Oleh :
WAKTU ?????
Unrippable
Material VOLUME ????
PRODUKTIFITAS ??
COST ??
Cepat ….!!!!!!
Drilling &
Kedalaman sesuai rencana &
kemampuan alat bor
Blasting
BLAST PARAMETER
A. CONTROLLABLE PARAMETERS
• Hole Diameter - Initiating System - Burden B. UNCONTROLLABLE
• Hole Depth - Initiating Sequence - Spacing PARAMETERS
• Sub-drill Depth - No. of Free Face - Blast Size • Geology (structural,
• Hole Inclination - Buffers - Water (sometimes) lithology
• Collar Height - Explosive Type - Bench height • Material Strength
• Stemming Height - Explosive Energy - Blasting Direction • Material Properties
• Stemming Material - Charge Geometry - Loading Methods etc. • Weather, etc.
LOADED BLAST
OUT PUT
•Fragmentation - Mis- Fire
•Muck-pile Displace. - Air Blast
•Ground Vibration - Toe & Back Break
•Fly Rock
Teori Peledakan
Proses pecahnya batuan pada peledakan
T = Kt x B
Kedalaman Lubang Ledak
Kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari ukuran burden untuk
menghindari terjadinya overbreak. Kedalaman lubang ledak biasanya
disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan
pertimbangan geoteknik. Menurut R.L. Ash (1967), kedalaman lubang
ledak berdasarkan pada hole depth ratio (Kh) yang harganya antara 1,50
– 4,00. Hal ini serupa dengan stiffness ratio. Hubungan kedalaman lubang
ledak dengan burden adalah sebagai berikut:
Kh = H / B
Kh = hole depth ratio
H = kedalaman lubang ledak (m)
B = burden (m)
Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai
melebihi batas lantai jenjang bagian bawah. Tujuan
penambahan subdrilling agar supaya batuan dapat
meledak secara full face dan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya tonjolan-tonjolan (toe) pada
lantai jenjang bagian bawah.
Panjang subdrilling diperoleh dengan menentukan
harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih
kecil dari 0,20. Untuk batuan massive biasanya dipakai
Kj sebesar 0,30. Persamaan dalam menentukan
subdrilling adalah:
J= Kj x B
Kj = subdrilling ratio
J = subdrilling (m)
Charge Length (PC)
5. Subdrill(J) = (8 – 12) .D
Stemming
;
- Batuan massif, T=B
- Batuan berlapis T = 0,7B
;
Subdrill
J= 0,3B
Menurut CJ. Konya & E.J. Walter (1990)
Dikenal adanya stiffness ratio atau H/B , potensi yang terjadi dari variasi H/B
• Kondisi H/B 3 biasanya diterapkan pada kuari dan pengglian o/b batubara,
tetapi tidak pada penambangan bijih sbb:
keterbatasan jangkauan alat muat
terjadi dilusi terhadap mineral berharga
2 4 6 8 10 12
10
20
30
40
50
60
Tabel Densitas dan Spesific Grafity masing2 jenis batuan.
No
Jenis batuan Bobot Isi, gr/cm3 Berat Jenis
1 Basalt 2,12 – 2,20 2,21 – 2,77
2 Granit 2,20 – 2,40 2,53 – 2,62
3 Batukapur 1,76 – 1,84 2,67 – 2,72
4 Batupasir 1,67 – 1,70 1,91 – 2,58
5 Batulanau 1,56 – 1,65 2,00 – 2,40
6 Marmer 1,86 – 1,94 2,51 – 2,86
7 Kuarsit 2,00 – 2,18 2,61 – 2,67
MASS MOVEMENT
(E)
6 7 8
4 5
1 3
1 2
Bench Top
Stemming
Small Crest Burdens
Cause Blowouts and
Poor Toe Movement
Explosive
Coloumn
Bench Bottom
Pola Peledakan
Perlu diperhatikan dalam pemilihan kombinasi dari pola pemboran dan pola
peledkan untuk mendapatkan “fragmentation” dan arah lemparan
(tumpukan/muck pile) yang diharapkan
•9 •9
•8 •8
•7 •7
•6 •6
•5 •4 •3 •2 •1 •2 •3 •4 •5
Initiation point
•Free Face
Pola pemboran square, pola peledakan V-Cut
Perledakan dengan “delay” ditunjukkan dengan nomor yang akan meledak, dapat
memberikan:
• mengurangi getaran yang timbul (ground vibration), airblast
• memperkecil fragmentasi dsb
Pola Tie Up dengan Rangkaian Nonel
1. V Cut Trench Pattern
IP
Kelebihan :
Bisa diterapkan pada Lokasi dengan Free Face ke Atas (Lokasi yg tidak memiliki
Free Face Vertical).
