Anda di halaman 1dari 12

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAUKSIT BEDA KADAR DENGAN METODE PENCAMPURAN UNTUK MEMENUHI STANDART EKSPOR DI PT ANEKA TAMBANG

Tbk UNIT BISNIS PERTAMBANGAN (UBP) BAUKSIT PULAU BINTAN, KEPULAUAN RIAU

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh R WIENDRA ZUHRIANI 112000147

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKUKTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL YOGYAKARTA 2004

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAUKSIT BEDA KADAR DENGAN METODE PENCAMPURAN UNTUK MEMENUHI STANDART EKSPOR DI PT ANEKA TAMBANG Tbk UNIT BISNIS PERTAMBANGAN (UBP) BAUKSIT PULAU BINTAN, KEPULAUAN RIAU

PROPOSAL SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Skripsi Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh R WIENDRA ZUHRIANI 112000147

Mengetahui Dosen Wali Pembimbing I

(Drs. Nur Ali Amri,MT)

A. JUDUL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAUKSIT BEDA KADAR DENGAN METODE PENCAMPURAN UNTUK MEMENUHI STANDART EKSPOR DI PT ANEKA TAMBANG Tbk UNIT BISNIS PERTAMBANGAN (UBP) BAUKSIT PULAU BINTAN, KEPULAUAN RIAU B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Bauksit yang berada di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, dalam proses penambangannya menggunakan Metode Tambang Terbuka dengan target produksi 7000 ton/hari dengan urutan penambangan Pembersihan Lahan, Pengupasan Tanah Penutup, Penggalian, Pemuatan, Pengangkutan, Pencucian dan Pencampuran (Mixing). Jenis mineral utama bauksit adalah gibsit (Al2O3.3H2O) dengan kadar utamanya alumina (Al2O3), kuarsa (SiO3), silica aktif, titanium oksida (TiO2), dan besi oksida (Fe2O3). Kadar alumina yang diperdagangan di dunia dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu yang memiliki kandungan unsur alumina (Al2O3) 40-50%, 99%, dan 99,9%. Pulau Bintan memiliki bauksit dengan kadar alumina yang bervariasi antara 4858%, dari lokasi penambangan akan diperoleh bauksit dengan kadar alumina yang berbeda yaitu kadar tinggi dan kadar rendah. Adanya perbedaan kadar tersebut maka perlu dilakukan pencampuran antara bauksit kadar rendah dengan bauksit kadar tinggi sehingga bauksit kadar rendah tetap dapat dimanfaatkan. Dengan melakukan pencampuran (Mixing). Kestabilan kualitas bauksit yang dihasilkan tergantung pula pada kestabilan kadar bahan baku yang disediakan, oleh karena itu alumina sebagai bahan baku utama harus selalu dikontrol fluktuasi kadarnya. Pencampuran dilakukan di dalam hopper belt conveyor dari lokasi penimbunan bijih bauksit, dengan demikian perbandingan tonase bijih bauksit yang akan dicampur dikonversikan dalam jumlah penumpahan oleh alat angkut. Ketepatan jumlah alat angkut yang harus menumpahkan ke hopper dengan perbedaan kadar tersebut harus diperhatikan untuk mendapatkan pencampuran yang diinginkan. Hal inilah yang menjadi dasar perlunya pengkajian lebih mendalam tentang

