Anda di halaman 1dari 75

MEKANISME PECAHNYA

BATUAN

Tujuan Peledakan Massa Batuan

Membongkar atau melepas


Memecah dan memindah
Membuat rekahan
dan sebagainya.

Proses Peledakan
Massa Batuan
Kekuatan
Struktur

Batasan
Biaya
Geometri pit
Peralatan
Peraturan

Kontrol

Interaksi
Bahan
Peledak &
Batuan

Hasil Peledakan
K3
Fragmentasi
Profil tumpukan
Ore loss / dilution
Volume ledakan
Kerusakan
Vibrasi / airblast
Fly rock
Biaya

Rancangan Peledakan
Jenis bahan peledak, geometri peledakan
Waktu tunda & pola insiasi

Faktor Penting Peledakan Massa


Batuan

Karakteristik atau sifat batuan yang


diledakkan, termasuk data struktur &
geoteknik.
Sifat-sifat bahan peledak.
Teknik/metoda peledakan yang dipakai

Detonation
Bidang
Chapmen Jouget
Region of shock wave
Shock Wave
transmitted into rock

Curved shock front of


detonation
Stable reaction products, mainly gas
region of crushed rock

Explosive

Expanding gases

Direction of detonation

Stable reaction products, mainly gas


region of crushed rock

Shock Wave
transmitted into rock

Primary reaction zone

Disturbed Explosive

Undisturbed Explosive

Fase Detonasi
Stemming

Un-detonated
explosive

KPa
>50C

Detonation
zone

Explosion
state

GPa
>2000 - 300C

Saat peledakan bahan peledak


bahan kimia dirubah menjadi gas
Tekanan Detonasi adalah tekana
pada bidang CJ & dapat diduga
dengan
Pd = K VoD2
Tekanan ledakan adalah tekanan
dibelakang bidang CJ & bisanya
sekitar setengan dari Tekanan
Detonasi

VOD & Gas Peledakan

Teori fragmentasi popular: gelombang kejut akan merambat keluar


dari kolom bahan peledak dan meregangkan batuan sehingga
menyebabkan fragmentasi.
Tekanan gas akan memindahkan batuan yang sudah teretakkan.
Bahan peledak dengan VOD rendah akan membebaskan tekanan
gas dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan bahan
peledak dengan VOD tinggi.

Asumsi Mekanisme Pecahnya


Batuan
Batuan bersifat homogen, isotropik, dan elastik
Peledakan terjadi pada lubang tembak tunggal
Fakta bahwa sifat mekanis batuan yang sering
dijumpai dalam kegiatan peledakan bersifat;
heterogen, terkekarkan, diskontinum & non
elastik

Peledakan Lubang Tembak Tunggal


Anzomex Primer
= 1.65 gr/cc; VOD = 7.2 km/d;, PD = 21 GPa
Magnum II PD = 8 GPa
Power Gel PD = 6 GPa
Shock energy + Gas energy = Fragmentation energy
Gas energy = Heave energy

Peledakan Batuan Lunak & Keras


Deformasi plastik, peremukan terjadi
sekitar lokasi muatan
Tidak perlu high peak pressure
Fragmentasi bergantung kepada
pembukaan rekahan & penetrasi gas
GV akan lebih besar pada hard rocks
Perlu heave energi yg tinggi

Soft rock

Perlu pembentukan rekahan baru


Perlu tekanan lubang tinggi
Resiko bising & fly rock
Perlu energi fragmentasi tinggi

Hard rock

Fase Gelombang Kejut


Open fracture

Gas ledakan mengembang ke


Tensile wave
Compressive wave

dinding lubang hingga mencapai


keseimbangan dengan tegangan

Spalling

Energi BP dikeluarkan hingga titik


ini disebut sebagai Energi Kejut
Energi yang dikeluarkan selama
proses ini digunakan utk

Radial cracks
Expanded blasthole

membentuk fracture net work

Original blasthole
Crushed zone

Compressive stress > Kuat Tekan Dinanik mengarah ke peremukan


Tangential stress > Kuat Tarik Dinamik mengarah ke retakan radial

Fase Ekspansi Tekanan Gas


Fracture
extension

p
i

Zona
Hidrostatik

p
i

Free face

Ledakan gas menembus kedalam fracture


network dengan kecepatan 0.1- 0.4 sonic
velocity

pi

Kondisi tegangan
pada elemen zona
hidrostatik

Fase Pergerakan Burden


Stemming
ejection

Crushed zone

Original blasthole

Tekanan - MPa

Kurva Interaksi PV Bahan Peledak Batuan

Bahan Peledak - A

Bahan Peledak - B
Volume m3

Tabel Perhitungan Energi Faktor


Product

Jumlah
Konsumsi
Bahan Peledak

Energy
Spesifik

Volume Batuan
yang
Dibongkar

Faktor Energi

(kg)

(MJ/kg)

(bcm)

(MJ/bcm)

55000

1,10

ANFO

ANFO

10300

3.7

T4030

Heavy ANFO

3000

3.3

T4050

Titan Black

4050

3.1

Total

17350

Faktor Energi

Energi ANFO Energi Heavy ANFO Energi Titan Black


Volume Batuan Terbongkar

Faktor Energi

10300 3.7 3000 3.3 4050 3.1 1.10 MJ/bcm


55000

Fragmentasi Peledakan
Dua Fase Yang Berbeda
failure of the intact rock
liberation of in-situ matrix

