BATUAN
Proses Peledakan
Massa Batuan
Kekuatan
Struktur
Batasan
Biaya
Geometri pit
Peralatan
Peraturan
Kontrol
Interaksi
Bahan
Peledak &
Batuan
Hasil Peledakan
K3
Fragmentasi
Profil tumpukan
Ore loss / dilution
Volume ledakan
Kerusakan
Vibrasi / airblast
Fly rock
Biaya
Rancangan Peledakan
Jenis bahan peledak, geometri peledakan
Waktu tunda & pola insiasi
Detonation
Bidang
Chapmen Jouget
Region of shock wave
Shock Wave
transmitted into rock
Explosive
Expanding gases
Direction of detonation
Shock Wave
transmitted into rock
Disturbed Explosive
Undisturbed Explosive
Fase Detonasi
Stemming
Un-detonated
explosive
KPa
>50C
Detonation
zone
Explosion
state
GPa
>2000 - 300C
Soft rock
Hard rock
Spalling
Radial cracks
Expanded blasthole
Original blasthole
Crushed zone
p
i
Zona
Hidrostatik
p
i
Free face
pi
Kondisi tegangan
pada elemen zona
hidrostatik
Crushed zone
Original blasthole
Tekanan - MPa
Bahan Peledak - A
Bahan Peledak - B
Volume m3
Jumlah
Konsumsi
Bahan Peledak
Energy
Spesifik
Volume Batuan
yang
Dibongkar
Faktor Energi
(kg)
(MJ/kg)
(bcm)
(MJ/bcm)
55000
1,10
ANFO
ANFO
10300
3.7
T4030
Heavy ANFO
3000
3.3
T4050
Titan Black
4050
3.1
Total
17350
Faktor Energi
Faktor Energi
Fragmentasi Peledakan
Dua Fase Yang Berbeda
failure of the intact rock
liberation of in-situ matrix
Pergerakan Burden
20
Hard
Vb - m/s
15
100
10
Tb - ms
Soft
0
0
10
15
Hard
80
Critical Burden
20
Burden m
60
40
20
0
0
Soft
10
Burden m
15
20
Pengaruh Pengukungan
Crack extension due
to gas penetration
Shock induced and
natural discontinuities
Gas flow
direction
Gas flow
direction
Strength
High VOD
High density
High VOD
Low density
Low VOD
Low density
Fractures
Strength
70/30G
1.25 g/cc
5700 m/s
50-50G
501.15 g/cc
5400 m/s
LD ANFO
0.68 g/cc
3300 m/s
Fractures
Throw requirement
Low VOD
Med--High density
Med
Low VOD
Low density
Fines requirement
High VOD
High density
High VOD
Med density
Throw requirement
ANFO
0.82 g/cc
4000 m/s
Fines requirement
50-50 G
501.28 g/cc
g/cc
5000 m/s
100-0 G
1001.15 g/cc
5700 m/s
Tahap kompresi (Pembebanan Dinamik) - pada saat BP meledak, fasa padat fasa gas, P & T ,
menimbulkan gelombang kejut tekan shock wave. Shock wave efek peremukan di sekitar lubang
tembak & merambat meninggalkan lubang tembak (tekanan positif) dgn laju 850 1500 mpd,
rekahan radial yg menjalar dari lubang tembak & tegangan tangensial (), yg arahnya tegak lurus
dinding lubang tembak. T = f (antar delay dgn pantulan pd freeface)
2.
Tahap pemecahan (Pembebanan Kuasi-Statik) - gelombang kejut yg mencapai bidang bebas akan
dipantulkan kembali ke sumber ledakan. Gelombang kejut tidak secara langsung memecahkan batuan,
tetapi mempersiapkan kondisi batuan untuk proses pemecahan tahap akhir. Bersamaan dgn itu P dgn
cepat, kemudian rekahan radial akan berubah menjadi gelombang tarik & geser. Gelombang tarik
merambat kembali dalam batuan. Oleh karena st batuan lebih kecil daripada sc, terjadi primary
failure cracks, & karena st sangat kuat slabbing atau spalling pada bidang bebas. Rekahan dalam
proses ini merupakan bidang2 lemah yg membantu fragmentasi utama pada proses peledakan. Secara
teoritis jumlah energi gelombang kejut hanya berkisar 5 15% dari energi total bahan peledak. T = f
(confinement)
3.