proses pencampuran (mixing) agar diperoleh peningkatan kualitas dari kadar alumina yang berbeda dan sesuai dengan permintaan pasar. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah dengan pencampuran bauksit beda kadar dapat memenuhi kebutuhan pasar dan sesuai dengan sasaran produksi bauksit yang diharapkan PT Aneka Tambang Tbk UBP Bauksit di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Jika terdapat perbedaan kadar antara PT Antam sebagai produsen dan para konsumennya akan mempengaruhi harga jual bauksit, dimana di dalamnya telah mencakup beberapa aspek yang harus benar-benar menjadi pertimbangan antara lain aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada dan memberikan masukan yang berguna untuk peningkatan produksi alat angkut dan muat serta efisiensi waktu kerja. D. IDENTIFIKASI DAN PENDEKATAN MASALAH Banyak faktor yang berpengaruh pada proses pencampuran yaitu, Bauksit itu sendiri (Material), manusia (Man), alat yang digunakan (Machine), metode yang digunakan (Method) dan lingkungan (Environment), dimana dari kelima faktor tersebut kita dapat mengetahui faktor yang mengakibatkan penyimpangan perhitungan kadar yang ada. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah : 1. produksi ditetapkan. 2. Pencampuaran dilakukan di hopper belt conveyor sedangkan penumpahan ke hopper dilakukan oleh alat angkut. Apakah alat muat dan angkut sudah optimal dalam proses produksi untuk memenuhi kebutuhan. E. DASAR TEORI Pencampuran adalah penambahan atau penimbunan secara bersamaan dan terus menerus dalam waktu tertentu dari dua atau lebih material yang dianggap mempunyai komposisi yang konstan dan terkontrol proporsinya sehingga Pencampuran bauksit beda kadar apakah dapat memenuhi target bauksit yang diharapkan sesuai dengan kualitas kadar yang

diharapkan bauksit sebagai produk pencampuran tersebut akan berkadar sesuai dengan yang dikehendaki. I. Teori Kadar Campuran Persamaan untuk menentukan kadar campuran bauksit adalah :
Kc =
Xt

K1 . X1 + K 2 . X 2 + ...... + K n . X n Xt

= X1 + X 2 +... + X n

dimana : Kc Xt = Kadar campuran bauksit = Berat total campuran bauksit

K1 , K2 = Kadar masing-masing bauksit yang akan dicampur X1, X2 = Berat masing-masing jenis bauksit yang akan dicampur II. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Dalam proses produksi kinerja alat muat dan angkut juga perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik dan buruknya kinerja alat muat dan angkut adalah besarnya produksi alat tersebut. 1. Alat Muat Alat muat yaitu alat yang digunakan untuk memuat material. Pemuatan material di penimbunan bijih bauksit ini menggunakan Back Hoe untuk melayani alat angkut. Besarnya produksi yang dihasilkan Back Hoe adalah :
Q = q x 60 x E Cm

dimana : Q q E = Produksi per jam (m3/jam), (cu.yd/jam) = Produksi per siklus (m3, cu, yd) = Effisiensi kerja Back Hoe

Cm = Waktu edar Back Hoe (menit)

Harga produksi per siklus dapat dicari dengan persamaan :


q = q1 x K

dimana : q1 K 2. = Kapasitas munjung (penuh) yang tercantum dalam spesifikasi = Faktor bucket

Alat Angkut Alat angkut yaitu alat yang digunakan untuk pengangkutan material dari alat muat. Pengangkutan material hasil penambangan ini menggunakan Dump Truck. Untuk mengetahui produksi alat angkut digunakan persamaan :
P= C x 60 x Et xM Cmt

dimana : P C Et M 3. = Produksi per jam (m3/jam) = Produksi per siklus , C = n x q1 x K = Effisiensi kerja Dump Truck = Jumlah Dump Truck yang bekerja Match Factor (MF) Untuk menjamin bahwa aplikasi pelaksanaan pencampuran kadar juga akan optimal, maka perlu dilakukan pengkajian ulang terutama mengenai effisiensi pemanfaatan kapasitas pengangkutan (karena tonase pencampuran dikonversikan dalam perbandingan jumlah penumpahan alat angkut) dan faktor keselarasan kerja (match factor) antara alat muat dan alat angkut. Besarnya match factor diperoleh dengan menggunakan persamaan :
MF = Tl x nT Tt x nL