Pergerakan Burden
20

Hard

Vb - m/s

15

100

10

Tb - ms

Soft

0
0

10

15

Hard

80

Critical Burden

20

Burden m

60
40
20
0
0

Untuk suatu konsentrasi energi


Batuan lunak bergerak terlambat & pelan
dibandingkan batuan keras
Critical burden untuk batuan lunak lebih
besar drpd untuk batuan keras

Soft

10

Burden m

15

20

Pengaruh Pengukungan
Crack extension due
to gas penetration
Shock induced and
natural discontinuities

Gas flow
direction

Extent of gas damage = f (gas penetration velocity, relief time)


Gas penetration velocities = 100 400 m/s

Videos showing gas penetration

Gas flow
direction

Explosive Selection to Meet Rock


Structure and Strength Properties
Medium VOD
High density

Strength

High VOD
High density

High VOD
Low density

Low VOD
Low density

Fractures

Explosive Selection to Meet Rock


Structure and Strength Properties
100-0G
1001.25 g/cc
5800 m/s

Strength

70/30G
1.25 g/cc
5700 m/s

50-50G
501.15 g/cc
5400 m/s

LD ANFO
0.68 g/cc
3300 m/s

Fractures

Throw requirement

Explosive Selection to Meet Blast


Objectives

Low VOD
Med--High density
Med

Low VOD
Low density

Fines requirement

High VOD
High density

High VOD
Med density

Throw requirement

Explosive Selection to Meet Blast


Objectives
30-70
301.2 g/cc
4600 m/s

ANFO
0.82 g/cc
4000 m/s
Fines requirement

50-50 G
501.28 g/cc
g/cc
5000 m/s
100-0 G
1001.15 g/cc
5700 m/s

Explosive Energy Partitioning


100% Available
Energy

Shock Energy Component

Heave Energy Component


Increasing Velocity of Detonation

Mekanisme Pemecahan Batuan


1.

Tahap kompresi (Pembebanan Dinamik) - pada saat BP meledak, fasa padat fasa gas, P & T ,
menimbulkan gelombang kejut tekan shock wave. Shock wave efek peremukan di sekitar lubang
tembak & merambat meninggalkan lubang tembak (tekanan positif) dgn laju 850 1500 mpd,
rekahan radial yg menjalar dari lubang tembak & tegangan tangensial (), yg arahnya tegak lurus
dinding lubang tembak. T = f (antar delay dgn pantulan pd freeface)

2.

Tahap pemecahan (Pembebanan Kuasi-Statik) - gelombang kejut yg mencapai bidang bebas akan
dipantulkan kembali ke sumber ledakan. Gelombang kejut tidak secara langsung memecahkan batuan,
tetapi mempersiapkan kondisi batuan untuk proses pemecahan tahap akhir. Bersamaan dgn itu P dgn
cepat, kemudian rekahan radial akan berubah menjadi gelombang tarik & geser. Gelombang tarik
merambat kembali dalam batuan. Oleh karena st batuan lebih kecil daripada sc, terjadi primary
failure cracks, & karena st sangat kuat slabbing atau spalling pada bidang bebas. Rekahan dalam
proses ini merupakan bidang2 lemah yg membantu fragmentasi utama pada proses peledakan. Secara
teoritis jumlah energi gelombang kejut hanya berkisar 5 15% dari energi total bahan peledak. T = f
(confinement)

3.

Tahap pemecahan akhir (Pelepasan Beban) - gas P akan menjalar ke dalam rekahan radial utama
yg telah terbentuk akan diperlebar dgn cepat oleh efek kombinasi starik (tensile stress) akibat
kompresi radial & pneumatic wedging. Jika massa batuan di depan lubang tembak gagal
mempertahankan posisinya & bergerak ke depan maka stekan (compressive stress) tinggi yg berada
dalam batuan akan dilepaskan (unloaded), seperti spiral kawat yg ditekan kemudian dilepaskan. starik
akan melengkapi proses pemecahan batuan. Efek ini berlangsung paling lama dibanding kedua efek
sebelumnya, akan tetapi efeknya paling kecil

Mekanisme Pecah
Batuan

Faktor--Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor
Fragmentasi
Pola distribusi bahan peledak & pola penyalaan
peledakan
Kondisi massa batuan
Kesesuaian desain peledakan dengan kondisi di
lapangan

Fragmentasi Batuan
Oversize

Mempengaruhi efesiensi alat gali, alat muat, & proses selanjutnya.

Memerlukan proses lanjut melalui peledakan sekunder (secondary blasting)


dan hammer rock breaker.

Material hasil peledakan yang terlalu halus menyebabkan mudahnya


pengaliran material tanpa melewati proses crushing. Kondisi ini
menghambat secondary circuit, mempengaruhi ekonomi pada efesiensi
proses dan mengganggu proses leaching pada pengolahan bijih emas.

Pembentukan fragmen batuan akibat peledakan

Rekahan alami atau blok batuan yang terdorong oleh energi peledakan.

Rekahan baru yang disebabkan oleh proses detonasi bahan peledak

Kombinasi dari rekahan akibat dari peledakan dan rekahan alami.

