Oleh karena itu, sifat-sifat batuan utuh dan massa batuan harus diperhatikan
dalam penilaian kemampugalian suatu massa batuan. Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai karakteristik diskontinuiti, kecepatan rambat
seismik, velocity index (indeks kecepatan), dan klasifikasi massa batuan.
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 28
bidang diskontinuti perlu diketahui. Parameter yang dapat menunjukkan
kualitas massa batuan sebelum penggalian dilakukan adalah Rock Quality
Designation (RQD) yang dikembangkan oleh Deere (1964), yang datanya
diperoleh dari pemboran inti.
RQD dihitung dari persentase bor inti yang diperoleh dengan panjang
minimum 10 cm dan dihitung secara,
RQD = X 100%
Jumlah potongan bor inti yang diperoleh diukur pada rangkaian bor inti
sepanjang 2 m, dan potongan akibat penanganan pemboran harus
diabaikan dari perhitungan. Bor inti yang lembek dan tidak baik harus diberi
bobot RQD sama dengan nol (Bieniawski, 1989).
Bila bor inti tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung
dengan melakukan pengukuran orientasi dan jarak antar diskontinuiti pada
singkapan batuan. Priest & Hudson (1976) mengajukan sebuah persamaan
untuk menentukan RQD dari data scan-line sebagai berikut :
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 29
karena itu bila ada massa batuan tersingkap sehingga pengukuran bidang
diskontinuiti dapat dilakukan, RQD dapat diduga dengan beberapa
persamaan empirik.
Jarak pisah antar diskontinuiti atau kekar adalah jarak tegak lurus antara
dua bidang diskontinuiti yang berurutan sepanjang sebuah garis
pengamatan yang disebut scan-line dan dinyatakan sebagai "intact length".
Panjang scan-line minimum untuk pengukuran jarak diskontinuiti sekitar 50
kali jarak rata-rata diskontinuiti yang hendak diukur. Sedangkan menurut
ISRM (1981) panjang ini cukup sekitar 10 kali, tergantung kepada tujuan
pengukuruan scan-line-nya. Jarak diskontinuiti dan keterangannya menurut
Attewell (1993) dan diberikan pada Tabel 13.
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 30
Tabel 13. Klasifikasi jarak kekar menurut Attewell (Attewell, 1993)
Istilah strike & dip yang dipakai oleh para geologist adalah arah garis
horizontal pada bidang diskontinuiti yang tegak lurus terhadap kemiringan
bidangnya, dan sudut tegak ke bawah dari garis horizontal (Gambar 16).
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 31
ABC = Dip diskontinuiti Strike
Dip lereng
Bidang
A diskontinuiti
Arah dip lereng
Arah dip bidang
diskontinuiti
cleat batubara (orientasi cleat = 0 0) lebih kecil daripada arah tegak lurus
(0.22 MJ/bcm), seperti ditunjukkan dalam Tabel 14 dan Gambar 17.
Tabel 14. Pengaruh arah potong mesin gali terhadap Energi Spesifik
(Roxborough & Phillips, 1981)
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 32
= 0
= 45
= 90
Bidang rekahan
Cleat
= Sudut relative cleat ke arah gali pick
= 135
Gambar 17. Tipe rekahan pada cleat batubara (Roxborough & Phillips, 1981)
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 33
Metoda Seismik Refraksi sering dipakai untuk memperoleh kecepatan
rambat gelombang seismik di lapangan, dimana banyak orang menyatakan
bahwa kecepatan geombang ini dapat digunakan sebagai ukuran
kemampuan suatu buldoser untuk menggaru sebuah massa batuan. Metoda
ini sudah sering dipakai oleh perusahaan buldoser seperti Caterpillar dan
Komatsu. Penggunaan data gelombang seismik ini sering ditampilkan dalam
bentuk grafik batang (bar charts) seperti ditunjukkan pada Gambar 18.
GLACIAL TILL
BATUAN BEKU
Granite
Basalt
Trap rock
BATUAN SEDIMEN
Shale
Sandstone
Siltstone
Claystone
Conglomerate
Breccia
Caliche
Limestone
BATUAN METAMORF
Schist
Slate
BIJIH & MINERAL
Coal
Iron ore
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 34
Walaupun penggunaan data seismik untuk menganalisa penggalian
dianggap kurang dapat dipercaya, beberapa penelitian yang dilakukan pada
massa batuan yang relatif homogen menunjukkan hasil yang cukup akurat.
