Anda di halaman 1dari 67

Drill & Blast

Tambang Batubara
KLASIFIKASI HANDAK

EXPLOSIVES MATERIALS

HIGH EXPLOSIVES LOW EXPLOSIVES

PRIMARY SECONDARY TERTIARY PYROTECHNICS PROPELLANT

Pb Azide NG Dynamite AN Thermite


Pb Styphnate TNT Emulsion AP Delay composition
Hg Fulminate PETN ANFO DNT Ignition Charge
1
Single Component Composite

Crystal Liquid Dough Solid Solid


Crystal Solid Paste Solid Solid
Crystal Solid Prill Free Liquid Solid
Flow
KLASIFIKASI (lanjutan)

PROPELLANT

LIQUID SOLID

MONO COMPOSITE SINGLE DOUBLE TRIPLE COMPOSITE


BASE BASE BASE

NM LOx/Fuel NC NC/NG NC/NG/ NC/NG/AP/


Hydrazine NQ AI/RDX
BAHAN PELEDAK : BOOSTER
BAHAN PELEDAK :
AMMONIUM NITRATE
BAHAN PELEDAK :
NONEL – SURFACE DELAY
BAHAN PELEDAK :
NONEL – INHOLE DELAY
BAHAN PELEDAK :
DETONATING CORD
BAHAN PELEDAK :
MS CONECTOR
BAHAN PELEDAK :
POWERGEL
3 KUNCI UTAMA
KEBERHASILAN BLASTING

1. “ENERGY DISTRIBUTION” MERATA


2. TERCAPAI “ENERGY CONFINEMENT”
3. PENGGUNAAN “ENERGY LEVEL” TEPAT

MODIFIKASI “DESIGN” SESUAI KONDISI


)
c.
et

(A
D,

cc
ub

ur
,S

ac
,H

y
O PTIMUM

of
,B

St
S

em
of

EXPLO SIVES

m
y
ac

in
ur

g
cc

)
PERFO RMANC E
(A

EXPLO SIVES ENERG Y LEVEL


( Accuracy of Explosive )
EFFISIENSI “DRILLING & BLASTING”

Blast
Design

Perubahan Design Preparasi Bench


dan lokasi

Evaluasi Hasil
HASIL BLASTING Pola rangkaian
Blasting
OPTIMAL

 Inisiasi Drilling &


Pola Pemboran

Charging handak
BEBERAPA PERTIMBANGAN
UTAMA BLASTING
 Pengendali keberhasilan blasting adalah
kondisi batuan bukan bahan peledak.
 Kesalahan Blast Design tidak bisa
diselesaikan dengan konfigurasi delay.
 Hampir 90% faktor utama dampak
peledakan akibat Human Error.
 Setiap perencanaan blasting berpedoman
pada prinsip Mekanisme Pecahnya Batuan.
Mekanisme pecahnya batuan akibat
peledakan
Mekanisme pecahnya batuan akibat
peledakan
(1) Ketika bahan peledak berdetonasi, maka akan mengakibatkan stress
pada batuan dan tekanan gas yang sangat tinggi (ANFO = 2850
Mpa = 28.500 atm) dalam lubang tembak.
(2) Batuan di sekitar lubang tembak ( 2 sampai 3 kali diameter lubang
tembak) terdorong akibat tekanan ledakan yang sangat tinggi,
kemudian terjadi rekahan-rekahan sejauh 20 sampai 30 kali
diameter.
(3) Tekanan gas yang sangat tinggi berlaku sebagai kapak yg
memperbesar rekahan, baik pada arah radial maupun tangensial.
(4) Batuan terdorong ke arah bagian yang mempunyai tekanan terkecil
(free face) akibatnya terjadi tekanan tarik (Tensile) kearah balik dan
pada saat inilah proses pecahnya batuan optimal.
(5) Gas bahan peledak lepas ke atmosfer dan terjadi tumpukan batuan
karena gaya gravitasi.
BLAST
PT.BUMA JOBPLAN
SITE ……..
COAL MINE PROJECT

BLASTING PRODUCTION AND EXPLOSIVES CONSUMPTION


Drill Type :……………..
Periode :……………..