Energi Bahan Peledak

Peledakan suatu media padat akan menimbulkan PD (detonation) & PE (explosion) yg


merupakan efek dari shock energy + gas energy (heave energy) = fragmentation
energy) hasil dari perubahan kimia BP
HE, pertama kali akan terjadi PD & diikuti PE, sedangkan untuk LE hanya terjadi PE,
karena adanya perbedaan kecepatan penjalaran reaksi kimia dalam kolom BP
HE mempunyai kec reaksi > kecepatan rambat suara dalam BP, yang dikenal
sebagai VOD. VOD gelombang kejut / gelombang detonasi yang terletak di depan
daerah reaksi utama (primary reaction zone) dalam kolom bahan peledak.
Gelombang kejut ini yang menyebabkan timbulnya PD
Dibelakang daerah reaksi utama terbentuk gas-gas stabil. Gas-gas ini menimbulkan
PE yang besarnya kurang lebih 45% besar PD. Meskipun PE < PD tetapi memberikan
energi yg lebih besar dalam proses peledakan suatu media, 85% dari total work
energy. Ini dikarenakan periode gelombang PE > PD. Vreaksi kimia LE < Vsuara tidak
terjadi gelombang kejut seperti pada HE maka tidak terbentuk PD
Untuk dua atau lebih lubang tembak yang sekaligus meledak dapat menyebabkan
timbulnya borehole pressure. Lubang tembak yg sangat berdekatan & diledakkan
bersama akan menimbulkan borehole pressure sebesar setengah P D, sedangkan
untuk lubang tembak tunggal atau berbatasan dengan bidang bebas saja, tekanan
yang ditimbulkan lubang ledak sangat kecil.

Pressure

Energi Bahan Peledak

Explosive Pressure
Pressure

Detonating
Pressure

Distance along blast hole

Energi Bahan Peledak


Bahan peledak melepaskan energi dan menghasilkan rock
fracturing, elastic deformation, dan plastic deformation pada batuan.
Energi peledakan yang menyebabkan terjadinya elastic deformation
dapat menghasilkan stress wave (body wave) yang merambat
melalui massa batuan.
Peledakan membutuhkan sejumlah energi yang cukup sehingga
melebihi atau melampaui kekuatan batuan atau melampaui batas
elastik batuan untuk memecahkan batuan. Proses pemecahan ini
akan terus berlanjut hingga energi yang dihasilkan oleh bahan
peledak makin lama makin berkurang dan menjadi lebih kecil dari
kekuatan batuan, sehingga proses pemecahan batuan berhenti.

Blok Diagram Energi Bahan Peledak

Explosive
Energy

Work Energy

Shock
Energy

Gas
Energy

Waste Energy

Heat
Energy

Light
Energy

Sound
Energy

Seismic
Energy

Energi Bahan Peledak

Work energy - merupakan energi peledakan yang menyebabkan


terpecahnya batuan & akan berlangsung terus hingga energi yang
dihasilkan oleh bahan peledak semakin berkurang dan tidak cukup lagi
untuk memecahkan batuan sehingga diserap dalam bentuk energi sisa.

Shock energy

Gas energy

Waste energy - terdiri dari light, heat, sound, dan seismic energy. Seismic
dan sound energy akan menjalar melalui batuan, mengakibatkan deformasi
batuan tetapi tidak memecahkan batuan, karena masih dalam batas
elastiknya, menghasilkan gelombang seismik & dirasakan sebagai getaran
yang pada batas tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada struktur
bangunan dan juga dapat sangat mengganggu manusia. Gelombang
seismik ini dirasakan oleh manusia sebagai getaran

Energi Yang Diteruskan Pada Batuan

Untuk menghitung energi, semua besaran reaksi termodinamik pada proses


peledakan diasumsikan hanya tergantung kepada komposisi & produks reaksi &
panas yg ditimbulkan MJ/kg.

Besaran energi yg diteruskan pada batuan bergantung kepada:

Faktor Impedansi (h1), - kemampuan batuan untuk meneruskan energi peledakan, &
merupakan fungsi dan karakteristik bahan peledak sebagai sumber energi dan
karakteristik batuan yang menerima energi (kecepatan rambat gelombang seismik
dalam massa batuan = Vf).

Faktor coupling (h2) persentase energi yang dilanjutkan dari BP ke dinding

lubang tembak & merupakan fungsi dari coupling ratio (CR) atau nisbah
h/e.

e = e . VOD = Impedansi bahan peledak

r = r . Vf = Impedansi batuan e = 2.72

(I e I r ) 2
1 1
(I e I r ) 2

2 h
e

(
e

1)

Pengaruh Stress Pada Proses


Pecahnya Batuan
Ss = free face
B = burden
(a) = fracture produced by the reflected tensile wave
(b) = fractures produced by the expansion of gases

(b)
(a)

B
s

Tekanan Dinamik

Tekanan Dinamik vs. Coupling Ratio


1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1.0

1.5

2.0

2.5

f
h/fe

B > 60 f
h

B = 60 f
h

B = 40 f
h

B = 20 f
h

Efek
Peledakan
Fungsi
Burden

Energi Yang Diteruskan Pada Batuan


Jika e r, h1 mendekati harga 1, tetapi pada umumnya h1 < 1. Artinya
bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan diteruskan ke batuan.
Ketika lubang tembak terisi bahan peledak secara ideal, berarti h/e atau
CR mendekati 1, tekanan gelombang kejut yang terbentuk saat peledakan
berada dekat dinding lubang tembak sehingga memaksimalkan penyaluran
energi ke batuan. Jadi, bila CR mendekati minimum atau mendekati 1, maka
lebih banyak energi peledakan yang diteruskan ke batuan.
Ketika e < h atau CR > 1, tekanan gelombang kejut yang terbentuk saat
peledakan berada jauh dari dinding lubang tembak sehingga tekanan akan
turun secara eksponensial hingga sampai ke dinding lubang tembak. Hal ini
meminimalkan penyaluran energi peledakan ke batuan. Jadi bila CR
meningkat atau >1, maka lebih sedikit energi peledakan yang diteruskan ke
batuan.

