Anda di halaman 1dari 20

A.

Judul
ANALISIS PELEDAKAN TERKENDALI (CONTROL BLASTING) UNTUK
MEMINIMALKAN GROUND VIBRATION PT. KIDECO JAYA AGUNG,
MINESITE BATUKAJANG, KALIMANTAN TIMUR
B. Alasan Pemilihan Judul
PT Kideco Jaya Agung memiliki wilayah kontrak pertambangan yang mencakup
empat desa di Kabupaten Pasir, yaitu; desa Samurangau, Biu, Rantau Bintongon
and Legai (atau disingkat Sabiral).
Dilihat dari luasnya daerah wilayah kontrak penambangan yang mencangkup
empat desa, maka akan sangat rentan sekali terjadi konflik dengan masyarakat
setempat akibat kegiatan pertambangan. Salah satunya adalah efek peledakan, blast
vibration.
Penggalian yang menggunakan peledakan akan berdampak terhadap kesetabilan
lereng penggalian, dan faktor yang paling berpengaruh adalah akibat perubahan
gaya yang ditimbulkan dari getaran peledakan ( blasting vibration ) akibat kegiatan
peledakan untuk pembongkaran batuan tersebut.
Blast vibration yang berlebihan dapat menyebabkan getaran tanah (ground
vibration), sehingga dampaknya akan merusak properti perusahaan yang berada di
dekat lokasi penambangan yang akan diledakan. Selain itu juga dapat getaran tanah
dapat dirasakan sampai kerumah penduduk disekitar areal penambangan apabila
desain peledakannya kurang sempurna.
Oleh karena itu perlu diupayakan suatu usaha mendesain peledakan yang
terkendali atau lebih dikenal control blasting untuk dapat meminimalkan ground
viblasting yang terjadi.
C. Perumusan Masalah
Masalah yang mungkin dihadapi :
1. Apakah desain peledakan yang telah diterapkan sudah cukup efektif untuk
meminimal ground vibration tanpa harus mengganggu target produksi yang
direncanakan perusahaan.

2. Seberapa besar pengaruh blasting vibration terhadap kestabilan lerang dan


bagaimana desain peledakan yang baik sehingga dapat menghindari terjadinya
kelongsoran lereng.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian di PT. Kideco Jaya Agung adalah : untuk
menganalisis ground vibration yang terjadi akibat kegiatan peledakan sehingga dapat
merancang suatu desain peledakan terkendali control vibration untuk meminimalkan
ground vibration yang dihasilkan.
Diharapkan dengan merancang suatu desain peledakan terkendali dapat
menghindari terjadinya kecelekaan di PT. Kideco Jaya Agung akibat terjadinya
kelongsoran lereng selain itu juga untuk menghindari terhambatnya produksi akibat
gangguan dari ground vibration tersebut.
E. Dasar Teori
Getaran Tanah ( Ground Vibration )
Kemantapan lereng dalam suatu pekerjaan yang melibatkan kegiatan penggalian
ataupun penimbunan merupakan masalah yang penting,karena hal tersebut
menyangkut masalah keselamatan pekerja, peralatan serta bangunan yang berada di
sekitar daerah tersebut. Dalam pekerjaan penambangan dengan metode tambang
terbuka, lereng yang tidak mantap akan menganggu kelancaran produksi.
Pada kegiatan yang menggunakan cara peledakan maka getaran tanah ( ground
vibration ) yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan tersebut akan mengakibatkan
terganggunya distribusi tegangan batuan atau tanah yang sebelumnya berada dalam
kondisi mantap. Dampak yang paling berbahaya adalah terganggunya kesetabilan
lereng penggalian yang pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kelongsoran
lereng (slope failure ).
Untuk mengetahui seberapa besar ground vibration yang diakibatkan oleh
kegiatan peledakan, maka George Berta dalam Eksplosive : an Engineering tool,
1990, menjelaskan secara terperinci mengenai perhitungan ground vibration yaitu
dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain adalah :

1. Faktor Impedansi ( )
Faktor impedansi dapat di definisikan sebagai berikut :
= 1 -

(c r ) 2
(c r ) 2

Dimana : Ic = Impedansi bahan peledak


Ir = Impedansi batuan
Jika impedansi batuan mendekati impedansi bahan peledak maka faktor
impedansi akan mendekati harga 1, tetapi pada umumnya selalu lebih kecil dari 1 ,
ini artinya bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan diteruskan pada batuan.
2. Faktor Coupling ( 2 )
Besarnya coupling ratio ini akan menurunkan tekanan gas hasil peledakan yang
dengan sendirinya akan memperkecil energi yang diteruskan oleh batuan.
Faktor Coupling dapat dinyatakan sebagai berikut :
2 = e

f / c

1
(e 1)

