Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi Stand-Up Time

Lauffer (1958) mengusulkan bahwa stand-up timeuntuk spantidak


disangga berhubungan dengan kualitas massa batuan, Klasifikasi Lauffer telah
dimodifikasi oleh banyak pihak, yang terpenting adalah modifikasi yang dilakukan
oleh Pacher et al. (1974).
Klasifikasi Pacher et al. ini sekarang menjadi bagian dari New Austrian
Tunnelling Method (NATM). Semakin besar span terowongan, semakin singkat waktu
yang harus digunakan untuk pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot
tunnelkecil mungkin saja dikonstruksi dengan penyangga minimal, sedangkan
terowongan dengan span yang lebih besar pada massa batuan yang sama mungkin
tidak mantap jika penyangga tidak seketika dipasang.

Penyesuaian Pembobotan Orientasi Bidang Diskontinuitas

Sangat Tidak
Jurus dan Kemiringan Mengun- Sangat tidak
Mengun- Sedang Mengun-
Orientasi Diskontinuitas tungkan Menguntungkan
tugkan tungkan

Terowongan 0 -2 -5 -10 -12

Pembobotan Pondasi 0 -2 -7 -15 -25

Lereng 0 -5 -25 -50 -60


Unit Pertambangan Emas Pongkor PT. Aneka Tambang Tbk. Bogor Jawa
Barat akan mengkonstruksi drift footwall 700 Ciurug. Kontruksi drift tersebut
berbentuk segiempat dengan sudut-sudutnya membundar. Panjang drift 90
m dengan geometri lubang bukaan 3 m x 3 m dengan data pada tabel
berikut ini.

Tabel 7.12. Data Massa Batuan dan Kondisi Geologi Unit Pertambangan Emas
Pongkor PT. Aneka Tambang Tbk. Bogor Jawa Barat

N
URAIAN ZONA I ZONA II ZONA III
O

1. Panjang drift 40 m 11 m 39 m
2. Jenis batuan Tufa breksi Andesit Tufa breksi
3. Kuat Tekan 36 MPa 72 MPa 36 MPa
batuan utuh
4. (UCS) 85,75 % 92,2 % 67,7 %
Kualitas Inti
5. Batuan (RQD) 150 mm 400 mm 300 mm
6. Spasi Rekahan Menerus, Sangat kasar, Agak kasar,
Kondisi agak kasar, tidak renggang <
Rekahan renggang, < 1 menerus, 1 mm dan
mm dan lapuk tidak lapuk
renggang dan
7. tidak lapuk
Kondisi Basah Basah
8. Airtanah Basah
Relatif tegak Relatif tegak
Orientasi lurus drift Relatif tegak lurus drift
Rakahan dengan arah lurus drift dengan arah
umum N 289o dengan arah umum
E/20o umum N 335o N346oE/22o
E/25o

Dari Tabel 7.12 terlihat bahwa dilakukan pembagian zona di sepanjang 90 m


drift. Pembagian zona ini berdasarkan perubahan jenis batuan yakni zona I
batuan tufa breksi, zona II batuan andesit dan Zona III dijumpai kembali
batuan tufa breksi. Dari ketiga zona ini akan dilakukan pembagian kelas dan
arti massa batuan. untuk merekomendasikan penyanggaan. Dengan
perubahan jenis batuan tersebut tentunya akan berubah kelas dan arti
massa batuan. Maka rekomendasi penyanggaan yang dibutuhkan juga tidak
akan sama pada masing-masing zona. Sehingga dapat memberikan
kontribusi nilai ekonomis dengan tidak mengabaikan aspek stabilitas
terowongan. Untuk masing-masing zona akan di analisis sebagai berikut.

Zona I
Zona I dengan panjang drift 40 m dan mempunyai batuan tufa breksi akan
dilakukan pembobotan berdasarkan Tabel 7.6 sampai Tabel 7.10. Untuk
mengetahui kelas dan arti massa batuan (Tabel 7.13)

Tabel 7.13. Pembobotan Data-Data Zona I

N PEMBOBOTAN
URAIAN ZONA I
O SISTEM RMR

1. Kuat Tekan 36 MPa 4


batuan utuh
(UCS)
2. 85,75 % 17
Kualitas Inti
Batuan (RQD)
3. 150 mm 8
Spasi Rekahan
4. Menerus, agak 25
Kondisi kasar, renggang, <
Rekahan 1 mm dan lapuk

5. Basah 7

6. Kondisi Relatif tegak lurus -2


Airtanah drift dengan arah
umum
Orientasi N 289o E/20o
Rakahan
Pembobotan Total
59

Dari pembobotan total 59 maka Kelas Massa Batuannya adalah Kelas III
dengan Batuan Sedang (lihat Tabel 7.9). Dan arti kelas massa batuannya
adalah ; stand-up time rata-rata 1 Minggu untuk span 5 m, kohesi sebesar
200 300 KPa dan sudut geser dalamnya sebesar 25o 35o (Tabel 7.10).
Zona II
Zona II dengan panjang drift 11 m dan mempunyai batuan andesit akan
dilakukan pembobotan berdasarkan Tabel 7.6 sampai Tabel 7.10. Untuk
mengetahui kelas dan arti massa batuan (Tabel 7.14)

Tabel 7.14. Pembobotan Data-Data Zona II

N PEMBOBOTAN
URAIAN ZONA II
O SISTEM RMR

1. Kuat Tekan 72 MPa 7


batuan utuh
(UCS)
2. 92,2 % 20
Kualitas Inti
Batuan (RQD)
3. 400 mm 10
Spasi Rekahan
4. Sangat kasar, tidak 30
Kondisi menerus, tidak
Rekahan renggang dan tidak
lapuk
5. 7
Basah
6. Kondisi -2
Airtanah Relatif tegak lurus
drift dengan arah
Orientasi umum
Rakahan N 335o E/25o
Pembobotan Total
72

Dari pembobotan total 70 maka Kelas Massa Batuannya adalah Kelas II


dengan Batuan Baik (lihat Tabel 7.9). Dan arti kelas massa batuannya
adalah ; stand-up time rata-rata 1 Tahun untuk span 10 m, kohesi sebesar
300 400 KPa dan sudut geser dalamnya sebesar 35o 45o (Tabel 7.10).
Zona III
Zona III dengan panjang drift 39 m dan mempunyai batuan tufa breksi akan
dilakukan pembobotan berdasarkan Tabel 7.6 sampai Tabel 7.10. Untuk
mengetahui kelas dan arti massa batuan (Tabel 7.15)

Tabel 7.15. Pembobotan Data-Data Zona III

N PEMBOBOTAN
URAIAN ZONA III
O SISTEM RMR

1. Kuat Tekan 36 MPa 4


batuan utuh
(UCS)
2. 67,7 % 13
Kualitas Inti
Batuan (RQD)
3. 300 mm 10
Spasi Rekahan
4. Agak kasar, 25
Kondisi renggang
Rekahan < 1 mm dan lapuk

5. 7
Basah
6. Kondisi -2
Airtanah Relatif tegak lurus
drift dengan arah
Orientasi umum N346oE/22o
Rakahan
Pembobotan Total
57

Dari pembobotan total 57 maka Kelas Massa Batuannya adalah Kelas III
dengan Batuan Sedang (lihat Tabel 6.9). Dan arti kelas massa batuannya
adalah ; stand-up time rata-rata 1 Minggu untuk span 5 m, kohesi sebesar
200 300 KPa dan sudut geser dalamnya sebesar 25o 35o (Tabel 7.10).

Anda mungkin juga menyukai