Energi Yang Diteruskan Pada Batuan


Jika energi yang diteruskan ke batuan ditulis dengan notasi * dan
energi peledakan , maka:
* = h1 . h2 . e
Energi elastik potensial p yg terkandung pada 1 m3 batuan dengan
E dan t;
p = (t)2/2E
Jika besaran energi ini dihitung untuk seluruh volume (V=HxBxS)
batuan yg terpisahkan, maka energi untuk rock fracture insitu p
adalah,
p = V (t)2/2E

Idealisasi Fragmentasi Batuan Oleh


Satu Lubang Tembak (Berta,1990)

Fragmentasi Batuan

Energi yang diperlukan dalam fragmentasi batuan dapat dihitung dengan


menganalogikan proses peledakan dengan penggerusan mekanik dan
menerapkan teori Rittinger (1867) yang menyatakan bahwa selalu terdapat
hubungan proporsional antara energi yang diserap dalam proses kominusi
dengan keterbentukan permukaan baru dalam proses tersebut.

Analogi dengan mekanisme penggerusan, energi diteruskan pada batuan


oleh bahan peledak dan terjadi pemantulan gelombang kejut berkali-kali
yang melibatkan serangkaian interaksi dalam individual blok. Hal tersebut
mengakibatkan blok tersebut pecah menjadi ukuran yang lebih kecil dan
terbentuklah permukaan-permukaan baru. Proses ini berlangsung kontinu
selama energi yang tersedia dalam batuan masih mampu untuk
memecahkan batuan.

Fragmentasi Batuan

Energi pemecahan batuan yang merupakan fungsi dari


keterbentukan permukaan baru dapat dinyatakan sebagai berikut,
b = V . s . ss

b = Energi yang dibutuhkan untuk pemecahan batuan, MJ

V = Volume batuan, m3

S = Specific Surface = permukaan baru yang terbentuk tiap volume


batuan dapat dihitung dari kurva distribusi fragmentasi, m2/m3

ss = Energi superfisial spesifik, MJ/m3

Penentuan Energi Bahan Peledak

Energi bahan peledak yang dihasilkan dalam suatu peledakan


tergantung pada energi spesifik BP dan jumlah BP yang
digunakan.

Energi BP digunakan untuk membongkar blok batuan dinyatakan


dalam Faktor Energi (MJ/bcm).

Faktor Energi adalah suatu bilangan yang menyatakan besarnya


energi yang dibutuhkan untuk meledakkan satu satuan volume
batuan.

Di PT. KPC digunakan BP ANFO (ES = 3.7 MJ/kg), Heavy ANFO


(ES = 3.3 MJ/kg) dan Titan Black (ES = 3.1 MJ/kg)

(1+a)V

Rock Displacement

B = Burden
= persen penambahan volume material tumpukan
G1 = Titik berat insitu batuan
G2 = Titik berat material tumpukan

G1
+

G2
+

1 100 B.H B
2


3 100 tan 2

1
2
mVd m.g..
2

Dl

c = V . r . g . . l. 10-6
m = massa batuan, kg
= koefisien gesek

Vd = kecepatan pemindahan batuan, m/d


l= perpindahan, m

V = volume batuan, m3

r = bobot isi batuan, kg/m3

c = energi untuk memindahkan batuan, MJ

Overcrushing
Terjadi disekitar lubang tembak saja, sesaat setelah proses
peledakan
Volume batuan yg mengalami overcrushing
(H - T)[(2h/2)2 (h/2)2] = (H - T) h2

H = tinggi jenjang
T = panjang stemming
H T = column charge

Dengan asumsi bhw energi overcrushing pembesaran lubang,


energi crushing menjadi,

b = (H T) h . h c
b = Energi yang dibutuhkan untuk pemecahan batuan, MJ
h = Pembesaran lubang, m

Pengaruh Seismik
Energi yg diteruskan ke massa batuan per satuan luas
dan satuan waktu

g = 2R2 . 22 . r . Vf . a2 . f . tv

g = energi yg menimbulkan efek seismik, MJ

R = jarak titik ledak ke titik ukur, m


a = amplitudo vibrasi, m
f = frekuensi, detik-1
tv = durasi vibrasi, detik

Neraca Energi Total


Jenis Proses

Energi - %

Fracture insitu

<1

Breakage

15

Displacement

Crushing disekitar lubang tembak

1.5 2.0

Flyrock

<1

Ground vibration

40

Airblast

38 - 39

Efek Energi Peledakan Pada Batuan


Energi peledakan yang diteruskan pada batuan
menghasilkan efek terhadap massa batuan di
sekeliling lubang tembak
Secara umum efek peledakan tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu
efek produktif dan efek non produktif

Gambaran Efek Peledakan Produktif

Kelompok Efek Produktif

Baris depan blok peledakan mengalami perpindahan akibat lemparan,


tetapi tidak terlalu jauh. Lemparan yang berlebihan tidak diperlukan dan
membutuhkan biaya yang tinggi untuk membersihkan lantai kerja.
Umumnya ketinggian dari jenjang pada tambang terbuka didisain untuk
operasi alat muat yang efesien. Tumpukan yang terlalu rendah akibat
lemparan yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
alat muat. Persentase energi peledakan yang didistribusikan untuk
pemisahan blok peledakan dari massa batuan kurang dari 1%. Sedangkan
persentase energi peledakan yang didistribusikan untuk pemindahan blok
peledakan tersebut sekitar 4%.