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 35
Gelombang tekan refraksi kritis akhirnya akan menjadi gelombang pertama
yang datang pada detektor dengan jarak X. Kemiringan atau gradien
hubungan nilai-nilai T-X memberikan kecepatan rambat gelombang dari
refraktor horizontal. Kedalaman refraktor ini dari permukaan dapat dihitung
dengan cara :
D1 =
Dimana,
T
0.25
0.20
0.15
V2
0.10
0.05 To V1
0.00
0 X
100 200 300 400
Jarak - m
Sumber energi
Permukaan S Gelombang
1 2 3 4 5 6 7 8
permukaan
Gelombang refraksi
Batuan lapuk
V1 (tanahan) = 500 m/s
Muka V2 (batuan) = 2000 m/s
gelombang
Batu ubahan
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 36
Material pengisi pada massa batuan sedimen sering sangat berbeda dan ini
sangat mempengaruhi kecepatan rambat gelombang seismik. Hal ini dapat
diterangkan deperti pada Gambar 20. Bentuk material pengisi, misalnya batu
pasir, berpotensi untuk memantulkan dan atau merefraksikan gelombang-
gelombang seismik. Karena material pengisi pada massa batuan ini
mempunyai bobot isi lebih besar daripada bobot isi massa batuannya, maka
kecepatan gelombang seismik yang melalui material pengisi akan lebih
cepat, dan akhirnya gelombang seismik ini akan tiba lebih dahulu daripada
gelombang permukaan.
Lubang bor
1 2 3
Gambar 20. Pengaruh material pengisi pada suatu massa batuan terhadap
kecepatan gelombang seismik.
Contoh uji seismik refraksi dapat diberikan dari pengalaman di Tambang Air
Laya yang dilaksanakan pada tahun 1994. Uji seismik ini dilakukan dengan
cara sederhana. Sumber energi dibangkitkan oleh pukulan palu 5 kg ke pelat
besi yang diletakkan di atas permukaan tanah. Waktu kedatangan
gelombang pertama pada berbagai posisi direkam oleh geofon yang ditanam
di permukaan tanah (lihat Gambar 21).
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 37
Gambar 21. Uji seismik refraksi pada Blok AL-2 di Tambang Air Laya
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 38
3. Values of first arrival time from forward and reverse measurements
(waktu kedatangan pertama dari pengukuran maju dan mundur).
4. Time-distance plot (grafik waktu - jarak).
5. Seismic wave velocities of layers detected (kecepatan gelombang
seismik lapisan yang dilalui).
6. Geological layer profile (profil lapisan geologi).
10
11
12
WAKTU - milidetik
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 39
Cetakan seismograph memberikan kecepatan seismik dari lapisan yang
dideteksi hasil pengukuran maju dan mundur. Metoda "q/2 Velocity" dipakai
untuk menghitung kecepatan rata-rata setiap lapisan. Metoda ini yang
memakai angka rata-rata waktu kedatangan pertama pada setiap geofon
hasil pengukuran maju dan mundur, cenderung untuk meng-smooth-out
ketidakaturan pada gelombang refraktor, yang kalau tidak, akan
mempengaruhi angka duga kecepatan.
Menurut contoh data di Blok Al-2 hasil pengukuran maju dan mundur (lihat
Tabel 15) lapisan ke-dua ditemukan pada kedalaman sekitar 0.6 hingga
0.8 m dibawah permukaan yang tampaknya merupakan lapisan tanah atau
lapisan lapuk.
Uji seismik lainnya yang lebih teliti daripada uji refraksi, adalah uji uphole
(Church, 1981). Sebuah lubang bor diperlukan untuk uji ini dan kecepatan
gelombang seismik ditentukan dengan cara mengukur waktu kedatangan
gelombang-gelombang P (primary or longitudinal) yang merambat ke atas,
paralel dengan dinding lubang bor, ke arah geofon di permukaan (lihat
Gambar 23).
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 40
Teknik yang disebut check shot dalam Gambar 36A dipakai untuk
menentukan kecepatan interval rata-rata dan hubungan waktu-kedalaman.
Hubungan waktu-kedalaman sering dipakai untuk perbandingan dengan
data dari uji seismik cara lainnya, seperti routine refraction dan metoda
refleksi. Sebaliknya, metoda vertical seismic profiling technique (VSP)
seperti pada Gambar 36B, kadang-kadang disebut juga sebagai Reverse
Seismic Profiling (RSP), yang membutuhkan banyak sumber energi dan
geofon memberikan peluang untuk melakukan teknik "VSP-Stack" dan teknik
penampakkan seksi geologi struktur dapat dibuat.
IV =
dimana :
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 41
Dd = Perbedaan jarak, m
Dt = Perbedaan waktu kedatangan, s
Bila geofon diletakkan pada jarak yang cukup berjauhan, gelombang seismik
dimungkinkan untuk merambat dengan jarak tempuh yang lebih jauh
sehingga berkemungkinan untuk menemukan bidang diskontinuiti dimana
gelombang akan dipantulkan atau dan direfraksikan (lihat Gambar 24).
Dalam upaya mengoptimalkan uji seismik lapangan, uji up-hole seismik
dapat dilakukan dengan memakai sejumlah banyak geofon (± 12) yang
diletakkan dengan jarak antara sekitar 20 - 40 cm.