Dimana :
f = Diameter lubang ledak
c = Diameter bahan peledak
e = Diambil sebesar 2,72 yaitu limn-~ ( 1 + 1/n )n
Dengan persamaan diatas, maka secara matematis 2 akan mendekati harga 1
jika c mendekati harga f dan 2 akan turun dengan besarnya coupling ratio.
Pemanfaatan fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari coupling ratio dalam
teknologi peledakan dikenal dengan istilah

decoupling , yaitu dengan

meningkatkan coupling ratio atau dengan kata lain menggunakan cartridge dengan
diameter yang lebih kecil dari diameter lubang tembak.
3. Faktor Perubahan ( 3 )
Faktor perubahan ini adalah menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan
peledak yang diubah menjadi getaran, yang diperkirakan sebesar 40 %. Jadi

besarnya faktor perubahan ( 3 ) adalah 0,40 jika peledakan dilakukan di udara


terbuka dan ( 3 ) kurang dari 0,40 jika peledakan dilakukan jauh di dalam tanah.
4. Kelompok Batuan
Kelompok dari tiap-tiap batuan ini dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan
karakteristik atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut, yaitu batu pasir dan
kerikil, aluvial kompak, batuan keras dan batuan keras yang kompak. Dari faktorfaktor tersebut diatas dan beberapa penelitian telah dilakukan dalam usaha
menentukan hubungan antara faktor-faktor tersebut diatas dan beberapa penelitian
telah dilakukan dalam usaha menentukan hubungan antara faktor-faktor tersebut
dngan tingkat getaran adalah sebagai berikut :
V=

Q
R

1 x 2 x 3 xx10 6
5K f x log Rxx r xC

Dimana :
V = Getaran tanah ( m/s )
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan ( Kg )
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju ( m )
= Faktor impedansi
2 = Faktor coupling
3 = Faktor perubahan
= Energi per unit massa bahan peledak ( Mj/Kg )
r = Densitas batuan ( Kg/m3 )
C = Kecepatan seismik ( m/s )
Kf = Tipe kelompok batuan
5. Frekuensi
Frekuensi disini adalah untuk menentukan besarnya perambatan gelombang
pada batuan. Besarnya frekuensi tergantung dari tipe kelompok batuan yang
dirambatinya, besarnya frekuensi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
f = ( Kf log R )-1
Dimana :

f = Frekunsi ( Hz )

Kf = Tipe kelompo batuan


R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju
Peledakan Terkendali ( control blasting )
Tujuan dari overbreak control adaah untuk mencapai dinding yang stabil dengan
meminimalisisr kerusakan akibat produksi peledakan pada batas akhir penggalian.
Kadang, tujuan keduanya adalah untuk mencapai dinding penggalian yang rata dan
menarik. Beberapa teknik pemboran dan peledakan telah dibuat untuk mengontrol
peledakan dalam rangka memenuhi tujuan tersebut ( Mc Kown, 1984; Floyd, 1998 )
termasuk :
1. Modified production blasting
2. Presplit blasting
3. trim ( chusion ) blasting
4. Line Drilling
Dua aspek yang harus di pertimbangkan dalam merancang dinding akhir
penggalian untuk memenuhi teknik kontrol peledakan atau kombinasi dari beberapa
teknik tersebut untuk pekerjaan tertentu yaitu :
1. Mendefinisikan/menggambarkan karakteristik kerusakan batuan
2. Membuat prosedur untuk mendesain peledakan yang akan meminimalisir
kerusakan batuan tanpa berdampak serius terhadap produksi
1. Modifikasi peledakan untuk produksi
Dalam modifikasi peledakan untuk produksi, tingkatan dari energi dari dinding
yang bersebelahan akan menurun untuk mengurangi terjadinya overbreak.
Penurunan energi ini kadang tercapai untuk batuan yang

kompeten dengan

mengurangi berat isian bahan peledak pada baris yang terdekat dengan lereng sekitar
30 60 % ( Floyd, 1998 ). Keuntungan utama dari teknik modifikasi peledakan
produksi adalah hanya memerlukan sedikit perubahan perencanaan. Kerugian
utamanya adalah bahwa dinding batuan dinding batuan tidak terlindungi dari crack
dilatation, gas penetrasion dan block heaving ( Floyd, 1998 ).