Fragmentasi Lebih Baik dengan Material Heaving yg tertumpuk di tengah.
Ruang Gerak untuk moving material lebih baik karena Control Linenya ada 2 Row.
Ground Vibration Lebih Kecil karena prinsip ledakannya Hole by Hole.
Air Blast lebih rendah, cocok pd cuaca mendung dibandingkan dengan V Cut Trench
dengan Control line yg lurus.
Sangat Cocok dengan untuk lokasi dengan Jumlah Row yg lebih dari 4.
Kelemahan :
Karena Heaving Material Tinggi sehingga perlu effor dozer untuk meratakan bagian
atas sebelum di loading, sehingga bisa dipakai dudukan alat loading (Back Hoe).
Tidak Cocok untuk Material yg sangat Keras
Tidak terlihat adanya throw dibagian finalnya, sehingga perlu pemberian batasan
material blasting.
Tidak bisa diterapkan pada square pattern
Perlu ketelitian yg tinggi saat perangkaian.
Penerapan :
All Pit kecuali : S11se expose seam 7 posisi Patahan sisi selatan.
Tidak di terapkan untuk lokasi yang memiliki Free Face Vertical.
2. Chevron Pattern
Kelebihan :
•Fragmentasi yg dihasilkan cukup baik, dengan lemparan kearah freeface
dibagian tengah.
•Ground Vibration Lebih Kecil karena prinsip ledakannya Hole by Hole.
•Air Blast lebih rendah, cocok pd cuaca mendung.
•Sangat baik untuk jumlah row yg sedikit
Kelemahan :
•Tidak cocok untuk jumlah row yang lebih dari 5, karena ruang gerak muckpile
terbatas.
•Diperlukan jumlah delay time lebih dari 2.
•Susah diterapkan pada drilling pattern khususna Stagger Pattern
Penerapannya :
•All Pit : Khususnya Pada Floor yg hanya 2 sampai 3 Row.
•Tidak diterapkan pada lokasi yg luas.
3. Echelon Pattern
Kelebihan :
•Arah lemparan batuan mengarah ke Free Face sehingga distribusi muckpile
lebih merata di sepanjang FF.
•Fragmentasi yg dihasilkan lebih baik dibanding metode lainnya.
•Bisa di terapkan baik pada Square dan rectangular pattern
•Mudah di kerjakan.
•Vibration dan Air Blast lebih rendah
•Fault (patahan) pada Row terakhir lebih bagus di sepanjang rownya.
•Delay time yg dibutuhkan minimal 2 delay agar membentuk hole by hole.
Kelemahan :
•Tidak Bagus untuk lokasi peledakan dengan jumlah Row yang diatas 6
Row.
•Perlu Konsen khusus terutama bagian Free Face yg biasa terdapat banyak
Crack,
•dimana isisan handaknya harus sedikit dikurangi agar tidak membentuk
boulder.
Penerapannya :
•All Pit.
•Tidak cocok dengan jumlah yg terlalu banyak (>6Row) harus di change
dengan V Cut Trench.
