BENCH BLASTING
geologi
semacam
itu
akan
mempengaruhi
kemampu-ledakan
(blastability). Tentunya pada batuan yang relatif kompak dan tanpa didominasi
struktur geologi seperti tersebut di atas, jumlah bahan peledak yang diperlukan
akan lebih banyak untuk jumlah produksi tertentu dibanding batuan yang sudah
ada rekahannya. Jumlah bahan peledak tersebut dinamakan specific charge atau
Powder Factor (PF) yaitu jumlah bahan peledak yang dipakai per m3 atau ton
produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian makin keras suatu batuan
pada daerah tertentu memerlukan PF yang tinggi agar tegangan batuan terlampaui
oleh kekuatan (strength) bahan peledak.
9.2 Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip peledakan jenjang.
2. Memahami macam pola pengeboran dan pola peledakan.
3. Memahami rangkaian peledakan jenjang.
9.3 Dasar Teori
Ada 3 (tiga) metode peledakan jenjang yang biasa digunakan untuk tambang
terbuka, dan pemilihan salah satunya tergantung pada karakteristik batuan dan
kemungkinan yang terjadi di bawah kondisi seharusnya. Ketiga metode tersebut
adalah line drilling, cushion blasting, dan preslit. Faktor pemilihan teknik yang
Arief Budiman/112130150
digunakan
untuk
melindungi
peledakan
produksi
sampai
ke
dinding
akhir.
Satu-satunya
tujuan trimblasing adalah menghasilkan atau membuat dinding yang bagus untuk
batas akhir (perimeter) yang stabil.
Line drilling, adalah teknik pengendalian dinding jenjang mahal dapat
digunakan untuk menghasilkan dinding jenjang yang bagus, namun tergantung
pada kondisi geologi. Line drilling digunakan sebagai pelindung final
contour dariradial crack yang berfungsi sebagai konsentrator tegangan yang
menyebabkan retakan antara lubang line drilling, selama peledakan produksi
Arief Budiman/112130150
Gambar
9.1
Gambar 9.2
Dodol Dinamit
Detonator
diperkenalkan oleh para akhli, antara lain: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L.
Ash (1963), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980), Olofsson (1990),
Rustan (1990) dan lainnya. Caracara tersebut menyajikan batasan konstanta untuk
Arief Budiman/112130150
memperoleh hasil
pembongkaran
batuan
sesuai
dengan
yang
diinginkan,
maka
perlu
suatu
perencanaan
peledakan dengan memperhatikan besaran-
besaran
geometri peledakan. Dan salah satunya dengan menggunakan teori coba-coba atau
yang sering disebut dengan Geometri Peledakan Rules of Thumb (Dyno
Nobel). Dasar dari penggunaan Teori Rules of Thumb adalah dari percobaan
para praktisi di lapangan maupun dari produsen bahan peledak yang tujuannya
ingin mempermudah dalam menentukan geometri peledakan karena geometri
yang selama ini digunakan seperti R.L. Ash (1963) dan C.J. Konya (1972)
menyajikan batasan range/konstanta untuk menentukan dan menghitung geometri
peledakan, terutama menentukan ukuran burden berdasarkan diameter lubang
tembak, kondisi batuan setempat dan jenis bahan peledak., sehingga para praktisi
dilapangan mencetuskan pendesainan geometri Rules of Thumb yang
penggunaannya lebih simpel dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Untuk menghancurkan batuan maka bahan peledak harus ditempatkan
dalam batuan itu sendiri dengan jarak tertentu dibelakangbidang bebas atau
Arief Budiman/112130150
disebut free face. Masa batuan tersebut harus memiliki satu atau lebih free face.
Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing,sub-drilling, stemming, dan
kedalaman lubang bor, seperti terlihat pada Gambar III.1.
Gambar 9.4
Diagram Desain Peledakan pada Bench
9.5 Pembahasan
1. Burden
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor terhadap bidang
bebas (free face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan
jumlah baris (row) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola
peledakan yang digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris delay yang
berdekatan akan menghasilkan free face yang baru. Burden juga berpengaruh pada
fragmentasi dan efek peledakan (gambar III.2).
Burden merupakan variabel yang sangat penting dan kritis dalam
mendesain peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan jenis batuan
yang dihadapi, terdapat jarak maksimum burden agar hasil ledakan menjadi baik.
Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya lubang bor
yang digunakan, secara garis besar jarak burden optimum adalah:
Burden = (25 40) x Blast Hole Diameter.............................................(3.2)
Arief Budiman/112130150
Gambar 9.5
Pengaruh Burden bagi Hasil Peledakan
Berikut ini persamaan untuk menghitung burden :
a. Menurut C.J. Konya
B 3,15.De.3
SGe
SGr
Keterangan:
B
= burden (ft)
De
db
P.S
33 c. f .( E V )
Keterangan:
V
= burden (m)
db
= spacing (m)
Arief Budiman/112130150
E/V
c.
Menurut Anderson
B d .L
Keterangan:
B
= burden (ft)
d
12
Keterangan:
B
= burden (ft)
Kb
2. Spacing
Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row) dan
diukur sejajar terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung pada burden,
kedalaman lubang bor, letak primer, waktu tunda, dan arah struktur bidang batuan.
Yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan spacing adalah apakah ada
interaksi antar charges yang berdekatan. Bila masing-masing lubang bor
diledakkan sendiri-sendiri dengan interval waktu yang cukup panjang, untuk
memungkinkan setiap lubang bor meledak dengan sempurna, tidak akan terjadi
interaksi antar gelombang energi masing-masing. Kalau waktu tunda diperpendek
maka akan terjadi interaksi sehingga menyebabkan efek yang kompleks.
Spacing merupakan fungsi daripada burden dan dihitung setelah burden
ditetapkan terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan
menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing
lebih besar dari ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder)
dan tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan. Pada Geometri
Rules of Thumb menerapkan peledakan dengan pola equilateral (segitiga sama
sisi) dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris yang sama.
Spacing= 1,15 x Burden.(3.3)
Arief Budiman/112130150
S B.L
Keterangan:
S
= spacing (m)
= burden (m)
b. Menurut Langefors
E 1,25.V
Keterangan:
E
= spacing (m)
= burden (m)
= spacing (ft)
Ks
= burden (ft)
Jumlah Spacing
W
Spacing = S
3. Diameter Lubang Ledak / Blast Hole Diameter
Ukuran diameter lubang tembak merupakan faktor yang penting
dalammerancang suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan
jarakburden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya.
Untuk diameter lubang tembak yang kecil, maka energi yang dihasilkan akan
kecil.Sehingga jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil
juga,dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk menghancurkan
batuan. Begitupula sebaliknya.Pemilihan diameter lubang ledak di didalam teori
Rules of Thumbdipengaruhi oleh besarnya tinggi jenjang / bench height .
Namun dalampengamatan saya kali ini pemilihan diameter lubang ledaknya
berdasarkan lajuproduksi yang direncanakan. Karena makin besar diameter lubang
akan diperolehlaju produksi yang besar pula dengan persyaratan alat bor dan
Arief Budiman/112130150
kondisi lapangan yangbaik. Berikut adalah formula dari teori Rules of Thumb
dalam penentuan diameter lubang ledak:
Blast Hole Diametre (mm) 15 x Bench Height (m).(3.1)
4. Sub-drilling
Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah
rencana lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan
pada lantai (toe), karena dibagian ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan.
Dengan demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang
yang akan bekerja secara maksimum.
Tujuan dari sub-drilling adalah supaya batuan bisa meledak secara full
face sebagaimana yang diharapkan. Tonjolan-tonjolan pada lantai (floor) yang
terjadi setelah dilakukan peledakan akan menyulitkan peledakan selanjutnya, atau
pada waktu pemuatan dan pengangkutan Besarnya KJ tergantung dari struktur dan
jenis batuan, serta arah lubang bor. Pada batuan yang miring KJ yang dibutuhkan
lebih kecil. Terkadang pada lubang bor yang
vertikal
juga
sering
tidak
diperlukan adanya sub-drilling, misalnya pada coal stripping atau rock quarry
tertentu.
Subdrilling = (3 15) x Blast Hole Diameter.........................................(3.4)
Nilai subdrilling dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus berikut:
1. Menurut C.J. Konya
SD Ks.B
Keterangan:
SD
= subdrilling (ft)
Ks
= burden (ft)
2. Menurut R.L. Ash
J Kj.B
Keterangan:
J
= subdrilling (ft)
Kj
= burden (ft)
5. Stemming
Arief Budiman/112130150
Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan
bahanpeledak tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil
pemboran(cutting), dimana stemming berfungsi untuk mengurung gas yang
timbul sehinggaair blast dan flyrock dapat terkontrol. Untuk bahan stemming
batuan hasil daricrushing jauh lebih baik daripada cutting rock (material bekas
pemboran). Namundalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi
fragmentasi batuan hasilpeledakan. Dimana stemming yang terlalu panjang dapat
mengakibatkanterbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk
menghancurkanbatuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu
pendek bisamengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan
menjadi lebih kecil(Gambar III.3).
Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil dari
c.
d.
T Kb
OB
2
Keterangan:
T
= stemming (m)
= burden (m)
OB = overburden (m)
Menurut R.L Ash
T Kt.B
Keterangan:
T
= stemming (ft)
Arief Budiman/112130150
10
= burden (ft)
= subdrilling (m)
Untuk lubang ledak miring
H
L
J
cos
Keterangan:
H
= subdrilling (m)
11
Gambar 9.6
Pengaruh Diameter Lubang Tembak Bagi Tinggi Stemming
Umumnya peledakan pada tambang terbuka dengan diameter lubang besar,
tinggi jenjang berkisar antara 10 -15 m. pertimbangan lain yang harus
diperhatikan adalah kestabilan jenjang jangan sampai runtuh, baik karena daya
dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan. Dapat disimpulkan bahwa
dengan jenjang yang pendek memerlukan diameter lubang bor yang kecil,
sementara untuk diameter lubang bor yang besar dapat diterapkan pada jenjang
yang lebih tinggi.
Bench Height Blast Hole Diametre / 15... (3.6)
8. Charge Length / Panjang Kolom Isian Bahan Peladak
Bagian dari lubang tembak yang berisikan bahan peledak dan juga primer.
Dalam perhitungan besarnya kolom isian bahan peledak menggunakan rumus
sebagai
berikut
Charge
Length
Diametre. (3.7)
9. Specific Charge
n Qtotal
q= n B S K
ATAU
20
Blast
Hole
n Qtotal
q = W B K
Arief Budiman/112130150
12
9.6 Kesimpulan
Kepentingan dari fragmentasi tidak bisa diremehkan karena pada tingkatan
yang luas fragmentasi merupakan ukuran dari suksesnya peledakan, hal ini
mempengaruhi biaya operasional dan perawatan dari operasi-operasi selanjutnya
serta termasuk pengoperasian alat berat seperti penggalian atau pemuatan,
pengangkutan dan crushing. Oleh karena itu pengeboran dan peledakan sangat
berhubungan dengan optimasi operasi-operasi selanjutnya. Fragmentasi yang
buruk menghasilkan oversize atau bongkahan besar yang mengakibatkan
bertambahnya biaya penghancuran sekunder untuk mengurangi ukurannya sampai
pada ukuran yang dapat diolah secara ekonomis, aman dan efisien dengan alat-alat
angkut dan muat. Faktor fragmentasi batuan dapat digolongkan dalam tiga
kelompok parameter:
a. Parameter peledak, mencakup densitas, kecepatan detonasi, volume gas dan
energi yang tersedia.
b. Parameter pemuatan lubang ledak, mencakup diameter lubang ledak,
stemming, de-coupling,serta tipe dan titik inisiasi.
c.
2.
3.
Arief Budiman/112130150
13
dengan cara Kuz-Ram (Cunningham, 1983). Cara ini terdiri dari dua persamaan,
yaitu:
1. Persamaan Kuznetsov untuk mencari ukuran rata-rata dari hasil peledakan
dalam cm.
0 ,8
Vo
X A
Qe
.Qe
1 9
115
30
Keterangan:
X
= ukuran rata-rata dari hasil peledakan (cm)
A
= Faktor batuan
7 untuk batuan medium strength
10 untuk batuan keras yang berjoint intensif
13 untuk batuan keras dengan sedikit joint
sebaiknya antara 8 12 (Cunningham, 1983)
Blastability index (BI) x 0,15 (Lily, 1986)
Vo = volume batuan dalam m3 per lubang ledak
(burden x spacing x tinggi bench)
Qe = Massa bahan peledak yang digunakan tiap lubang ledak (kg)
E
= Kekuatan berat relative bahan peledak
(ANFO = 100 ; TNT = 115)
2.
Re
xc
.100% Persamaan
Xc
0
.
693
Keterangan:
R
= Ukuran screen
Xc
= index keseragaman
= (2,2 14 B/d) (1 W/B) (1 + (A 1)/2) L/H . SF
= burden
14
= spacing / burden
SF
Arief Budiman/112130150
15
Arief Budiman/112130150
16