Tahap pemecahan akhir (Pelepasan Beban) - gas P akan menjalar ke dalam rekahan radial utama
yg telah terbentuk akan diperlebar dgn cepat oleh efek kombinasi starik (tensile stress) akibat
kompresi radial & pneumatic wedging. Jika massa batuan di depan lubang tembak gagal
mempertahankan posisinya & bergerak ke depan maka stekan (compressive stress) tinggi yg berada
dalam batuan akan dilepaskan (unloaded), seperti spiral kawat yg ditekan kemudian dilepaskan. starik
akan melengkapi proses pemecahan batuan. Efek ini berlangsung paling lama dibanding kedua efek
sebelumnya, akan tetapi efeknya paling kecil
Mekanisme Pecah
Batuan
Fragmentasi Batuan
Oversize
Rekahan alami atau blok batuan yang terdorong oleh energi peledakan.
Pressure
Explosive Pressure
Pressure
Detonating
Pressure
Explosive
Energy
Work Energy
Shock
Energy
Gas
Energy
Waste Energy
Heat
Energy
Light
Energy
Sound
Energy
Seismic
Energy
Shock energy
Gas energy
Waste energy - terdiri dari light, heat, sound, dan seismic energy. Seismic
dan sound energy akan menjalar melalui batuan, mengakibatkan deformasi
batuan tetapi tidak memecahkan batuan, karena masih dalam batas
elastiknya, menghasilkan gelombang seismik & dirasakan sebagai getaran
yang pada batas tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada struktur
bangunan dan juga dapat sangat mengganggu manusia. Gelombang
seismik ini dirasakan oleh manusia sebagai getaran
Faktor Impedansi (h1), - kemampuan batuan untuk meneruskan energi peledakan, &
merupakan fungsi dan karakteristik bahan peledak sebagai sumber energi dan
karakteristik batuan yang menerima energi (kecepatan rambat gelombang seismik
dalam massa batuan = Vf).
lubang tembak & merupakan fungsi dari coupling ratio (CR) atau nisbah
h/e.
(I e I r ) 2
1 1
(I e I r ) 2
2 h
e
(
e
1)
(b)
(a)
B
s
Tekanan Dinamik
1.5
2.0
2.5
f
h/fe
B > 60 f
h
B = 60 f
h
B = 40 f
h
B = 20 f
h
Efek
Peledakan
Fungsi
Burden
Fragmentasi Batuan
Fragmentasi Batuan
V = Volume batuan, m3
(1+a)V
Rock Displacement
B = Burden
= persen penambahan volume material tumpukan
G1 = Titik berat insitu batuan
G2 = Titik berat material tumpukan
G1
+
G2
+
1 100 B.H B
2
3 100 tan 2
1
2
mVd m.g..
2
Dl
c = V . r . g . . l. 10-6
m = massa batuan, kg
= koefisien gesek
V = volume batuan, m3
Overcrushing
Terjadi disekitar lubang tembak saja, sesaat setelah proses
peledakan
Volume batuan yg mengalami overcrushing
(H - T)[(2h/2)2 (h/2)2] = (H - T) h2
H = tinggi jenjang
T = panjang stemming
H T = column charge
b = (H T) h . h c
b = Energi yang dibutuhkan untuk pemecahan batuan, MJ
h = Pembesaran lubang, m
Pengaruh Seismik
Energi yg diteruskan ke massa batuan per satuan luas
dan satuan waktu
g = 2R2 . 22 . r . Vf . a2 . f . tv
Energi - %
Fracture insitu
<1
Breakage
15
Displacement
1.5 2.0
Flyrock
<1
Ground vibration
40
Airblast
38 - 39
Terjadinya pecah yang berlebihan. Kejadian ini umumnya terjadi di sekeliling lubang
tembak. Dalam keadaan normal peledakan pecah yang berlebihan ini tidak diharapkan
karena merupakan pemborosan energi. Persentase energi peledakan yang didistribusikan
untuk efek ini sekitar 1,5 2 %.
Batu terbang adalah peristiwa lemparan batuan yang terjadi karena kesalahan dalam
peledakan. Besarnya energi yang terpakai hingga menimbulkan batu terbang pada
kondisi peledakan normal relatif kecil sekali yaitu kurang dari 1% energi peledakan.
Pada kenyataannya setiap peledakan akan menghasilkan volume batuan pecah yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan angka volume batuan antara lubang tembak dan free
face. Pengaruh peledakan ini juga akan menimbulkan deformasi permanen pada batuan
dindingnya. Deformasi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding lereng
(back break) dan menyia-nyiakan energi peledakan.
Efek energi seismik yang diteruskan ke massa batuan dapat menimbulkan getaran
permukaan. Getaran permukaan ini dapat mengakibatkan kerusakan struktur bangunan
disekitar lokasi peledakan. Besarnya persentase energi peledakan yang didistribusikan
dalam bentuk getaran permukaan ini sekitar 40%.