Terjadi pecahnya batuan menjadi ukuran-ukuran yang optimum.


Produktivitas alat muat juga sangat dipengaruhi oleh ukuran material yang
dimuat. Semakin besar ukuran batuan yang dimuat maka semakin rendah
beban tertampung oleh alat muat karena rongga antaranya semakin besar.
Hal ini dapat menurunkan produktifitas dari alat muat. Persentase energi
peledakan yang didistribusikan untuk pemecahan batuan sekitar 15%.

Kelompok Efek Non Produktif

Terjadinya pecah yang berlebihan. Kejadian ini umumnya terjadi di sekeliling lubang
tembak. Dalam keadaan normal peledakan pecah yang berlebihan ini tidak diharapkan
karena merupakan pemborosan energi. Persentase energi peledakan yang didistribusikan
untuk efek ini sekitar 1,5 2 %.
Batu terbang adalah peristiwa lemparan batuan yang terjadi karena kesalahan dalam
peledakan. Besarnya energi yang terpakai hingga menimbulkan batu terbang pada
kondisi peledakan normal relatif kecil sekali yaitu kurang dari 1% energi peledakan.
Pada kenyataannya setiap peledakan akan menghasilkan volume batuan pecah yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan angka volume batuan antara lubang tembak dan free
face. Pengaruh peledakan ini juga akan menimbulkan deformasi permanen pada batuan
dindingnya. Deformasi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding lereng
(back break) dan menyia-nyiakan energi peledakan.
Efek energi seismik yang diteruskan ke massa batuan dapat menimbulkan getaran
permukaan. Getaran permukaan ini dapat mengakibatkan kerusakan struktur bangunan
disekitar lokasi peledakan. Besarnya persentase energi peledakan yang didistribusikan
dalam bentuk getaran permukaan ini sekitar 40%.
Efek energi seismik yang diteruskan ke udara dapat menimbulkan airblast. Energi yang
berupa gas-gas peledakan ini keluar bersamaan dengan ejeksi pemampat akibat tekanan
gas dalam lubang tembak yang tidak mampu ditahan selama mungkin oleh pemampat.
Besarnya energi peledakan yang terbuang dalam bentuk airblast ini sekitar 38 sampai
40%.

Teori Perbanding Kinerja Peledakan

Untuk membandingkan kinerja peledakan perlu diketahui tujuan


peledakannya sendiri, misalnya untuk kegiatan pembongkaran pemuatan
dengan dragline atau shovel. Dalam beberapa jenis peledakan mungkin
fragmentasi merupakan salah satu tujuan utama, sedangkan lainnya hanya
sekedar pembongkaran saja.

Seringkali energi peledakan atau dalam bentuk kinerja peledakan


sikacaukan dengan energi BP. Oleh karena itu perlu diketahui energi rating
dari suatu BP agar dapat diketahui pemanfaatannya dalam proses
peledakan.

Interaksi BP - Batuan
Lownds (1986), Udy & Lownds (1990) mengembangkan model mekanistik untuk
menjelaskan interaksi BP - Batuan dengan menggunakan kurva P-V untuk gas
peledakan. Selanjutnya Sarma (1994) menggunakan metode sejenis dan
mengembangkan model yang disebut EXEN, untuk menduga pelepasan energi dari
suatu BP dalam kenyataan di lapangan.
Interaksi BP - Batuan selama peledakan dihasilkan oleh EXEN dalam bentuk kurva PV dari gas yang dihasilkan saat awal ledakan hingga;

gas mencapai muka bebas

tekanan gas menurun hingga tekanan atmosfir

temperatur gas menurun hingga temperatur ambiet

Asumsi yang diterapkan adalah bahwa kehilangan energi saat gas mencapai kondisi
akhir dianggap sangat kecil.
Luas di bawah kurva tekanan-volume menunjukkan pelepasan energi selama proses
peledakan batuan dan dapat dibagi ke dalam beberapa tahap;
1. tahap detonasi (zone1)
2. tahap perambatan gelombang kejut (zone 2 dan 3)
3. tahap ekspansi tekanan gas (zone 4 dan 5)
4. tahap perpindahan/pergerakan batuan atau burden (zone 6 dan 7)

Pelepasan Energi Selama Detonasi

Shock wave energy (2-3%), pelepasan energi selama tahap detonasi


diwakili oleh zone 1.

Dalam kondisi muatan dekopling, gas berekspansi dan menempati volume


lubang tembak, Vb. Selama proses ini tekan gas ledakan menurun dari Pe
ke Pb. Energi ini akan dikonversikan menjadi energi kinetik gas ledakan.

Karena gas ledakan tidak mendorong batuan hingga lubang tembak penuh
terisi, energi yang diwakili oleh zone 1 dianggap tidak mempunyai kontribusi
yang berarti kedalam proses peledakan.

Dalam kondisi kopling penuh, tekanan ledakan akan sama dengan tekanan
lubang tembak.