Cmt = Waktu siklus Dump Truck (menit)

dimana : Tl Tt = Waktu pemuatan = Waktu pengangkutan

nT nL

= Jumlah Dump Truck = Jumlah Back Hoe

Keterangan : MF = 1 berarti adanya keselarasan kerja MF < 1 adanya alat muat luang MF > 1 adanya alat angkut luang III. Metode Simplek dalam Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan suatu cara yang lazim digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Persoalan pengalokasian akan muncul apabila seseorang diharusakan untuk memilih atau menentukan tingkat aktivitas yang akan dilakukannya dimana masing-masing aktivitas membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas. Apabila suatu masalah LP hanya mengandung 2 (dua) kegiatan (variabelvariabel keputusan) saja, maka akan dapat diselesaikan dengan metode grafik tetapi bila melibatkan lebih dari dua kegiatan maka metode grafik tidak dapat digunakan lagi, sehingga diperlukan metode simplek. Metode simplek merupakan suatu cara untuk menentukan kombinasi optimal dari tiga variabel atau lebih. Model dasar dari program linear adalah sebagai berikut : Optimumkan (bisa maksimal atau minimum)
Z = Cj . X j ,
j =1 n

untuk j = 1,2,3,4,..,n

Fungsi kendala (Syarat ikatan)

a
j =1

. x j atau b1

untuk i = 1,2,3,4,..,n dan X j 0

dimana :
C j = Parameter

yang

dijadikan

kriteria

optimasi

atau variable

pengam-bilan keputusan dalam fungsi tujuan.

X j =Variabel pengambilann keputusan atau kegiatan (yang ingin

dicari).
a1 = Kegiatan yang bersangkutan dalam kendala pertama.

b1 = Sumber daya terbatas yang membatasi kegiatan atau usaha yang

bersangkutan, disebut juga nilai sebelah kanan dari kendala pertama. Z = Nilai kriteria pengambil keputusan suatu fungsi tujuan. Langkah-langkah metode simplek : 1. a. b. Merubah fungsi tujuan dan batasan-batasan. Fungsi tujuan diubah menjadi fungsi implisit, semua C j dan Xj digeser ke kiri. Semua batasan mempunyai tanda ketidaksamaan diubah menjadi kesamaan. Caranya dengan menambah variable slack (Xn+1, Xn+2, ... Xn+m). 2. Menyusun persamaan-persamaan di dalam tabel. Tabel Tabel simplek dalam bentuk simbol VD Z
X n+ 1

X n +2

: :
X n +m

Z 1 0 0 : : 0

X1 - C1 a11 a 21

X2 - C2 a12 a 22

X3

- C3
a13

Xn - Cn
a1n

X n+ 1

X n +2

X n +m

a 23

a2n

: :
a m1

: :
am2

: :
a m3

: :
a mn

0 1 0 : : 0

0 0 1 : : 0

0 0 0 : : 1

NK 0
b1 b2

: :
bn

Keterangan : VD Z X1 X2 X3 NK = Variabel Dasar = Fungsi Tujuan = Pengamatan yang dilakukan pada kuari A = Pengamatan yang dilakukan pada kuari B = Pengamatan yang dilakukan pada kuari C = Nilai Kanan (Nilai Pembatas)

Xn+m = Variabel tambahan

3.

Memilih kolom kunci Kolom kunci adalah kolom yang digunakan untuk merubah tabel dimana mempunyai nilai pada baris kunci tujuan terdapat lebih dari satu kolom yang mempunyai nilai negatif terbesar yang angkanya sama, maka dapat dipilih salah satu diantaranya menjadi kolom kunci. Kalau suatu tabel tidak mempunyai nilai negatif berarti tabel tersebut sudah mencapai optimal.

4.