GEOMETRY EXPLOSIVES & ACCESSORIES BLAST PF BLAST AREA


DATE DEPTH No of TOT. B S SUBD EL.DET PG ANFO CORD IN HOLE TLD17 TLD65 MAT. COORDINATE
(M) Holes (M) (M) (M) (M) (pcs) (Kgs) (Kgs) (M) (pcs) (pcs) (pcs) (Bcm) KG/Bcm N1 E1 EL1 N2 E2 EL2 N3 E3 EL3 N4 E4 EL4
1
2
3
4
5
6
19
20
21
22
23
23
24
25
26
27
28
29
30
31
TOT. -
Catatan/Laporan
Blasting Engineer, Kepala Bagian,

(…………………………) (…………………………)
1. BURDEN

Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor


terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat pada saat
terjadi peledakan. Burden juga berpengaruh pada fragmentasi
dan efek peledakan
BURDEN REFERENCE

Perhitungan Burden menurut C.J KONYA :


BURDEN REFERENCE

Untuk menentukan “True Burden” setiap pembuatan pola pemboran


Dengan mempertimbangkan kondisi Bench dan Toe yang terbentuk.

True Burden

Tinggi Jenjang

Lb Bor
BURDEN REFERENCE

Titik referensi

100 m 4m 4m
Crest

Toe

True Burden

4m 4m

Blast 2 Blast 1
2. SPACING

 Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris


(row) dan diukur sejajar terhadap pit wall. Biasanya spacing
tergantung pada burden, kedalaman lubang bor, letak primer,
waktu tunda, dan arah struktur bidang batuan
 Spacing merupakan fungsi daripada burden dan dihitung setelah
burden ditetapkan terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari
ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan
terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan
akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan
tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan.
 Pada Geometri Rules of Thumb menerapkan peledakan dengan
pola equilateral (segitiga sama sisi) dan beruntun tiap lubang
ledak dalam baris yang sama.
 Spacing = 1,15 x Burden
3. Blast Hole Diameter

 Penentuan diameter lubang dan tinggi jenjang mempertimbang-


kan 2 aspek, yaitu (1) efek ukuran lubang ledak terhadap
fragmentasi, airblast, flyrock, dan getaran tanah; dan (2) biaya
pengeboran.
 Tinggi jenjang (H) dan burden (B) sangat erat hubungannya
untuk keberhasilan peledakan dan ratio H/B (yang dinamakan
Stifness Ratio) yang bervariasi memberikan respon berbeda
terhadap fragmentasi, airblast, flyrock, dan getaran tanah
4. SUB DRILLING

 Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor


dibawah rencana lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk
menghindari problem tonjolan pada lantai (toe), karena dibagian
ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan
demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar
jenjang yang akan bekerja secara maksimum.
 Tujuan dari sub-drilling adalah supaya batuan bisa meledak
secara full face sebagaimana yang diharapkan. Tonjolan-
tonjolan pada lantai (floor) yang terjadi setelah dilakukan
peledakan akan menyulitkan peledakan selanjutnya, atau pada
waktu pemuatan dan pengangkutan
 Subdrilling (J) = 0,3B
5. STEMMING

 Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi


dengan bahan peledak tapi diisi dengan material seperti tanah
liat atau material hasil pemboran (cutting), dimana stemming
berfungsi untuk mengurung gas yang timbul sehingga air blast
dan flyrock dapat terkontrol.
 Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil
dari peledakan
 jika stemming terlalu panjang, maka : Ground vibration tinggi
(getar tinggi),Lemparan kurang, Fragmentasi area jelek, Suara
kurang
 Jika stemming terlalu pendek : Fragmentasi diarea bawah jelek,
Terdapat toe di floor (tonjolan di floor), Terjadi flying rock (batu
terbang), Suara keras (noise) or (airblast)
 Stemming (T):
- Batuan massif, T = B
- Batuan berlapis, T = 0,7B
VED, optimal
Stemming
Blast Rock Yg tersisa

