BENCH BLASTING
Dr. Eng. Purwanto, ST., MT.
LBE GEOMEKANIK
MINING ENGINEERING DEPT.
BENCH BLASTING
▪ Mekanisme pecahnya batuan pada peledakan
▪ TERMINOLOGI PELEDAKAN JENJANG
GEOMETRI PELEDAKAN JENJANG
▪ GEOMETRI PELEDAKAN JENJANG
▪ POWDER FACTOR
TERMINOLOGI PELEDAKAN JENJANG
B α B
T T
B
H H
L
L PC
PC
J J
Apabila peledakan dilakukan pada batuan yang bukan standar dengan menggunakan
bahan peledak yang bukan standar, maka perlu dilakukan pengaturan kembali harga
KB (nisbah burden yang telah dikoreksi)
JARAK ANTAR LUBANG TEMBAK DALAM SATU BARIS dan DIUKUR SEJAJAR dengan BIDANG
BEBAS.
▪ Spasi tergantung pada burden, kedalaman lubang tembak, letak primer, delay &
arah umum struktur batuan.
▪ Nisbah spasi tergantung pada waktu penyalaan peledakan & PERBANDINGAN BURDEN (B) DGN
TINGGI JENJANG (L).
▪ Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
hasil peledakan terlalu hancur.
▪ Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan akan menyebabkan banyak
terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) diantara dua lubang tembak
setelah peledakan.
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing
adalah sebagai berikut :
– Peledakan serentak, S = 2 B
– Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S = B
– Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1 B hingga 2 B
– Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 B - 1,8 B
– Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang tembak dalam
baris yang sama, S = 1,15 B
STEMMING (T)
𝑻 = 𝑲𝑻 × 𝑩
KT = Koreksi Steeming; B = Lebar Burden; T = Panjang Stemming
▪ Stemming ratio (KT), yaitu perbandingan panjang stemming dengan
burden.
▪ Biasanya KT standar yang dipakai 0,70 – 1,0 dan ini cukup untuk
mengontrol airblast, flyrock dan stress balance.
Ada dua hal yang berhubungan dengan
stemming yaitu
1. Panjang Stemming
Apabila peledakan menerapkan stemming yang terlalu pendek, maka akan
mengakibatkan
– pecahnya energi ledakan terlalu mudah mencapai bidang bebas sebelah atas
sehingga menimbulkan batuan terbang dan energi yang menekan batuan tidak
maksimal,
– fragmentasi batuan hasil peledakan secara keseluruhan kurang baik.
– jenjang yang terbentuk juga akan timbul retakan yang melewati batas jenjang
(overbreak).
Kj = J/B
J = Subdrilling (ft)
Pada peledakan lapisan penutup diatas lapisan batubara tidak diperlukan subdrilling, tetapi justru
harus diberi jarak antara ujung lubang tembak degan lapisan batubara yg disebut degan standoff,
maksudnya untuk menghindari penghancuran batubara akibat peledakan & diharapkan batubara
yg tergali akan bersih.
SUBDRILLING (J)
H = Kh . B
Menurut R.L. Ash, kedalaman lubang ledak berdasarkan pada hole depth ratio
(Kh) yang harganya berkisar antara 1,5 – 4,0.
KEDALAMAN LUBANG TEMBAK (H)
Kh = H/B………….(Stiffness Ratio)
PC = H – T
• Semakin besar diameter lubang ledak maka akan semakin besar jarak burden, karena
dengan diameter lubang ledak yang semakin besar maka bahan peledak yang
digunakan akan semakin banyak pada setiap lubangnya sehingga akan menghasilkan
energi ledakan yang semakin besar.
• Sedangkan apabila densitas batuannya yang semakin besar, maka agar energi
ledakan berkontraksi maksimal dilakukan dengan memperkecil ukuran burden,
sehingga fragmentasi batuan yang dihasilkan akan baik. Sedangkan struktur geologi
batuan digunakan sebagai faktor koreksi pada penentuan burden.