4. Diamond
Kelebihan :
•Arah lemparan batuan mengarah ke satu titik bagian Tengah.
•Ruang Freeface yg terbentuk setelah ledakan awal, dari 4
arah memungkinkan untuk rownya leih dari 4 row.
•Fragmentasi yg dihasilkan cukup baik..
•Sangat berpotensi terjadinya fliying rock yng tinggi.
Kelemahan :
•Sangat berpotensi terjadinya fliying rock yang tinggi dan jauh
•Muckpile tidak terlalu tinggi
Penerapannya:
•Lokasi yg sangat Luas dengan jumlah row diatas 7.
•All Pit
KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK
1. Berdasarkan Pemakaiannya
1. Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer misal untuk peperangan,
demolation, melukai, membunuh, (bom napalm, granat dsb.)
2. Bahan peledak sipil/ komersial yaitu bahan peledak dalam pemakaian industri
pertambangan, konstruksi dll.
- Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau
terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s)
a. Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu
senyawa misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro Toluena).
b. Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang ter diri dari berbagai
senyawa tunggal seperti: Dynamit (Booster) Black powder, ANFO (Ammonium
Nitrate Fuel Oil).
4. Berdasarkan Kepekaannya
DDibagi menjadi dua macam yaitu:
Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya
api, panas benturan , gesekan dsb misal: bahan2 isian detonator (PbN6,
Hg(ONC)2
Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang akan
meledak setelah terjadi peledakan sebelumnya misal: ANFO, Dynamit dsb
KARAKTERISTIK BAHAN PELEDAK
1. Environment Characteristic
a. Sensitiveness
Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam selang waktu, dan tergantung
dari cara pengepakannya (packing)
Explosive yang dilapisi plastic umumnya mempunyai ketahanan tehadap air yang
tinggi. Bahan peledak yang tidak tahan terhadap air apabila digunakan biasanya
memakai "plastic bag" (condom) supaya tetap peka apabila dipakai
d. Flammability
Kemudahan bahan peledak terhadap initiation dari bunga api atau nyala api, beberapa
kandungan bahan peledak dapat diledakan dengan api.
"Flammability " merupakan pertimbangan yang sangat penting untuk penyimpanan,
transportasi, dan pemakaiannya
e. Resistance to Freezing
Pada negara-negara yang terjadi musim dingin dengan temperatur dibawah 0°, dibutuhkan
bahan peledak yang tahan beku Dynamite dan Watergel berubah menjadi lebih keras pada
temperatur rendah dan akan merugikan dalam pengisian lubang tembak
2. Performance Characteristic
a. Sensitivity
Adalah ukuran kepekaan/ kemudahan reaksi dari suatu bahan peledak terhadap
kebutuhan minimum energi (minimum kebutuhan primer) sehingga meledak, ada
beberapa macam kepekaan yaitu:
•sensitivity to heat, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap panas atau suhu
udara.
•sensitivity to initiation, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap ledakan
pendahuluan (initiator/penyalaan)
•sensitivity to cap, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap adanya gelombang
ledakan dari bahan peledak lain yang letaknya berjauhan.
b. Velocity of Detonation (VOD)
Kecepatan bahan peledak akan lebih besar apabila melalui media yang semakin rapat
(confined), dengan kecepatan detonasi yang tinggi akan diperoleh juga tenaga impact
dimana dibutuhkan untuk pemecahan batuan. Kecepatan perambatan peledakan dapat
diukur dengan alat “micrometer”.
c. Strength
Adalah kekuatan (energi) yang ditunjukkan dari bahan peledak biasanya dalam
satuan %, artinya strength dari bahan peledak adalah satuan yang menunjukkan
kandungan (%) dari “blasting gelatine”.