Isian dikurangi dan


subdriling pada garis
akhir

Gambar 1.
Modifikasi peledakan untuk produksi
2. Presplit Blasting
Presplit menggunakan bahan peledak ringan, spasi lubang bor yang rapat dan
diledakan sebelum peledakan produksi untuk membentuk bidang rekahan dimana
rekahan radialnya dapat menahan pergerakan dari peledakan produksi ( Konya ,
1995 ). Sebagai keuntungan keduanya adalah rekahan bidangnya dapat terbentuk
dengan rata.
Kegiatan presplit dilakukan sebelum penyalaan peledakan produksi dan untuk
semua tujuan pelatihan jarak dari burden adalah tanpa batas. Meskipun dalam
aturannya baris dari presplit biasanya terletak sekitar 0,5 0,8 B di belakang baris
peledakan produksi, dimana B adalah burden dari peledakan produksi.
Perkiraan muatan bahan peledak per meter dari tiap kedalaman lubang bor
presplit yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada dinding penggalian tetapi
akan akan menghasilkan tekanan yang cukup untuk menyebabkan terjadinya
splitting ,. Untuk menentukan besarnya muatan bahan peledak dapat digunakan
persamaan berikut (Konya, 1995) :
Dh2
Dec =
12,14

Dimana : Dec = Muatan bahan peledak ( gr/m )


Dh = Diameter lubang yang kosong ( mm )

Jika perkiraan muatan bahan peledak tersebut digunakan maka spasi antar
lubang bor presplit dapat diperkirakan sbb :
100 Dh < S < 14 Dh
Metode lain yang dapat menentukan jarak spasi antara lubang bor presplit adalah
didasarkan atas tebal dinding lingkaran tekanan ( Gb. 2 ).untuk lingkaran tekanan
dengan jari-jari luar tanpa batas, tegangan radial dan tegangan tangensial dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut ( Jagger and Cook, 1979 ) :
r = o + ( pi - o )

a2
r2

= o - ( pi - o )

a2
r2

Dimana :
r = Tegangan radial, ( MPa )
= Tegangan tangensial ( Mpa )
o = Tegangan insitu ( MPa )
pi = Tekanan antar lubang bor ( Mpa )
a = Jari-jari lubang bor ( m )
r = jarak dari pusat lubang bor ke titik yang diinginkan/titik amat ( m )

Gambar 2
Presplit blasting

3. Trim ( cushion ) Blasting


Trim blasting merupakan teknik kontrol peledakan yang digunakan untuk
membersihkan dinding akhir penggalian setelah peledakan produksi yang telah
dilakukan ( Konya,1995 ). Tujuan dilakukannya trim blasting adalah untuk
meciptakan dinding akhir penggalian yang menarik/rata dan untuk meningkatkan
kesetabilan dinding akhir penggalian dengan cara memindahkan loose material yang
disebabkan oleh overbreak dari peledakan produksi.
Untuk satu baris trim blasting diledakan setelah peledakan produksi, berdasarkan
rancangan umum maka persamaan persamaan di bawah ini dapat digunakan sama
dengan perkiraan muatan bahan peledak per unit kedalaman lubang ledak yang telah
dikemukakan di awal untuk prespliting ( Konya, 1995 ) :
S = 16 Dh
B > 1.3 S
Dimana : S
B

= Spasi ( mm )
= Burden ( jarak ke peledakan produksi ) ( mm )

Dh = Diameter lubang bor ( mm )

Gambar 3
Desain umum dari trim blasting memanfaatkan pemboran produksi
4. Line Drilling

Line drilling merupakan salah satu teknik kontrol peledakan, bukan merupakan
teknik peledakan. Line drilling menggunakan menggunakan satu baris lubang bor
yang tidak di isi dengan bahan peledak dengan spasi yang rapat ( lihat Gambar 4 ).

