Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

KESTABILAN BAWAH TANAH

Disusun Oleh:
Yoritaning Tyas
710018061
02

Dosen Pengampu:
Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021
JURNAL 1
Analisis Kestabilan Lubang Bukaan Dengan Menggunakan Data Dari Alat
Ukur Flat Jack Pada Dinding Tambang Bawah Tanah
PT. Nusa Alam Lestari, Sawahlunto

Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam pertumbuhan


perekonomian Negara Indonesia. Dampak positif kegiatan pertambangan dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia serta warga sekitar daerah lokasi
pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan ekonomi warga setempat.
Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia dalam era yang serba moderen.
Untuk mengidentifikasi karakteristik massa batuan pada suatu lubang
bukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode analisis. Salah satunya analisis
geomekanika. Analisis geomekanika ini untuk menentukan kelas massa batuan,
potensi ketidakstabilan dan rekomendasi ground support yang akan digunakan
untuk menghindari adanya jatuhan batuan dari bidang lemah yang terbentuk
akibat aktivitas yang terjadi pada lubang bukaan tersebut.[1]
Pengukuran tegangan insitu tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan
tegangan di dalam massa batuan dan dapat menentukan antara lain parameter-
parameter penting untuk mengetahui perilaku massa batuan di tempat asalnya.
Tegangan In-situ merupakan parameter penting untuk merencanakan dan
merancang sebagian besar proyek rekayasa yang menerapkan penggalian pada
batuan. Pengukuran tegangan in-situ tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan
tegangan di dalam massa batuan dan dapat menentukan parameter-parameter
penting untuk mengetahui perilaku massa batuan ditempat asalnya
Pemantauan geomekanika pada tambang bawah tanah diantaranya:
pengukuran insitu stress, pemantauan deformasi batuan, dan pembobotan massa
batuan. Ada banyak pengukuran insitu stress diantaranya dengan teknik
overcoring, teknik hydraulic fracturing, dan metoda Flat Jack. Metode flat jack
adalah metode sederhana yang menggunakan plat steinless tipis yang dilas
sekelilingnya dan dilengkapi dengan pintu sebagai tempat masuknya tekanan yang
dihasilkan oleh hidrolik.Prinsip kerja dari metode flat jack, yaitu:
a. Metode ini membebaskan sebagian tegangan yang ada di dalam massa batuan
dengan jalan membuat potongan pada batuan tersebut dengan bantuan gergaji
intan.
b. Tegangan yang dibebaskan ini akan menyebabkan terjadinya deformasiyang
dapat berupa perpindahan dari titik-titik pengukuran yang dibuat.
c. Flat Jack dimasukkan ke dalam potongan tersebut agar perpindahan darititik-
titik pengukuran menjadi nol. Tekanan di dalam Flat Jack
yangmengakibatkan perpindahan nol menggambarkan tegangan awal
(initialstress) di dalam massa batuan.[2]
Menurut asal mulanya tegangan dalam batuan dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Tegangan alamiah (natural stresses)
Tegangan alamiah adalah tegangan dalam massa batuan sebelum penggalian
dilakukan, dimana tegangan tersebut terdiri atas tegangan gravitasi, tegangan
tektonik, tegangan sisa dan tegangan termal yang terdiri dari beberapa
tegangan, yaitu :
a. Tegangan gravitasi, Tegangan gravitasi adalah tegangan yang terjadi
akibat adanya gaya gravitasi bumi. Tegangan gravitasi sering juga
dikenal dengan tegangan vertical (vertical stress). Untuk tegangan
gravitasi dapat ditentukan sebagaiberikut.
σ=ρgh
Keterangan:
ρ = bobot isi batuan (ton/ m3)
g = percepatan gravitasi ( m/s2)
h = kedalaman (m)
ρ = 2670 kg/ m3
b. Tegangan tektonik, tegangan yang terjadi akibat geseran-geseran pada
kulit bumi yang terjadi pada waktu yang lalu sampai saat ini. Tegangan
tektonik ditunjukkan dengan terdapat sesar, lipatan dan patahan yang
diakibatkan karena ada pergerakan didalam kerak bumi yang terjadi
secara kontinu, seperti terjadi: gempa bumi, pergerakkan lempeng dan
pergerakan karena perbedaan panas antara inti bumi dan kerak bumi.
c. Tegangan sisa, tegangan yang masih tersisa, walaupun penyebab
tegangan tersebut sudah hilang yang berupa panas atau pembengkakan
dikulit bumi. Tegangan sisa terjadi karena pendinginan yang tidak merata
atau karena proses fisika dan kimia yang tidak merata dalam material.
d. Tegangan termal, tegangan yang terjadi karena pemanasan dan
pendinginan batuan dan terjadi didekat permukaan yang terkena panas
matahari, atau sebagai hasil pemanasan bagian dalam bumi karena
bahan-bahan radioaktif dan proses geologi lainnya.
2. Tegangan terinduksi (induced stresses)
Tegangan induksi merupakan tegangan yang terjadi jika sebuah lubang
bukaan bawah tanah dibuat pada massa batuan. Sebuah lubang bukaan bawah
tanah yang dibuat pada massa batuan maka akan terjadi kondisi sebagai
berikut:
a. Batuan yang tidak tergali menerima beban lebih besar daripada saat
sebelum digali karena bagian yang harus menerima beban tersebut telah
hilang kondisi.
b. Tegangan awal secara lokal akan berubah menjadi tegangan terinduksi.
c. Distribusi tegangan di dinding terowongan berbeda dari tegangan sebelum
batuan digali. Maka tegangan terinduksi ialah tegangan yang terjadi pada
batuan setelah proses penggalian atau bukaan.
Dari hasil penelitian pengujian tegangan insitu dengan menggunakn alat flat
jack dengan kedalam bervariasi yaitu cabang 1 sebesar 68,160 m diperoleh
tegangan sebesar 5 kg/cm2, cabang 2 sebesar 74,752 m dengan tegangan sebesar
6,25 kg/cm2, dan untuk cabang ke-3 mendapatkan kedalaman sebesar81,882 m
tegangannya sebesar 13,75 kg/cm2.
Measured vertical stress dengan pengambilan data di lapangan untuk
mendapatkan data kedalaman titik pengujianmasing-masing cabang, dapat
dilakukan dengan perhitungan trigonometri dari data elevasi dan kemiringan yang
sudah didapatkan. Berikut cara mendapatkan kedalaman masing-masing cabang
titik pengujian dengan perhitungan trigonometri contohnya pada lokasi cabang 1
Untuk mencari kedalaman setiap lapisan bisa digunakan rumus di bawah
ini:

Jadi untuk kedalam pada titik uji lokasi cabang 1 mendapatkan hasil 68,160
dengan kedalaman setiap lapisan yaitu untuk sandstone 16m, siltstone 18m dan
claystone 34,160m. Dengan hasil virgin vertical stress sebesar 17,259 km/cm2
Selanjutnya untuk deformasi oengukuran dengan cara pembuatan
kedudukan flat dilakukan dengan menggunakan pahat dan palu. Hal ini dilakukan
agar pembuatan flat bisa sepresisi mungkin dengan flat,selanjutnya dilakukan
pengukuran awal yang dibantu dengan titik referensi. Kemudian setiap hari
dilakukan pengecekan terhadap titik referensi yang sudah di buat untuk
mengetahui deformasi yang terjadi.
Untuk pengujian kuat tekan point load index (Is) atau biasa dikenal dengan
kuat tekan batuan untuk mengetahui kekuatan batuan apabila diberi kompresi.

Jadi untuk pengujian kuat tekan batuan pada sampel 1 didapatkan hasil
sebesar 2,190 kg/cm2 untuk pengujian USC mendapatkan hasil sebesar 50,37
kg/cm2 dan 4,97 Mpa. Dengan menghitung rata-rata point load dijumlahkan dan di
bagi dengan banyaknya sampel. Hasil dengan pengujian flat jack dengan
perhitungan tegangan gravitasi memiliki nilai berbeda dengan hasil pengujiannya
tidak lebih besar nilainya dari pengujian sampel yang artinya kondisi tersebut
mampu menahan tegangan yang bekerja pada lokasi penelitian.
JURNAL 2
Analisis Kestabilan Lubang Bukaan Dengan Pengujian Flat Jack Pada
Dinding Tunnel 1 Tambang Bawah Tanah
Pt Allied Indo Coal Jaya, Sawahlunto.