Pelepasan Energi Selama Proses


Peledakan Batuan (Scott, 1996)
Pe
detonasi (zone1)
Bubble/ heave energy - perambatan

Pb

gelombang kejut (zone 2 dan 3)

ekspansi tekanan gas (zone 4 dan 5)

Pressure

perpindahan/pergerakan batuan atau burden


(zone 6 dan 7) 2+3+4+5+6+7 = 40%

Response of the blasthole


wall to explosive loading;
equilibirium state
1

Peq

B
2

Gas escape to the


atmosphere

4
6

3
p(tter )

Starting of overburden
movement

p(tmin)

5
P
Ve
Vb

Q
Veq

Zone 8 noise & heat, wasted energy 40-60%

R
V(tmin)

S
V(tter )

Volume

Pelepasan Energi Selama


Perambatan Gelombang Kejut

Pada fase ini, gas ledakan berekspansi dari ukuran lubang tembak awal Vb ke
kondisi volume saat setimbang Veq. Pelepasan energi dalam fase ini didefiniskan
sebagai energi kejut & ditunjukkan oleh luas daerah PABQ.

PB menunjukkan reaksi dinding lubang tembak terhadap pembebanan akibat ledakan


& merupakan fungsi dari Modulus Young dinamik & Nisbah Poisson dinamik dari
batuan di sekitar lubang tembak. Energi kejut ini dibagi dalam 2 komponen yaitu,
komponen kinetik (zone 2) & komponen regangan sekitar lub tembak (zone 3).

Komponen kinetik dipakai untuk ekspansi lubang tembak & meremukkan batuan
disekitar lubang tembak. Komponen regangan adalah energi yg disimpan di dalam
batuan saat terjadi kondisi seimbang & dianggap sebagai energi yg menyebabkan
pengkawahan (cratering) jaringan rekahan utama disekitar lubang tembak.

Komponen regangan diwakili oleh luas daerah PBQ & komponen kinetik di hitung dgn
cara mengurangi energi kejut total dgn komponen regangan.

Zone 4 energy of fragmentation & heave

Pelepasan Energi Selama Ekspansi


Tekanan Gas
Pelepasan energi selama fase tekanan gas ditunjukkan oleh luas daerah QBCR dan
disebut sebagai energi ekspansi gas, Eg.
QC adalah reaksi massa batuan terhadap penembusan gas kedalam rekahan. Dalam
fase ini, energi digunakan untuk 2 maksud.
1.

Pre-existing cracks dirambatkan atau dikembangkan (crack extension energy = energi


perambatan rekahan)

2.

Energi potensial pengangkatan (potential heave energy) yg menekan batuan di sekeliling


lubang tembak. Energi potensial pengangkatan diwakili oleh luas daerah QCR. Begitu burden
terlepas dari induknya, energi potensial pengangkatan yg tersimpan di dalam massa batuan
akan digunakan untuk memindahkan massa batuan burden. Energi perambatan rekahan
dihitung dgn cara mengurangi energi ekspansi gas dgn energi potensial pengangkatan.

Hampir semua proses fragmentasi diasumsikan berakhir sebelum burden bergerak.


Karena energi dalam zone 2, 3 & 4 dianggap sebagai penyebab terjadinya peremukan
& pembentukan serta pengembangan jaringan rekahan utama di dalam massa batuan,
maka energi dari ketiga zone ini didefiniskan sebagai energi potensial fragmentasi
(Efe).

Pelepasan Energi Selama


Pergerakan Burden

Gas ledakan yang terperangkap di dalam massa batuan menekan burden ke depan & menempati
ruangan yang diakibatkan oleh pergerakan burden ini. Garis RD merupakan fungsi dari
pergerakan burden akibat beban peledakan. Pelepasan energi selama pergerakan burden ini
diwakili oleh luas daerah RCDS & dibagi dalam 2 komponen.

Komponen pertama adalah energi kinetik (Eke) yang dikenai ke burden dan lainnya adalah energi
potensial (Epe) yang disimpan di dalam massa batuan pada kondisi-kondisi terminal. Energi
potensial yang dilalukan ke dalam burden pada kondisi-kondisi tersebut kontribusinya terhadap
fragmentasi dan pengangkatan sangat kecil dan diperkirakan mempunyai luas daerah RDS.
Energi kinetik yang dilalukan ke burden memberi kontribusi terhadap pergerakan burden dan
dapat dihitung dengan mengurangi energi efektif yang dilepas selama pergerakan burden (Ebm
dengan Epe).

Energi yang diwakili oleh zone 5 dan 6 dianggap bertanggung jawab terhadap pergerakan burden,
dan karena itu dikatakan sebagai energi potensial pergerakan burden (Ebme). Pelepasan energi
selama fase gas dan pergerakan burden didefinisikan sebagai energi pengangkatan (Eh) dan
dianggap bertanggung jawab sebagai penyebab pengangkatan massa batuan. Energi yang
dilepaskan oleh ledakan gas-gas dari keadaan dimana lubang tembak diisi penuh oleh gas-gas
tersebut hingga dicapainya kondisi terminal didefinisikan sebagai energi peledakan (Ebe).

