel 2.9
Stress Reduction Factor (SRF) Untuk Kondisi (d)
Batuan mengembang, tingkat pengembangan batuan tergantung kandungan air
Keterangan SRF
Batuan mengembang sedang dibawah tekanan tinggi 5,0 - 10,0
Batuan sangat mengembang di bawah tekanan tinggi 10,0 - 20,0
Sumber : Z. T. Bieniawski, 1989.
16
D. Apa itu Q-system? Cari persamaan yang menghubungkan Q dan RMR !
Q-system adalah salah satu metode dalam ilmu geomekanika yang
digunakan untuk menentukan kekuatan pada massa batuan dengan cara
melakukan analisis langsung terhadap bidang-bidang diskontinu yang ada
pada massa batuan di lapangan. Nilai dari kekuatan pada massa batuan
ditentukan dengan besar nilai Q-nya, yaitu dengan rumus:
𝑹𝑸𝑫 𝑱𝒓 𝑱𝒘
𝑸= 𝒙 𝒙
𝑱𝒏 𝑱𝒂 𝑬𝑺𝑹
Persamaan yang menghubungkan nilai Q dan RMR dapat dilihat pada (Gambar
2.1) dibawah ini.
Gambar 2.1
Grafik Hubungan Antara Nilai Q dan RMR
17
E. Daftar Pustaka
Sumber yang digunakan dalam menyusun Tugas Mata Kuliah Geoteknik
ini adalah sebagai berikut:
1. Buku Geoteknik Tambang, Prof. Dr. Ir. Irwandi Arif, M.Sc.
2. Buku Mekanika Batuan, Dr. Ir. Made Astawa Rai & Dr. Ir. Suseno,
Kramadibrata, ITB.
3. http://fhendymining.blogspot.co.id/2011/11/penggunaan-klasifikasi-
batuan.html
18