Pengujian geomekanika merupakan hal yang sangat penting dalam industri


pertambangan, baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Pengujian
geomekanika bertujuan untuk mengetahui kekuatan batuan. Kekuatan batuan
merupakan faktor utama penentu kestabilan lereng pada tambang terbuka atau
lubang bukaan pada tambang bawah tanah.
Perhitungan kestabilan pekerjaan di bawah tanah memerlukan diketahuinya
kakrakteristik elastisitas dari batuan. Flatjack menghasilkan tegangan yang
diketahui besarnya di dalam massa batuan atau dapat dihitung pada daerah
tertentu, sehingga dengan mengukur deformasi yang dihasilkan oleh tegangan
tersebut, modulus deformasi dapat dihitung.
Flat jack berguna untuk mengevaluasi batuan yang biasanya terbuat dari
stainless steelvdengan lapisan dilas disepanjang tepinya. Flat jack dihubungkan
port inlet. Dengan memasok cairan ke port, maka flat jackakan menekan.
Beberapa flat jack dilengkapi hanya dengan satu port. Bentuk flat jack tergantung
dari peralatan yang digunakan untuk membuat slot, Ukuran flat jacktergantung
pada aplikasi, mulai dari beberapa sentimeter hingga lebih dari satu meter
Untuk pengujian stress, standar ASTM membutuhkan dimensi A harus sama
atau lebih besar dari panjang B yaitu 8 in (20,3 cm). Lebarflat jack (dimensi B )
harus tidak kurang dari 3 in (7,6 cm). Menurut RILEM, baik untuk pengujian
stress dan uji deformabilitas. Jika flat jack adalah persegi panjang maka
panjangnya harus sama dengan dua kali lebar.
Untuk pengujian stress, baik RILEM dan standar ASTM merekomendasikan
penempatkan titik referensi simetris dengan (slot) atas dan di bawah slot. ASTM
merekomendasikan penempatan setidaknya 4 pasang titik sama spasinya dan
RILEM merekomendasikan bahwa setidaknya 3 pasang, ditempatkan di bagian
tengah flat jack.Untuk tes deformabilitas, kedua standar mengharuskan titik
referensi ditempatkan simetris tepat di atas dan di bawah slot.
Pengujian flat jackdilakukan pada dinding tambang bawah tanah untuk
mendapatkan nilai tegangannya. Pengujian flat jack memerlukan sebuah lubang
atau kedudukan untuk penempatan flat yang merupakan salah satu instrumen
untuk pengujian ini. Pembuatan kedudukan flat ini dilakukan pada 3 (tiga) tempat
atau lokasi pengambilan data yang telah dipilih sebelumnya.
Pembuatan kedudukan ini dilakukan dengan menggunakan pahat dan palu
karena keterbatasan untuk menggunakan alat yang menggunakan listrik dari
perusahaan untuk alasan keselamatan. Kedudukan dibuat sangat presisi dengan
ukuran flat agar didapatkan hasil pengukuran yang akurat. Setelah pembuatan
kedudukan selesai maka pada tahap selanjutnya bisa dilakukan pengecekan
terhadap deformasi yang terjadi.
Setelah dilakukan pengecekan pada deformasinya, setelah itu dilakukan
pengujian. Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengujian disiapkan pada titik
pengujian. Kemudian flat dihubungankan dengan pompa hidrolik , lalu pompa
secara perlahan hingga deformasinya dikembalikan ke posisi semula sebelum
terjadinya deformasi. Kemudian baca hasil yang ada pada dial gauge. Setelah
didapatkan hasil dari pengujian (tegangan) maka selanjutnya rangkaian alat ini
dilepaskan satu per satu, mulai dari melepaskan flat dari kedudukan yang telah
dibuat dan melepaskan flat dari pompa dengan menggunakan kunci inggris.
JURNAL 3
Pengaruh Tegangan Disekitar Incline Shaft Terhadap Kestabilan Penyangga
Pada Tambang Bawah Tanah

