Dasar Teori
Nilai tahanan jenis batuan berhubungan dengan sifat fisisnya antara lain derajat
saturasi air, porositas, permeabilitas dan formasi batuan.
Prinsip kerja dari Metoda Geolistrik ini adalah arus listrik diinjeksikan ke
dalam bumi melalui dua buah elektoda arus. Beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua buah elektroda potensial, dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga
tahanan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur.
Harga resistivitas listrik suatu formasi bawah permukaan dapat ditentukan menurut persamaan
(Mudiarto, dkk., 2013):
V(r) = Iρ/(4π r) (1)
Karena permukaan yang dialiri arus adalah permukaan setengah bola yang mempunyai luas
, maka
atau (2)
Apabila dipasang empat buah elektroda seperti gambar 2, dan jarak antara dua
elektroda arus tidak terlalu besar, potensial disetiap titik dekat permukaan akan
dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut, sehingga equipotensial yang
dihasilkan dari kedua titik sumber ini bersifat lebih kompleks dibandingkan
sumber arus tunggal, akan tetapi pada daerah dekat sumber arus mendekati bola.
bila dibuat penampang melalui sumber A dan B, maka terlihat pola distribusi
bidang equipotensial seperti pada gambar 3
Gambar 2. Skema Elekektroda Arus dan Elektroda Potensial (Telford dkk., 1990,
Reynolds, 1997)
(3)
(4)
(5)
(6)
2π
K= (7)
⎡⎛ 1 1 ⎞ ⎛ 1 1 ⎞⎤
⎢⎜ AM − MB ⎟ − ⎜ AN − NB ⎟⎥
⎣⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦
Apabila dalam pengambilan data jarak spasi elektroda dibuat sama yaitu
AM = MN = NM = a, maka AM = NB = a dan MB = AN = 2a, seperti gambar 5,
maka persamaan (7) akan menjadi:
2π
K=
⎡⎛ 1 1 ⎞ ⎛ 1 1 ⎞⎤
⎢⎜ AM − MB ⎟ − ⎜ AN − NB ⎟⎥
⎣⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦
K = 2π a (8)
Konfigurasi seperti ini dikenal dengan Konfigurasi Wenner. Faktor geometri untuk
konfigurasi Wenner menjadi:
K w = 2 π a dan (9)
Jadi dengan melakukan pengukuran beda potensial, kuat arus dan jarak antar
elektroda akan didapatkan resistivitas (resistivitas semu) pada titik pengukuran
tersebut.
Ada berbagai konfigurasi elektroda yang sering dipakai pada Metoda Geolistrik, yaitu
konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Gambar 6 memperlihatkan dua konfigurasi
elektroda dan faktor geometri yang dikenal dalam Metoda Geolistrik. (Loke, 2000).
Gambar 6. Konfigurasi Wenner dan Konfigurasi Schlumberger (Loke, 2000)
(10)
Dengan ρa resistivitas semu (apparent resistivity) yang bergantung pada spasi elektroda.
Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen
dengan medium berlapis yang ditinjau. Sebagai contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya
terdiri dari dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda (ρ1 dan ρ2) dianggap sebagai medium
satu lapis homogen yang mempunyai satu harga resistivitas yaitu sebesar ρa, jadi ρa ini
merupakan harga semu. Demikian juga dengan konduktansi lapisan fiktif sama dengan jumlah
konduktansi masimg-masing lapisan σa = σ1 + σ2.
Gambar 7. Konsep Resistivitas Semu Pada Medium Berlapis
Pemilihan konfigurasi elektroda bergantung pada tipe struktur yang akan dipetakan,
sensitivitas alat Geolistrik dan tingkat noise yang ada. Masing-masing konfigurasi elektroda
diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Suatu permasalahan mungkin lebih baik dilakukan
dengan suatu jenis konfigurasi elektroda, tetapi belum tentu permasalahan tersebut dapat
dipecahkan jika digunakan jenis konfigurasi lainnya. Oleh karena itu, sebelum dilakukan
pengukuran, harus diketahui dengan jelas tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis
konfigurasi yang mana yang akan dipakai. Karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan konfigurasi elektroda adalah sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan nilai tahanan
jenis bawah permukaan secara vertikal dan horizontal, kedalaman investigasi, cakupan data
horizontal dan kuat sinyal.
Metode ini disebut juga dengan metoda mapping, digunakan untuk menentukan distribusi
resistivitas semu secara vertikal per kedalaman. Pengukurannya dilakukan dengan cara
memasang elektroda arus dan potensial pada satu garis lurus dengan spasi tetap, kemudian semua
elektroda dipindahkan atau digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang telah
ditentukan sebelumnya (Gambar 10). Untuk setiap posisi elektroda akan didapatkan harga
tahanan jenis semu. Dengan membuat peta kontur tahanan jenis semu akan diperoleh pola kontur
yang menggambarkan adanya tahanan jenis (Loke, 2000). Konfigurasi elektroda yang dipakai
pada metoda ini adalah konfigurasi Wenner maupun konfigurasi Schlumbeger. Sedangkan
contoh hasil pengolahan data dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 8. Susunan elektroda dan urutan pengukuran geolistrik tahanan jenis 2-D
(Loke, 2000)
Gambar 9. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data
(Simpen, 2015, Simpen, dkk. 2015)