Lubang bor

VED, tdak optimal

Fresh Rock
Primer

Blasting tidak sempurna karena “stemming” ada di posisi blast rock


Stemming di lakukan
diatas Blast Rock yang
belum terloading

Aktivitas Stemming

Loading Mat. Blasting tidak tuntan dan berdampak pada “stemming”


6. BLAST HOLE DEPTH

 Kedalaman lubang ledak tergantung pada ketinggian bench,


burden, dan arah pemboran. Kedalaman lubang tembak
merupakan penjumlahan dari besarnya stemming dan panjang
kolom isian bahan peledak.
 Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat
produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan
geoteknik.Panjang pendeknya stemming juga akan
mempengaruhi hasil dari peledakan
 Blast Hole Depth = Bench Height + Subdrilling Batuan
BLAST HOLE REFERENCE

= Kedalaman Pemboran yang salah

Surface

= Kedalaman Pemboran yang benar

Surface
BLAST HOLE REFERENCE

Record EL = 1.85

Ref - EL = 1.70

1.8 m

Hole Depth = ….. ?

6m

Ref = 6 m (Usahakan dari Blok lain)


1.7 (Posisi Alat Ukur)

Hole Depth = (1.70 – 1.85) + 6 = 6.15 m


7. Charge Length

 Bagian dari lubang tembak yang berisikan bahan peledak dan


juga primer. Dalam perhitungan besarnya kolom isian bahan
peledak menggunakan rumus sebagai berikut :
 Charge Length = ≥ 20 x Blast Hole Diametre

8. Powder Factor

 Powder factor adalah perbandingan antara jumlah bahan peledak


dengan berat batuan yang diledakkan
 Rumus Menghitung PF :
SOAL LATIHAN

 Untuk mencapai target produksi batubara 2 juta ton per tahun perlu
dikupas overburden (o/b) sebanyak 7 juta bcm (karena Stripping Ratio
= 3½ : 1) . Densitas o/b hasil pengujian rata-rata 2,5 ton/m3 dan
bahan peledak yang akan digunakan adalah ANFO dengan densitas 0,85
gr/cc. Alat bor yang dimiliki Tamrock type Drilltech D25K yang mampu
membuat lubang berdiameter 4¾ - 6¾ inci. Fragmentasi hasil peledak
harus baik, artinya sesuai dengan dimensi bucket alat muat, airblast,
flyrock dan getaran kurang. Alat muat mampu menjangkau sampai 12
m.
 Hitung :
a. Target Produksi per Bulan
b. Jarak Burden, Spasi, Stemming, Kedalaman Lubang, Subdrilling
c. Jumlah Lubang Bor
d. Kebutuhan Bahan Peledak selama 1 tahun

e. Powder Faktor
BLASTING RECOVERY

OB yang terloading
% Blast Recovery =
Geometri yang terukur
BLASTING RECOVERY

CARA LOADING
MATERIAL BLASTING
• Lakukan Pengukuran koordinat “Blast Sequence” sebelum
peledakan dan setelah di loading.
• Sub Drill tidak diambil, krn diperlukan untuk leveling
• Pengambilan harus tuntas, karena berdampak pada blasting
berikutnya. Misalnya :
- Berdampak ke Stemming.
- Mempersulit Pemboran.
- Prediksi kedalaman tdk akurat.
- Volume blasting kecil.
- Unsafe.
• Jika berlumpur, usahakan air dikeluarkan dulu shg material blasting
bisa diambil.
• Loading harus dilakukan layer per layer / bertahap.
• Jika loading dikemiringan atau ditempat undulating harus selalu
dikoordinasikan dengan Engineering/ Blasting Engineer.
Pemboran pada kondisi undulating tp
di bor dengan kedalaman yg sama
akibatnya loading PC tidak terkontrol
Sehingga menyulitkan preparasi
berikutnya. (BLOK 8)
Pemboran di blastrock