Geofon
Detonator
Gelombang bias
Batuan lunak Gelombang pantul
Batuan keras
Lubang bor
Gabungan antara sifat dinamik batuan utuh dan sifat dinamik massa batuan
akan memberikan beberapa indeks yang berguna untuk menganalisa
kemampugalian.
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 42
diskontinuiti ini dapat diperhitungkan, Knill (1970) mengusulkan penggunaan
sebuah nisbah antara kecepatan gelombang seismik longitudinal, yang
diukur di lapangan, (VF atau V2) dengan kecepatan gelombang sonik yang
diukur di laboratorium (VLab) sebagai indeks kualitas massa batuan
(F = VF/VLab) dan Fraktur Indeks.
Kecepatan (F2).
F2 = []2
Tabel 16. Indeks Kecepatan dan kualitas massa batuan (Attewell, 1993)
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 43
Tabel 17. Indeks Fraktur dan jarak kekar (Braybrooke, 1988)
Indeks Fraktur (VF/VLab) 0.0 - 0.2 0.2 - 0.4 0.4 - 0.6 0.6 - 0.8 0.8 - 1.0
Frequensi diskontinuiti/m > 15 15 - 8 8-5 5-1 <1
Spasi diskontinuiti, m (Bell, 1983) 0.07 0.07 - 0.125 0.125 - 0.2 0.2 - 1 >1
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 44
Pada hakekatnya suatu klasifikasi massa batuan dibuat untuk memenuhi
hal-hal berikut ini (Bieniawski, 1989) :
Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai
Geomechanics Classification, dibuat oleh Bieniawski (1973). Klasifikasi ini
telah dimodifikasi berulang kali begitu informasi baru dari studi-studi kasus
diperoleh dan menjadikannya sesuai dengan International Standard dan
prosedur. RMR terdiri dari 6 parameter utama untuk membagi massa batuan
(lihat Tabel 19) :
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 45
Tabel 19. Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989)
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 46
D. Arti kelas massa batuan
No. Kelas I II III IV V
Stand up time rata-rata 20 th. utk 1 th. utk 1 mgg utk 10 jam utk 30 min utk
15 m span 10 m span 5 m span 2.5 m span 1 m span
Kohesi massa batuan > 400 300 - 400 200 - 300 100 - 200 < 100
(kPa)
Sudut gesek dalam > 450 35 0- 450 25 0- 350 150 - 250 < 15
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 47
Stepped
rough
I
smooth
II
slickensided
III
rough Undulating
IV
smooth
V
slickensided
VI
rough Planar
VII
smooth
VIII
slickensided
IX
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 48
Tabel 20. Pengaruh orientasi strike dan dip diskontinuiti dalam pembuatan
terowongan dan penggalian
(Bieniawski, 1989 dan Fowell & Johnson, 1991)
2 Koreksi orientasi untuk penggalian dengan RMR (Fowell & Johnson, 1991)
Kelas Batuan I II III IV V
Orientasi jurus & Sangat mengun- Tidak mengun- Sedang Mengun- Sangat mengun-
kemiringan tungkan tungkan tungkan tungkan
Bobot untuk -12 -10 -5 -2 0
penggalian
RQD
Jumlah set kekar
Kekasaran kekar atau diskontinuiti utama
Derajat alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah
Aliran air
Faktor reduksi tegangan
dan pembobotan total dari kualitas massa batuan ini ditulis menurut,
Q=
dimana :
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 49
Keenam parameter tersebut di kelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok
nisbah dalam upaya untuk menyatakan kualitas total massa batuan :
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 50
Tabel 21. Deskripsi dan nilai Q-Sistem (Barton et al, 1974)
A. Very poor 0 - 25
B. Poor 25 - 50
C. Fair 50 - 75
D. Good 75 - 90
E. Excellent 90 -100
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 51
4. Joint Alteration Number
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 52
5. Stress Reduction Factor `SRF
Note :
(i) Reduce these SRF values by 25-50% if the relevant shear zones only influence but do
not intersect the excavation
(ii) For strongly anisotropic stress field (if measured ) : when 5 < 1/3 < 10, reduce c and
t to 0.8 sc and 0.8 t; when 1/3 > 10, reduce c and t to 0.6 c and 0.6 t (where
c = UCS and t = tensile strength (point load), 1 and 3 = major and minor principal
stresses)
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 53
6. Joint Water Reduction Factor
Jw Approximate water
pressure (kg/cm2)
Note :
(i) Factors C-F are crude estimates. Increase Jw if drainage measures are installed.
(ii) Special problems caused by ice formation are not considered.
_________________________________________________________________
____
a After Barton et.al (1974)
b Nominal
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 54
DAFTAR PUSTAKA
3. Braybrooke, J.C., “The State of the Art of Rock Cuttability and Rippability
Prediction”, Proceedings of 5th ANZ Geomechanics Conference,
Sydney, 1988.
Karakteristik Material Utuh dan Massa Batuan yang Mempengaruhi Kinerja Penggalian - 55