Efek energi seismik yang diteruskan ke udara dapat menimbulkan airblast. Energi yang
berupa gas-gas peledakan ini keluar bersamaan dengan ejeksi pemampat akibat tekanan
gas dalam lubang tembak yang tidak mampu ditahan selama mungkin oleh pemampat.
Besarnya energi peledakan yang terbuang dalam bentuk airblast ini sekitar 38 sampai
40%.
Interaksi BP - Batuan
Lownds (1986), Udy & Lownds (1990) mengembangkan model mekanistik untuk
menjelaskan interaksi BP - Batuan dengan menggunakan kurva P-V untuk gas
peledakan. Selanjutnya Sarma (1994) menggunakan metode sejenis dan
mengembangkan model yang disebut EXEN, untuk menduga pelepasan energi dari
suatu BP dalam kenyataan di lapangan.
Interaksi BP - Batuan selama peledakan dihasilkan oleh EXEN dalam bentuk kurva PV dari gas yang dihasilkan saat awal ledakan hingga;
Asumsi yang diterapkan adalah bahwa kehilangan energi saat gas mencapai kondisi
akhir dianggap sangat kecil.
Luas di bawah kurva tekanan-volume menunjukkan pelepasan energi selama proses
peledakan batuan dan dapat dibagi ke dalam beberapa tahap;
1. tahap detonasi (zone1)
2. tahap perambatan gelombang kejut (zone 2 dan 3)
3. tahap ekspansi tekanan gas (zone 4 dan 5)
4. tahap perpindahan/pergerakan batuan atau burden (zone 6 dan 7)
Karena gas ledakan tidak mendorong batuan hingga lubang tembak penuh
terisi, energi yang diwakili oleh zone 1 dianggap tidak mempunyai kontribusi
yang berarti kedalam proses peledakan.
Dalam kondisi kopling penuh, tekanan ledakan akan sama dengan tekanan
lubang tembak.
Pb
Pressure
Peq
B
2
4
6
3
p(tter )
Starting of overburden
movement
p(tmin)
5
P
Ve
Vb
Q
Veq
R
V(tmin)
S
V(tter )
Volume
Pada fase ini, gas ledakan berekspansi dari ukuran lubang tembak awal Vb ke
kondisi volume saat setimbang Veq. Pelepasan energi dalam fase ini didefiniskan
sebagai energi kejut & ditunjukkan oleh luas daerah PABQ.
Komponen kinetik dipakai untuk ekspansi lubang tembak & meremukkan batuan
disekitar lubang tembak. Komponen regangan adalah energi yg disimpan di dalam
batuan saat terjadi kondisi seimbang & dianggap sebagai energi yg menyebabkan
pengkawahan (cratering) jaringan rekahan utama disekitar lubang tembak.
Komponen regangan diwakili oleh luas daerah PBQ & komponen kinetik di hitung dgn
cara mengurangi energi kejut total dgn komponen regangan.
2.
Gas ledakan yang terperangkap di dalam massa batuan menekan burden ke depan & menempati
ruangan yang diakibatkan oleh pergerakan burden ini. Garis RD merupakan fungsi dari
pergerakan burden akibat beban peledakan. Pelepasan energi selama pergerakan burden ini
diwakili oleh luas daerah RCDS & dibagi dalam 2 komponen.
Komponen pertama adalah energi kinetik (Eke) yang dikenai ke burden dan lainnya adalah energi
potensial (Epe) yang disimpan di dalam massa batuan pada kondisi-kondisi terminal. Energi
potensial yang dilalukan ke dalam burden pada kondisi-kondisi tersebut kontribusinya terhadap
fragmentasi dan pengangkatan sangat kecil dan diperkirakan mempunyai luas daerah RDS.
Energi kinetik yang dilalukan ke burden memberi kontribusi terhadap pergerakan burden dan
dapat dihitung dengan mengurangi energi efektif yang dilepas selama pergerakan burden (Ebm
dengan Epe).
Energi yang diwakili oleh zone 5 dan 6 dianggap bertanggung jawab terhadap pergerakan burden,
dan karena itu dikatakan sebagai energi potensial pergerakan burden (Ebme). Pelepasan energi
selama fase gas dan pergerakan burden didefinisikan sebagai energi pengangkatan (Eh) dan
dianggap bertanggung jawab sebagai penyebab pengangkatan massa batuan. Energi yang
dilepaskan oleh ledakan gas-gas dari keadaan dimana lubang tembak diisi penuh oleh gas-gas
tersebut hingga dicapainya kondisi terminal didefinisikan sebagai energi peledakan (Ebe).