Preparasi belum selesai sudah dilakukan pemboran


Pemboran dilokasi hasil
blasting akibat tidak adanya
koordinasi. (BLOK 10)
Hasil blasting yang di bor (BLOK 10)
BLAST HOLE

Pada saat Collaring


bisa terlihat fresh rock
BLASTMATE :
ALAT UKUR AIR BLAST DAN VIBRATION
2. PENGISIAN LUBANG LEDAK

1. Priming

2. Pengisian Bahan Peledak (ANFO/Emulsi)

3. Stemming
3. PERANGKAIAN

Metode Perangkaian :

a. Sumbu Api (Plain detonator)

b. Rangkaian Listrik (Electric Detonator)

c. Sumbu Ledak (Detonating Cord)

d. Rangkaian Non Listrik (NONEL)

e. Electronic Detonator
URUTAN AKTIVITAS PENANGANAN MISSFIRE
ENGINEERING DEPARTMENT
DRILL & BLAST
ENGINEER BLASTER
1. Terjadi misfire atau gagal ledak.
Terjadi misfire
(gagal ledak) 2. Memeriksa rangkaian (line) lubang yang
misfire :
- Apabila ( masih bagus), maka lakukan
Re-blasting.
- Apabila tidak bagus, maka keluarkan
Tidak Line masih stemming.
Melokalisir lubang
yang misfire bagus ?
Catatan :
- Pemeriksaan rangkaian dilakukan 2 menit
Ya setelah peledakan pertama.
Mengeluarkan Stemming - Untuk keperluan peledakan kedua (re-
blasting) jika terjadi misfire maka Blaster
Re-Blasting
mengorder detonator
untuk keperluan tersebut. Pengorderan,
pemakaian dan atau pengembalian spare
Tidak detonator ini dijelaskan dalam Berita Acara
Berhasil ? Selesai Peledakan.
- Indikasi bagus / tidaknya, jika inhole
delay terputus didlm lubang/tertimbun
Ya
3. Melokalisir lubang yang misfire sedemikian
sehingga orang yang tidak berkepentingan
Top Priming tidak dapat masuk ke lokasi tersebut.

4. Mengeluarkan Stemming.
5. Memeriksa apakah stemming berhasil
Lokalisir lubang dikeluarkan atau tidak ? :
- Jika Ya (berhasil), maka lakukan
top priming.
- Jika Tidak berhasil, maka lokalisir lubang.
ANFO atau Emulsion
6. Melokalisir lubang tembak
Emulsion?
7. Mengecek jenis bahan peledak apakah
ANFO atau Emulsion ? :
ANFO
- Jika ANFO , maka menyiram lubang
tembak terus-menerus dengan air sampai
Menyiram lubang bahan peledak (explosives) menjadi
tembak dengan mandul.
air terus menerus - Jika Emulsion, maka membuat lubang baru
sampai explosives
8. Menyiram lubang tembak
larut

A
URUTAN AKTIVITAS PENANGANAN MISSFIRE
BLASTING
GROUP LEADER BLASTER

Buat Lubang 9 Membuat lubang tembak baru pada jarak yang


baru ditentukan dari lubang tembak misfire
berdasarkan deviasi pemboran terbesar.
(atau Jarak terdekat maximum = 50 Cm)

Menentukan 10. Menentukan koordinat lubang yang misfire


koordinat lubang dengan bantuan surveyor.
yang misfire
11. Meledakkan lubang baru

Ledakkan lubang 12. Me-reposisi lubang tembak yang misfire.


baru
13. Memberi tanda pita survey.

14. Mengawasi penggalian lubang tembak dan


memastikan bahwa detonator telah meledak
atau telah diamankan.