Diambil standard satuan adalah “blasting gelatine” karena dikenal sebagai bahan
peledak campuran yang utama untuk keperluan sipil. Ada juga sebagai pembanding
adalah pemakaian NG (Nitroglycerin) dalam total berat dari bahan peledak
Secara theoretical dapat dikatakan bahwa “strength” adalah energy yang terdapat
dalam bahan peledak.
d. Detonation Stability
e. Density
Dari suatu bahan peledak berat persatuan volume dinyatakan dalam (kg/l) atau
yang menentukan isian berat bahan peledak per unit panjang isian (gr/cc).
f. Permissibility.
Sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan peledak tersebut
dipakai pada kondisi-kondisi tertentu.
PD ρe x VD x U p
ρe x VD 2
PD
Up 0,25 x VD 4
a)
c)
b)
JENIS BAHAN PELEDAK INDUSTRI
1. AGEN PELEDAKAN
90
80
60
50
40 deficient FO -
Non-absorbent dense prill Absorbent porous prill excess O xygen
Distribusi FO tdk merata, shg FO diserap merata dengan
30
oxygen balance buruk perbandingan yang proporsional
excess FO -
20
deficient Oxygen
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pada komposisi ANFO yang tepat dengan AN = 94,3% dan FO = 5,7% akan
diperoleh zero oxygen balance. Kelebihan FO disebut dengan overfuelled akan
menghasilkan reaksi peledakan dengan konsentrasi CO berlebih, sedangkan
bila kekurangan FO atau underfuelled akan menambah jumlah NO2
OXYGEN BALANCE
Negative
(O2 C, CO
Shortage) N2
H2 O
Positive
(O2 Surplus)
CO2
NOX
H 2O
Tabel Jumlah kebutuhan FO untuk memperoleh ANFO
BAHAN BAKAR (FO)
ANFO,kg AN, kg
kg liter
10 0.57 0.71 9.43
20 1.14 1.43 18.86
30 1.71 2.14 28.29
40 2.28 2.85 37.72
50 2.85 3.56 47.15
70 3.99 4.99 66.01
80 4.56 5.70 75.44
100 5.70 7.13 94.30
200 11.40 14.25 188.60
300 17.10 21.38 282.90
400 22.80 28.50 377.20
500 28.50 35.63 471.50
1000 57.00 71.25 943.00
AMMONIUM NITRAT (NH4NO3)
Densitas : - butiran berpori 0,74 – 0,78 gr/cc
(untuk agen peledakan)
- butiran tak berpori 0,93 gr/cc
(untuk pupuk urea)
Porositas: - mikroporositas 15%
- makro plus mikroporositas 54%
- butiran tak berpori mempunyai
porositas 0 – 2%
Ukuran partikel : yang baik untuk agen
peledakan antara 1 – 2 mm
Tingkat kelarutan terhadap air bervariasi
tergantung temperatur, yaitu:
- 5 C tingkat kelarutan 57,5% (berat)
- 10 C tingkat kelarutan 60% (berat)
- 20 C tingkat kelarutan 65,4% (berat)
- 30 C tingkat kelarutan 70% (berat)
- 40 C tingkat kelarutan 74% (berat)
ANFO
Formula : 3 NH4 NO3 + CH2 7 H2O + CO2+ 3 N2 + heat (912 kcal/kg)
Note: CH2 is theoretical fuel formula; in actual it may come as C6H12, Coal, or
other constituent as long as it function as FUEL.