Secara umum lubang incline shaft merupakan akses utama yang digunakan
untuk menuju ke panel penambangan. Dalam proses pembuatan lubang incline
shaft akan mengganggu tegangan alamiah yang ada pada massa batuan. Selama
dilakukan penggalian pada massa batuan, kondisi tegangan akan berubah secara
dramatik karena batuan yang tadinya mengalami tegangan awal dan setelah digali
tegangan disekitarnya akan diredistribusikan.
Pembuatan lubang incline shaft dilakukan pada batuan claystone dengan
katagori lemah. Lubang incline shaft merupakan jalan masuk utama yang akan
dibuat dengan kemrirngan 140 hingga menembus lapisan batubara dari
permukaan. Geometri lubang incline shaft yang dibuat memiliki bentuk tapal kuda
(horseshoe) lebar 6 m dan tinggi 5 m.

Katagori massa batuan pada material claystone didapatkan dari


perhitungan Klasifikasi Massa Batuan/Rock Mass Rating (Bieniawski, 1973)
dengan menggunakan lima parameter utama yaitu: nilai kuat batuan, RQD, spasi
rekahan, kondisi rekahan dan kondisi air tanah. Dari kelima parameter tersebut
didapatkan nilai RMR batuan claystone yang digunakan dalam pembuatan lubang
incline shaft berkisar antara 33 – 51 dan masuk dalam kelas massa batun buruk-
sedang. Nilai GSI pada batuan claystone didapatkan nilai sebesar 28 – 46 dengan
deskripsi batuan blocky/disturbed/seamy sedangkan nilai dari Q-System sebesar
0,19 – 2,18 masuk dalam kelas batuan very poor-poor.
Pengujian sampel batuan claystone didapatkan nilai properties material
yang digunakan dalam menganalisa dua dimensi secara numerik. Proses analisis
dua dimensi secara numerik menggunakan program RS2 (Phase2, Rocscience).
Perhitungan ini digunakan metode elemen hingga (finite element) yang dapat
digunakan untuk berbagai jenis tanah dan batuan.

Analisis diatas dapat dilihat nilai tegangan pada lubang incline shaft
sebelum dilakukan penggalian, dalam keadaan stabil dan setimbang. Selama
dilakukan penggalian pada batuan claystone, kondisi tegangan disekitar lubang
incline shaft yang pada awal memiliki tegangan secara merata kemudian
diredistribusikan. Batuan disekitar lubang incline 402shaft yang tidak ikut tergali
akan menerima beban lebih besar karena bagian yang seharusnya menerima
beban telah terganggu. Hal ini mengakibatkan adanya tegangan terinduksi.
Kesimpulan yang didapatkan yaitu nilai tegangan akan mengalami
peningkatan baik tegangan horizontal maupun tegangan vertical pada saat terjadi
pengalian. Penyebab meningkatnya tegangan yang terjadi disekitar lubang
incline shaft dikarenakan beban yang semula ditanggung secara merata
berpindah dan diredistribusi. Hasil analisis 2D menggunakan metode finite
element, arah redistribusi tegangan sebagian besar menuju ke side wall sehingga
perlu adanya perhatian lebih pada side wall agar tidak terjadi keruntuhan
maupun pengangkatan lantai lubang incline shaft. Nilai tegangan maksimum
terdapat pada side-right wall lubang incline shaft sebesar 65,41 MPa. Besaran
tegangan pada zona plastis didapatkan nilai 25,51 MPa dan apabila tegangan
terinduksi memiliki besaran melebihi nilai maksimum zona plastis maka akan
terjadi ketidakstabilan Berdasarkan hasianalisa dari perhitungan deformasi
lubang incline shaft serta arah istribusi tegangan, rekomendasi desain penyangga
untuk batuan lemah dapat digunakan steel rib dengan kombinasi
concrete/shotcrete lining

Anda mungkin juga menyukai