Reposisi lobang 15. Membuat dan mendistribusikan PICA


yang misfire sebagai berikut :
- Asli : Eng. Dept Head.
- Copy 2 : Prd. Dept Head.
- Copy 3 : Project Manager.
Pemberian tanda - Copy 4 : File.
pita survey

Pengawasan
penggalian
lubang misfire

1
23
PICA 4

Selesai
Preparasi lokasi pemboran yang optimal
Preparasi Lokasi
yang cukup baik
Cek Lubang

Priming
CAUSED AND REDUCTION OF FLY ROCK

FLY ROCK CREST

STEMMING

EXPLOSIVE
BURDEN
CAUSE – TOO SMALL OF A BURDEN DISTANCE
REDUCTION – INCREASE BURDEN BY DRILLING CREST
ROW FARTHER AWAY FROM THE CREST

FLY ROCK

STEMMING

BURDEN BURDEN EXPLOSIVE

CAUSE – TOO LARGE OF A BURDEN DISTANCE


REDUCTION – DECREASE BURDEN BY DRILLING ROWS
CLOSER TOGETHER AND USING A SMALLER BIT SIZE

STEMMING
FLY ROCK

MUD SEAM
EXPLOSIVE
CAUSE – WEAK GEOLOGY (MUD SEAM)
REDUCTION – HAVE DRILLER NOTE SOFT SEAM ON DRILL
RECORD AND PLACE INERT MATERIAL IN WEAK ZONE DURING LOADING
CAUSED AND REDUCTION OF FLY ROCK (cont.)
 
 
  CREST COLLAR
  
   
  STEMMING
 FLY ROCK
 
   EXPLOSIVE
  
  
 
CAUSE – IMPROPER DRILLING
 
REDUCTION – IMPLEMENT ACCURATE DRILL SET-UP AND
 
COLLAR LOCATION

FLY ROCK
   
  STEMMING
 
 
  EXPLOSIVE

  INSTANTANEOUS INITIATION
CAUSE –
REDUCTION – USE MILLISECOND DELAYS TO DETONATE
EACH HOLE INDIVIDUALLY
 
 
 
   FLY ROCK
    STEMMING
 
 
    EXPLOSIVE
   
CAUSE – VOID IN GEOLOGY
REDUCTION – MEASURE BLAST HOLE WHILE LOADING TO
DETERMINE EXPLOSIVE COLUMN RISE, ALERT SHOTFIRER
IN THE EVENT OF POSSIBLE OVERLOADING, AND CLEAR LARGER AREA PRIOR TO BLAST
FLY ROCK
PENYEBAB ELIMINASI
1. Jarak Burden terlalu kecil * Naikkan burden dengan jalan memasang
referensi sebelum peledakan.
* Tambahkan stemming di row pertama
2. Burden terlalu besar * Kurangi burden dan usahakan menggu-
nakan Ø kecil.
3. Anomali geologi * Catat oleh Driller setiap pemboran dan
isikan material lain di daerah yang lemah
4. Drilling yang tidak akurat * Gunakan drill set-up
5. Inisiasi serentak * Gunakan delay untuk tiap lubang
(Instanteneous) (25 - 40 ms)
6. Rongga di dalam tanah * Gunakan plastik kondom apabila ada
rongga.
7. Boulder * Drilling 2/3 of boulder height
8. Bersihkan area dari orang yang tidak berkepentingan
9. Gunakan bidang joint/shear zone sebagai batas drilling
10. Air deck stemming
AT = (12 - 24) x Ø
AIR BLAST

 Pada kondisi tertentu, Air Blast dapat terfokus pada arah


tertentu.
 Inversi Suhu
Jika temperatur udara naik sesuai jarak dari permukaan
tanah.
 Wind Focusing
Pengaruh Air Blast lebih kuat oleh angin
Reduction of Air Blast :
1. Confine Stemming :
 Jangan gunakan stemming lumpur
 Crushed stone untuk stemming terutama di lubang basah.
 Tambahkan stemming di row pertama.
 2. Hindari Penggunaan Detonating Cord di Permukaan :
 Timbun detonating cord paling sedikit 1 foot atau lebih di bawah tanah.
 Gunakan detonating cord dengan low grain dan timbun beberapa inchi di
bawah anah.
 3. Design / Geometri Peledakan :
 Accurate drilling & tentukan burden untuk tembakan berikutnya.
 S/B ratio > 1
 Gunakan delay lebih panjang antara row dari pada antar lubang dalam 1
row.
 Pastikan bahwa squence blasting benar.
 Minimalkan jumlah lubang terbuka dengan delay period yang sama.
 Arahkan Free Face menjahui dari titik perhatian.
 Hindari Collar Priming
4. Schedule Peledakan :
 Perhatikan Arah Angin
 Hindari blasting selama periode yang menghasilkan inversi suhu
(pagi & senja).
 Jadwal peledakan pada saat warga sekitar sedang sibuk.
 