Merancang Fragmentasi Peledakan


Batuan Kuz Ram
Tingkat fragmentasi batuan yang diinginkan dapat diperoleh dari percobaan peledakan
di lapangan dengan mengevaluasi perubahan variabel-variabel peledakan.
Variabel tersebut adalah sifat-sifat batuan, pola peledakan, dan jumlah pengisian bahan
peledak.
Sebuah model yang banyak dipakai oleh para ahli untuk memperkirakan fragmentasi
hasil peledakan adalah model Kuz-Ram.
Kuznetsov (1973) telah melakukan penelitian untuk mengukur fragmentasi, yang
hasilnya dikenal dengan persamaan Kuznetsov:

V
X A 0
Q

0,8

Q1/6

X - Rata-rata ukuran fragmen, cm

A - Faktor batuan, diperoleh dari pembobotan batuan berdasarkan nilai


blasting index (Lilly, 1986) yang merupakan fungsi dari deskripsi massa
batuan, jarak antar kekar, orientasi kekar, berat jenis batuan, dan kekerasan
Mohs.

V0 - Volume batuan pecah per lubang tembak, Vo = B x S x Hjenjang

Q - Jumlah bahan peledak TNT (kg) pada setiap lubang tembak

Qe - massa bahan peledak per lubang tembak

E : Relatif weight strength bahan peledak, ANFO = 100, TNT = 115

Qe x E = Q x 115

V0
X A
Qe

0,8

1/6

Qe

1/6

115

115

0,8

V0
3

kebalikan
Powder
Factor/Spe
cific
Charge

kg/m

Qe

X A k

0,8

19/30

Qe

1/6

115

Untuk menentukan fragmentasi batuan hasil peledakan


digunakan persamaan Rosin-Rammlel yaitu:

Re

x

xc

x
Xc
1/n
0,693
B W A 1 L

n 2,2 14 1 1

d
B
2 H

R - material yang tidak lolos ayakan ukuran x


X - ukuran ayakan (cm) menjadi Xc jika R = 0,5
n - index of uniformity
B - burden (m)
d - diameter lubang (mm)
W - standar deviasi dari keakuratan pengeboran (m)
A - rasio spasi/ burden
L - panjang muatan/kedalaman lubang tembak (m)
H - tinggi jenjang (m)
n - menaik 10% jika pola pengeboran lubang tembaknya staggered (indek keseragaman,
sehingga semakin besar nilai n fragmentasi akan semakin seragam

Klasifikasi Kualitas & RQD Batuan


(Terzaghi, 1946)
No.

Kondisi Batuan

RQD (%)

1.

Hard and Intact

95 100

2.

Hard stratified or Schistose

90 99

3.

Massive moderately jointed

85 95

4.

Moderately blocky and seamy

75 85

5.

Very blocky and seamy

30 75

6.

Crushed but chemically intact

3 30

7.

Sand and gravel

03

Koreksi Jarak Kekar & Orientasi Kekar


Joint Spacing

Close ( < 0,1 meter )

Intermediate (0,11m)

Wide ( > 1 meter )

Bobot

10

20

50

Joint
Orientation

Horizontal

Dip Out of
Face

Strike Normal to Face

Dip Into Face

Bobot

10

20

30

40

Skala Kekerasan Mohs

Mineral

% volume

Kekerasan Mohs

%V x Moh

Plagioklas

20.2

1.5

30.30

Kuarsa

26.8

7.0

187.60

Fragmen Batuan

23.4

4.2

98.28

Karbonat

5.6

3.5

19.60

Mika

9.2

2.5

23.00

Mineral Lempung

12.5

2.5

31.25

Mineral Bijih

2.3

2.5

5.75

jumlah

100

395.78

Kekerasan batuan = {[ (% volume x kekerasan)] / (% volume)} = 3.96

Parameter Klasifikasi dan


Pembobotan Batuan (Lily, 1986)
Parameter Pembobotan untuk Blasting Index
Parameter

Parameter Pembobotan untuk Blasting Index


Bobot

1.Rock Mass description ( RMD )

Parameter

Bobot

1.Rock Mass description ( RMD )

1.1 Powdery / Friable

10

1.2 Blocky

20

SGI = 25 x SG 50

1.3 Totally Massive

50

SG

2,65

30

SGI

16,25

Dipilih
2. Joint plane spacing ( JPS )

4. Specific Gravity Influence (SGI)

5. Hardness (H)

2.1 close ( < 0.1m )

10

Rating of 1-10

2.2 Intermediate ( 0.1 - 1m )

20

Dipilih

2.3 Wide ( > 1m )

50

Blasting Index (BI) = 0,5x(RMD+JPS+JPO+SGI+H)

50

Sehingga, BI = 62,6

Dipilih
3. Joint plane Orientation ( JPO )

Rock Factor = BI x 0,15

3.1 Horizontal

10

3.2 Dip out of Face

20

3.3 Strike Normal to Face

30

3.4 Dip into Face

40

Dipilih

25

Sehingga, RF = 9,39

3,95

Contoh Prosedur Penyelidikan


Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan
Pengamatan Lokasi Peledakan

Menentukan Selang fragmentasi standard :


40 cm, 4180 cm, 81120 cm, 120 cm

Membagi lokasi pengamatan dengan kotak berukuran 10m x


10m

Bentangkan tali pada kotak tersebut selang


1 m & hitung jumlah fragmentasinya

Hitung prosentase fragmentasi pada setiap kotak

Hitung prosentase fragmentasi rata-rata pada daerah


pengamatan dengan membagi jumlah prosentase
fragmentasi pada setiap kotak terhadap jumlah kotak yang
diambil.

