Anda di halaman 1dari 3

6.3.

Tegangan Alamiah

Tegangan tektonik terjadi akibat geseran-geseran pada kulit bumi yang terjadi pada waktu
yang lampau maupun saat ini.

Tegangan termal terjadi karena pemanasan atau pendinginan batuan dan terjadi didekat
permukaan yang terkena panas matahari atau sebagai hasil pemanasan bagian dalam bumi
karena bahan-bahan radio aktif atau proses geologi lainnya

Tegangan gravitasi terjadi karena beban batuan yang ada diatasnya dan komponen vertikal
dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan .

Tegangan Gravitasi Vertikal

Pemecahan klasik yang biasa dilakukan untuk mengetahui keadaantegangan di dalam massa
batuan tanpa dilakukannya pengukuran in-situ adalah dengan menganggap bahwa tegangan
vertikal ( ) pada mssa batuan yang berada pada kedalaman tertentu adalah sama dengan
berat per satuan luas dari batuan yang berada di atasnya atau :

=gh

Keterangan :

= bobot isi batuan (ton/m3)

g = percepatan gravitasi (m/det2)

h = kedalaman (m)

bobot isi rata-rata batuan (quarts, sandstone, limestone, quartz-rich magnetic rocks)

= 2670 kg/m3 = 0,0267 MN/m3

Tegangan insitu vertical pada kedalaman 1000 m

=gh

= (2670 kg/m3 x 9,8 m/detik2 x 1000 m)

= 26 x 106 N/m2 = 26 Mpa=3771 psi = 265 kg/cm2

Gradien stress untuk kedalaman 1000m = 0,026 Mpa/m.

Untuk kepraktisan bobot isi masa batuan diasumsikan 2,7 t/m3 ~ 0,027 MN/m3.
g = 10 m/detik2, tegangan in situ vertikal pada elemen 2700 t/m2 atau 27 Mpa.

Pengukuran tegangan in situ vertikal di sejumlah tambang dan kontruksi sipil menunjukan
bahwa hubungan ini cukup valid, meskipun terdapat penyebaran data yang cukup besar.

Gambar

Tegangan insitu horizontal

Pendekatan teoritis untuk tegangan horisontal lebih sulit dilakukan daripada tegangan
vertikal. Untuk kedalaman (h) yang besar sekali, maka keadaan tegangan pada umumnya
menjadi hidrostatik atau litostatik, yaitu k = 1 dan h = v.

Tegangan residual dan tektonik kemungkinan ada di dalam massa batuan dan dapat
merubah keadaan tegangan yang ada. Oleh karena itu keadaan tegangan yang sebenarnya
dapat berbeda jauh dengan keadaan tegangan yang dihitung secara teoritis.

Pengukuran teganganin situ horizontal pada beberapa tambang dan proyek sipil di seluruh
dunia menunjukkan bahwa k cenderung tinggi pada kedalaman dangkal, dan menurun
dengan bertambahnya kedalaman . nilai k tidak bergantung pada kedalaman tetapi
dinyatakan sebagai :

K=
lU

= Nisbah poisson massa batuan

h = k

Dengan menggunakan pendekatan ini nilai tegangan horisontal yang diperoleh akan selalu
lebih kecil daripada tegangan vertikal. Hubungan ini sempat dipakai secara luas namun
banyak pengukuran tegangan insitu menunjukkan bahwa nilai tegangan horisontal tidak
selalu lebih kecil dari tegangan vertikalnya dan telah dibuktikan tidak akurat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pendekatan ini terbukti tidak valid lagi dan jarang dipakai lagi sekarang.

Sheorey (1994) mengusulkan persamaan berikut.


1
K = 0,25 + 7 F h (0,001+)

Eh = Modulus deformasi bagian atas dari kulit bumi yang diukur pada arah horisontal dalam
Gpa

Z = kedalaman dalam m
Hasil perbandingan tegangan horizontal rata-rata terhadap tegangan vertikal di tunjukkan
pada gambar 6.4

Gambar 6.5 memperlihatkan hasil pengukuran tegangan horisontal yang diperoleh dari
tambang batubara dan gambar 6.6 diperoleh hubungan antara hasil pengukuran tegangan
horisontal dan hasil pendugaan tegangan horisontal.

Anda mungkin juga menyukai