5. Perhatikan Anomali Geologi :
 Gunakan decking apabila melalui mud seam
 Drilling report in case ada rongga
Presplit Blast Design

KETENTUAN UMUM :

1. Spacing = Hole Dia. X 12

2. Burden = 0.5 x Prod. Blast Burden

3. Panjang Charge yg tdk diisi dari Top = 10 x D

4. Powder Factor = 0.5 kg/square mtr face (L x S)

Note :
Lubang tembak presplit tidak di Stemming
Lubang presplit diledakan bersama atau >> 5 hole bersamaan
Note :
= TLD 17 ms
= TLD 42 ms
= TLD 67 ms
= Detonating Cord
12 m B Crest IHD 500 ms, 9m
= Prod. Holes
= Presplit Holes
B = Burden Presplit

Toe

IP

Presplit Blasting Productin Blasting


Charging for Presplit hole
 Gunakan bahan peledak Dinamite karena ANFO
menghasilkan vol. gas sangat tinggi sehingga
mempunyai daya bongkar tinggi.
 Charging sesuai perhitungan Design
 Inisiasi gunakan Detonating Cord
 Posisi Tie Up usahakan di delay akhir dari blasting
produksi.
 Perhitungkan delay akhir dengan jumlah lubang.
 Jangan menggunakan stemming
 Ledakan secara bersamaan.
CONFIGURASI DELAY

SAFE PROD. OPTIMAL


BLAST DESIGN
MissFire Miss Design UNSAFE LOW PROD.

Miss CONFIGURASI DELAY

CONFIGURASI DELAY

FLY ROCK

MISS BLAST DESIGN AIR BLAST UNSAFE LOW PROD.

VIBRATION
 

Pertimbangan : Fragmentation
Batuan Sedimen
Site Muckpile
Sensitivity Displacement

Cost Wall
Control

Pertimbangan
Blast Design
 

Water
Simplicity
Conditions

Explosives
Geology
Used
 

Safety
BEBERAPA KONSEP ATAU PRINSIP DASAR
“Delay Configuration” adalah :

1. Fragmentasi akan merata memerlukan bidang2 bebas baru selama


proses detonasi.
2. Delay antar Raw paling sedikit 2 – 3 kali lipat Delay antar lubang., untuk
memperoleh derajat fragmentasi yg optimal, dan ini dengan syarat
peledakan 100% diarahkan ke Free Face.
3. Arah pergerakan pecahnya batuan tergantung pada bagian yang
mempunyai tahanan terkecil terhadap ledakan.
4. Pengurutan Delay tidak akan mengatasi Design peledakan yang tidak
benar (seperti Stemming tidak benar dll.)
5. Delay yang pendek antar lubang dalam Raw akan menurunkan
Fragmentasi dan meningkatkan pergerakan.
6. Biasanya Delay lebih panjang antar Raw dibutuhkan untuk mendapatkan
pergerakan yang maksimal.
7. Prisip Tie-Up, bahwa proses inisiasi harus selesai dahulu sebelum hole
pertama mulai meledak, kecuali jauh dari Inisiasi Point (IP)
POLA RANGKAIAN AKTUAL (yg salah dan missfire)
Blasting, 26/6/2007

840 ms

1440 ms

660 ms

2x 65ms

COAL

530 ms

IP
Free Face
POLA RANGKAIAN yang di-REKOMENDASI-kan
Blasting, 26/6/2007

295 ms

420 ms

140 ms

485 ms 65 ms
COAL

530 ms

IP
Free Face

Anda mungkin juga menyukai