SIFAT-SIFAT ANFO (2)
(Data diperoleh dari Dyno Nobel untuk Prilled ANFO)
Densitas:
– Poured (gr/cc) 0,80 – 0,85
– Blow Loaded (gr/cc) 0,85 – 0,95
Energi (MJ/kg): 3,7
RWS (%): 100 (373 kj/gr)
RBS:
– Poured (%) 100 (317 kj/cc)
– Blow Loaded (%) 116
Diameter lubang ledak min.:
– Poured (mm) 75
– Blow Loaded (mm) 25
Ketahanan thd. air: buruk
Shelf Life:
– Maks. 6 bulan tergantung temperatur dan kelembaban gudang
– Gudang yang bersuhu dan kelembaban tinggi akan ANFO rusak, ditandai
dgn pengerasan atau caking yg akan mengurangi kinerja peledakan
Waktu Tidur (Sleep Time) :
– Dalam kondisi normal kering dengan lubang tertutup stemming yang baik,
ANFO dapat ditidurkan sampai 6 bulan
– Kehadiran air dalam lubang akan menurunkan secara dramatis waktu
tidur
BAHAN PELEDAK SLURRY
ATAU WATERGEL
- MICRO BALLONS
- ALUMINIUM
EMULSI
- MICRO BALLONS
PENGISIAN BAHAN PELEDAK
- AGEN GASSING
LANGSUNG KE EMULSI DINGIN SIAP
- ALUMINIUM
LUBANG LEDAK POMPA DIANGKUT
BLENDER TANGKI JARAK JAUH
AGEN
GASSING
EXPLOSIVE
POMPA DANGER
PEMBENTUKAN
CARTRIDGE
AGEN
LUBANG GASSING
LEDAK
PENDINGINAN POMPA
PENGEPAKAN LUBANG
LEDAK
a. EMULSI KEMASAN b. EMULSI CURAH
(CARTRIDGE) (BULK)
Jenis bahan peledak berbasis emulsi
Produsen
Sifat-sifat Dyno
PT.Dahana Nobel ICI Explosives Sasol Smx
Dayagel
Merk dagang Magnum Emulite Seri Powergel Seri Emex
Densitas, gr/cc 1,25 1,18 - 1,25 1,16 -1,32 1,12 -1,24
Berat/karton, kg 20 25 20 --
RWS, % 119 111 98 - 118 74 - 186
RBS, % 183 162 140 - 179 97 - 183
VoD, m/s 4600 - 5600 5000 - 5800 4600 - 5600 4600 - 5600
Diameter, mm 25 - 65 25 -80 25 - 65 25 - 65
Ketahanan thd air Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Waktu penyimpanan, thn 1 1 1 1
% ANFO
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% EMULSI
ICI Explosives
AN Gelignite 60 22 - 32 1,40 130 – 265 3500
AN Gelignite Dynamite 95 25 - 95 1,45 6 – 188 3200
Ajax (permissible/P1) 32 1,50 --- 2500
Dynagex (permissible/P5) 32 1,42 --- 2900
JENIS BAHAN PELEDAK INDUSTRI
BAHAN PELEDAK PERMISSIBLE
Komposisi black powder adalah serbuk batubara, garam, dan belerang. Bahan
peledak ini terbakar cepat sekali, bisa mencapai kecepatan rambat 100 ±10 detik
per meter atau 60 meter per detik pada kondisi terselubung, tetapi tidak bisa
meledak. Oleh sebab itu black powder diklasifikasikan sebagai bahan peledak
lemah (low explosive). Kapabilitas black powder sangat dipengaruhi oleh cuaca
yang memperburuk kemampuan bakarnya. Karena kelemahan inilah black powder
tersingkir penggunaannya sebagai bahan peledak utama dalam industri
pertambangan setelah diketemukan nitrigleserin dan bahkan sekarang bahan
peledak berbasis emulsi yang mempunyai kekuatan detonasi sangat tinggi dan
aman.
Walaupun demikian black powder saat ini masih tetap dimanfaatkan untuk
mengisi sumbu api atau sumbu bakar atau safety fuse untuk peledakan dengan
menggunakan detonator biasa. Untuk keperluan militer, black powder digunakan
sampai sekarang sebagai mesiu di dalam selongsong peluru yang berfungsi
sebagai pelontar proyektil peluru (propellant) dan juga digunakan pada berbagai
keperluan piroteknik.