Gambar 5
Gambaran mengenai lubang line drilling:
( A ) Detonasi pada lubang bor produksi yang berdekatan dengan lubang line
drilling;
( B ) Tegangan pada lubang line drilling akibat detonasi dari lubang ledak

Gambar 4
Pola yang khas dari line drilling yang telah digunakan
hubungannya dengan peledakan produksi

Batasan pendekatan perencanaan kontrol


Bahaya akibat peledakan terhadap struktur permukaan ataupun bawah tanah
berhubungan dengan kecepatan partikel yang dihasilkan oleh peledakan. Teknik
rancangan telah didiskusikan untuk menghasilkan pendekatan yang sama terhadap
bahaya yang ditimbulkan terhadap massa batuan. Teknik tersebut dihasilkan untuk
memperhitungkan kecepatan partikel yang dihasilkan oleh titik-titik di sekitar isian
bahan peledak ( Charge ). Untuk membandingkan kecepatan partikel yang didasarkan
atas kriteria bahaya akan menghasilka luas bahaya yang ditimbulkan.

Pendekatan yang dilakukan diantaranya adalah :


Pendekatan yang digunakan di Swedia

Langkah pertama dalam proses mengevaluasi luas bahaya batuan adalah untuk
menghitung kecepatan partikel. Gambar 6. merupakan diagram yang menjelaskan
bench dengan orientasi sistem koordinat ( R,Z ) seperti yang terlihat. Panjang dari
charge keseluruhan adalah ( L ) yang dibagi kedalam bagian yang lebih kecil dengan
panjang z ( Gb. 6.6. ). Charge memiliki berat per panjang ( q ), Setiap panjang
zmenghasilakan berat sebesar W
W = q . z

. ( 10 . 1 )

Dimana : q = konsentrasi charge ( Kg/m )


z = Pembagian tiap panjang isian ( m )
Persamaan umum dari kecepatan partikel sebagai fungsi dari berat ( W ) dan jarak
( R ) dari pusat lingkaran charge dapat dijelaskan sebagai berikut :
V=K

W
( 10 . 2 )
R

Dimana : K, , , = onstanta yang diberikan untuk bahan peledak


R = Jarak dari titik amat ( ro , zo ) ke pusat ( r , z ) charge

R = r r0 2 z z 0 2

1/ 2

. ( 10 . 3 )

Persamaan ini digunakan untuk tiap-tiap konsentrasi panjang charge (z)


dibandingkan terhadap jarak R. Bentuk lain dari persamaan (10.2) menjadi :
dV =

K ( qdz )
.. ( 10 . 4 )
R

Dengan mensubtitusika persamaan (10.3) ke dalam persamaan (10.4 ) maka


diperoleh :
dV = K

(r r )
0

(qdz )
2

( z z0 ) 2

/2

dV = K

qdz

(r r ) 2 ( z z ) 2
0
0

/ 2

. ( 10 . 5 )

Untuk memperoleh pengaruh keseluruhan dari titik amat (ro,zo), kita harus
menjumlahkan pengaruh tiap-tiap titik sepanjang isian ( charge ). Hal tersebut dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
Pertama : untuk menghitung kontribusi dari tiap titik yang berdekatan dari tiap-tiap
increment. Kontribusi tersebut tidak datang pada saat yang bersamaan dan
oleh karenanya hal tersebut akan diperlukan dalam perhitungan. Lagipula
karena kontribusi tersebut datang dari arah yang berbeda , kita perlu untuk
menyelesaikan kontribusi total dari increment kedalam vektor kemudian
menjumlahkannya.
Kedua : Penyederhanaan diperlukan untuk :
-

Mengabaikan pebedaan waktu kedatangan dari tiap incremen charge


yang berbeda untuk tiap titik yang berdekatan.

Menggunakan amplitudo maksimum yang datang dari tiap-tiap increment


tanpa memperhatikan arah kedatangan.

Dengan cara ini kita akan menghitung kemungkinan aplitudo maksimum pada
titik tersebut. Di bawah ini merupaka pendekatan yang dilakukan oleh
Holmberg&Persson (1978). Dengan melakukan pendekatan ini kontribusi total dari
charge increment dapat diperoleh dengan penggabunga persamaan yang sederhana
( 10 . 5 ) dari keseluruhan panjang isian ( charge ).

Gambar 6
Penamaan yang digunakan untuk rancangan di swedia ( Holmberg & Prsson)

Seperti yang terlihat dari gambar 6 puncak dari charge adalah :


z1 = T ( ujung dari steamming )
dan ujungnya adalah
z2 = H + J ( ujung dari subdrilling )
Dengan menggabungkan persamaan (10.5) diperoleh :

H j

V=K q

(r r )

dz
2

( z z0 ) 2

/ 2

( 10 . 6 )

Hal tersebut dapat diselesaikan secara numerik untuk beberapa nilai dan yang
diberikan.Untuk kondisi khusus persamaan (10.2) adalah

R
1/ 2
W

V = K
7)

( 10 .

