Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Perkembangan Eksplorasi Elektromagnetik Pada Metode Magnetotellurik

(MT)

Oleh Iwan Gunawan (140710150027)


Mahasiswa Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran

I. Pendahuluan

Survey geofisika dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai distribusi


parameter fisik bawah permukaan seperti kecepatan gelombang elastik, rapat massa,
kemagnetan, kelistrikan dan lain-lain. Dalam survey geofisika menggunakan metoda
elektromagnetik (EM) sifat fisik yang relevan adalah konduktivitas atau resistivitas (tahanan-jenis)
batuan.Beberapa studi menunjukkan adanya kaitan erat antara tahanan-jenis dengan porositas,
kandungan fluida (air atau gas) dan temperatur formasi batuan. Pengaruh masing-masingfaktor
tersebut terhadap tahanan-jenis formasi batuan sangat kompleks karena dapat salingtumpang-
tindih (overlap).

Metoda magnetotellurik (MT) merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang
memanfaatkan medan elektromagnetik alam. Medan EM tersebut ditimbulkan oleh berbagai
proses fisik yang cukup kompleks sehingga spektrum frekuensinya sangat lebar (10-5 Hz – 104Hz).

Kebergantungan fenomena listrik - magnet terhadap sifat kelistrikan terutama


konduktivitas medium (bumi) dapat dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi menggunakan
metoda MT. Hal ini dilakukan dengan mengukur secara simultan variasi medan listrik (E) dan
medan magnet (H) sebagai fungsi waktu. Informasi mengenai konduktivitas medium yang
terkandung dalam data MT dapat diperoleh dari penyelesaian persamaan Maxwell menggunakan
model-model yang relatif sederhana. Pada dekade 50-an untuk pertama kali hal tersebut
dilakukan dan dibahas secara terpisah oleh Tikhonov (1950), Rikitake (1946), Price (1950), Kato
dan Kikuchi (1950), Cagniard (1953) dan Wait (1954) yang kemudian menjadi dasar metoda MT.
Dengan demikian metoda ini masih relatif baru jika dibandingkan dengan metoda geofisika lain-
nya.
A. Sumber Medan Audio Magnetotelurik
Gelombang elektromagnetik alam menyebar dalam arah vertikal di bumi karena
perbedaan resistivitas antara udara dan bumi yang cukup besar. Sumber medan EM pada
frekuensi yang cukup rendah (<1 Hz) berasal dari interaksi antara partikel yang dikeluarkan oleh
matahari (solar plasma) dengan medan magnet bumi dan medan EM pada frekuensi tinggi (>1 Hz)
berasal dari aktivitas kilat (Garcia dan Jones, 2002).
Pada permukaan matahari (korona) selalu terjadi letupan plasma yang sebagian besar
partikel yang dikeluarkannya adalah partikel hidrogen. Proses ionisasi di permukaan matahari
menyebabkan hidrogen berubah menjadi plasma yang mengandung proton dan elektron. Plasma
ini memiliki kecepatan relative rendah bersifat acak dan berubah terhadap waktu yang dikenal
sebagai angin matahari (solar wind). Apabila angin matahari berdekatan dengan medan magnet
bumi, maka muatan positif dan muatan negatif yang terdapat dalam plasma akan terpisah dengan
arah yang berlawanan, sehingga menimbulkan arus listrik dan medan EM. Medan tersebut
bersifat melawan medan magnet bumi yang mengakibatkan medan magnet di tempat tersebut
berkurang secara tajam sehingga membentuk batas medan magnet bumi di atmosfer yang dis-
ebut lapisan magnetopause yang merupakan batas terluar dari atmosfer bumi.
Medan EM yang dibawa oleh angin matahari akan terus menjalar sampai ke lapisan
ionosfer dan kemudian terjadi interaksi dengan lapisan ionosfer. Interaksi tersebut menyebabkan
terjadinya gelombang EM yang mengalir di lapisan ionosfer tersebut.
Gelombang EM tersebut kemudian menjalar sampai ke permukaan bumi dengan sifat
berfluktuasi terhadap waktu. Apabila medan EM tersebut menembus permukaan bumi, maka
akan berinteraksi dengan materialbumi yang dapat bersifat sebagai konduktor. Akibatnya akan
timbul arus induksi seperti pada fenomena Biot-Savart. Arus induksi ini akan menginduksi
kepermukaan bumi sehingga terjadi arus eddy yang dikenal sebagai arus tellurik.Arus tellurik
inilah yang akan menjadi sumber medan listrik dipermukaan bumiyang akan digunakan pada
metode MT. Skema terjadinya gelombang elektromagnetik frekuensi rendah terlihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 1.1 Struktur Medan Magnet Bumi