DETONATOR
ramuan pembakar
isian utama
(Ignition mixture)
(primer charge)
ruang kosong disediakan untuk
sumbu bakar (safety fuse)
penyumbat
penyumbat
fusehead : fusehead
- kawat halus yang elemen waktu
memijar tunda
- ramuan pembakar
tabung silinder tabung silinder
isian utama isian utama
label tunda
elemen tunda
isian utama plug penutup
isian dasar
tidak tembus air
Lapisan luar
Lapisan
sumbu nonel
tengah
Lapisan
dalam
“J” hook
HMX satu
layer
Explosives Class: 1.1D U.N. No: 0042
1
Calculated from thermodynamic codes
2
HDP 150 and HDP 400 are 3.6g cord sensitive.
Muatan detonator : semua jenis detonator berisi bahan peledak kuat (high
explosive) dengan jumlah tertentu yang menentukan kekuatannya dan bahan
penimbul panas.
Terdapat dua jenis muatan bahan peledak di dalam detonator yang masing-
masing fungsinya berbeda, yaitu :
- Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka
(sensitif). Fungsinya adalah menerima efek panas dengan sangat cepat
dan meledak menimbulkan gelombang kejut.
- Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan
peledak kuat dengan VoD tinggi. Fungsinya adalah menerima
gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan besarnya tergantung
pada berat isian dasar tersebut.
mm inci 0.70 0.80 0.85 0.90 1.00 1.15 1.20 1.25 1.30
76 3.00 3.18 3.63 3.86 4.08 4.54 5.22 5.44 5.67 5.90
89 3½ 4.35 4.98 5.29 5.60 6.22 7.15 7.47 7.78 8.09
102 4.00 5.72 6.54 6.95 7.35 8.17 9.40 9.81 10.21 10.62
108 4¼ 6.41 7.33 7.79 8.24 9.16 10.54 10.99 11.45 11.91
114 4½ 7.14 8.17 8.68 9.19 10.21 11.74 12.25 12.76 13.27
121 4¾ 8.05 9.20 9.77 10.35 11.50 13.22 13.80 14.37 14.95
127 5.00 8.87 10.13 10.77 11.40 12.67 14.57 15.20 15.83 16.47
130 5 9.29 10.62 11.28 11.95 13.27 15.26 15.93 16.59 17.26
140 5½ 10.78 12.32 13.08 13.85 15.39 17.70 18.47 19.24 20.01
152 6.00 12.70 14.52 15.42 16.33 18.15 20.87 21.78 22.68 23.59
159 6¼ 13.90 15.88 16.88 17.87 19.86 22.83 23.83 24.82 25.81
165 6½ 14.97 17.11 18.18 19.24 21.38 24.59 25.66 26.73 27.80
178 7.00 17.42 19.91 21.15 22.40 24.88 28.62 29.86 31.11 32.35
187 7 19.23 21.97 23.34 24.72 27.46 31.58 32.96 34.33 35.70
203 8.00 22.66 25.89 27.51 29.13 32.37 37.22 38.84 40.46 42.08
210 8¼ 24.25 27.71 29.44 31.17 34.64 39.83 41.56 43.30 45.03
229 9.00 28.83 32.95 35.01 37.07 41.19 47.37 49.42 51.48 53.54
251 9 34.64 39.58 42.06 44.53 49.48 56.90 59.38 61.85 64.33
270 10 40.08 45.80 48.67 51.53 57.26 65.84 68.71 71.57 74.43
279 11.00 42.80 48.91 51.97 55.02 61.14 70.31 73.36 76.42 79.48
286 11¼ 44.97 51.39 54.61 57.82 64.24 73.88 77.09 80.30 83.52
311 12¼ 53.18 60.77 64.57 68.37 75.96 87.36 91.16 94.96 98.75
349 13¾ 66.96 76.53 81.31 86.10 95.66 110.01 114.79 119.58 124.36
381 15.00 79.81 91.21 96.91 102.61 114.01 131.11 136.81 142.51 148.21
432 17.00 102.60 117.26 124.59 131.92 146.57 168.56 175.89 183.22 190.55