Memilih baris kunci Baris kunci adalah baris yang digunakan untuk merubah tabel. Untuk itu terlebih dahulu dihitung indek tiap-tiap baris dengan cara membagi nilai nilai kolom bn atau nilai kanan dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci. Indeks = Nilai kolom b n Nilai kolom kunci

Baris kunci adalah baris yang mempunyai nilai indek dengan angka positif terkecil. Apabila terdapat lebih dari satu baris yang mempunyai nilai indek positif terkecil yang angkanya sama, maka dapat dipilih salah satu diantaranya menjadi baris kunci. Nilai yang masuk dalam kolom kunci dan juga termasuk dalam baris kunci disebut angka kunci. 5. Merubah nilai baris kunci Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci. Kemudian dengan mengganti variabel baris pada baris tersebut dengan variabel kegiatan yang terdapat di bagian atas kolom kunci. 6. Merubah nilai-nilai selain baris kunci Nilai-nilai baris yang lain selain baris kunci dapat dirubah dengan nilai sebagai berikut : Bb = Bl - (koefesien Kk x nilai baru Bk) dimana : Bb Bl Kk = baris baru = baris lama = kolom kunci

Bk 7.

= baris kunci

Pencapaian hasil maksimum Ulangi langkah-langkah perbaikan pada langkah ketiga diatas untuk memperbaiki tabel-tabel yang telah dirubah nilainya. Jika masih ada variabel pada fungsi tujuan yang mempunyai koefisien negatif maka penyempurnaan masih perlu diteruskan. Perubahan baru berhenti apabila seluruh variabel pada fungsi tujuan.

F. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian langsung di lapangan. Data-data yang ada dilapangan digabungkan dengan teori yang relevan sehingga dari keduanya dapat diperoleh pendekatan penyelesaian masalah. Tahapan penyelesaian masalah tersebut dilakukan sebagai berikut : 1. 2. a. setiap hari. b. c. 3. diperoleh dari lapangan, meliputi : a. tambang. b. mempengaruhi effisiensi kerja. 4. Pengolahan rangkaian perhitungan yang berhubungan dalam penelitian ini. 5. Analisa data, dilakukan dengan pendekatan metode matematis dengan pembuatan fungsi data, dilakukan perhitungan yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan Data curah hujan Data produksi dari Waktu kerja. Target produksi tiap hari Pengelompokan data yang Studi literatur, dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang. Pengamatan di lapangan, yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan meliputi : Waktu edar alat muat dan angkut rata-rata

tujuan yang berdasarkan data-data yang diperoleh dari pengamatan di lapangan sehingga akan didapatkan analisa permasalahan dengan metode simplek. 6. Kesimpulan, berupa penerapan model metematis dengan metode simplek sehingga didapat tujuan yang diharapkan yaitu produksi bauksit untuk memenuhi kebutuhan pasar. G. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Kegiatan Observasi Lapangan Studi literatur Pengambilan data Pengolahan data Pembuatan draft H. RENCANA DAFTAR PUSTAKA 1. Ir. Rochmanhadi, 1985, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Menggunakan Alat-Alat Berat, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. 2. 3. 4. Drs. Zainal Mustafa, Ir. Ali Parkhan, 2000, Linear Programming, Ekonisia, Yogyakarta. Pangestu Subagyo, 1983, Dasar-Dasar Operation Research, BPFE, Yogayakarta. Ir. Partanto Prodjosumatro, 1995 Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung, Bandung. I. RENCANA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL Bab. 1 2 3 Waktu ( minggu ) 4 5 6 7 8 9

I.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Rumusan Masalah 1.4 Metodologi Penelitian TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.3 Topografi 2.4 Stratigrafi 2.5 Geomarfologi 2.6 Vegetasi 2.7 Iklim dan Curah Hujan 2.8 Geologi 2.9 Genesa Bauksit LANDASAN TEORI 3.1 Alat Muat dan Alat Angkut 3.2 Pencampuran dengan Program Linear Metode Simplek PENCAMPURAN BAUKSIT BEDA KADAR 4.1 Cadangan Bauksit 4.2 Persyaratan Dan Sasaran Produksi 4.3 Kegiatan penambangan Bauksit 4.4 Penyusunan Model Matematika PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pencampuran Bauksit 5.2 Pencampuran Dengan Metode Simplek KESIMPILAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

II.

III.

IV.

V.

VI. VII.

Anda mungkin juga menyukai