V
X A 0
Q
0,8
Q1/6
Qe x E = Q x 115
V0
X A
Qe
0,8
1/6
Qe
1/6
115
115
0,8
V0
3
kebalikan
Powder
Factor/Spe
cific
Charge
kg/m
Qe
X A k
0,8
19/30
Qe
1/6
115
Re
x
xc
x
Xc
1/n
0,693
B W A 1 L
n 2,2 14 1 1
d
B
2 H
Kondisi Batuan
RQD (%)
1.
95 100
2.
90 99
3.
85 95
4.
75 85
5.
30 75
6.
3 30
7.
03
Intermediate (0,11m)
Bobot
10
20
50
Joint
Orientation
Horizontal
Dip Out of
Face
Bobot
10
20
30
40
Mineral
% volume
Kekerasan Mohs
%V x Moh
Plagioklas
20.2
1.5
30.30
Kuarsa
26.8
7.0
187.60
Fragmen Batuan
23.4
4.2
98.28
Karbonat
5.6
3.5
19.60
Mika
9.2
2.5
23.00
Mineral Lempung
12.5
2.5
31.25
Mineral Bijih
2.3
2.5
5.75
jumlah
100
395.78
Parameter
Bobot
10
1.2 Blocky
20
SGI = 25 x SG 50
50
SG
2,65
30
SGI
16,25
Dipilih
2. Joint plane spacing ( JPS )
5. Hardness (H)
10
Rating of 1-10
20
Dipilih
50
50
Sehingga, BI = 62,6
Dipilih
3. Joint plane Orientation ( JPO )
3.1 Horizontal
10
20
30
40
Dipilih
25
Sehingga, RF = 9,39
3,95
Top size
(a)
(b)
Single
Objec
t
Dual
Objec
t
: 3,5 inci
:4m
:5m
: 5,6 m
:2m
: 3,6 m
: 18,4 kg
: 0,2 kg/bcm
< 40 cm
41-80 cm
81-120 cm
>120 cm
35,9%
25,9%
16,2%
22,0%
40-80cm
81-120cm
>120cm
41
30
11
18
32
32
18
18
44
30
12
14
59
21
12
60
21
12
48
22
18
12
56
17
11
16
35
28
17
20
50
32
12
10
41
23
15
21
11
44
31
15
10
12
38
33
20
Rata-rata
37.90%
26.70%
17.40%
18.00%
Perbandingan Distribusi
Fragmentasi Lapangan vs Model
Kuz--Ram. KasusKuz
Kasus-1
Kuz-Ram
Pengamatan lapangan
<41 cm
35,9%
37,9%
41 80 cm
25,9%
26,7%
81 120 cm
16,2%
17,4%
>120 cm
22,0%
18,0%
Ukuran
Pengamatan lapangan
40
35
30
25
20
15
10
5
0
<40
41-80
81-120
ukuran (cm)
>120
Blok Peledakan
P20 (mm)
P50 (mm)
P80 (mm)
19
060018-1
43.9
103.2
189.2
388.3
20
105014-1
41.7
100.7
180.8
338.1
21
105014-2
37.1
77.9
136.5
340.9
22
105014-3
29.9
72.6
143.6
346.8
23
105017-1
64.3
141.9
272.2
497.3
24
105017-2
76.4
139.7
232.8
371.2
25
105019-1
35.7
90.9
164
288.3
26
105019-2
27.2
64.4
128.1
412.7
27
105019-3
27.1
69.2
147.1
285.7
28
105019-4
66
133.8
220.2
353.4
29
105019-5
62.6
154
307
534.8
30
105019-6
33.9
87.6
171.6
317.4
45.48
102.99
191.09
372.91
Rata-rata
Blok Peledakan
19
Persen Fragmentasi
0-25(cm)
>25-50(cm)
>50-75(cm)
>75(cm)
060018-1
67.61
24.68
6.12
1.59
20
105014-1
73.98
21.33
3.98
0.71
21
105014-2
67.35
24.8
6.22
1.64
22
105014-3
57.76
28.14
9.89
4.21
23
105017-1
67.14
24.89
6.29
1.67
24
105017-2
67.35
24.8
6.22
1.64
25
105019-1
56.89
28.34
10.23
4.54
26
105019-2
56.79
28.36
10.27
4.58
27
105019-3
56.66
28.39
10.32
4.63
28
105019-4
56.31
28.47
10.46
4.77
29
105019-5
56.89
28.34
10.23
4.54
30
105019-6
56.79
28.36
10.27
4.58
61.79
26.58
8.38
3.26
Prosentase (%)
>25-50(cm)
>50-75(cm)
>75(cm)