Pengukuran Fragmentasi Hasil Peledakan


Dengan Menggunakan Program Split
Desktop

Pengukuran fragmentasi menggunakan program Split Desktop


dilakukan dengan menganalisis gambar foto digital fragmentasi
batuan yang diambil di lapangan.

Proses analisis foto digital hasil program Split Desktop dibantu


dengan metode Single dan Dual Method Object.

Gambar-gambar tersebut selanjutnya diproses dengan Program


Split Desktop dan hasilnya berupa grafik hubungan persen
kumulatif material yang lolos (cumulative percent passing) dengan
ukuran fragmentasi (mm) pada:

Persen lolos (passing) kumulatif 20 %

Persen lolos (passing) kumulatif 50 %

Persen lolos (passing) kumulatif 80 %

Top size

Kurva Distribusi Ukuran Batu Pecah


Hasil Peledakan

(a)
(b)

Single
Objec
t

Dual
Objec
t

Contoh Pengambilan Foto Dengan Metode Single Object


Contoh Pengambilan Foto Dengan Metode Dual Object

Perkiraan Fragmentasi Dengan


Model KuzKuz-Ram. KasusKasus-1
Hasil perhitungan persamaan Kuz-Ram dengan RF = 9,39
Geometri peledakan:

Diameter lubang tembak - d


Burden - B
Spasi - S
Kedalaman lubang tembak - L
Stemming - T
Panjang kolom isian (PC)
Bahan peledak per hole
Powder Factor

: 3,5 inci
:4m
:5m
: 5,6 m
:2m
: 3,6 m
: 18,4 kg
: 0,2 kg/bcm

Fragmentasi - Xrata-rata : 59.56 cm

< 40 cm

41-80 cm

81-120 cm

>120 cm

35,9%

25,9%

16,2%

22,0%

Distribusi Fragmentasi Aktual


Lapangan. KasusKasus-1
Distribusi Fragmentasi ( % )
Pengamatan
<41 cm

40-80cm

81-120cm

>120cm

41

30

11

18

32

32

18

18

44

30

12

14

59

21

12

60

21

12

48

22

18

12

56

17

11

16

35

28

17

20

50

32

12

10

41

23

15

21

11

44

31

15

10

12

38

33

20

Rata-rata

37.90%

26.70%

17.40%

18.00%

Perbandingan Distribusi
Fragmentasi Lapangan vs Model
Kuz--Ram. KasusKuz
Kasus-1
Kuz-Ram

Pengamatan lapangan

D = 3,5 inci, (4mx4m)

D = 3,5 inci (4mx4m)

<41 cm

35,9%

37,9%

41 80 cm

25,9%

26,7%

81 120 cm

16,2%

17,4%

>120 cm

22,0%

18,0%

Ukuran

Perbandingan Distribusi Fragmentasi


Pengamatan vs Perkiraan. KasusKasus-1
Perkiraan Kuz-Ram

Pengamatan lapangan

Distribusi fragmentasi (%)

40
35
30
25
20
15
10
5
0
<40

41-80

81-120

ukuran (cm)

>120

Contoh Distribusi Fragmentasi Hasil


Peledakan Batuan. KasusKasus-2
SPLIT
No

Blok Peledakan
P20 (mm)

P50 (mm)

P80 (mm)

Top Size (mm)

19

060018-1

43.9

103.2

189.2

388.3

20

105014-1

41.7

100.7

180.8

338.1

21

105014-2

37.1

77.9

136.5

340.9

22

105014-3

29.9

72.6

143.6

346.8

23

105017-1

64.3

141.9

272.2

497.3

24

105017-2

76.4

139.7

232.8

371.2

25

105019-1

35.7

90.9

164

288.3

26

105019-2

27.2

64.4

128.1

412.7

27

105019-3

27.1

69.2

147.1

285.7

28

105019-4

66

133.8

220.2

353.4

29

105019-5

62.6

154

307

534.8

30

105019-6

33.9

87.6

171.6

317.4

45.48

102.99

191.09

372.91

Rata-rata

Rekapitulasi Prediksi Kuz-Ram Tiap


Blok Peledakan. Kasus-2
No

Blok Peledakan

19

Persen Fragmentasi
0-25(cm)

>25-50(cm)

>50-75(cm)

>75(cm)

060018-1

67.61

24.68

6.12

1.59

20

105014-1

73.98

21.33

3.98

0.71

21

105014-2

67.35

24.8

6.22

1.64

22

105014-3

57.76

28.14

9.89

4.21

23

105017-1

67.14

24.89

6.29

1.67

24

105017-2

67.35

24.8

6.22

1.64

25

105019-1

56.89

28.34

10.23

4.54

26

105019-2

56.79

28.36

10.27

4.58

27

105019-3

56.66

28.39

10.32

4.63

28

105019-4

56.31

28.47

10.46

4.77

29

105019-5

56.89

28.34

10.23

4.54

30

105019-6

56.79

28.36

10.27

4.58

61.79

26.58

8.38

3.26

Prosentase (%)

Distribusi Fragmentasi Hasil Pengukuran


Split Desktop vs Prediksi KuzKuz-Ram. KasusKasus-2
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0-25(cm)

>25-50(cm)

>50-75(cm)

>75(cm)

Selang ukuran (cm)


Prediksi Kuz Ram

Pengukuran Split Desktop

Anda mungkin juga menyukai