Sumber medan EM frekuensi tinggi (>1 Hz) berasal dari aktivitas meteorologis berupa
kilat. Kilat terjadi karena perbedaan potensial antara awan yang satu dengan awan yang lainnya
atau antara awan dengan bumi. Proses terjadinya muatan pada awan disebabkan oleh pergerakan
awan yang terus menerus dan teratur. Selama pergerakannya awan akan berinteraksi dengan
awan yang lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi awan (atas atau
bawah) sedangkan muatan positif akan berkumpul pada salah satu sisi lainnya.
Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi
pembuangan muatan negatif dari awan ke bumi atau sebaliknyauntuk mencapai kesetimbangan.
Kilat yang terjadi di suatu tempat akan menimbulkan gelombang EM yang terperangkap diantara
lapisan ionosfer dan bumi (wave guide) dan kemudian menjalar mengitari bumi.

Gambar 1.2 Proses terjadinya kilat


B. Persamaan Maxwell
Persamaan Maxwell merupakan sintesa hasil-hasil eksperimen (empiris) mengenai
fenomena listrik - magnet yang didapatkan oleh Faraday, Ampere, Gauss, Coulomb disamping
yang dilakukan oleh Maxwell sendiri. Penggunaan persamaan tersebut dalam metoda MT telah
banyak diuraikan dalam buku-buku pengantar geofisika khususnya yang membahas metode EM
(Keller & Frischknecht, 1966 ; Porstendorfer, 1975 ; Rokityansky, 1982 ; Kauffman & Keller, 1981
; 1985).
Dalam bentuk diferensial, persamaan Maxwell dalam domain frekuensi dapat
dituliskansebagai berikut,

Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium dinyatakan
oleh persamaan berikut,

Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi


terhadap waktu dan posisi (homogen isotropik). Pada kondisi yang umum dijumpai dalam
eksplorasi geofisika (frekuensi lebih rendah dari 104 Hz, medium bumi) suku yang mengandung ε
(perpindahan listrik) dapat diabaikan terhadap suku yang mengandung σ (konduksi listrik) karena
harga ωμσ >> ω2με untuk μ = μ0 = 4π . 10-7 H/m. Pendekatan tersebut adalah aproksimasi keadaan
kuasi-stasioner dimana waktu tempuh gelombang diabaikan.
Eliminasi kebergantungan medan terhadap waktu seperti dilakukan untuk
menyederhanakan persamaan, selain itu juga untuk lebih mengeksplisitkan aproksimasi keadaan
kuasi-stasioner tersebut. Dengan demikian, didapatkan persamaan difusi,

∇2E= k 2E∇2H = k 2H
dimana k = ± √(iω μ0σ) adalah bilangan gelombang.

C. Impedansi Bumi
a. Impedansi Bumi Homogen
Gelombang elektromagnetik yang merambat ke permukaan bumi diasumsikan
bahwa permukaan bumi hanya mengabsorpsi gelombang elektromagnetik tersebut.
Perambatan gelombang elektromagnetik di bawah permukaan bumi dapat diketahui
dengan suatu model medium. Model bumi yang paling sederhana adalah medium
homogen setengah ruang (half-space) dimana diskontinyuitas resistivitas hanya
terdapat pada batas udara dengan bumi. Pada medium homogen tidak ada variasi
lateral medan listrik dan medan magnet serta gelombang EM dianggap sebagai
gelombang bidang (plane wave) yang merambat secara vertikal. Sehingga dalam hal
ini, setiap komponen horisontal medan listrik dan medan magnet hanya bervariasi
terhadap kedalaman.Impedansi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
komponen medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus dapat diperoleh
dari persamaan,