Dengan membandingkan persamaan (10.2) dan (10.7) terlihat bahwa kedua


persamaan tersebut hampir sama untuk kondisi khusus ketika = /2 , maka
persamaan (10.6 ) menjadi :

H J

V= K q

dz
2
2
(r r0 ) ( z z 0 )

( 10 . 8 )

Yang mana dapat dihitung langsung dengan hasil :

V=K

q 1 H J _ z0 1 T z0
tan tan
r0 r0 r r0

. ( 10 . 9 )

Sudut yang sesuai dengan fungsi arc tan dihasilkan dalam bentuk radian. Hal tersebut
akan diasumsikan bahwa charge terletak sepanjang sumbu z, dan r = 0 , maka
persamaan (10.9) menjadi :

V=K

q 1 H J _ z0 1 T z0
tan tan
r0 r0 r0

....( 10 . 10 )

Untuk melakukan perhitungan, dengan geometri bench yang khas dapat digunakan
persamaan :

T z0
1 H J z 0
tan 1
.( 10 . 11 )
F = tan
r0

r0

Dengan mensubtitusikan nilai H, J, dan T ke dalam burden maka persamaan ( 10.11 )


diatas dapat diselesaikan. Kita dapat menghasilkan nilai F dalam radian dengan
mesubtitusikan titik amat yang akan kita hitung kedalam bentuk burden. Nilai F
harus dihasilka dalam bentuk radian.
Untuk menghasilkan kecepatan partikel pada titik amat maka kita harus terlebih
dahul mengetahui diameter lubang ledak, densitas charge dan menentukan koordinat
titik amat. Kecepatan partikel yang dihasilkan untuk tiap-tiap titik dapat dicari
dengan menggunakan persamaan :
q

xF r , z
V=K
r
0

....( 10 . 12 )

Hasil perhitungan kecepatan partikel ( V ) untuk tiap-tiap titik amat dapat ditabelkan
dan kemudian dapat digunakan untuk membuat kontur iso-velocity. Dengan melihat
kontur iso-velocity maka kita dapat menentukan daerah mana saja yang memerlukan
perlakuan khusus dalam melakukan pembongkaran batuan dengan menggunakan
peledakan. Dengan didasarkan atas niali peak particle velocity ( V ) kita juga dapat
menentukan daerah mana saja yang tidak berbahaya ataupun berbahaya sehingga
perlu dilakukan peledakan terkendali.
F. Rencana Kegiatan
BULAN
MINGGU
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan data
Pengolahan data
Penyusunan draft

FEBRUARI
2004
I

II

III

APRIL

MARET
2004
IV

II

III

IV

2004
II III

IV

I. Rencana Daftar Isi


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BAB
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah
A. Topografi dan Geologi
B. Iklim
C. Kegiatan Penambangan
III. DASAR TEORI
IV. PELEDAKAN TERKENDALI
A. Sifat Sifat Batuan
B. Kondisi Daerah
C. Teknik Peledakan terkendali
1.

Modifikasi peledakan produksi

2.

Presplit blasting

3.

Trim blasting

4.

Line driling

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

H. Daftar Pustaka
1.

Jimeno, Carlos L, Drilling and Blasting of Rock AA Bakema, Rotterdam, 1995

2.

Koesnaryo S, Bahan Peledak dan Metode Peledakan Fakultas Tambang UPN


Veteran Yogyakarta, 1988

3.

Naapuri, J, Handbook of Surface Drilling and Blasting, Tamrock, Finland,


1989

ANALISIS PELEDAKAN TERKENDALI (CONTROL BLASTING) UNTUK


MEMINIMALKAN GROUND VIBRATION PT. KIDECO JAYA AGUNG,
MINESITE BATUKAJANG, KALIMANTAN TIMUR

Proposal Tugas Akhir

Oleh :
Ramadhanu Rachman
112000022/TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2004
ANALISIS PELEDAKAN TERKENDALI (CONTROL BLASTING) UNTUK
MEMINIMALKAN GROUND VIBRATION PT. KIDECO JAYA AGUNG,
MINESITE BATUKAJANG, KALIMANTAN TIMUR

Proposal Tugas Akhir


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Tugas Akhir
Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :
Ramadhanu Rachman
112000022 / TA

Mengetahui :

Dosen Wali

(Ir.Gunawan Nusanto, MT)

Anda mungkin juga menyukai