▪ Untuk faktor koreksi berdasarkan geologi batuan dapat dibagi
kedalam 2 konstanta yaitu Kd yang merupakan koreksi terhadap
posisi lapisan batuan dan Ks yaitu koreksi terhadap struktur geologi
KOREKSI
GEOLOGI
Penentuan panjang burden berdasarkan
rumusan Konya
Perhitungan koreksi burden digunakan
rumusan
B2 = Kd x Ks x Kr x B1
Untuk tinggi jenjang rendah (low benches) Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)
𝐾 + 2𝐵 𝐾 = 4𝐵 𝑆 = 2B
𝐾 < 4𝐵 𝑆=
3
Untuk tinggi jenjang rendah (low benches) Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)
𝐾 < 4𝐵 𝐾 + 7𝐵 𝐾 = 4𝐵 𝑆 = 1,4B
𝑆=
8
Tahapan Inisiasi & Waktu Tunda
Pola penyalaan adalah suatu urutan waktu peledakan antara lubang bor dalam
satu baris dan antara baris yang satu dengan yang lainnya.
Pola penyalaan beruntun dalam satu baris adalah: Pola penyalaan serentak dalam satu baris
tetapi beruntun antara baris satu dengan baris lainnya
Tr = TR x B
Tr = waktu tunda antar baris (ms)
TR = waktu konstanta antar baris.
B = burden (m).
Pengaruh Waktu Tunda Terhadap
Kondisi Tumpukan
PENENTUAN JUMLAH LUBANG TEMBAK
VOLUME BATUAN = A×L
= nB ×Pj ×L Pj
B B
Berat Batuan
=
dr B B
W L
Pj =
jumlah row ×B×L×dr
PENENTUAN JUMLAH LUBANG TEMBAK
𝑃𝑗 − 2𝐵
𝑁= + 2 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠
𝑆
Pj1 = (2B) + ((NTIA PROW -1)x s)
W1 = A x L x dr = Pj1 x (2 B) x L x dr
Powder Factor
Powder factor (PF) menunjukkan jumlah BAHAN PELEDAK (KG)
YANG DIPAKAI UNTUK MEMPEROLEH SATU SATUAN
VOLUME ATAU BERAT FRAGMENTASI PELEDAKAN, jadi
satuannya biasa kg/m³ atau kg/ton. Pemanfaatan PF cenderung
mengarah pada nilai ekonomis suatu proses peledakan karena
berkaitan dengan harga bahan peledak yang digunakan dan perolehan
fragmentasi peledakan yang akan dijual
Menghitung volume yang akan
diledakkan
Prinsip volume yang akan diledakkan adalah PERKALIAN BURDEN
(B), SPASI (S) DAN TINGGI JENJANG (H) YANG
HASILNYA BERUPA BALOK dan BUKAN volume yang telah
TERBERAI oleh proses peledakan. Volume tersebut dinamakan volume
padat (SOLID ATAU INSITU ATAU BANK), sedangkan volume
yang telah terberai disebut volume lepas (LOOSE). Konversi dari volume padat
ke volume lepas menggunakan faktor berai ATAU SWELL FACTOR,
yaitu suatu faktor peubah.
HUBUNGAN SF, Vs, VL
𝑾=𝑽 × 𝝆
di mana ρ adalah densitas batuan. Perlu diingat bahwa berat
hasil peledakan baik dalam volume padat maupun volume
lepas bernilai sama, tetapi densitasnya berbeda, di mana
densitas pada kondisi lepas akan lebih kecil dibanding padat.
Densitas Pengisian
Densitas pengisian (loading density), yaitu jumlah bahan peledak setiap
meter kedalaman kolom lubang ledak. Densitas pengisian digunakan
untuk menghitung jumlah bahan peledak yang diperlukan setiap kali
peledakan. Secara matematis ditulis sebagai:
𝑾𝒉𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌 = 𝑷𝑪 × 𝝆𝒅
𝑾𝒕𝒐𝒕 𝒉𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌 = 𝒏 × 𝑷𝑪 × 𝝆𝒅
di mana n adalah jumlah seluruh lubang ledak.
Menghitung Powder Factor
Powder factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bahan
peledak yang dipakai dengan volume peledakan, jadi satuannya kg/m³.
Karena volume peledakan dapat pula dikonversi dengan berat, maka
pernyataan PF bisa pula menjadi jumlah bahan peledak yang
digunakan dibagi berat peledakan atau kg/ton. Volume peledakan
merupakan perkalian dari B x S x H, jadi:
𝑾𝒉𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌
PF=
𝑩×𝑺×𝑯
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PENETAPAN NILAI PF
Faktor Teknis
Faktor K3
Faktor Lingkungan
EFEK PELEDAKAN