Berdasarkan persamaan tersebut, impedansi bumi homogen adalah suatu


bilanganskalar kompleks yang merupakan fungsi tahanan-jenis medium dan frekuensi
gelombang EM.Impedansi yang diperoleh dari dua pasangan komponen medan listrik
dan medan magnet yang berbeda berharga sama mengingat simetri radial medium
homogen. Untuk selanjutnya impedansi bumi homogen disebut impedansi intrinsik
(ZI = Zxy = - Zyx).
b. Impedansi Bumi Berlapis Horizontal
Pada umumnya bumi dianggap terdiri dari lapisan horisontal dengan
tiaplapisannya memiliki resistivitas yang berbeda (Gambar 2.3.). Dalam hal ini,
parameter model adalah resistivitas dan ketebalan tiap lapisan, dengan lapisan
terakhir berupa medium homogen. Perhitungan impedansi untuk medium berlapis
sejajar diperoleh melalui rumus rekursif yang menghubungkan impedansi di
permukaan dua lapisan yang berurutan.
Impedansi lapisan ke-j dinyatakan oleh persamaan:

Impedansi bumi berlapis horisontal dapat dianggap sebagai impedansi medium


homogen dengan tahanan-jenis ekuivalen atau tahanan-jenis semu sehingga
berdasarkan analogi, impedansi tersebut dapat dinyatakan sebagai tahanan-jenis dan
fasa,

Gambar 1.3 Model Lapisan Bumi dengan n Lapisan Horisontal

D. Tensor Impedansi
Dalam pengukuran yang dilakukan pada metode MT, sensor yang diletakan berupa dua
buah coil yang saling tegak lurus untuk mengukur medan magnet dan dua pasang porouspot yang
saling tegak lurus untuk mengukur medan lisrik. Data MT berupa deret waktu (time series)
komponen horizontal medan elektromagnetik (Ex, Ey, Hx, Hy) yang diukur pada permukaan bumi.
Sinyal yang terekam mempunyai rentang frekuensi yang sangat lebar, yang berisi informasi
mengenai variasi medan listrik dan magnetik terhadap waktu. Tujuan dari pengolahan data MT
yaitu untuk mendapatkan fungsi transfer MT yang dinyatakan oleh tensor impedansi. Tensor
impedansi merupakan hubungan antara medan listrik dan medan magnet dalam domain
frekuensi. Dengan asumsi bahwa gelombang bidang (plane wave) merambat tegak lurus ke
permukaan bumi dan ditangkap oleh sensor, maka persamaan tensor impedansi (Z) dinyatakan
dengan :

Atau jika dinyatakan dalam bentuk matriks:

Data pengukuran medan listrik dan magnetik selalu mengandung noise. Oleh karena itu,
komponen medan listrik dan magnetik hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai penjumlahan
antara medan alami dan noise. Noise dapat dihilangkan dengan menerapkan metode remote
reference. Metode ini melibatkan satu titik pengukuran tambahan yang letaknya relatif jauhdari
titik pengukuran utama. Sensor yang digunakan pada titik ini hanya sensor magnetik. Metode ini
didasarkan pada karakter medanmagnetik yang secara spasial tidak terlalu banyak bervariasi.
Oleh karena itukarakter atau sinyal medan magnetik di titik pengukuran dan di titik
referensirelatif identik, namun memiliki noise yang berbeda. Selain dengan metode ini
penghilangan noise dapat dilakukan dengan analisis statistik robust processing yaitu teknik yang
digunakan dengan mendeteksipencilan luar (outliers), data yang memiliki nilai yang jauh berbeda
dengan datakeseluruhan, secara iteratif diberikan pembobotan yang lebih kecil.

II. Daftar Pustaka

Grandis, Hendra. 2010. Metode Magnetotellurik (MT).


http://hendragrandis.files.wordpress.com/2010/01/mt_teks1.pdf. diakses pada tanggal 8
September 2017 Pukul 13.30 WIB.
Ifal. 2005. Diktat Elektromagnetik BAB 5 CSAMT.
http://www.scribd.com/doc/46797657/EMdiktat-bab5CSAMT-v16des05. diakses pada tanggal 8
September 2017 Pukul 14.35 WIB.

Telford, W.M., Goldrat, L.P., dan Sheriff, R.P., 1976, Applied Geophysics 1nd ed, Cambridge
University Pres, Cambridge

Wait, 1962. Theory of magneto-telluric fields, Journal of Research of the National Bureau of
Standards. http://www.complete-mt-
solutions.com/mtnet/papers/ClassicPapers/Wait_1962_JResNatlBureauStandDRadioProp.pdf.
Diakses pada 9 September 2017 Pukul 20.13 WIB.

Anda mungkin juga menyukai